Anda di halaman 1dari 4

J. Akademika. Kim.

8(3): 180-183, August 2019


ISSN 2302-6030 (p), 2477-5185 (e)

ANALISIS KANDUNGAN ASAM SIANIDA DALAM SINGKONG (Manihot esculenta)


BERDASARKAN LAMA PENYIMPANAN
Analysis of Cyanide Acid Content in Cassava (Manihot esculenta) Based on Storage Time

*Ria Lumbantobing, Mery Napitupulu, dan Minarni Rama Jura


Pendidikan Kimia/FKIP – Universitas Tadulako, Palu – Indonesia 94118
Received 10 June 2019, Revised 08 July 2019, Accepted 16 August 2019
doi: 10.22487/j24775185.2019.v8.i3.pp180-183

Abstract
Cassava is a tuber of cassava plants which is a source of carbohydrates that can be consumed as food
and as snack foods such as chips. However, cassava and the leaves contain cyanide acid (HCN) which is
dangerous for the human when consumed in excess. Cyanide acid reduction can be done by washing as
well as immersion because of its volatile nature. The aim of this research is to investigate the difference of
cyanide acid (HCN) content on peeled and unpeeled cassava with variation of storage time 0, 2, 4, 6 and 8
days. Preliminary test was done to know the existence of cyanide acid (HCN) in cassava. Method analysis
of cassava was titrated with NH4CNS 1 N solution using argentometric principle of Volhard method. The
results showed that cyanide acid (HCN) content in peeled cassava was higher than unpeeled cassava
which were 3.9, 4.7, 5.2, 5.6, and 6.0% respectively for shelled cassava and 3,9, 4.6, 5.1, 5.5, and 5.9%
respectively for unpeeled cassava.

Keywords: Cassava, cyanide acid (HCN), volhard, argentometric

atau disimpan, warna biru pada singkong tidak


Pendahuluan 1 berarti menunjukkan adanya racun singkong,
Tumbuhan singkong termasuk kelas karena terjadinya proses oksidasi pada singkong
dicotyledonease ini baik di dalam daunnya maupun yang juga menimbulkan warna biru (Purawisastra
umbinya mengandung zat glikosida, dimana zat ini & Yuniati, 2004).
dapat menghasilkan zat sianida (HCN) atau Hidrogen sianida (HCN) yang juga dikenal
senyawa yang berwarna biru yang bersifat racun. sebagai “racun biru” membahayakan kesehatan
Singkong dapat dibedakan menjadi manusia bahkan dapat menimbulkan kematian.
beberapa kelompok berdasarkan kandungan asam Untuk pelepasan sianida dari siagonetik singkong
sianida antara lain golongan yang tidak beracun dapat dilakukan dengan metode hidrolisis yaitu
yaitu bila kandungan HCN kurang dari 50 mg/Kg, pelepaan ion sianida CN- yang nantinya akan
golongan setengah beracun yaitu bila kandungan menjadi sodium yang dikristalkan dengan
HCN antara 50-100 mg/Kg, dan golongan sangat mempertahankan suhunya (Daniel dkk., 2013).
beracun bila kandungan HCN lebih dari 100 mg/Kg Di dalam air asam sianida akan terurai
(Tjokroadikoesoemo, 2006). Berdasarkan menjadi ammonium formiat dan zat-zat amorf yang
budidayanya singkong dikelompokkan menjadi dua tidak larut dalam air. Kadar sianida dalam singkong
yaitu singkong pahit dan singkong yang manis berkisar 5-10 ppm dan termasuk dalam batas 10 mg
(Utama dkk., 2012). HCN/kg yang terdapat di pasar kota Okade dan
Kadar kandungan gizi pada singkong Negeria.
tergantung pada umur singkong, dimana kandungan Linamaren oleh enzim β glikosida akan
yang diperoleh pada 7 bulan yaitu kadar air diuraikan menjadi HCN, benzaldehid, dan glukosa
66,20%, lemak kasar 0,83%, protein kasar 2,45%, sianida sebagai hydrogen sianida, atau salah stu
serat kasar 0,73%, kadar abu 0,66%, dan garamnnya yang banyak digunakan dalm
karbohidrat 29,17%. Singkong yang berumur 12 electroplating, adalah racun yang bertindak sangat
bulan atau satu tahun di peroleh kadar air 53,99%, cepat (reaktif). Sianida tidak stabil dalam air dan
lemak kasar 1,00%, protein kasar 1,88%, serat kasar dapat dihilangkan dengan perlakuan biologi atau
0,57%, kadar abu 0,69%, dan karbohidrat 46,87% dengan khlorinasi. Hal ini mungkin terjadi dalam
(Feliana dkk., 2014). air hanya sebagai hasil dari tumpahan bahan kimia.
Ciri singkong yang mengandung HCN Asam sianida dipergunakan untuk membuat
yaitu rasa pahit bila digigit, warna biru pada bahan-bahan kimia sintesis dipergunakan dalam
umbinya bila dipotong (bila singkong tersebut baru pembuatan acrylonitrite, plastik dan lain-lain. Asam
dipanen), umbi besar (gemuk), umbinya tersusun sianida dipakai sebagai sumber sianida, garam-
rapat, tidak bertangkai, dan mengandung pati yang garam sianida yang dipakai untuk membesihkan
lebih banyak Singkong yang telah lama dipanen logam, untuk membersihkan/menghasilkan emas
murni dari biji-bijinya (Sumarni, 2004).
*Correspondence : Senyawa turunan sianida adalah SCN‒
Ria Lumbantobing
Program Studi Pendidikan Kimia, Fakultas Keguruan dan (tiosianat), CNO-, dan NH3 (amonia) yang biasanya
Ilmu Pendidikan, Universitas Tadulako dihasilkan dari sianidasi, degradasi alami dan
e-mail: rialumbantobing95@gmail.com pengolahan limbah mengandung sianida. Sianida
Published by Universitas Tadulako 2019
180
Ria Analisis kandungan asam sianida……………………..

