EMULSI
(Revised by Nandya Ardya G., Recheck by Shani)
KETERANGAN :
Highlight biru : penting diingat
Tulisan biru : penting
Highlight kuning : masih bingung, perlu ditanyakan saat tutorial
Tulisan merah : dapus tidak jelas/tidak ditemukan
Telah menjadi ketentuan umum bahwa yang disebut sebagai sediaan ‘emulsi’ adalah sediaan cair yang
dimaksudkan untuk penggunaan oral. Emulsi untuk pengunaan eksternal biasanya langsung disebut
sebagai cream (sediaan semisolid), lotion atau liniment (sediaan liquid). (TPC, hal 82).
I. DEFINISI SEDIAAN
FI V, Hal 41 softcopy/46 hardcopy
Emulsi adalah sistem dua fase, yang salah satu cairannya terdispersi dalam cairan yang lain,
dalam bentuk tetesan kecil. Jika minyak yang merupakan fase terdispersi dan larutan air
merupakan fase pembawa maka sistem ini disebut emulsi minyak dalam air (M/A). Sebaliknya,
jika air atau larutan air yang merupakan fase terdispersi dan minyak atau bahan seperti minyak
merupakan fase pembawa, sistem ini disebut emulsi air dalam minyak (A/M).
· Ansel (Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi Hal 376)
Emulsi adalah suatu dispersi dimana fasa terdispersi terdiri dari globul-globul kecil zat cair yang
terdistribusi ke seluruh pembawa yang tidak bercampur.Dalam batasan emulsi, fasa terdispersi
dianggap sebagai fasa dalam dan medium pendispersi dianggap sebagai fasa luar atau fasa
kontinu.
· Lachman (Theory and Practice of Industrial Pharmacy, 502)
Secara kimia fisika: emulsi adalah campuran yang secara termodinamika tidak stabil, yang terdiri
dari dua cairan yang tidak tercampurkan.
Bagi ahli teknologi pengembangan produk, emulsi merupakan campuran dua cairan yang tidak
saling bercampur, yang menunjukkan suatu shelf-life yang dapat diterima, mendekati
temperatur kamar.
· Martin's Physical Pharmacy and Pharmaceutical Sciences 6th ed, hal 419
Emulsi adalah sistem yang secara termodinamika tidak stabil yang mengandung paling sedikit
dua fase cair yang tidak bercampur, dimana satu diantaranya didispersikan sebagai globul-globul
(dispersed phase) dalam fase cair lain (continuous phase).
· RPS (Remington The Science and Practice of Pharmacy ed. 21th), Hal 325
Emulsi adalah sistem terdispersi yang mengandung sedikitnya 2 fasa cairan yang tidak
bercampur.
· TPC, hal 82
Emulsi terdiri dari dua fase cairan yang tidak bercampur (immiscible), dimana salah satu
diantaranya terdispersi sebagai droplet dalam cairan lainnya. Sistem yang secara termodinamika
tidak stabil ini biasanya distabilkan oleh suatu agen pengemulsi (emulsifying agent).
TEORI SEDIAAN APOTEKER ITB JANUARI 2018 EMULSI
b. PENGGOLONGAN
Berdasarkan fasa terdispersinya emulsi terbagi (Martin, Physical Pharmacy 6thed, 420):
a. Emulsi minyak dalam air (M/A atau O/W): fasa minyak terdispersi dlm fasa air.
b. Emulsi air dalam minyak (A/M atau W/O): fasa air terdispersi dlm fasa minyak.
Fase pendispersi disebut juga fase kontinu/fase luar. Fase terdispersi disebut juga fase dalam.
Pemakaian Topikal
Mudah diterapkan dan dapat diformulasikan untuk menghilangkan rasa berminyak dan
Membawa air yang sangat bagus sebagai pelembut kulit
(Viyoch, 2016, Emulsions)
Keuntungan bentuk emulsi (Fast track Pharmaceutics-Dosage Form & Design, 46-47)
a. Pemakaian oral (biasanya tipe M/A). Tipe M/A bertujuan untuk:
- Menutupi rasa minyak yang tidak enak.
- Lebih mudah dicerna dan diabsorpsi karena ukuran minyak diperkecil, contoh:
meningkatkan efikasi parafin cair sebagai pencahar bila diberikan dalam bentuk emulsi.
- Ketersediaan hayati lebih baik karena sudah dalam bentuk terlarut. (mudah diabsorpsi
ukuran partikel minyak kecil).
b. Memperbaiki penampilan sediaan karena merupakan campuran yang homogen secara visual.
c. Meningkatkan stabilitas obat yang lebih mudah terhidrolisa dalam air.
d. Pembuatan sediaan yang depoterapi
- Penetrasi dan absorpsi dapat dikontrol
- Kerja emulsi lebih lama
e. Menghindari iritasi kulit dengan memasukkan zat aktif ke dalam fase dalam
f. Untuk menghantarkan obat yang memiliki kelarutan kecil dalam air, misal dalam emulsi M/A,
obat terlarut dalam fase minyak.
