Anda di halaman 1dari 9

LAPORAN PRAKTIKUM TOKSIKOLOGI I

PERCOBAAN I
ANALISIS ZAT RACUN HCN (ASAM SIANIDA) DALAM MAKANAN

OLEH
NAMA : DWI AYU FATHIMA PUTRI
NIM : A201501057
KELAS : B2
KELOMPOK : I (SATU)
INSTRUKTUR : SYAWAL ABDURRAHMAN, S.Si., M.Si

PROGRAM STUDI D-IV ANALIS KESEHATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
MANDALA WALUYA
KENDARI
2017

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dalam bidang ilmu toksikologi identifikasi zat atau senyawa yang
bersifat racun dapat dilakukan secara kualitatif dan kuantitatif. Setiap
tanaman memiliki khasiat atau manfaat tersendiri terutama bagi kehidupan
manusia. Seperti halnya senyawa tertentu yang dikandung oleh tanaman yang
dapat bersifat racun dan berbahaya bagi manusia jika dalam kadar yang tinggi
serta dalam proses pengolahan yang tidak benar.
Singkong tergolong tanaman yang tidak asing lagi bagi sebagian besar
masyarakat. Baik daun maupun umbinya, mengandung suatu glikosida
cyanogenik, artinya suatu ikatan organik yang dapat menghasilkan racun biru
atau HCN (cyanida) yang bersifat sangat toksik. Zat glikosida ini diberi nama
Linamarin. Penyebab keracunan singkong adalah asam sianida yang
terkandung didalamnya. Bergantung pada jenis singkong kadar asam sianida
berbeda beda.
Tanaman jenis umbi umbian seperti singkong juga mengandung
senyawa HCN atau asam sianida yang bersifat toxic dan berbahaya bagi
tubuh jika dikonsumsi secara terus menerus. Maka dari itu penting untuk
dilakukannya identifikasi zat racun HCN dalam sampel daun singkong secara
kualitatif, guna mengetahui ada tidaknya kandungan racun sianida pada
sampel, serta menambah pengetahuan khususnya dalam bidang ilmu
toksikologi.

B. Tujuan Praktikum
Adapun tujuan dari dilakukannya praktikum ini yaitu sebagai berikut:
1. Mengetahui apa dan dimana saja terdapat berbagai zat racun dalam bahan
makanan.
2. Mengetahui ada tidaknya zat racun HCN (Asam Sianida) dalam daun
singkong.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Asam sianida disebut juga Hidrogen sianida (HCN), biasanya terdapat


dalam bentuk gas atau larutan dan terdapat pula dalam bentuk garam-garam alkali
seperti potasium sianida. Sifat-sifat HCN murni mempunyai sifat tidak berwarna,
mudah menguap pada suhu kamar dan mempunyai bau khas. HCN mempunyai
berat molekul yang ringan, sukar terionisasi, mudah berdifusi dan lekas diserap
melalui paru-paru, saluran cerna dan kulit (Dep Kes RI, 1987).
Di Indonesia, daun singkong dapat diolah dengan beberapa macam
pengolahan, seperti perebusan dengan air garam, perebusan dengan air garam
dilanjutkan perebusan dengan santan, serta perebusan dengan air garam
dilanjutkan penumisan dengan minyak goreng. Daun singkong memiliki struktur
fisik yang keras sehingga memerlukan proses pengolahan yang lama. Selain itu,
daun singkong memerlukan perebusan awal untuk menghilangkan zat antigizi
HCN (asam sianida) yang berbahaya bagi kesehatan (Fasuyi, 2005).
Asam sianida merupakan senyawa yang berbahaya baik bagi manusia
maupun hewan. FSANZ (2005) menyatakan dosis lethal asam sianida pada
manusia dilaporkan 0.5 - 3.5 mg/kg berat badan. Gejala keracunan akut asam
sianida pada manusia meliputi: nafas tersengal, penurunan tekanan darah, denyut
nadi cepat, sakit kepala, sakit perut, mual, diare, pusing, kekacauan mental dan
kejang. Konsumsi terus - menerus dalam dosis rendah menyebabkan berbagai
penyakit seperti penyakit gondok, kekerdilan serta penyakit neurologis (Bradbury
dan Holloway, 1988).
Pengolahan secara tradisional dapat mengurangi atau bahkan
menghilangkan kandungan racun. Pada singkong, kulitnya dikupas sebelum
diolah, direndam sebelum dimasak dan difermentasi selama beberapa hari.
Dengan perlakuan tersebut linamarin banyak yang rusak dan hidrogen sianidanya
ikut terbuang keluar sehingga tinggal sekitar 10- 40 mg/kg. (Winarno, 2004).

