PENDAHULUAN
Banyak bahan obat yang mempunyai rasa dan susunan yang tidak
menyenangkan dan dapat dibuat lebih enak pada pemberian oral
bila diformulasikan menjadi emulsi.
Beberapa obat menjadi lebih mudah diabsorpsi bila obat-obat
tersebut diberikan secara oral dalam bentuk emulsi.
Emulsi memiliki derajat elegansi tertentu dan mudah discuci bila
diinginkan.
Formulator dapat mengontrol penampilan, viskositas, dan
kekasaran (greasiness) dari emulsi kosmetik maupun emulsi
dermal.
Emulsi telah digunakan untuk pemberian makanan berlemak
secara intravena akan lebih mudah jika dibuat dalam bentuk
emulsi.
Aksi emulsi dapat diperpanjang dan efek emollient yang lebih
besar daripada jika dibandingkan dengan sediaan lain.
Emulsi juga memiliki keuntungan biaya yang penting daripada
preparat fase tunggal, sebagian besarlemak dan pelarut-pelarut
untuk lemak yang dimaksudkan untuk pemakaian ke dalam tubuh
manusia relatif memakan biaya, akibatnya pengenceran dengan
suatu pengencer yang aman dan tidak mahal seperti air sangat
diinginkan dari segi ekonomis selama kemanjuran dan
penampilan tidak dirusak.
II.1.3 Kerugian Sediaan Emulsi
1. M/A (minyak/air)
Suatu emulsi dimana minyak terdispersi sebagai tetesan-tetesan
dalam fase air dan diistilahkan emulsi minyak dalam air.
2. A/M (air/minyak)
Jika air adalah fase terdispersi dan minyak adalah medium
pendispersi, maka emulsi disebut emulsi air dalam minyak.
3. Emulsi ganda telah dikembangkan berdasarkan pencegahan
pelepasan bahanaktif. Dalam tipe emulsi ini dihadirkan 3 fase
yang disebut bentuk emulsi A/M/A atau M/A/M atau disebut
emulsi dalam emulsi”. Kebanyakan emulsi yang berlaku dalam
farmasi mempunyai partikel terdispersi dengan diameter dalam
range 0,1-100 m.
Jika tetesan-tetesan minyak didispersikan dalam fase air, fase
kontinyu, maka emulsi disebut minyak dalam air (M/A). Jika minyak
merupakan fase kontinyu, emulsi merupakan tipe air dalam minyak
(A/M). Telah diamati bahwa emulsi M/A kadang-kadang berubah
menjadi emulsi A/M atau sebaliknya (inversi).
Dua tipe emulsi tambahan yang digolongkan sebagai emulsi
ganda, tampaknya diterima oleh para ahli kimia. Secara keseluruhan
memungkinkan untuk membuat emulsi ganda dengan karakteristik
minyak dalam air dalam minyak (M/A/M) atau air dalam minyak
dalam air (A/M/A).
Ukuran partikel dari fase terdispersi menentukan penampilan
sutau emulsi berkisar dari 0,25-10 . Ditetapkan bahwa partikel-
partikel terdispersi yang cukup baik mempunyai suatu diameter
kurang dari ¼ panjang gelombang cahaya tampak sehingga
transparan pada mata. Dalam suatu mikroemulsi, ada bola-bola
terdispersi yang mempunyai jari-jari dibawah kisaran 10-75 nm.
II.1.6 Cara Memprediksi tipe Emulsi
1. Uji pengenceran.
Metode ini tergantung pada kenyataan bahwa suatu emulsi M/A
dapat diencerkan dengan air dan emulsi A/M dengan minyak. Saat
minyak ditambahkan, tidak akan bercampur ke dalam emulsi dan
dan akan nampak nyata pemisahannya. Tes ini secara benar
dibuktikan bila penambahan air atau minyak diamati secara
mikroskop.
2. Uji Konduktivitas.
Emulsi dimana fase kontinyu adalah cair dapat dianggap memiliki
konduktivitas yang tinggi dibanding emulsi dimana fase kontinyunya
adalah minyak. Berdasarkan ketika sepasang elektrode
dihubungkan dengan sebuah lampu dan sumber listrik,
dimasukkan dalam emulsi M/A, lampu akan menyala karena
menghantarkan arus untuk kedua elektrode. Jika lampu tidak
menyala, diasumsikan bahwa sistem A/M.
3. Uji Kelarutan Warna.
Bahwa suatu pewarna larut air akan larut dalam fase berair dari
emulsi. Sementara zat warna larut minyak akan ditarik oleh fase
minyak. Jadi ketika pengujian mikroskopik menunjukkan bahwa zat
warna larut air telah ditarik untuk fase kontinyu, uji ini diulangi
menggunakan sejumlah kecil pewarna larut minyak, pewarnaan
fase kontinyu menunjukkan tipe A/M.
