Anda di halaman 1dari 8

JURNAL ANALIS FARMASI

Volume 5, No. 1 April 2020, Hal 30 - 37

DETERMINATION OF ACID CONCENTRATION CYANIDE IN TARO (Colocasia


esculenta) WITH VARIATIONS SOAKING TIME BY ARGENTOMETRY

PENETAPAN KADAR ASAM SIANIDA PADA TALAS (Colocasia esculenta)


DENGAN VARIASI WAKTU PERENDAMAN SECARA ARGENTOMETRI

Mardiyono1
E-mail: mardiyono05mei@gmail.com

ABSTRACT

Taro (Colocasia esculenta) is one of the highest source of carbohydrates.


Therefore, taro is widely used as an alternative to food additives. In addition to
nutritional value, taro plants also contain cyanide (HCN), which is a toxic compound
that can cause toxicity to the death. Cyanide can be reduced by treatment processes
such as immersion in water. This study aims to determine the reduced levels of
cyanide (HCN) in a variety of taro with immersion time of 0 minutes, 10 minutes, 20
minutes and 30 minutes in the water. The method used is Argentometry which are a
common method for setting halogenida levels and other compounds which form a
precipitate with silver nitrate (AgNO3) in a certain atmosphere. The average level of
each sample were 0 min: 34.12; 10 mins: 28.78; 20 mins: 22.61; 30 mins: 15.21.
From the results obtained the authors conclude that there is a difference between the
levels of the four samples, thereby affecting the soaking treatment decreased levels of
cyanide (HCN) in taro.

Keywords: Talas, acid cyanide (HCN), Immersion in water, Argentometry

ABSTRAK

Talas (Colocasia esculenta) merupakan salah satu sumber karbohidrat yang


tinggi. Oleh sebab itu, talas banyak digunakan sebagai salah satu alternatif makanan
tambahan. Selain memiliki nilai gizi, tanaman talas juga mengandung asam sianida
(HCN) yang merupakan senyawa beracun yang dapat mengakibatkan keracunan
sampai dengan kematian. Asam sianida dapat dikurangi dengan proses pengolahan
seperti perendaman dengan air. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penurunan
kadar asam sianida (HCN) dalam talas dengan variasi waktu perendaman 0 menit, 10
menit, 20 menit dan 30 menit dalam air. Metode yang digunakan yaitu Argentometri
yang merupakan metode umum untuk menetapkan kadar halogenida dan senyawa-
senyawa lain yang membentuk endapan dengan perak nitrat (AgNO3) pada suasana
tertentu. Kadar rata-rata dari masing-masing sampel yaitu 0 menit: 34,12; 10 menit:
28,78; 20 menit: 22,61; 30 menit: 15,21. Dari hasil penelitian yang didapat penulis
menarik kesimpulan yaitu terdapat perbedaan kadar antara keempat sampel, dengan
demikian perlakuan perendaman mempengaruhi penurunan kadar asam sianida (HCN)
dalam talas.

Kata kunci : Talas, Asam sianida (HCN), Perendaman dalam air, Argentometri

PENDAHULUAN Indonesia, umbi talas baik sebagai


Di Indonesia umbi talas ditanam tanaman liar maupun sengaja ditanam
di daerah-daerah yang curah hujannya bisa dijumpai hampir di seluruh
cukup selama musim kemarau dan kepulauan dan tersebar dari tepi pantai
menghendaki tanah yang subur, sampai pegunungan di atas 1000 m
gembur dan sedikit berpasir [10]. Di diatas permukaan air.

1) Kimia Farma
Penetapan Kadar Asam Sianida Pada Talas (Colocasia esculenta)
Dengan Variasi Waktu Perendaman Secara Argentometri

Indonesia sebagai salah satu sakit kepala, sesak nafas, denyut nadi
negara penghasil talas memiliki dua cepat dan kecil, kejang-kejang. Bila
sentra penanaman talas, yaitu di kota keracunan melalui pencernaan atau
Bogor dan Malang. Jenis talas yang tertelan oleh manusia biasanya disertai
biasa dibudidayakan di Bogor adalah muntah-muntah dan bila keracunan
talas sutera, talas bentul, talas hebat, maka akan terjadi asphyxia
lampung, talas pandan, dan talas (pernapasannya mendadak berhenti)
ketan. Namun, yang umum ditanam dan apabila tidak tertolong akan
adalah talas bentul karena memiliki berakhir dengan kematian [5].
produktivitas yang tinggi serta memiliki Namun proses pengolahan
rasa umbi yang enak dan pulen [2]. secara tradisional yang tepat ternyata
Umbi talas tidak dapat tahan dapat mengurangi atau bahkan
lama sehingga daerah penjualannya menghilangkan kandungan racun.
hanya lokal saja, artinya daerah Seperti misalnya, kulitnya dikupas dulu
penjualannya hanya disekitar daerah sebelum diolah, pengeringan dan
penanamannya saja, karena apabila proses perendaman sebelum dimasak
terlalu lama umbi disimpan, maka umbi [11]. Berdasarkan penelitian yang
tersebut dapat tumbuh menjadi telah dilakukan oleh Rosa dkk [7],
tanaman baru sehingga kualitasnya penghilangan racun – racun pada umbi
akan menurun baik kandungan gizinya gadung yang biasanya dilakukan oleh
maupun rasa umbinya [2]. Umbi talas masyarakat pada umumnya adalah
adalah talas yang masih dalam dengan menggunakan cara tradisional
keadaan belum dikupas sedangkan ubi yaitu dengan cara merendam irisan
talas adalah talas yang sudah dikupas umbi gadung dalam air yang mengalir,
kulitnya. Di Indonesia, ubi talas hanya penyerapan dengan abu dan
digunakan sebagai makanan tambahan, perendaman pada air kapur. Pada
karena mengandung karbohidrat yang penelitian tersebut dengan perendaman
tinggi, protein, lemak dan vitamin. air kapur dapat menurunkan kadar
Pelepah daunnya dimanfaatkan sebagai sianida 15,720 ppm dari kadar awal
pembungkus. Daun, sisa umbi dan kulit sebesar 60,31 ppm.
ubi dapat dimanfaatkan sebagai Sebelumnya juga telah
makanan ternak dan ikan secara dilakukan penelitian tentang kadar
langsung maupun setelah difermentasi asam sianida pada singkong, yaitu
[5]. dangan variasi waktu perendaman
Selain kandungan nutrisi, secara argentometri oleh Maharani [4]
tanaman talas banyak mengandung didapatkan hasil bahwa terdapat
asam perusi (asam biru atau asam kandungan asam sianida dari sampel
sianida/HCN). Sianida merupakan singkong manis yang telah di uji,
senyawa kimia yang bersifat toksik dan dengan perlakuan perendaman
merupakan jenis racun yang paling mempengaruhi penurunan kadar asam
cepat aktif dalam tubuh sehingga dapat sianida dalam singkong dengan rata-
menyebabkan kematian dalam waktu rata kadar HCN yaitu 0 menit : 47,91
beberapa menit. Sianida dalam dosis mg/kg ; 15 menit : 22,55 mg/kg ; 30
rendah dapat ditemukan di alam dan menit : 18,32 mg/kg ; 45 menit :
ada pada setiap produk yang biasa kita 13,09 mg/kg ; 60 menit : 2,34 mg/kg.
makan atau gunakan, pada rokok, asap Mengingat berbahayanya asam
kendaraan bermotor, dan makanan sianida bagi manusia, penulis ingin
seperti bayam, bambu, kacang, tepung melakukan penelitian “Penetapan Kadar
tapioka dan singkong [5] asam sianida pada Talas Dengan
Apabila melebihi standar, asam Variasi Waktu Perendaman secara
sianida dapat menyebabkan keracunan, Argentometri”. Argentometri
standar yang ditetapkan oleh Food and merupakan metode penetapan kadar
Agriculture Organization (FAO) umbi- halogenida dan senyawa-senyawa lain
umbian dengan kadar maksimum 50 yang membentuk endapan dengan
mg/kg masih aman untuk dikonsumsi. perak nitrat (AgNO3) pada suasana
Gejala keracunan asam sianida pada tertentu. Prinsip metode argentometri
manusia melalui pernapasan antara lain yaitu pembentukan senyawa yang