BAB III
METODOLOGI PRAKTIKUM

A. Waktu dan Tempat


Praktikum Analisis Zat Racun HCN (Asam Sianida) dalam makanan
dilakukan pada hari Kamis tanggal 18 Mei 2017 pukul 11.00 - Selesai WITA.
bertempat di Laboratorium Klinik Terpadu D-IV Analis Kesehatan Sekolah
Tinggi Ilmu Kesehatan Mandala Waluya Kendari.

B. Alat dan Bahan


Alat dan bahan yang digunakan pada praktikum ini yaitu sebagai
berikut:
1. Alat
a. Timbangan analitik
b. Gelas ukur
c. Erlenmeyer
d. Lumpang dan alu
e. Kompor listrik
f. Pipet tetes
g. Pipet ukur
h. Bola penghisap/filer

2. Bahan
a. Asam tartrat 5%
b. NaCO3 8%
c. Aquadest (H2O)
i. Daun singkong
j. Kertas saring
k. Larutan asam pikrat

C. Prosedur Kerja
Adapun prosedur kerja praktikum analisis zat racun HCN (asam
sianida) dalam makanan terdapat pada diagram alir dibawah ini :

Daun Singkong
- Dicuci dengan air
- Dihaluskan dengan mortal dan alu
- Ditimbang sebanyak 10 gram
- Dilarutkan dengan 50 mL aquadest
Kertas saring - Ditambahkan larutan asam tartrat 5%
- Diteteskan larutan asam pikrat
- Diteteskan larutan NaCO3 8%

- Digantungkan kertas pikrat pada mulut


erlenmeyer

Sampel + Kertas pikrat

- Dipanaskan pada suhu 40-50oC


- Diamati perubahan warna yang terjadi

Positif (+) merah orange


A. Hasil Pengamatan
Adapun hasil pengamatan pada praktikum ini yaitu sebagai berikut:
Tabel 1. Hasil pengamatan analisis zat racun HCN (asam sianida) dalam
daun singkong.
No
Gambar Keterangan
.

1.

Positif (+) mengandung HCN


(asam sianida)

B. Interpretasi
Dari hasil pengamatan dapat diketahui bahwa dalam sampel daun
singkong Positif (+) mengandung zat racun HCN (asam sianida) hal ini
ditandai dengan perubahan warna merah orange pada kertas pikrat.
BAB IV
PEMBAHASAN