II.1.8 Pembentukan dan Pemecahan tetesan fase terdispersi
b. Penggabungan tetesan-tetesan
Koalesen adalah proses tersendiri dari flokulasi (agregasi) yang
umumnya mengawali flokulasi. Sementara flokulasi adalah penyatuan
partikel sedangkan koalesen adalah penggabungan aglomerat menjadi
tetesan yang lebih besar atau tetesan-tetesan. Koalesen Bisaanya lebih
cepat jika 2 cairan yang tidak saling bercampur dikocok bersama, sejak
tidak ada energi barier yang besar untuk mencegah penggabungan
tetesan dan reformasi dari fase bersama aslinya. Jika suatu bahan
pengemulsi ditambahkan ke dalam system, flokulasi masih dapat terjadi
tetapi koalesen dikurangi menjadi lebih sedikit tergantung manjurnya
bahan pengemulsi untuk membentuk kestabilan lapisan koheren antar
muka. Karena itu, sebaiknya membuat emulsi yang diflokulasi sebelum
berkoalesen. Dalam penambahan lapisan antar muka sekatar aksi
tetesan sebagi barier mekanik, teteasan juga dicegah dari
pembentukan koalesen dengan adanya lapisan tipis dari fase kontinu
antara partikel yang berkumpul bersama.
II.1.9 Teori Emulsifikasi
3. Inversi
Emulsi dikatakan membalik ketika perubahan emulsi dari M/A ke A/M
atau sebaliknya. Inversi kadang-kadang terjadi dengan penambahan
elektrolit atau dengan mengubah rasio fase volume. Sebagai contoh
emulsi M/A yang mengandung natrium stearat sebagai pengemulsi
dapat ditambahkan kalsium klorida karena kalsium stearat dibentuk
sebagai bahan pengemulsi lipofilik dan mengubah pembentukan
produk A/M.
dalam kloroform p.
Fungsi : Antioksidan
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat terlindung dari
cahaya.
Konsentrasi : 0,001%
4. Gliserin (Dirjen POM, 1979)
Nama resmi : GLYCEROLUM
Nama lain : Gliserol
RM/BM : C3H8O3/92,10
Pemerian : Tidak berwarna, jernih, rasa manis, diikuti rasa
hangat, tidak berbau dan cairan seperti sirup.
Kelarutan : Dapat campur dengan air, dengan etanol (95%)
P, praktis tidak larut dalam kloroform P, dalam
eter P dan dalam minyak lemak.
Fungsi : Emolien
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik.
Konsentrasi : 10%
5. Isopropil myristat (Rowe, 2009)
Nama resmi : ISOPROPYL MYRISTAT
Nama lain : Isopropil myristat
RM/BM : C17H34O2 / 270,5
Pemerian : Tidak berwarna
Kelarutan : Larut dalam aseton, kloroform, etanol 95%, etil
asetat, praktis tidak larut dalam gliserin, gliserol
dan air.
Fungsi : Zat penetrasi
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat, tempat sejuk dan
kering.
Konsentrasi : 5%
6. Vaselin kuning (Dirjen POM, 1979)
Nama resmi : VASELINUM FLAVUM
Nama lain : Vaselin kuning
Pemerian : Berwarna kuning, tidak berasa, tidak berbau,
massa semi solid.
Kelarutan : Praktis tidak larut dalam air, tidak larut dalam
etanol (95%) P.
Fungsi : Basis
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik.
Konsentrasi : 10%
7. Asam stearat (Dirjen POM, 1979)
Nama resmi : ACIDUM STEARICUM
Nama lain : Asam oktadekanoatm, asam stearat
RM/BM : C18H36O2 / 284,47
Pemerian : Warna putih, kuning pucat, bentuk zat padat
hablur.
Kelarutan : Praktis tidak larut dalam air, larut dalam 20
bagian etanol 95%, dalam 2 bagian kloroform,
dan dalam 3 bagian eter.
Fungsi : Peningkat viskositas
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik.
Konsentrasi : 5%
8. Setil alkohol (Rowe, 2009)
Nama resmi : CETYL ALCOHOL
Nama lain : Setil alkohol
RM/BM : C16H34O
Pemerian : Berbentuk granul, kotak, memiliki bau khas,
samar dan rasa hambar.
Kelarutan : Larut dalam etanol 95% dan eter, kelarutan
meningkat dengan meningkatnya suhu, praktis
tidak larut dalam air.
Fungsi : Emolien
Penyimpanan : Disimpan dalam wadah tertutup rapat.
Konsentrasi : 5%
9. Oleum Rosae (Dirjen POM, 1979)
Nama resmi : OLEUM ROSAE
Nama lain : Minyak mawar
Pemerian : Cairan, tidak berwarna atau kuning, bau
menyerupai bunga mawar.
Kelarutan : Larut dalam 1 bagian kloroform
Fungsi : Pengaroma
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik.
Konsentrasi : Secukupnya
10. Aquadest (Dirjen POM, 1979)
Nama resmi : AQUA DESTILLATA
Nama lain : Air suling
RM/BM : H2O / 18,02
Pemerian : Cairan jernih, tidak berwarna, tidak berasa, tidak
berbau.
Fungsi : Pembawa
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik.
Konsentrasi : Dicukupkan hingga 100%
III.4 Metode Kerja
III.4.1 Alat dan Bahan
Adapun alat-alat yang digunakan pada formulasi ini yaitu batang
pengaduk, cawan porselin,Erlenmeyer, gelas kimia, gelas ukur, timbangan
analitik, pot obat, hot plate, homogenizer, lumpang dan alu, magnetic stirrer,
pH meter.
Adapun bahan-bahan yang digunakan pada formulasi ini yaitu
hidrokuinon 2 %, asam stearat, isopropyl miristat, vaselin kuning, tween
sorbitan 60, polysorbat 60, gliserin, cetyl alcohol, DMDM , phenoxyethanol, α-
tokoferol, oleum rosae, dan aquadest.
III.4.2 Cara Kerja
1. Disiapkan alat dan bahan
2. Ditimbang semua bahan sesuai perhitungan
3. Dipisahkan fase minyak (vaselin kuning, asam stearat, ceytl alkhol,
sorbitan 60, phenxyethanol, isoprpil miristat) dan fase air
(aquadest,gliserin, polisorbat 60, DMDM)
4. Dilebur masing-masing kedua fase hingga 70 O c
5. Dimasukkan fase eksternal (fase minyak) kedalam lumpang,
kemudian dimasukkan fase internal (fase air) sehingga homogen
sehingga membentuk basis krim
6. Dimasukkan hidrokuinon setelah fase air dan minyak dingin, digerus
hingga homogen terbentuk krim
7. Ditambahkan α-tokoferol digerus hingga homogen
8. Ditetesi oleum rose
9. Dimasukkan dalam pot obat
10. Diberi etiket, brosur, dan kemasan
III.5 Perhitungan Bahan
1. Hidrokuinon =2 × 15 = 0,3 g
100
2. Tween = 0.8
3. Span = 0.2
4. Isopropyl miristat =
5. Gliserin =
6. Vaselin kuning =
7. Asam stearat =
8. Cethyl alkhol =
9. DMDM =
10. Phenoxyethanol =
11. α-tokoferol =
12. oleum rose = q.s
0.75+0.75+0.015+0.01125+0.00015)
=15-5.126
=9.87
1. Fase minyak
Cethyl alkohol 5% (HLB 15)
Asam stearat 5% (HLB 15)
Vaselin flavum 10% (HLB 8)
Cethyl alkohol =
Asam stearat =
Vaselin flavum =
Cethyl alcohol =
Asam stearat =
Vaselin flavum =
A=
A=100 -
A= 67.28
B=100-67.28
B=32.72
DAFTAR PUSTAKA
Anwar. E. 2012. Eksipien Dalam Sediaan Farmasi. Dian Rakyat : Jakarta.
MAKALAH
TEKNOLOGI SEDIAAN CAIR
“KRIM PEMUTIH HIDROKUINON 2 %”
OLEH :
KELOMPOK TIGA
TRANSFER D 2017
YUNITA MANGAMPA 17.01.416
NURUL FAHIMAH SUDIRMAN 17.01.402
RIKA RATIH 17.01.450
SAKINATUL HUSNA 17.01.423
MELDA RIZKI 17.01.409
SUPRIATI 17.01.426
LUTFI AMALIA MAYANG 17.01.436
RYAN STEVANO TANTOLU 17.01.439
MUTIA SRI DEWI 17.01.429
WAODE St.NAKHRUL HAYAT 17.01.448
ERNI UNUSA 17.01.459
FATAN ALFHAD 17.01.446
IKBAL 17.01.418
WAHYUNI 17.01.425
NURHAEDA PALANGDA 13.01.044
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan yang Maha Esa
yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami,
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ilmiah yang berjudul “Formulasi
Krim Pemutih”.
Penulis