g. Dapat untuk total parenteral nutrition (TPN)
Emulsi dikatakan sebagai sistem yang secara termodinamik tidak stabil karena globul-globulnya
mempunyai kecenderungan untuk bersatu. Emulsi dikatakan stabil jika tidak adanya
penggabungan fase dalam (koalesens), tidak adanya creaming dan terjaganya penampilan, bau,
warna, serta sifat fisik lainnya dengan baik (Martin 6th ed., Physical Pharmacy, hal
423).Ketidakstabilan emulsi dapat bersifat reversibel (flokulasi dan creaming) serta ireversibel
(koalesen, breaking). Berikut adalah bentuk ketidakstabilan emulsi (Martin 6th ed., Physical
Pharmacy, hal 423):
a) Flokulasi dan creaming
b) Koalesen dan breaking
c) Perubahan fisika dan kimia lain
d) Inversi fasa
TEORI SEDIAAN APOTEKER ITB JANUARI 2018 EMULSI
Penjelasan :
1. Ketidakstabilan reversibel: Flokulasi dan creaming
(Martin, Physical Pharmacy 6thed, hal 424), (Drug Development Service, 2011, Emulsion Stability and
Testing) Slide Kuliah Ibu Ninet:
Flokulasi adalah suatu peristiwa terbentuknya kelompok-kelompok globul yang posisinya tidak
beraturan. Flokulasi terjadi karena adanya dua globul yang bersatu, namun lapisan pelindung masih
ada. Flokulasi biasanya disebabkan karena kurangnya emulgator dalam emulsi tersebut.
Creaming adalah suatu peristiwa terjadinya lapisan-lapisan dengan konsentrasi yang berbeda-beda di
dalam emulsi. Hal ini terjadi karena pengaruh gravitasi sehingga globul dengan ukuran sama
cenderung bersatu. Creaming menyebabkan kurang seragamnya distribusi obat, maka sebelum
pemakaian sediaan harus dikocok terlebih dahulu agar dosis seragam. Creaming juga menyebabkan
penampilan fisik sediaan menjadi kurang baik.
Laju creaming tergantung pd parameter Hukum Stokes (Martin 5th ed, 480) (ed 6, hal 412)
2
2 g( ρ1 – ρ2)r
v=
9η
lambat daripada yang diprediksi sesuai dengan Hukum Stokes. Reduksi ukuran partikel globul
dapat dilakukan dengan cara homogenisasi
Menurunkan laju gravitasi (meningkatkan viskositas)(Martin6th ed, hal 424)
· Peningkatan viskositas, dengan caraTPC, hal 83:
- homogenisasi
- meningkatkan konsentrasi fasa terdispersi
- meningkatkan konsentrasi emulgator
- menambah thickening agent atau viscocity improver (Tragacant, methylcelulose, Na alginat)
(Martin 5th ed, hal 513) belum nemu di ed 6 hal berapa
2. Coalesence dan breaking (Martin, Physical Pharmacy 6th ed., hal 424):
Coalesence merupakan proses bergabungnya droplet yang akan diikuti dengan breaking yaitu
pemisahan fasa terdispersi dari fasa kontinu. Hal ini disebabkan hilangnya lapisan film yang
mengelilingi globul-globul yang ada pada fase tersispersi. Prosesnya irreversibel karena lapisan
emulgator yang mengelilingi cairan sudah tidak ada.
Breaking (di TPC) disebut dengan cracking. Pecahnya lapisan antarmuka globul terdispersi yang dapat
menyebabkan coalesence. Coalescence dapat menyebabkan pemisahan sempurna kedua fasa dalam
emulsi secara irreversible. Pemisahan ini disebut cracking. Kerusakan lapisan umunya disebabkan
oleh inkompatibilitas kimia antara pengemulsi dengan bahan lain di dalam sistem atau disebabkan
oleh pengubahan suhu atau akibat mikroorganisme (TPC hal 83).
Proses: flokulasi coalescence breaking/cracking/demulsifikasi (Slide kuliah Ibu Ninet).
Faktor-faktor yang sedapat mungkin dihindari dalam upaya mempertahankan kestabilan emulsi adalah:
a. Cahaya.
b. Suhu yang ekstrim menyebabkan emulsi menjadi kasar dan kadang-kadang breaking.
c. Oksidasi dan hidrolisis menyebabkan minyak menjadi tengik.
d. Pembekuan dan pengenceran emulsi menjadi kasar dan kadang-kadang breaking.
e. HLB (Hidrophyl-Lipophyl-Balance)
HLB adalah keseimbangan antara bagian hidrofil dan lipofil pada surfaktan yang digunakan
sebagai dasar pemilihan emulgator. Surfaktan dengan nilai HLB ≤ 6 (antara 3-6) biasanya
digunakan sebagai emulgator dalam pembentukan emulsi air dalam minyak (A/M), sedangkan
surfaktan dengan nilai HLB ≥8 (antara 8-18) biasanya digunakan dalam pembuatan emulsi
minyak dalam air (M/A) (TPC hal. 86, Dispersed System Vol 2, hal 52).
Harga HLB makin besar berarti surfaktan makin bersifat hidrofil. Apabila surfaktan dimasukkan
ke dalam sistem minyak-air, maka gugus polar (hidrofil) akan terarah ke fasa air sedangkan
gugus nonpolar (lipofil) terarah ke fasa minyak.