Pengujian zat atau senyawa yang bersifat racun dapat dilakukan secara
kualitatif dan kuantitatif. Analisa zat racun HCN (asam sianida) pada praktikum
yang dilakukan yaitu uji secara kualitatif,dengan prinsip pengujiannya yaitu HCN
larut dalam air, dalam suasana asam dan panas HCN akan menguap, lalu uap
HCN akan bereaksi dengan asam pikrat membentuk warna merah orange.
Sampel yang diuji kandungan HCN nya yaitu daun singkong. Daun
singkong merupakan jenis tanaman umbi - umbian yang biasa dikonsumsi oleh
masyarakat dan mudah ditemukan. Toksin berdasarkan penggolongan jenisnya
juga terdapat secara alami pada tumbuhan, salah satunya pada tanaman singkong.
Untuk mengetahui ada atau tidaknya kandungan HCN (asam sianida)
dalam daun singkong, sampel harus digerus atau dihancurkan terlebih dahulu
dengan tujuan untuk menghancurkan dinding sel agar mengeluarkan senyawa
glikosida sianogenetik dapat terurai dan mengeluarkan hidrogen sianida.
Kemudian dilarutkan dengan H2O (aquadest) penambahan H2O dilakukan untuk
mengikat dan dapat larut senyawa dari hidrogen sianida karena sifatnya yang
mampu terdisosiasi dalam larutan air.
Penambahan asam tartrat kemudian dilakukan sebagai katalis untuk
mempercepat reaksi,dan menghasilkan uap HCN yang dihasilkan disebabkan oleh
hidrogen dari asam tartarat beraksi dengan ion CN- yang terlarut dalam air.
Pencelupan atau pemberian kertas pikrat ke dalam larutan NaCO 3
bertujuan untuk menetralkan sifat keasaman dari asam sianida yang bersifat asam
kuat. Pemanasan yang dilakukan dimaksudkan agar uap HCN yang dihasilkan
oleh hasil reaksi antara hidrogen dari asam tartarat (H 2.C4H4O6) dengan ion CN-
yang terlarut dalam filtrat lebih cepat terbentuk, serta untuk memisahkan senyawa
klorofil dan sianida yang terdapat dalam daun singkong.
Hasil perubahan warna pada kertas pikrat dari kuning menjadi merah
orange yaitu disebabkan karena sifat HCN yang sangat reaktif sehingga mudah
mengalami reaksi oksidasi, dan adanya kreatinin dalam asam pikrat yang
berfungsi sebagai pemberi warna atau pigmen, serta senyawa CN - yang berwarna
merah sehingga dapat bereaksi dengan pigmen kreatinin membentuk kompleks
warna merah orange.
Konsumsi tanaman yang secara alami sudah mengandung zat atau
senyawa bersifat racun walaupun dalam jumlah yang kecil jika sering dilakukan
maka akan berdampak buruk pada tubuh, dan juga dari proses pengolahan yang
tidak benar. hal ini dipertegas oleh pernyataan Bradbury dan Holloway (1988)
yang menyatakan bahwa konsumsi terus - menerus dalam dosis rendah
menyebabkan berbagai penyakit seperti penyakit gondok, kekerdilan serta
penyakit neurologis.
Daun singkong harus melalui proses perebusan awal menggunakan air
garam untuk menghilangkan asam sianida (HCN) yang berbahaya bagi
kesehatan, mempertahankan warna hijau daun singkong, dan melunakkan tekstur
daun yang keras. Hal ini juga dipertegas oleh pernyataan Fasuyi (2005) yang
menyatakan bahwa, daun singkong memiliki struktur fisik yang keras sehingga
memerlukan proses pengolahan yang lama. Selain itu, daun singkong
memerlukan perebusan awal untuk menghilangkan zat antigizi HCN (asam
sianida) yang berbahaya bagi kesehatan.

BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan dari tujuan dan hasil pengamatan praktikum diperoleh
kesimpulan yaitu sebagai berikut :
1. Zat racun dalam bahan makanan seperti singkong selain terdapat pada
buahnya juga terdapat dalam daunnya hal ini terbukti pada hasil
pengujian zat racun sianida pada sampel daun singkong.
2. Uji zat racun HCN (asam sianida) dalam daun singkong menunjukkan
hasil positif (+) yang ditandai dengan perubahan warna kertas pikrat dari
kuning menjadi merah orange.

B. Saran
Saran yang dapat disampaikan pada praktikum ini yaitu untuk proses
pengerjaan sampel sabaiknya dilakukan sesuai prosedur dan lebih berhati -
hati, terutamanya terhadap bahan - bahan kimia berbahaya.

DAFTAR PUSTAKA

Bradbury, J.H. dan W.D. Holloway. (1988): Chemistry of Tropical Root Crops:
Significance for Nutrition and Agriculture in the Pacific. Australian
Centre for International Agricultural Research, Canberra.

Direktorat Gizi Departemen Kesehatan RI. (1987): Daftar Komposisi Bahan


Makanan, Bhratara Karya Aksara, Jakarta.

Fasuyi, A.O. (2005): Nutrient Composition and Processing Effects on Cassava


Leaf (Manihot esculenta, Crantz) Antinutrients, Pakistan Journal of
Nutrition: Vol 4(1), 37 42.

FSANZ. (2005): Cyanogenic Glycosides in Cassava and Bamboo Shoots, a


Human Health Risk Assessment, Technical Report Series No. 28. Food
Standard Australia New Zealand, Canberra.
Winarno, F.G. (2004): Kimia Pangan dan Gizi, PT Gramedia, Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai