Farm
2. Organoleptik
Bentuk
Warna
Bau
Rasa
3. Makroskopik
Mata telanjang
Kaca pembesar (loupe)
4. Mikroskopik
• Dilakukan pemeriksaan : irisan, serbuk
• Guna : penyusunan/ komposisi fragmen, karakteristik
• Pada pengujian mikroskopik, digunakan pereaksi air,
fluoroglusin LP dan kloralhidrat LP.
• Informasi :
Kebenaran simplisia
Adanya pengotoran fragmen
Penggantian / pemalsuan
4. Penetapan kadar sari larut dalam air
5 g serbuk simplisia dimaserasi selama 24 jam dengan 100 ml etanol 95% dalam
labu bersumbat sambil berkali-kali dikocok selama 6 jam pertama dan kemudian
dibiarkan selama 18 jam.
Saring cepat untuk mencegah penguapan etanol 95%, uapkan 20 ml filtrat
hingga kering dalam cawan penguap berdasar rata yang telah ditara, panaskan
sisa pada suhu 105°C hingga bobot tetap.
Hitung kadar dalam persen sari yang larut dalam etanol 95%, dihitung terhadap
bahan yang telah dikeringkan diudara
𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑆𝑎𝑟𝑖 (𝑔)
Kadar sari larut dalam etanol 𝑥 5 𝑥 100%
𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 (𝑔)
6. Identifikasi kandungan kimia
1. Identifikasi Alkaloid
I. Reaksi Pengendapan
Serbuk simplisia 500 mg, kemudian ditambahkan 1 ml asam klorida 2N dan 9 ml
air suling, dipanaskan di atas penangas air selama 2 menit, didinginkan dan
disaring. Filtrat digunakan untuk percobaan berikut :
1) Dalam kaca arloji, 3 tetes filtrat ditambahkan dengan 2 tetes pereaksi
Bouchardat, akan terbentuk endapan berwarna coklat sampai hitam
2) Dalam kaca arloji, 3 tetes filtrat ditambahkan dengan 2 tetes pereaksi Mayer,
akan terbentuk endapan menggumpal berwarna putih atau kuning yang larut
dalam metalol P
3) Dalam kaca arloji, 3 tetes filtrat ditambahkan dengan 2 tetes pereaksi
Dragendroff, akan terbentuk warna merah atau jingga.
Alkaloid positif jika terjadi perubahan paling sedikit 2 dari percobaan di atas
II. Reaksi Warna
Serbuk simplisia disari dengan 10 ml campuran eter – kloroform
(3:1)
Uapkan beberapa ml filtrat dalam cawan porselin.
Pada sisa tambahkan 1 – 3 tetes larutan percobaan seperti yang
tertera pada masing-masing monografi.
Larutan percobaan : Asam sulfat P, Asam nitrat P, Larutan Pereaksi
Frohde, Larutan Pereaksi Erdmann
2. Identifikasi Glikosida
a) Membuat larutan percobaan
3 gram serbuk simplisia disari dengan 30 ml campuran etanol 95% -
air (7:3), direfluks selama 10 menit, didinginkan dan disaring. Pada
20 ml filtrat ditambahkan 25 ml air dan 25 ml timbal asetat 0,4 M,
dikocok, didiamkan 5 menit, lalu disaring. Filtrat disari dengan 20 ml
campuran isopropanol dan kloroform (2:3), dilakukan berulang-ulang
sebanyak 3 kali. Kumpulan sari ditambahkan natrium sulfat anhidrat
P, saring, dan diuapkan pada temperatur tidak lebih dari 50ºC,
sisanya dilarukan dalam 2 ml metanol.
b) Percobaan umum glikosida
1. Reaksi Liebermann-Burchard : 0,1 ml larutan percobaan
diuapkan di atas penangas air, ditambahkan 5 ml asam
asetat anhidrat P dan 10 tetes asam sulfat P. terjadi warna
biru atau hijau menunjukkan positif glikosida.
2. Reaksi Molish : 0,1 ml arutan percobaan dalam tabung
reaksi diuapkan diatas penangas air, tambahkan 2 ml air
dan 5 tetes larutan peraksi Molish. Ditambahkan hati-hati
2 ml asam sulfat pekat melalui dinding tabung,
terbentuknya cincin ungu pada batas kedua cairan
menunjukkan adanya ikatan gula, dengan demikian
menunjukkan adanya glikosida
c) Percobaan glikosida jantung
1. Encerkan 0,1 ml larutan percobaan dengan 2,9 ml metanol P, tambahkan larutan
pereaksi Baljet. Setelah beberapa menit jika terjadi warna jingga maka menunjukkan
adanya glikosida dan aglikon kardenolida
2. Pada 0,1 ml larutan percobaan ditambahkan 2 ml larutan pereaksi Kedde dan 2 ml
kalium hidroksida 1 N. dalam beberapa menit jika terjadi warna merah ungu sampai
biru ungu maka menunjukkan adanya glikosida dan aglikon kardenolida
3. 0,1 ml larutan percobaan dalam tabung reaksi diuapkan diatas penangas air.