Untuk surfaktan yang esternya sukar disabunkan (S sukar ditentukan) ester lanolin, ester
beeswax, ester rosin : (Gadhave, 2014, Determination of Hydrophilic-Lipophilic Balance Value)
E+ P
HLB =
5
TEORI SEDIAAN APOTEKER ITB JANUARI 2018 EMULSI
Perhitungan:
misal R/ Minyak 20%
HLB butuh minyak= misalkan 7
(harga HLB butuh masing-masing minyak dapat dilihat di HOPE)
Emulgator 3%
Air ad100%
Emulgator yang dipakai: Tween 80 HLB = 16
Span 80HLB = 4,3
Misal, Tween 80 = X, maka Span 80 = (3 – X)
30 5
HLB butuh untuk fase minyak : x 12 + x 10 = 11,7
35 35
Proporsi Emulgator yang dibutuhkan dapat dihitung jika (x) dimisalkan % polysorbate 80 dan (100-x)
adalah % sorbitan monooleat :
HLB butuh =
x (100−x)
11,7 = + 15 + x 4,3
100 100
X = 69 %
Perhitugan HLB Butuh pada emulsi dengan campuran fase minyak (Pharmaceutics: The Science of
Dosage Form Design, halaman 346)
TEORI SEDIAAN APOTEKER ITB JANUARI 2018 EMULSI
Polysorbate 80 (HLB = 15) dan Sorbitan Monooleat (HLB = 4,3) digunakan sebagai
emulgator pada emulsi o/w. total konsentrasi emulsifyer agent adalah 5%.
Polysorbat 80 adalah X
Sorbitan Monooleat adalah (5-X)
Maka: 15X + 4,3(5-X) = 12.1 x 5
X = 3,64
Maka Komponen emulsi yang ditambahkan adalah:
Polysorbate 80 : 3,64 %
Sorbitan Monooleat 5% - 3,64% = 1,36%
III. FORMULA
a. FORMULA BAKU
Sebelum menyusun formula harus diketahui dahulu:
a. Sifat-sifat fisika dan kimia zat aktif.
b. Penggunaan emulsi (untuk obat luar atau obat dalam).
c. Tipe emulsi yang akan dibuat (M/A atau A/M).
d. Konsistensi emulsi.
Phenolphthaleinum 300 mg
Paraffinum liquidum 50 ml
Gummi Aabicum 12,5 mg
Saccharinum Natricum 5 mg
Acidi Benzoici solutio 2,5 ml
Vanillinum 50 mg
Aqua destilata hingga 100 ml
1. Emulgator
Untuk mencegah penggabungan kembali globul-globul diperlukan suatu zat yang dapat
membentuk lapisan film diantara globul-globul tersebut sehingga proses penggabungan menjadi
terhalang, zat tersebut adalah zat pengemulsi (emulgator).
Emulgator yang dipilih harus memenuhi persyaratan (TPC hal. 84):
a. Dapat tercampurkan dengan bahan formulatif lain.
b. Tidak mengganggu stabilitas atau efikasi dari zat terapetik (inert).
c. Harus stabil.
d. Harus tidak toksik dan mengiritasi pada penggunaan yang dimaksud jumlahnya.
e. Harus tidak berbau, tidak berasa, dan tidak berwarna
f. Pada konsentrasi rendah sudah dapat menstabilkan emulsi .
Zat pengemulsi bisa dibagi menjadi 3 golongan sebagai berikut (Martin, Physical Pharmacy 6th
ed., hal 421):
a. Zat-zat yang aktif pada permukaan yang teradsorbsi pada antarmuka minyak/air
membentuk lapisan monomolekular dan mengurangi tegangan antarmuka.
b. Koloidal hidrofilik yang membentuk suatu lapisan multimolekular sekitar tetesan-tetesan
terdispersi dari minyak dalam suatu emulsi o/w
c. Partikel partikel padat yang terbagi halus, yang diadsorbsi pada batas antarmuka dua fasa
cair yang tidak bercampur dan membentuk suatu lapisan partikel disekitar bola-bola
terdispers.
Beberapa zat pengemulsi yang umum digunakan: (Martin, Physical Pharmacy 6th ed., hal 424):
TEORI SEDIAAN APOTEKER ITB JANUARI 2018 EMULSI
Nilai HLB butuh beberapa minyak (Lachman hlm 516 tahun 1986)
Minyak O/W Emulsion (Fluid) W/O Emulsion (Fluid)
Cetyl alcohol 15 -
Stearyl alcohol 14 -
Stearic acid 15 -
Lanolin anhydrous 10 8
Mineral oil, light and heavy 12 -
Cotton seed oil 10 5
Pecidatum 12 5
Beeswax 12 4
Parafin wax 11 4
Nilai HLB butuh beberapa minyak (Martin, 1993, Physical Pharmacy, hal.372):
Minyak o/w emulsion w/o emulsion
Cottonseed oil 6-7 -
Petrolatum 8 -
Beeswax 9-11 5
Paraffin wax 10 4
TEORI SEDIAAN APOTEKER ITB JANUARI 2018 EMULSI
b. Berdasarkan sumbernya:
1)Bahan alam (Natural Product)
- Polisakarida: acasia (gom arab), tragakan, Na-alginat, Starch/amilum, caragen, pektin
dan agar.