Jurnal Analis Farmasi Volume 5 No. 1 April 2020 31


Mardiyono

relatif tidak larut atau endapan. AgNO3 0,02 N sampai terbentuk


Keuntungan metode argentometri yaitu endapan merah bata.
reagennya mudah didapat, hidrogen
sianida (HCN) lebih stabil dan tidak Analisis Kualitatif [6]
membutuhkan larutan baku hidrogen Direndam 20 gr bahan yang
sianida (HCN) [9]. sudah di tumbuk halus dalam 50 ml air
pada erlenmeyer 250 ml selama 2 jam,
METODOLOGI PENELITIAN dan ditambahkan 10 ml larutan asam
Alat dan Bahan tartrat 10%. Kertas saring dibentuk
Alat : bulat dengan diameter ± 10 cm
Alat-alat yang digunakan dalam dicelupkan dalam larutan asam pikrat
penelitian ini, antara lain alat-alat gelas jenuh, lalu dikeringkan. Kemudian
laboratorium, klem dan statif, parutan diletakkan diatas mulut erlenmeyer,
dan pisau, baskom, dan penangas air. basahi dengan larutan Na2CO3 8% dan
ditutup rapat sehingga kertas tidak
Bahan kontak dengan cairan dalam
Bahan-bahan yang digunakan erlenmeyer. Kemudian dipanaskan
dalam penelitian ini, antara lain umbi diatas penangas air 50oC selama 15
talas, NaOH 2,5%, larutan KI 5%, menit, apabila warna orange dari
NH4OH, larutan perak nitrat AgNO3 kertas pikrat berubah menjadi warna
0.02 N, asam pikrat jenuh, Na2CO3 8%, merah berarti dalam sampel tersebut
asam tartrat 5%, NaCl, K2CrO4 5%, dan terdapat asam sianida (HCN).
aquadest.
Analisis Kuantitatif [3]
Prosedur Penelitian Ditimbang sebanyak 20 gr
Persiapan Sampel sampel yang telah dihaluskan
Sampel talas yang akan kemudian ditambahkan 100 ml
ditetapkan kadar HCN dikupas dan aquadest dalam labu alas bulat,
dicuci, talas sebanyak 250 gram maserasikan (rendam) selama 2 jam
kemudian diiris dengan ketebalan 2 cm, ditutup rapat. Kemudian ditambahkan
lalu direndam dengan air sebanyak 500 100 ml aquadest dan destilasi. Destilat
ml dalam baskom. Dilakukan ditampung dalam erlenmeyer yang
perendaman dengan variasi waktu 0 telah diisi dengan 20 ml NaOH 2,5%.
menit, 10 menit, 20 menit, dan 30 Setelah destilat mencapai 150 ml,
menit. maka proses destilasi dihentikan.
Destilat kemudian ditambahkan 5 ml KI
Pemeriksaan Organoleptis 5% dan 8 ml NH4OH. Campuran
Pemeriksaan organoleptis destilat tersebut di titrasi dengan
meliputi pemeriksaan warna, bau, dan larutan AgNO3 0,02 N sampai terjadi
rasa. kekeruhan. Prosedur diatas diulang
untuk sampel yang sudah direndam
Standarisasi AgNO3 dengan NaCl dengan waktu 10 menit, 20 menit, dan
[5] 30 menit. Dilakukan penetapan blanko
Ditimbang 50 mg NaCl ditambah dengan cara yang sama tanpa
25 ml aquadest. Ditambahkan 2 tetes menggunakan sampel. Hitung kadar
indikator kalium kromat. Titrasi dengan asam sianida dengan rumus

( )