Tambahkan 3 ml larutan xantidrol P 0,01% b/v dalam asam asetat P dan 1 tetes asam
klorida P. maka larutan akan berwarna kuning intensif. Lalu dipanaskan diatas
penangas air selama 3 menit. Jika warna larutan berubah menjadi merah intensif
mka menunjukkan adanya glikosida dan glikon-2-desoksigula
4. Reaksi Keller-Kiliani : 0,2 ml larutn percobaan diuapkan diatas penangas air.
Tambahkan 3 ml asam asetat P dengan sedikit pemanasan, lalu dinginkan. Teteskan
besi (III) klorida 0,3M lalu tambahkan hati-hati campuran 3 ml asam sulfat P dan 1
tetes besi (III) klorida 0,3 M, terbentuk cincin berwarna merah coklat pada batas
cairan, setelah beberapa menit diatas cincin berwarna biru hijau, maka menunjukkan
adanya glikosida dan aglikon 2-desoksigula
d) Kromatografi Lapis Tipis
Pipet mikro
Dalam KLT, perbandingan jarak rambat suatu senyawa tertentu terhadap jarak rambat
fase gerak, diukur dari titik penotolan sampai titik yang memberikan intensitas
maksimum pada bercak, disebut sebagai harga Rf (waktu retensi).
Perbandingan jarak rambat suatu senyawa tertentu dengan jarak rambat pembanding
dinyatakan sebagai harga Rf.
𝐽𝑎𝑟𝑎𝑘 𝑁𝑜𝑑𝑎 (𝑠𝑜𝑙𝑢𝑡𝑒)
Harga Rf =
𝐽𝑎𝑟𝑎𝑘 𝐸𝑙𝑢𝑒𝑛 (𝑝𝑒𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡)
Harga Rf berubah sesuai kondisi percobaan karena itu identifikasi sebaiknya dilakukan
menggunakan pembanding dan bahan uji pada lempeng yang sama.
Kromatogram dibuat dengan menotolkan Larutan uji, Larutan pembanding, dan suatu
campuran Larutan uji dan Larutan pembanding dalam jumlah yang kurang lebih sama
pada lempeng lapis tipis, dalam satu garis lurus sejajar dengan tepi bawah lempeng
kromatografi.
Tiap penotolan contoh mengandung zat uji yang bobotnya kurang lebih sama. Jika zat
uji yang diidentifikasi dan pembanding itu sama, terdapat kesesuaian dari harga Rf
pada semua kromatogram, dan kromatogram dari campuran menghasilkan bercak
tunggal, yaitu Rf adalah 1,0.
Penetapan letak bercak yang dihasilkan KLT letaknya dapat
ditetapkan dengan :
1. pengamatan langsung jika senyawanya tampak pada cahaya
tampak, ultraviolet gelombang pendek (254 nm) atau
gelombang panjang (366 nm);
2. pengamatan dengan cahaya tampak atau ultraviolet setelah
disemprot dengan larutan penampak bercak.
1. Penjenuhan bejana
Tempatkan kertas saring dalam bejana kromatografi. Tinggi kertas saring 18 cm
dan lebamya sama dengan lebar bejana. Masukkan sejumlah larutan pengembang
ke dalam bejana kromatografi, hingga tingginya 0,5 sampai 1 cm dari dasar
bejana. Tutup kedap dan biarkan hingga kertas saring basah seluruhnya. Kertas
saring harus selalu tercelup ke dalam larutan pengembang pada dasar bejana.
Kecuali dinyatakan lain pada masing-masing monografi, prosedur KLT dilakukan
dalam bejana jenuh.
2. Pembuatan Larutan uji KLT
Timbang saksama lebih kurang 1 g serbuk simplisia, rendam sambil dikocok di atas
penangas air dengan 10 mL pelarut yang sesuai selama 10 menit. Masukkan filtrat
ke dalam labu tentukur 10 mL tambahkan pelarut sampai tanda.
3. Prosedur KLT
Totolkan Larutan uji dan Larutan pembanding dengan jarak antara 1,5 sampai 2 cm dari tepi
bawah lempeng, dan biarkan mengering. Gunakan alat sablon untuk menentukan tempat
penotolan dan jarak rambat, beri tanda pada jarak rambat.
Tempatkan lempeng pada rak penyangga, hingga tempat penotolan terletak di sebelah bawah,
dan masukkan rak ke dalam bejana kromatografi.
Larutan pengembang dalam bejana harus mencapai tepi bawah lapisan penjerap, totolan jangan
sampai terendam.
Letakkan tutup bejana pada tempatnya dan biarkan sistem hingga fase gerak merambat sampai
batas jarak rambat.
Keluarkan lempeng dan keringkan di udara, dan amati bercak dengan sinar tampak, ultraviolet
gelombang pendek (254 nm) kemudian dengan ultraviolet gelombang panjang (366 nm).
Ukur dan catat jarak tiap bercak dari titik penotolan serta catat panjang gelombang untuk tiap
bercak yang diamati. Tentukan harga Rf. Jika diperlukan, semprot bercak dengan pereaksi
penampak bercak, amati dan bandingkan kromatogram bahan uji dengan kromatogram
pembanding.