TEORI SEDIAAN APOTEKER ITB JANUARI 2018 EMULSI
· Gom Arab
Keuntungan: Penampilan bagus, rasa enak, relatif stabil pada pH 2-11.
Kerugian: Mahal, pada penyimpanan musilago gom arab akan bersifat asam karena
adanya aktifitas enzim yaitu enzim oksidase yang akan menguraikan zat aktif yang
sensitif terhadap oksidase.Namun, enzim tersebut dapat diinaktivasi dengan pemanasan
100oC dalam waktu yang singkat.
Penggunaan:
a. Bentuk serbuk
1 gr serbuk dalam 4 mL minyak biasa
1 gr serbuk dalam 2 mL minyak atsiri
Menghasilkan emulsi yang lebih stabil
b. Bentuk musilago
1 gr musilago dalam 2 mL (umum)
· Tragakan
- Jarang digunakan sendiri karena membentuk emulsi yang kurang stabil dan kasar
dibanding gom arab.
- Menyebabkan peningkatan viskositas, sehingga emulsi menjadi lebih stabil.
- Digunakan perbandingan 1 : 50 dengan minyak (lebih murah dari gom arab).
- Penambahan alkali, natrium borat, alkohol dan larutan garam alkali harus
ditambahkan secara hati-hati, untuk mencegah cracking.
- Biasanya emulgator golongan karbohidrat membentuk emulsi minyak dalam air.
- Emulsi stabil dalam asam, netral dan tidak dalam alkali.
- Penggunaan utama sebagai pengental dengan akasia dengan perbandingan 0,1 gr
tragakan untuk 1 gr akasia.
· Agar
- Emulgator yang lemah tetapi dapat menghasilkan gel atau musilago yang viskos.
- Terkadang dipakai sebagai emulgator untuk minyak mineral.
- Sebagai pengental dan biasa digunakan bersama akasia untuk meningkatkan
stabilitas dan mencegah creaming.
- Agar musilago disiapkan dengan melarutkan agar pada air mendidih.
Caranya :
1. Emulsi utama yang mengandung minyak mineral, akasia dibentuk dahulu
2. Dengan stirring konstan, 2 % agar musilago ditambah untuk membentuk 30-50%
dari volume akhir.
· Karagenan
- Emulgator yang lebih efektif untuk meningkatkan viskositas.
- Ketika digunakan pada konsentrasi 0,1-0,5% karagenan dapat menghasilkan emulsi
yang stabil.
- Karagenan dapat bereaksi dengan bahan kationik. Keragenan dalam bentuk larutan
memiliki stabilitas maksimum pada pH 9 dan sebaiknya tidak dipanaskan pada pH
dibawah 3,5%.
· Senyawa sterol
TEORI SEDIAAN APOTEKER ITB JANUARI 2018 EMULSI
- Wool fat dan wool alcohol digunakan pada sediaan topikal, menyerap air dan
membentuk emulsi w/o.
- Wool alcohol lebih efektif sebagai emulgator dibanding dengan wool fat.
2) Polisakarida Semisintetik
Contoh: Metyl selulosa, Na-Carboxymethylselulosa (CMC).
· Metyl Selulosa
- Terutama digunakan dan efektif untuk penstabil emulsi minyak dalam air.
- Metilselulosa viskositas rendah biasanya digunakan untuk mengemulsikan minyak
zaitun, minyak kacang, dan minyak mineral.
- Konsentrasi yang digunakan sebagai emulgator adalah 1-5%
- pH optimum 3-11.
- Bersifat nonionik.
- Mengembang dalam air dingin.
- Terkoagulasi oleh elektrolit dengan konsentrasi tinggi.
· CMC-Na
- Viskositas sangat tinggi sehinggga dapat digunakan untuk penstabil emulsi.
- Konsentrasi yang digunakan 0,25-1%.
- Larutan stabil pada pH 2-10. Stabilitas dan viskositas yang optimum terjadi pada pH
7-9.
- Mudah terdispersi dalam air pada berbagai suhu.
2. Pengawet
Pengawet diperlukan dalam sediaan emulsi karena:
- Fasa air merupakan media tumbuh yang baik bagi bakteri/mikroorganisme
Pengawet terutama diperlukan pada saat sediaan M/A, karena air merupakan fasa yang
jumlahnya lebih besar (fasa eksternal).
Semua emulsi memerlukan bahan antimikroba karena fase air mempermudah pertumbuhan
mikroorganisme (FI V hal 41) Adanya pengawet sangat penting pada emulsi M/A karena
kontaminasi fase eksternal mudah terjadi
- Penggunaan emulgator alam yang mudah terurai oleh mikroorganisme.
- Kontaminasi dari mikroba selama proses, baik dari udara, peralatan, maupun dari personel.