Analisis Data HASIL PENELITIAN


Setelah dilakukan pengujian dan Setelah dilakukan penelitian
perhitungan kadar akan diperoleh data, terhadap kadar asam sianida (HCN)
data-data tersebut kemudian dibuat dalam talas dengan variasi waktu
kurva hubungan antara waktu perendaman, diperoleh data sebagai
perendaman dengan kadar sianida. berikut :

32 Jurnal Analis Farmasi Volume 5 No. 1 April 2020


Penetapan Kadar Asam Sianida Pada Talas (Colocasia esculenta)
Dengan Variasi Waktu Perendaman Secara Argentometri

Pemeriksaan Organoleptis :
Tabel 1
Hasil Pemeriksaan Organoleptis Talas (Colocasia esculenta)

Waktu
Warna Rasa Bau
Perendaman
Putih kebiruan setelah didiamkan
0 menit Tidak ada rasa Tidak berbau
beberapa waktu
10 menit Putih Tidak ada rasa Tidak berbau
20 menit Putih Tidak ada rasa Tidak berbau
30 menit Putih Tidak ada rasa Tidak berbau

Uji Kualitatif
Tabel 2
Hasil Uji Kualitatif asam sianida (HCN) Pada Talas Dengan Variasi Waktu Perendaman

Waktu Hasil
Reaksi Hasil Pustaka kesimpulan
Perendaman Pengamatan
0 menit Kertas saring + asam Merah Positif
10 menit pikrat jenuh → kuning. Merah Positif
20 menit Kertas dikeringkan lalu Merah Positif
Kertas pikrat
diletakkan di atas
menjadi
mulut erlenmeyer +
warna merah
Na2CO3, dipanaskan
30 menit (positif) Merah Positif
diatas penangas air
dengan suhu 50 oC
selama 15 menit.

Data Hasil Penetapan Kadar


Tabel 3
Hasil Penetapan Kadar Asam Sianida (HCN) Pada Talas Dengan Variasi Waktu
Perendaman

Waktu Pengulangan Kadar Kadar rata- Standar FAO


Perendaman HCN rata (mg/kg) (maks. 50
(mg/kg) mg/kg)
1 34,54
0 menit 34,12 ± 0,58 MS
2 33,71
1 29,60
10 menit 28,78 ± 1,15 MS
2 27,96
1 23,02
20 menit 22,61 ± 0,57 MS
2 22,20
1 15,63
30 menit 15,21 ± 0,57 MS
2 14,80

Keterangan :
TMS : Tidak Memenuhi Syarat
MS : Memenuhi Syarat

PEMBAHASAN Jaya Timur Kecamatan Terbanggi Besar


Organoleptis Talas Lampung Tengah. Talas yang sudah
Pada penelitian ini sampel yang dicabut dari pohonnya kemudian
digunakan adalah talas (Colocasia dimasukkan ke dalam kantong plastik
esculenta) yang diambil di salah satu dan diikat kemudian dibawa ke
rumah warga di desa Taqwa Bandar laboratorium, kemudian dilakukan