dalam konsentrasi yang kecil dapat didegradasi oleh pikrat jenuh, (Merck), Aquades, Indikator K2CrO4
mikroba tertentu menjadi gas nitrogen (Luque- (Merck), Indikator ferri (Fe3+) (Merck).
Almagro dkk., 2011).
Asam sianida terbentuk secara enzimatis Preparasi sampel
dari dua senyawa prekursor (bakal racun), yaitu Singkong putih dicabut dari pohonnya,
linamarin dan metil linamarin, dimana kedua dicuci untuk menghilangkan tanahnya. Sebagian
senyawa ini kontak dengan enzim linamarase dan singkong dikupas dan sebagian lagi tidak dikupas,
oksigen dari udara yang merombak menjadi disimpan dalam suhu ruangan dengan
glukosa, aseton, dan asam sianida. Asam sianida menggunakan perbedaan waktu yang telah
mempunyai sifat mudah larut dan mudah menguap, ditentukan. Singkong yang penyimpanan dengan
oleh karena itu untuk menurunkan atau mengurangi kulitnya dikupas dan langsung diparut dengan
kadar asam sianida dapat dilakukan dengan singkong yang telah dikupas sebelumnya.
pencucian dan perendaman karena asam sianida Analisis kualitatif singkong
akan terlarut dalam air (Hutami & Harijono, 2014). Singkong ditimbang 20 gram dimasukkan
Untuk mengurangi kadar sianida dapat ke dalam labu erlenmeyer, ditambahkan dengan
dilakukan dengan mengkonversi HCN menjadi aquades 20 mL dan 10 mL kalium tartat 5%. Kertas
protein dengan bantuan kapang Rhizopus saring berukuran 1x7 cm dicelupkan dalam larutan
oligosporus (Irzan & Harijono, 2014). Dapat juga asam pikrat jenuh, dikeringkan dan ditetesi dengan
dilakukan dengan perendaman dalam air selama 12 larutan Na2CO3 8%. Kertas saring digantungkan
jam secara alami dapat menurunkan HCN dalam pada leher erlenmeyer lalu ditutup dengan
singkong (Putra, 2009). Pada kacang karo pedang menggunakan aluminium foil kemudian dipanaskan
penurunan HCN dilakukan dengan perendaman pada suhu 50 oC selama 15 menit.
kacang karo pedang dengan larutan NaCl. Semakin
lama perendaman dibiarkan maka kadar HCN di Analisis kuantitatif singkong
dalamnya semakin sedikit (Arianto dkk., 2014). Singkong diparut dan ditimbang 20 gram
Fermentasi juga dapat dilakukan untuk ditambahkan 100 mL aquades kemudian
mengurangi kadar racun glukosida sianogenik pada dimasukkan dalam labu destilat dan didestilasi
singkong. Selama proses fermentasi berlangsung selama 1 jam. Destilat ditampung dalam erlenmeyer
terjadi pemecahan senyawa linamaren menjadi yang berisi 20 mL AgNO3 0,1 N ditambahkan
sianida bebas yang disebabkan adanya aktivitas dengan 1 mL HNO3 pekat. Distilat diambil 50 mL
enzim linamarase dari umbi singkong (Putra, 2009). dan ditambahkan dengan 1 mL indikator ferri
Daun singkong yang dipetik sore (Fe3+) kemudian dititrasi dengan menggunakan
mengandung lebih banyak asam sianida NH4CNS. Dihitung dengan menggunakan rumus
dibandingkan dengan yang dipetik pada pagi hari. (Keyle, 1988):
Kadar asam sianida juga dipengaruhi umur
singkong. Pemetikan daun singkong akan ( ) ( )
% HCN = x100
mempengaruhi produksi umbinya. Pemetikan pada
umur 9 bulan akan menurunkan produksi umbinya
± 10%. Dari segi ekonomis pemetikan daun yang ( ) ( )
% HCN = x100
paling baik dilakukan pada umur tersebut, sedang
umbinya dipanen pada umur 12-13 bulan Hasil dan pembahasan
(Hidyastari, 2014).
Berdasarkan penelitian yang terdahulu, Hasil uji secara kualitatif disajikan dalam
dimana penelitian kadar asam sianida singkong Tabel 1.
menurun dikarenakan perendaman dan umur
singkong, maka penelitian ini akan dilakukan Tabel 1. Uji kualitatif umbi singkong berdasarkan
dengan memvariasikan singkong dengan lama lama penyimpanan
penyimpanan yang belum pernah dilakukan N Wakt Kandungan HCN Warna
sebelumnya dengan tujuan untuk membedakan o u/lama Singkon Singkong Singkong yang
kadar HCN pada singkong yang dikupas dan penyim g yang yang tidak dikupas dan yang
singkong yang tidak dikupas. panan dikupas dikupas tidak dikupas
1 0 hari + + Merah bata
Metode
2 2 hari +++++ ++++ Merah bata
Alat yang digunakan dalam penelitian ini 3 4 hari ++++ ++ Merah bata
adalah buret, erlenmeyer, gelas kimia, labu ukur, 4 6 hari +++ + Merah bata
gelas ukur, batang pengaduk, kertas saring, pisau, 8 hari +++ + Merah bata
5
neraca analitik, pipet tetes, corong, parutan,
seperangkat alat destilasi yang terdiri dari: Pada penelitian ini dilakukan pengujian
kondensor atau pendingin, labu destilasi, sokhlet, HCN pada singkong yang berasal dari daerah
pipa U atau pipa penyambung, statif dan klem. Biromaru Kabupaten Sigi yang berumur lebih dari
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini 12 bulan. Kandungan HCN dianalisis dengan
yaitu AgNO3 (Merck), NaCl (Merck), NH4CNS variasi hari 0, 2, 4, 6, dan 8 hari dengan perbedaan
(Merck), HNO3 (Merck), pekat, NaOH (Merck), singkong yang dikupas dan yang tidak dikupas.
Na2CO3, Kalium Natrium Tatrat (Merck), Asam Pada penelitian ini juga dilakukan dua jenis