- Menghindari perubahan yang tidak diinginkan dari sediaan emulsi (seperti perubahan warna,
terbentuknya gas dan bau, perubahan sifat rheologi, pecah yang disebabkan oleh organisme
(stabiltas) (Physical Pharmacy and Pharmaceutical Sciences 6thed, hal 427) Bakteri dapat
TEORI SEDIAAN APOTEKER ITB JANUARI 2018 EMULSI
menguraikan emulgator non ionik dan anionik, gliserin, gum tumbuhan sebagai pengental
(Physical Pharmacy and Pharmaceutical Sciences 6thed, hal 427)
Tambahan dari Physical Pharmacy and Pharmaceutical Sciences 5thed, hal 517
- Pengawet terbagi lebih banyak dalam fase air
- Pengawet harus dalam keadaan tidak terionisasi agar dapat berpenetrasi ke dalam membran
bakteri
- Tidak terikat oleh komponen lain karena pengawet efektif dalam bentuk bebas
- Efikasi pengawet tertentu dapat dipengaruhioleh tipe emulsi, derajat aerasi, jenis wadah.
Adanya kemungkinan antaraksi antar pengawet dan komponen lain, terutama surfaktan,
menyebabkan harus dilakukan pemilihan konsentrasi yang tepat. Keefektifan pengawet lebih
ditentukan dari konsentrasi pengawet yang tidak terikat/bebas yang terdapat dalam fasa air.
Contoh pengawet:
Menurut FI V, hal 42, pengawet yang biasa digunakan dalam emulsi adalah: metil-, etil-, propil-,
dan butil paraben, asam benzoat, dan senyawa amonium quartener.
a. Asam organik
· Asam benzoat, aktivitas paling baik pada pH 2,5-4,5, konsentrasi 0,1% digunakan CHCl 3
untuk emulsi parafin cair. Koefisien partisi oktanol:air (1,87).
· Asam sorbat,aktivitas optimum pada pH 4.5 dan diatas pH 6 tidak memunjukkan adanya
efek antimikroba, dapat mengiritasi kulit dan kurang efektif, konsentrasi 0,1 – 0,2%.
(HOPE Ed. 6 Hal. 673)
Asam sorbat digunakan dalam sediaan yang mengandung surfaktan non ionik)
b. Ester dari asam p-hidroksi benzoat
Stabil, inert, tidak toksik, tidak berasa, terdispersi pada kedua fasa
Contoh metil paraben, etil paraben, propil paraben, butil paraben, dan garam-garam
natriumnya.
Catatan:
Untuk setiap penggunaan 1% emulgator non ionik sangat menguntungkan bila dilakukan
penambahan 0,01% nipagin (metil paraben) dan 0,05% nipasol (propil paraben).
3. Antioksidan
Antioksidan diperlukan terutama untuk mencegah terjadinya reaksi oksidasi bahan berkhasiat
dan oksidasi fese minyak yang menimbulkan ketengikan dari fasa minyak (konsentrasi 0,01-
0,1%). Syarat antioksidan:
- Dapat segera terdispersi pada sediaan.
- Syarat lain sama dengan pengawet.
Contoh: BHT (butil hidroksi toluen), BHA (butil hidroksi anisol), tokoferol/vit E, asam askorbat,
askorbil palmitat, dodesil galat, alkil galate, natrium metabisulfit.
Agen pereduksi
Asam askorbat Sol Sol Insol Sol dlm 0,01-0,5 Tidak stabil dalam
gliserol, larutan, stabilitas
propilan maksimum dari
glikol larutan pada pH
5,4.Oksidasi
dipercepat dengan
cahaya, panas dan
dikatalisasi dengan
besi dan tembaga.
Aseton sodium Sol Insol 0,2-0,4
bisulfit
Sodium metabisulfit Sol Sl sol Insol Sol dlm 0,01-1,0 ADI=max 700 µg /kg
Metabisulfit gliserol BB.Inkompatibel
dengan komponen
simpatomimetik dan
kloramfenikol.
Stabilitas berkurang
dengan adanya
glukosa. Memiliki
aktivitas animikroba.
Terdekomposisi di
udara.
TEORI SEDIAAN APOTEKER ITB JANUARI 2018 EMULSI
Sinergisantioksidan
Asam sitrat Sol Sol 0,005- Inkompatibel dengan
0,01 potasium tartrat, basa,
asetat, dan sulfit.
EDTA dan Sl Sl sol 0,002-0,1 Inkompatibel dengan
garamnya sol ion logam polivalen,
tembaga, besi, dan
mangan.
Hydroquinolin Sol Sl sol
sulfat
V. METODE PEMBUATAN
1. Menurut Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi, Howart C. Ansel, ed. 4,hal 398-402
Ada 3 cara, yaitu:
a. Metode Kontinental (Gom kering) prosesnya cepat
· Membuat emulsi primer/awal/utama terlebih dahulu dengan perbandingan minyak : air :
emulgator = 4 : 2 : 1. Cara membuatnya sbb: Masukkan emulgator/gom dalam mortir,
tambahkan minyak. Aduk hingga tercampur baik. Tambahkan sekaligus air, aduk cepat
hingga terbentuk emulsi utama yang encer, stabil dan mengeluarkan bunyi khas pada
pergerakan alu.
TEORI SEDIAAN APOTEKER ITB JANUARI 2018 EMULSI
· Tambahkan bahan formulatif lain (zat pengawet, penstabil, perasa, dll dilarutkan dahulu
dalam sedikit fase luar baru dicampur dengan emulsi utama).
· Zat yang mengganggu stabilitas emulsi ditambahkan terakhir (misalnya elektrolit, garam
logam, alkohol).
