Mardiyono1
E-mail: mardiyono05mei@gmail.com
ABSTRACT
ABSTRAK
Kata kunci : Talas, Asam sianida (HCN), Perendaman dalam air, Argentometri
1) Kimia Farma
Penetapan Kadar Asam Sianida Pada Talas (Colocasia esculenta)
Dengan Variasi Waktu Perendaman Secara Argentometri
Indonesia sebagai salah satu sakit kepala, sesak nafas, denyut nadi
negara penghasil talas memiliki dua cepat dan kecil, kejang-kejang. Bila
sentra penanaman talas, yaitu di kota keracunan melalui pencernaan atau
Bogor dan Malang. Jenis talas yang tertelan oleh manusia biasanya disertai
biasa dibudidayakan di Bogor adalah muntah-muntah dan bila keracunan
talas sutera, talas bentul, talas hebat, maka akan terjadi asphyxia
lampung, talas pandan, dan talas (pernapasannya mendadak berhenti)
ketan. Namun, yang umum ditanam dan apabila tidak tertolong akan
adalah talas bentul karena memiliki berakhir dengan kematian [5].
produktivitas yang tinggi serta memiliki Namun proses pengolahan
rasa umbi yang enak dan pulen [2]. secara tradisional yang tepat ternyata
Umbi talas tidak dapat tahan dapat mengurangi atau bahkan
lama sehingga daerah penjualannya menghilangkan kandungan racun.
hanya lokal saja, artinya daerah Seperti misalnya, kulitnya dikupas dulu
penjualannya hanya disekitar daerah sebelum diolah, pengeringan dan
penanamannya saja, karena apabila proses perendaman sebelum dimasak
terlalu lama umbi disimpan, maka umbi [11]. Berdasarkan penelitian yang
tersebut dapat tumbuh menjadi telah dilakukan oleh Rosa dkk [7],
tanaman baru sehingga kualitasnya penghilangan racun – racun pada umbi
akan menurun baik kandungan gizinya gadung yang biasanya dilakukan oleh
maupun rasa umbinya [2]. Umbi talas masyarakat pada umumnya adalah
adalah talas yang masih dalam dengan menggunakan cara tradisional
keadaan belum dikupas sedangkan ubi yaitu dengan cara merendam irisan
talas adalah talas yang sudah dikupas umbi gadung dalam air yang mengalir,
kulitnya. Di Indonesia, ubi talas hanya penyerapan dengan abu dan
digunakan sebagai makanan tambahan, perendaman pada air kapur. Pada
karena mengandung karbohidrat yang penelitian tersebut dengan perendaman
tinggi, protein, lemak dan vitamin. air kapur dapat menurunkan kadar
Pelepah daunnya dimanfaatkan sebagai sianida 15,720 ppm dari kadar awal
pembungkus. Daun, sisa umbi dan kulit sebesar 60,31 ppm.
ubi dapat dimanfaatkan sebagai Sebelumnya juga telah
makanan ternak dan ikan secara dilakukan penelitian tentang kadar
langsung maupun setelah difermentasi asam sianida pada singkong, yaitu
[5]. dangan variasi waktu perendaman
Selain kandungan nutrisi, secara argentometri oleh Maharani [4]
tanaman talas banyak mengandung didapatkan hasil bahwa terdapat
asam perusi (asam biru atau asam kandungan asam sianida dari sampel
sianida/HCN). Sianida merupakan singkong manis yang telah di uji,
senyawa kimia yang bersifat toksik dan dengan perlakuan perendaman
merupakan jenis racun yang paling mempengaruhi penurunan kadar asam
cepat aktif dalam tubuh sehingga dapat sianida dalam singkong dengan rata-
menyebabkan kematian dalam waktu rata kadar HCN yaitu 0 menit : 47,91
beberapa menit. Sianida dalam dosis mg/kg ; 15 menit : 22,55 mg/kg ; 30
rendah dapat ditemukan di alam dan menit : 18,32 mg/kg ; 45 menit :
ada pada setiap produk yang biasa kita 13,09 mg/kg ; 60 menit : 2,34 mg/kg.
makan atau gunakan, pada rokok, asap Mengingat berbahayanya asam
kendaraan bermotor, dan makanan sianida bagi manusia, penulis ingin
seperti bayam, bambu, kacang, tepung melakukan penelitian “Penetapan Kadar
tapioka dan singkong [5] asam sianida pada Talas Dengan
Apabila melebihi standar, asam Variasi Waktu Perendaman secara
sianida dapat menyebabkan keracunan, Argentometri”. Argentometri
standar yang ditetapkan oleh Food and merupakan metode penetapan kadar
Agriculture Organization (FAO) umbi- halogenida dan senyawa-senyawa lain
umbian dengan kadar maksimum 50 yang membentuk endapan dengan
mg/kg masih aman untuk dikonsumsi. perak nitrat (AgNO3) pada suasana
Gejala keracunan asam sianida pada tertentu. Prinsip metode argentometri
manusia melalui pernapasan antara lain yaitu pembentukan senyawa yang
( )
Pemeriksaan Organoleptis :
Tabel 1
Hasil Pemeriksaan Organoleptis Talas (Colocasia esculenta)
Waktu
Warna Rasa Bau
Perendaman
Putih kebiruan setelah didiamkan
0 menit Tidak ada rasa Tidak berbau
beberapa waktu
10 menit Putih Tidak ada rasa Tidak berbau
20 menit Putih Tidak ada rasa Tidak berbau
30 menit Putih Tidak ada rasa Tidak berbau
Uji Kualitatif
Tabel 2
Hasil Uji Kualitatif asam sianida (HCN) Pada Talas Dengan Variasi Waktu Perendaman
Waktu Hasil
Reaksi Hasil Pustaka kesimpulan
Perendaman Pengamatan
0 menit Kertas saring + asam Merah Positif
10 menit pikrat jenuh → kuning. Merah Positif
20 menit Kertas dikeringkan lalu Merah Positif
Kertas pikrat
diletakkan di atas
menjadi
mulut erlenmeyer +
warna merah
Na2CO3, dipanaskan
30 menit (positif) Merah Positif
diatas penangas air
dengan suhu 50 oC
selama 15 menit.
Keterangan :
TMS : Tidak Memenuhi Syarat
MS : Memenuhi Syarat
saring yang semula berwarna kuning Titik akhir titrasi (TAT) ditandai dengan
menjadi warna merah. terjadinya kekeruhan yang stabil.
didapat hasil sebesar 1,3 ml. Volume awal umbi gadung mengandung kadar
titar blanko yang didapat lebih rendah HCN sebesar 60,31 ppm atau setara
dari volume titran semua sampel, dengan 750 mg/kg sampel, kadar ini
dengan demikian penetapan blanko tinggi dan melebihi batas kadar
yang dilakukan sudah tepat. maksimum HCN pada umbi-umbian
Hasil analisis penetapan kadar yang ditetapkan oleh FAO yaitu sebesar
asam sianida pada talas dengan variasi 50 mg/kg. Namun demikian, dengan
waktu perendaman, dapat dilihat pada perendaman air kapur ternyata dapat
gambar berikut : menurunkan kadar HCN pada umbi
40 gadung sebesar 15,720 ppm.
Rata-rata Kadar HCN