181
Volume, 8, No. 3, 2019, 180-183 Jurnal Akademika Kimia

pengujian yaitu uji kualitatif dan uji kuantitatif. penyimpanan waktu yang sama. Diduga
Pada uji kualitatif yang pertama dilakukan adalah dipengaruhi karena semakin lama singkong
mengupas dan menghaluskan (diparut) singkong didiamkan dalam keadaan sudah dikupas maka
yang dikupas dan yang tidak dikupas berdasarkan singkong akan seamakin cepat terjadi perubahan
lama penyimpanan yaitu 0, 2, 4, 6, dan 8 hari, dan yang tadinya berwarna putih menjadi singkong
kemudian ditimbang sebanyak 20 gram singkong yang berwarna biru, dan juga semakin lama
halus, dimasukkan ke dalam Erlenmeyer kemudian singkong dibiarkan maka semakin banyak kadar
ditambahkan aquades sebanyak 20 mL. Tujuan HCN yang terdapat dalam singkong. Hal ini
penambahan aquades adalah untuk melarutkan terbukti dengan penelitian yang telah dilakukan.
singkong yang ada dalam Erlenmeyer. Dengan lama penyimpanan 8 hari singkong yang
Ditambahkan 10 mL asam tartat 5% yang bertujuan dikupas memperoleh kadar HCN sebesar 6,0%
untuk menghasilkan uap HCN. Hasil uji kulitatif sedangkan pada singkong yang tidak dikupas
yang telah dilakukan dapat dilihat pada Tabel 1 adalah sebanyak 5,9%.
untuk singkong yang dikupas dan yang tidak Penyebab singkong ini positif mengandung
dikupas. Uap asam sianida (HCN) yang dihasilkan HCN dikarenakan di dalam umbi singkong terdapat
oleh hidrogen dari asam tartat (K2C4H4O6) bereaksi senyawa glikosida sianogenik berupa racun biru
dengan ion CN- yang larut dalam air sehingga yang apa bila singkong mengalami luka akibat
menghasilkan uap asam sianida (HCN) Reaksi irisan atau goresan, atau dengan kata lain umbi
yang berlangsung adalah: singkongnya rusak, maka glikosida sianogenik
2CN- + 2H → 2HCN terhidrolisis oleh enzim linase menjadi HCN
Hasil uji secara kuantitatif disajikan pada (Nofita & Retnaningsih, 2016).
Tebel 2. Selain pada umbi dan daun singkong, pada kulit
singkong juga banyak mengandung HCN yang
Tabel 2. Kadar sianida berdasarkan variasi waktu lebih banyak dari umbinya. Pada umunnya kulit
penyimpanan singkong tidak dimanfaatkan oleh masyarakat
Jenis singkong sekitar tetapi dapat dimanfaatkan dengan fermentasi
No Hari menggunakan bahan tambahan yaitu leuconostoc
Singkong yang Singkong yang
(Prasajo dkk., 2013).
tidak dikupas dikupas
Hasil % Hasil % Kesimpulan
Titrasi HCN Titrasi HCN Semakin lama singkong disimpan maka kadar
1. 0 7,5 mL 3,9 7,5 mL 3,9 asam sianida (HCN) yang terdapat dalam singkong
2. 2 5,6 mL 4,6 5,5 mL 4,7 semakin banyak. Dengan kadar yang dipereoleh
3. 4 4,2 mL 5,1 4 mL 5,2 pada penyimpanan 8 hari adalah 5,9%, dan 6,0%.
4. 6 3,2 mL 5,5 3 mL 5,6 Ucapan Terima Kasih
5. 8 2,3 mL 5,9 2 mL 6,0
Ucapan terimakasih penulis sampaikan
kepada laboran laboratorium Fakultas Keguruan
Setelah singkong dianalisis secara dan Ilmu Pendidikan yang telah memberikan
kualitatif, analisis kuantitatif dilakukan untuk bimbingan dan masukan dalam menyelesaikan
menentukan kadar HCN pada singkong dengan penelitian ini.
lama penyimpanan 0, 2, 4, 6, dan 8 hari singkong
Referensi
yang dikupas dan yang tidak dikupas. Analisis asam
sianida (HCN) dilakukan dengan prinsip Arianto, Nohong, B. & Nurhaedah. (2014). Analisis
kandungan asam sianida (HCN) pada
Argentometri metode Volhard. Prinsip metode ini
kacang koro pedang (canavalia ensiformis)
adalah pengikatan ion sianida (CN-) oleh ion perak dengan menggunakan lama perendaman
(Ag+) menjadi seyawa AgCN. Ion Ag+ ditambahkan NaCl yang berbeda. Jurnal Galung
berlebih dalam bentuk larutan AgNO3, kelebihan Tropika, 3(3), 1-3.
ion Ag+ kemudian dititrasi oleh larutan kalium Daniel, A, E. B., Ebisike, K., Adeeyinnwo. C. E.,
thiosianat (KCNS) membentuk senyawa AgCNS Adetunji, A. R., Olusunle, S. O. O. &
yang berwarna merah (Soetrisno & Purawisastra, Adewoye. O. O. (2013). Production of
1992). sodium cyanide from cassava wastes.
Singkong yang dikupas diperoleh kadar Journal of Science and Technology, 2(10),
asam sianida (HCN) untuk lama penyimpanan 2, 4, 1-3.
6, dan 8 yaitu: 4,7%, 5,2%, 5,6 % dan 6,0 %. Feliana, F., Laenggeng, A. H. & Dhafir, F. (2014).
Singkong yang tidak dikupas dengan lama Kandungan gizi dua jenis varietas singkong
penyimpanan 2, 4, 6, dan 8 kadar HCN yang (manihot esculenta) berdasarkan umur
diperoleh adalah 4,6%, 5,1%, 5,5%, dan 5,9% panen di desa Siney Kecamatan Tinombo
seperti terlihat pada Tabel 2. Selatan Kabupaten Parigi Moutong. Jurnal
Dari persen asam sianida (HCN) yang diperoleh e-Jipbio, 2(3), 1-14.
dapat dikatakan bahwa kadar asam sianida pada
Hidyastari, P. (2014). Analisis kandungan sianida
singkong yang dikupas lebih banyak dibandingkan
dengan singkong yang tidak dikupas dengan lama pada daun singkong dengan perbedaan

182
Ria Analisis kandungan asam sianida……………………..

pemetikan. Skripsi: Medan. Universitas lactofermentemum BL-1M76. Jurnal PGM,


Negeri Medan. 27(1), 17-23.
Hutami, F. D. & Harijono. (2014). Pengaruh Putra, I. N. K. (2009). Efektivitas berbagai cara
penggantian larutan dan konsentrasi pemasakan terhadap penurunan kandungan
NaHCO3 terhadap penurunan kadar sianida asam sianida berbagai jenis rebung bambu.
pada pengolahan tepung ubi kayu. Jurnal Jurnal Agrotekno, 15(2), 40-42.
Pangan dan Agroindustri, 2(4), 1-11. Prasajo,W. A. P., Suhartati, F. & Rahayu, S. (2013).
Irzan, F. N. & Harijono. (2014). Pengaruh Pemanfaatan kulit singkong fermentasi
penggantian air dan penggunaan NaHCO3 menggunakan leuconostoc mesenteroides
dalam perendaman ubi kayu iris (manihot dalam pakan pengaruhnya terhadap N-NH3
esculenta crantz) terhadap kadar sianida dan VFA (in vitro). Jurnal Ilmiah
pada pengolahan tepung ubi kayu. Jurnal Peternakan, 1(1), 1-8.
Pangan dan Agroindustri, 2(4), 1-12. Soetrisno, U. S. & Purawisastra, S. (1992).
Keyle, J. (1988). The extraction and recovery of Pengaruh pengukusan terhadapa kandungan
gold. WASM Metallurgy Department. asam sianida dalam beberap bahan pangan.
Luque-Almagro, V., Blasco, R. & Martinez-Laque, Jurnal PGM, 5(1), 117-120.
M. (2011). Bacterial cyanide degradation is Sumarni. (2004). Pengaruh suhu penyimpanan
under review pseudomonas terhadap kadar HCN dalam umbi ubi kayu.
pseudoalcaligenes CECT5244 a case of an Jurnal JKT, 5(1), 18-23.
alkaliphilic cyanotroph. Jurnal Tjokroadikoesoemo, P. S (2006). HFS dan industri
Biochemical Society, 39(1), 174-269. ubi lainnya. Jakarta: Gramedia.
Nofita & Retnaningsih, A. (2016). Penetapan kadar Utama, C. S. & Suyanto, A. (2012). Aplokasi
asam sianida pada singkong (manihot proses permentasi kulit singkong
esculenta crantz) dengan variasi waktu menggunakan starter asal limbah kubis dan
perendaman secara argentomentri. Jurnal sawi pada pembuatan pakan ternak
Analis Farmasi, 1(3), 1-6. berpotensi probiotik. Jurnal LPPM
Purawisastra, S. & Yuniati, H. (2004). Penurunan Unismuh, 1(1), 1-8.
kadar sianida singkong pahit pada proses
fermentasi cair bakteri brevibakterium

183

Anda mungkin juga menyukai