· Bila semua bahan sudah ditambahkan, emulsi dipindahkan ke gelas ukur dan sisa fase luar
ditambah hingga volume yang diinginkan.
Cara pembuatan emulsi dengan menggunakan emulgator surfaktan (Petunjuk Praktikum Farmasi
Fisika 2008, hal 41)
Dihitung jumlah surfaktan dengan perhitungan aligasi sesuai dengan HLB butuh minyak yang
dipakai
Bahan yang larut minyak dicampurkan di dalam fase minyak, sedangkan bahan yang larut air
dicampurkan di dalam fase air
Panaskan masing-masing fase pada suhu 60°C diatas penangas air, kemudian dicampurkan
kedua fasa sambil distirer dengan kecepatan tinggi selama 5 menit
Masukkan ke dalam tabung sedimentasi dan amati pemisahan yang terjadi dari kedua fase.
Di jurnal ditulis :
“akan dibuat sediaan emulsi …X…., dengan volume a ml per botol. Kekuatan sediaan yang dibuat
adalah .........., dengan jumlah Z botol (coklat).”
Prosedur Pembuatan
TEORI SEDIAAN APOTEKER ITB JANUARI 2018 EMULSI
1. Botol di cuci, dikeringkan dan ditara sesuai dengan volume sediaan yang akan dibuat.
2. Semua bahan yang diperlukan ditimbang sebanyak yang dibutuhkan.
3. Didihkan air yang akan digunakan sebagai pembawa, dinginkan sebelum digunakan.
4. Lanjutkan sesuai metode pembuatan emulsi yang dipilih.
VII. PERHITUNGAN
Perhitungan HLB surfaktan [baca di perhitungan emulgator (HLB)]
Perhitungan
Jumlah sediaan yang akan dibuat Z botol @ a ml, ditambah untuk keperluan uji mutu sediaan akhir
sebagai berikut :
Penetapan tipe emulsi
penentuan ukuran globul
Penetapan pH 1botol
Penentuan bobot jenis
Evaluasi stabilitas fisik emulsi 2 botol
Penetapan viskositas dan rheologi …botol
Volume terpindahkan (tidak destruktif) 30botol
Identifikasi 3 botol
Penetapan kadar 3 botol
Uji efektifitas pengawet 5botol*
*(jika wadah sediaan dapat ditembus secara aseptik menggunakan jarum suntik melalui sumbat
karet).
Jika wadah sediaan tidak dapat ditembus secara aseptik, pindahkan 20 mL sampel ke dalam masing-
masing 5 tabung bakteriologik bertutup. Penjelasan lebih lanjut baca FI IV Uji Efektivitas Pengawet
Antimikroba <61> halaman 854.
Karena dari seluruh uji diatas ada uji yang tidak destruktif sehingga dapat digunakan untuk uji
evaluasi yang lain. Jadi jumlah emulsi yang akan dibuat adalah Z + 30 = Y botol
Volume tiap botol dilebihkan 3% untuk menjamin ketepatan volume sediaan setelah dituang dari
botol. Persentase penambahan volume mengacu pada FI V <1131>, hal 1570. Volume sediaan tiap
botol = a ml + (3 % x a ml) = d ml
Total volume sediaan yang akan dibuat : Y botol x d ml = b ml
VIII. PENIMBANGAN
Formula yang akan dibuat :
Tiap 5 ml mengandung :
R/ zat aktif m mg
Zat tambahan 1 n%
Dll
IX. IPC
1. Pemeriksaan Organoleptik
Secara organoleptik, sediaan emulsi yang disimpan pada temperatur kamar diperiksa warna,
bau, dan rasanya.Selama disimpan pada temperatur kamar tidak boleh terjadi perubahan
terhadap bentuk fisik (warna, rasa, dan bau) sediaan emulsi, yang dapat menyebabkan
berkurangnya penampilan dan penerimaan pasien (akseptabilitas).
2. Homogenitas
Melihat homogenitas sediaan secara visual
3. Penetapan pH (FI V, 1563)
Penetapan pH dilakukan jika dalam sediaan ditambahkan pendapar.
Tujuan: mengetahui pH suatu bahan atau sediaan dan untuk mengetahui kesesuaiannya dengan
persyaratan yang telah ditentukan
Alat: pH meter
Prinsip: penetapan pH cairan uji menggunakan pH meter yang telah dikalibrasi.
Prosedur:
Elektroda pH meter dicuci menggunakan aquades.
pH meter dikalibrasi dengan larutan dapar baku. Larutan dapar baku yang dipilih ada dua,
dimana pH larutan uji diperkirakan berada diantara kedualarutan dapar baku tersebut dan
mempunyai perbedaan pH tidak lebih dari 4 unit dengan pH larutan uji.
Jika pH dari kedua larutan dapar baku tersebut telah sesuai, maka pH larutan uji dapat
diukur.
Setiap sebelum dilakukan pengukuran, elektroda pH meter dicuci menggunakan aquades
dan dikeringkan.
X. EVALUASI SEDIAAN
Beberapa evaluasi yang perlu dilakukan terhadap sediaan emulsi adalah (modul praktikum
Teknologi Sediaan Liquid dan Semisolid, revisi 2003, hal 38).