Jurnal Analis Farmasi Volume 5 No. 1 April 2020 33


Mardiyono

proses pengupasan, pengirisan dan menit, 20 menit, 30 menit. Setelah


perendaman dengan variasi waktu 0 direndam dengan variasi waktu
menit, 10 menit, 20 menit dan 30 tersebut talas dihaluskan yang
menit. Penanganan talas dari bertujuan untuk memperluas
pengambilan atau pencabutan dari permukaannya dan agar HCN yang
pohon sampai diproses untuk penelitian terdapat dalam daging talas mudah
dilakukan pada hari yang sama, karena larut. Talas yang sudah dihaluskan
dilihat dari sifat asam sianida yang ditimbang sebanyak 20 gram dan
mudah menguap, maka jika terlalu dimasukkan dalam erlenmeyer,
lama asam sianida pada talas dapat tambahkan 50 ml air dan maserasi
hilang. selama 2 jam. Maserasi sampel ini
Hasil pemeriksaan organoleptis bertujuan untuk melakukan penyarian
dari sampel yang memiliki perbedaan zat aktif yang terdapat pada sampel
perlakuan perendaman di dapat ciri dimana cairan penyari (pelarut) yang
organoleptis yang sama, dapat dilihat digunakan adalah air, karena asam
pada Tabel 1, yang meliputi : sianida mudah larut dalam air.
1. Warna Pada saat proses maserasi,
Talas yang diambil di salah satu ditambahkan pula asam tartrat 10 %
rumah warga di desa Taqwa yang bertujuan untuk menghasilkan
Bandar Jaya Timur Kecamatan uap HCN. Uap HCN yang dihasilkan
Terbanggi Besar Lampung Tengah disebabkan oleh hidrogen dari asam
ini setelah dikupas kulitnya tartrat bereaksi dengan ion CN- yang
berwarna putih kemudian setelah terlarut dalam air sehingga dihasilkan
didiamkan selama beberapa waktu uap HCN. Reaksi yang terjadi yaitu:
akan berubah menjadi warna putih 2CN¯ + 2H → 2HCN
kebiruan, hal tersebut menandakan Selanjutnya kertas saring bulat
bahwa talas mengandung asam berdiameter ± 10 cm dicelupkan ke
sianida (HCN). Perubahan warna dalam asam pikrat jenuh sehingga
pada talas tersebut disebabkan kertas saring menjadi berwarna kuning.
karena asam sianida yang Setelah kering kemudian kertas pikrat
terkandung didalam talas menguap ditutupkan pada mulut erlenmeyer agar
dan bereaksi dengan udara kertas tidak kontak langsung dengan
sehingga warna menjadi kebiruan. cairan didalam erlenmeyer dan basahi
2. Rasa dengan Na2CO3 8%. Terakhir
Talas yang diambil di salah satu dipanaskan pada penangas air dengan
rumah warga di desa Taqwa suhu 50oC selama 15 menit hal ini
Bandar Jaya Timur Kecamatan membantu penguapan HCN dalam
Terbanggi Besar Lampung Tengah sampel. Pada proses ini terjadi reaksi
ini rasanya hambar atau tidak ada warna antara kertas pikrat dengan
rasa. Na2CO3, warna kuning dari kertas
3. Bau pikrat menjadi warna merah. Hal
Hampir semua talas memiliki bau tersebut terjadi karena uap HCN yang
khas talas, termasuk talas yang keluar terperangkap dalam kertas
diambil dari salah satu rumah pikrat dengan adanya penambahan
warga di desa Taqwa Bandar Jaya Na2CO3.
Timur Kecamatan Terbanggi Besar Dari hasil percobaan diperoleh
Lampung Tengah. bahwa talas dengan variasi waktu
perendaman 0 menit, 10 menit, 20
Analisis Kualitatif Asam Sianida menit dan 30 menit mengandung asam
(HCN) pada Talas sianida (HCN) yang ditandai dengan
Pada sampel talas dilakukan perubahan warna dari kuning menjadi
analisis kualitatif agar diketahui bahwa warna merah pada kertas saring. Hal
talas ini mengandung asam sianida ini dikarenakan asam pikrat pada
(HCN) atau tidak. Pada analisis kertas saring ini berfungsi supaya uap
kualitatif ini percobaan diawali dengan HCN terperangkap di dalam asam
mengupas, mengiris dan merendam tersebut dan dapat mengubah kertas
talas dengan variasi waktu 0 menit, 10

34 Jurnal Analis Farmasi Volume 5 No. 1 April 2020


Penetapan Kadar Asam Sianida Pada Talas (Colocasia esculenta)
Dengan Variasi Waktu Perendaman Secara Argentometri

saring yang semula berwarna kuning Titik akhir titrasi (TAT) ditandai dengan
menjadi warna merah. terjadinya kekeruhan yang stabil.

Penetapan Kadar Asam Sianida


(HCN) pada Talas
Pada penetapan kadar asam
sianida (HCN) dilakukan dua kali
pengulangan dari masing-masing
sampel yang berbeda perlakuan waktu
perendaman untuk mendapatkan
gambaran kadar asas sianida dalam
talas tersebut. Sampel yang diambil
dari salah satu rumah warga di desa
Taqwa Bandar Jaya Timur Kecamatan Metode yang digunakan dalam
Terbanggi Besar Lampung Tengah ini titrasi ini adalah metode argentometri
masih bentuk utuh belum mengalami Liebig deniges karena ion sianida yang
perlakuan apapun. Selanjutnya yang bereaksi dengan larutan perak nitrat
dilakukan di laboratorium adalah akan membentuk kompleks stabil AgCN
pengupasan kulit, pengirisan, yang ditunjukkan dengan terjadinya
perendaman, penghalusan, kekeruhan. Namun ada kelemahan dari
penimbangan, destilasi dan titrasi. cara Liebig ini yaitu kesukaran dalam
Pada percobaan ini dilakukan memperoleh titik akhir titrasi yang jelas
perendaman sampel talas dengan disebabkan karena sangat lambatnya
variasi waktu 0 menit, 10 menit, 20 endapan melarut pada saat mendekati
menit dan 30 menit. Perbedaan waktu titik akhir. Penggunaan metode
perendaman ini dilakukan untuk argentometri dengan memperhatikan
melihat penurunan kadar asam sianida metode yang tidak membutuhkan biaya
(HCN) yang terdapat di dalam umbi yang tinggi, mudah dikerjakan,
talas, karena sifat HCN yang larut reagennya mudah didapat, dan asam
dalam air. Kemudian setelah direndam sianida (HCN) relatif lebih stabil dan
sampel dihaluskan (dalam keadaan tidak membutuhkan larutan baku asam
terbuka), ini dimaksudkan untuk sianida (HCN), terlebih lagi kandungan
memperluas permukaannya dan asam sianida dalam talas secara teoritis
supaya HCN yang terkandung dalam adalah 34,10 mg/kg, yang artinya
daging talas mudah larut kemudian bukan merupakan trace element yang
selanjutnya ditimbang sebanyak 20 kadarnya kecil, sehingga cukup
gram dan didestilasi. dilakukan dengan titrasi [1].
Perlakuan destilasi dilakukan Cara Liebig hanya
untuk mengeluarkan asam sianida mengahasilkan titik akhir titrasi yang
(HCN) yang terdapat pada talas. memuaskan apabila pemberian
Pemilihan cara destilasi dengan pereaksi pada saat mendekati titik
memperhatikan sifat dari asam sianida akhir dilakukan perlahan-lahan, serta
yang mudah menguap dan memiliki tidak dapat dilakukan pada keadaan
titik didih 25,6oC. Hasil destilasi atau larutan amoniakalis karena ion perak
destilat ditampung dalam erlenmeyer akan membentuk kompleks Ag(NH3)2+
yang sudah berisi NaOH 2,5% dimana yang larut. Hal tersebut dapat diatasi
fungsinya agar gas sianida yang dengan menambahkan sedikit larutan
tertampung dalam erlenmeyer dapat kalium iodida sehingga kekeruhan yang
diikat oleh NaOH menjadi garam terjadi disebabkan oleh terbentuknya
sianida (NaCN). Destilat yang diperoleh perak iodida.
kemudian ditambahkan NH4OH yang Pada penelitian ini dilakukan
fungsinya untuk melarutkan perak penetapan blanko yang bertujuan
sianida (AgCN) dan penambahan untuk memperkecil kesalahan dalam
larutan KI sebagai indikator. suatu metode. Penetapan blanko
Selanjutnya dititrasi dengan dilakukan dengan cara yang sama
menggunakan larutan baku AgNO3. seperti pengujian yang sebenarnya
tanpa menggunakan sampel dan

Jurnal Analis Farmasi Volume 5 No. 1 April 2020 35


Mardiyono

didapat hasil sebesar 1,3 ml. Volume awal umbi gadung mengandung kadar
titar blanko yang didapat lebih rendah HCN sebesar 60,31 ppm atau setara
dari volume titran semua sampel, dengan 750 mg/kg sampel, kadar ini
dengan demikian penetapan blanko tinggi dan melebihi batas kadar
yang dilakukan sudah tepat. maksimum HCN pada umbi-umbian
Hasil analisis penetapan kadar yang ditetapkan oleh FAO yaitu sebesar
asam sianida pada talas dengan variasi 50 mg/kg. Namun demikian, dengan
waktu perendaman, dapat dilihat pada perendaman air kapur ternyata dapat
gambar berikut : menurunkan kadar HCN pada umbi
40 gadung sebesar 15,720 ppm.
Rata-rata Kadar HCN

Penurunan kadar HCN ini disebabkan


30 karena kapur yang digunakan masih
mengandung zat-zat mineral lain yang
(mg/kg)

20 mungkin dapat menghambat proses


penyerapan sianida pada gadung.
10 Semakin banyak penambahan Ca(OH) 2
semakin banyak pula kalsium yang
0
mengikat sianida sehingga sianida yang
0 10 20 30 terlepas dari umbi gadung semakin
Waktu Perendaman (menit)
banyak. Sedangkan pada penelitian
Gambar 1
yang penulis lakukan yaitu penurunan
Grafik Rata-rata Kadar HCN Pada Talas
kadar sianida pada talas dengan
perendaman dalam air. Ternyata
Dari gambar tersebut dapat
dengan melakukan perendaman
diartikan bahwa semakin lama proses
dengan air saja sudah dapat
perendaman maka kadar sianida yang
menurunkan kadar sianida pada talas
diperoleh semakin kecil, hal tersebut
dan sebelum direndampun atau tanpa
menandakan bahwa ada penurunan
perendaman kadar sianida yang
kadar asam sianida (HCN) pada talas
diperoleh dari penelitian yang dilakukan
dengan perbedaan perlakuan
penulis yaitu sebesar 34,12 mg/kg.
perendaman yaitu dengan variasi
Kadar tersebut sudah memenuhi
waktu perendaman 0 menit, 10 menit,
standar yang ditetapkan oleh FAO yaitu
20 menit dan 30 menit. Secara umum
50 mg/kg.
perlakuan perendaman dapat
menurunkan kadar HCN pada talas.
KESIMPULAN
Kadar HCN terendah terdapat pada
Berdasarkan hasil penelitian
waktu perendaman 30 menit yaitu
penetapan kadar asam sianida (HCN)
dengan rata-rata kadar sebesar 15,21
pada talas dengan variasi waktu
mg/kg, sedangkan kadar HCN tertinggi
perendaman terdapat penurunan
terdapat pada waktu perendaman 0
kandungan asam sianida dari sampel
menit atau tanpa perendaman yaitu
talas yang telah di uji, dengan rata-rata
rata-rata kadar sebesar 34,12 mg/kg
kadar HCN yaitu 0 menit :34,12
dan kadar tersebut masih berada di
mg/kg; 10 menit : 28,78 mg/kg; 20
bawah standar yang ditetapkan oleh
menit : 22,61 mg/kg; 30 menit : 15,21
FAO yaitu umbi-umbian dengan kadar
mg/kg.
HCN maksimum 50 mg/kg masih aman
untuk dikonsumsi. Semakin lama waktu
SARAN
perendaman maka semakin menurun
Dari hasil penelitian, maka
kadar asam sianida yang terkandung di
penulis memberikan saran sebagai
dalam sampel, karena asam sianida
berikut :
yang terkandung dalam sampel akan
a. Perlu dilakukan penelitian lebih
terlarut dengan air pada saat proses
lanjut untuk mengetahui kadar
perendaman.
kalsium oksalat pada talas, karena
Berdasarkan penelitian
kalsium oksalat pada talas dapat
sebelumnya yang dilakukan oleh Rosa
menyebabkan gatal-gatal dan
dkk [7], optimasi penurunan HCN pada
iritasi pada kulit.
umbi gadung dilakukan dengan
perendaman air kapur. Karakteristik

36 Jurnal Analis Farmasi Volume 5 No. 1 April 2020


Penetapan Kadar Asam Sianida Pada Talas (Colocasia esculenta)
Dengan Variasi Waktu Perendaman Secara Argentometri

b. Perlu adanya perhatian khusus Produk Cake Dalam Upaya


terhadap preparasi sampel pada Diversifikasi Olahan Pangan Lokal
saat penghalusan karena (Cinnamon Bothe Cake, Cup Cake
penghalusan dilakukan pada Chochip, Dan Brownies With Pound
tempat yang terbuka sehingga Cake), Skripsi, Universitas Negeri
menyebabkan asam sianida yang Yogyakarta.
terkandung hilang. 6. Rachmawati, R.F,2012, Penentuan
c. Untuk masyarakat yang ingin Hidrosianida (HCN) Kualitatif Dan
mengkonsumsi talas, melihat Kuantitatif dalam Maharani, 2014,
kandungan asam sianidanya yang Penetapan Kadar Asam Sianida
rendah (kurang dari 50 mg/kg) Pada Singkong (Manihot esculenta
makapengolahannya dapat crantz.) Dengan Variasi Waktu
dilakukan tanpa perendaman, Perendaman Secara Argentometri,
cukup dicuci dengan air mengalir. Karya Tulis Ilmiah, Akafarma
Lampung.
DAFTAR PUSTAKA 7. Rosa, D.L.; Hidayat, N.;
1. Anhwange,B.A., Asemave,K., Wignyanto, 2014, Optimasi
Ikyenge,B.A., Oklo,D.A., 2011, Penurunan HCN Pada Umbi Gadung
Hydrogen Cyanide Content Of (Dioscorea hispidia dennst) Dengan
Manihort Utilissima, Colocasia Perendaman Air Kapur, Skripsi,
Esculenta, Dioscorea Bulbifera, Teknologi Industri Pertanian
Dioscorea Domentorum Tubers, Universitas Brawijaya, Malang.
Found in Benue State, International 8. Suudah, E.N.; Yusriana, C.S.;
Journal of Chemistry, Vol.3, No.4, Dewi, T.N, 2015, Uji Efektifitas
Benue State University. Ketepatan Waktu Pemberian
2. Koswara, S, 2013, Teknologi Kombinasi Natrium Tiosulfat dan
Pengolahan Umbi-umbian (Bagian Natrium Nitrit Sebagai Antidotum
1 Pengolahan Umbi Talas), Institut Ketoksikan Akut Kalium Sianida
Pertanian Bogor, Bogor. Pada Mencit (Mus musculus),
3. Kurniati, L.I.; Aida, N.; Gunawan, Jurnal Permata Indonesia, 6(1),
S.; Widjaja, T, 2012, Pembuatan 21-28, Poltekkes Permata
Mocaf (Modified Cassava Flour) Indonesia, Yogyakarta.
Dengan Proses Fermentasi 9. Wahyuningsih, Sri, 2013,
Menggunakan Lactobacillus Penetapan Kadar Asam Sianida
Plantarum, Saccharomyces Pada Rebung Bambu Betung
cereviseae dan Rhizopus oryzae, (Dendrocalamus asper) Yang Dijual
Jurnal Teknik Pomits, 1(1), 1-6, Dibeberapa Kecamatan Tanjung
Institut Teknologi Sepuluh Karang Pusat Dengan Metode
November, Surabaya. Argentometri Libieg Deniges, Karya
4. Maharani, C.M, 2014, Penetapan Tulis Ilmiah, Akafarma Lampung.
Kadar Asam Sianida Pada Singkong 10. Wijaya, C,; Irwanto, M, 2004,
(Manihot esculenta crantz.) Dengan Prarencana Pabrik Dextrin Dari Ubi
Variasi Waktu Perendaman Secara Talas, Universitas Katolik Widya
Argentometri, Karya Tulis Ilmiah, Mandala, Surabaya.
Akafarma Lampung. 11. Winarno , F.G, 2002, Kimia Pangan
5. Nurhidayati, 2012, Substitusi dan Gizi, Gramedia Pustaka Utama,
Tepung Talas Pada Pembuatan Jakarta.

Jurnal Analis Farmasi Volume 5 No. 1 April 2020 37

Anda mungkin juga menyukai