Evaluasi fisik sediaan:
A. Pemeriksaan Organoleptik
Secara organoleptik, sediaan emulsi yang disimpan pada temperatur kamar diperiksa warna,
bau, dan rasanya.Selama disimpan pada temperatur kamar tidak boleh terjadi perubahan
terhadap bentuk fisik (warna, rasa, dan bau) sediaan emulsi, yang dapat menyebabkan
berkurangnya penampilan dan penerimaan pasien (acceptabilitas).
B. Penentuan Tipe Emulsi (prosedurnya ada di awal TS ini)
C. Penetapan pH (FI Vhal 1563) jika sediaan mengandung pendapar
D. Penentuan Ukuran Globul (Physical Pharmacy and Pharmaceutical Sciences 6 thed hal 426,
Lachman Practice 3rded, hal 531)
E. Penetapan bobot jenis (FI V <981>, hal 1553)
F. Penentuan Sifat Aliran dan Viskositas Sediaan
TEORI SEDIAAN APOTEKER ITB JANUARI 2018 EMULSI
Pendekatan untuk mengetahui stabilitas sediaan yang banyak digunakan adalah penetapan sifat
aliran (rheologi) dan viskositas sediaan. Hal ini bermanfaat karena salah satu faktor yang
mempengaruhi stabilitas fisik sediaan emulsi adalah viskositas (sesuai hukum Stokes).Emulsi
yang baik memiliki aliran tiksotropik (mudah mengalir atau tersebar, tetapi memiliki viskositas
cukup tinggi untuk meningkatkan stabilitas fisiknya). Emulsi harus mempunyai viskositas yang
tinggi pada shear yang dapat diabaikan yakni selama penyimpanan dan mempunyai viskositas
yang rendah pada laju shearing yang tinggi yakni harus bebas mengalir selama pengocokan,
penuangan, dan penyebaran.
Hampir seluruh sistem dispersi (termasuk sediaan-sediaan farmasi yang berbentuk emulsi,
suspensi, dan sediaan semi solid) mempunyai sifat aliran yang tidak mengikuti hukum newton
(non-newtonion) (Modul praktikum Farmasi Fisika september 2006, hal 3).
Shelf-life produk emulsi dapat diprediksi dengan cara mengukur viskositasnya pada selang
waktu tertentu (0,04-400 hari). Berkurangnya viskositas merupakan indikator bertambahnya
diameter partikel (terjadi koalesensi). Makin cepat terjadi perubahan viskositas berarti makin
pendek shelf-life produk tersebut.
Sifat yang berhubungan dengan viskositas dari suatu sistem dispersi adalah fase kontinu dan
emulgator. Faktor-faktor yang berhubungan dengan dengan fase terdispersi meliputi
perbandingan volume fase, distribusi ukuran globul, dan viskositas dari fase dalam itu sendiri.
Jadi, jika konsentrasi volume dari fase terdispers rendah (kurang dari 0,05), sistem tersebut
adalah newton. Dengan naiknya konsentrasi volume, sistem terdispersi tersebut menjadi lebih
tahan terhadap aliran dan menunjukan karakteristik aliran pseudoplastis.Pada konsentrasi yang
cukup tinggi, terjadi aliran plastis. Jika konsentrasi volume mendekati 0,74, mungkin terjadi
inverse fasa dengan berubahnya viskositas secara nyata. Pengurangan ukuran partikel rata-rata
akan menaikkan viskositas. Makin luas distribusi ukuran partikel, makin rendah viskositasnya jika
dibandingkan dengan sistem yang memiliki ukuran partikel rata-rata serupa tetapi dengan
distribusi ukuran partikel yang lebih sempit. Pengurangan viskositas dengan penaikan shear
sebagian bisa disebabkan oleh penurunan viskositas dari fase kontinu karena jarak pemisahan
antara bola-bola meningkat. Komponen lain yang mempengaruhi viskositas dari emulsi adalah
emulgator. Tipe dari emulgator akan berpengaruh pada flokulasi partikel dan tarik-menarik
intrapartikel, hal ini dapat mempemgaruhi aliran. (Physical Pharmacy and Pharmaceutical
Sciences 6thed, hal 427)
Untuk mengetahui sifat aliran emulsi dapat dilakukan dengan pengukuran viskositas pada
berbagai rate of shear.Aspek flokulasi diamati pada rate of shear yang rendah, sedangkan
kehilangan viskositas dapat diamati pada rate of shear yang tinggi.
Cara kerja :
1. Isi mangkuk dengan cairan yang akan diukur viskositasnya.
2. Naikkan alas/cup sedemikian rupa sehingga posisi silinder pemutar berada tepat di
tengah-tengah mangkuk silindris.
3. Atur skala sehingga menunjukkan angka nol.
4. Letakkan beban dengan berat tertentu kemudian buka kunci sehingga bandul turun dan
mengakibatkan silinder pemutar berputar perlahan sampai mencapai skala tertentu.
5. Catat waktu yang diperlukan oleh bandul untuk mencapai skala tersebut. Hitung putaran
per menit (RPM.)
6. Dengan menaikkan dan menurunkan beban maka di dapat pengukuran pada berbagai
RPM.
Perhatian : setiap kali pengukuran harus dimulai dari skala nol.
W −Wf
Aliran Plastik : μ=Kv .
ppm
Kv : konstanta alat
W : beban yang diberikan
Wf : beban pada yield alat
Ppm: jumlah putaran per menit
µ : viskositas plastic
Untuk menghitung Kv umumya digunakan cairan baku pembanding yang telah diketahui
viskositasnya. Untuk mengetahui sifat alirannya, diplot kurva antara ppm dengan beban yang
diberikan.
b. Viskometer Brookefield. (Modul Praktikum Farmasi Fisika, September 2008, hal 11)
TEORI SEDIAAN APOTEKER ITB JANUARI 2018 EMULSI
Cara kerja:
1. Pilih spindel sesuai dengan viskositas cairan yang hendak diukur.
2. Pasang spindel pada gantungan spindel.
3. Turunkan spindel sedemikian rupa sehingga batas spindel tercelup ke dalam cairan yang
akan diukur viskositasnya.
4. Pasangkan stop kontak.
5. Hidupkan motor sambil menekan tombol.
6. Biarkan spindel berputar dan lihatlah jarum merah pada skala.
7. Catat angka yang ditunjukkan oleh jarum merah tersebut. Untuk menghitung viskositas,
maka angka pembacaan tersebut dikalikan dengan suatu faktor yang dapat dilihat pada
tabel yang terdapat pada brosur alat.
8. Dengan mengubah-ubah RPM, maka didapat viskositas pada berbagai RPM.
Untuk mengetahui sifat aliran, dibuat kurva antara RPM dan usaha yang dibutuhkan untuk
memutar spindel. Usaha dapat dihitung dengan mengalikan angka yang terbaca pada skala
dengan 7,187 dyne.cm-1 (untuk viskometer Brookfield tipe RV) dan 673,7 dyne.cm -1 untuk tipe
LV.
- Didiamkan selama 30 menit, jika telah bebas gelembung udara, volume dapat diukur
• Penafsiran hasil:
- Volume rata-rata cairan yang diperoleh dari 10 wadah tidak kurang dari 100%, dan tidak
satupun volume wadah kurang dari 95% dari volume pada etiket.
- Jika A, volume rata-ratakurang dari 100 % dari yang tertera pada etiket, tidak ada satu
wadahpun volumenya kurang 95 % dari yang tertera pada etiket. Atau B, Volume rata-rata
tidak kurang dari 100 % dan tidak lebih dari satu wadah yang kurang dari 95 %, tetapi tidak
ada yang kurang dari 90 % dari yang tertera pada etiket, ulangi pengujian dengan 20 wadah
tambahan.
- Persyaratan: Volume rata-rata cairan yang diperoleh dari 30 wadah tidak kurang dari 100%
dari yang tertera di etiket, dan tidak lebih dari 1 wadah kurang dari 95 % dan tidak ada yang
kurang dari 90 % dari yang tertera pada etiket.
Efek penyimpanan pada temperatur tinggi adalah percepatan laju koalesensi atau creaming,
yang lazimnya juga diikuti dengan berkurangnya viskositas. Kebanyakan emulsi akan menjadi
encer jika disimpan pada temperatur tinggi dan akan menjadi keras jika dikembalikan pada
temperatur kamar. Pengerasan ini akan lebih intensif jika pendinginan tersebut tidak disertai
dengan pengadukan. Umumnya pendinginan akan lebih cepat merusak emulsi dibandingkan
dengan pemanasankarena lazimnya kelarutan emulsi lebih sensitif terhadap pendinginan.
Beberapa emulsi diketahui sangat stabil pada temperatur 40-45 oC, tetapi tidak dapat
mentoleransi temperatur di atas 50 oC atau di atas 60 oC selama beberapa jam.
Perubahan temperatur dapat menimbulkan efek terhadap: viskositas, partisi emulgator, inversi
fasa dan kristalisasi jenis lipid tertentu.
Agitasi dapat meningkatkan kecepatan dimana globul bertemu sehingga menurunkan skala
waktu stabilitasnya. Sentrifugasi dapat menginduksi creaming atau koalesensi pada sistem yang
tidak stabil. Kondisinya harus dipertimbangkan baik-baik untuk mencegah distorsi globul atau
kerusakan lapisan film antar muka. Manipulasi suhu, seperti merubah suhu tinggi ke suhu
rendah dan sebaliknya terus menerus, adalah metode yang paling sering digunakan. Suhu yang
ekstrim harus dihindari. Beberapa parameter fisika termasuk fase pemisahan, viskositas,
electrophoretic, ukuran partikel, dan jumlah partikel biasanya digunakan untuk memantau
stabilitas emulsi selama uji ini dilakukan. (The Pharmaceutical Codex, 12th ed, 83)
Metode yang dianjurkan: dengan sentrifugasi. Sentrifugasi pada 3750 RPM dalam tabung
sentrifuga setinggi 10 cm selama 5 jam dapat dikatakan ekivalen dengan pengaruh gravitasi
selama 1 tahun. Sedangkan sentrifugasi pada kecepatan yang sangat tinggi (25.000 RPM) dapat
memprediksi penyebab ketidakstabilan emulsi, yang tidak terlihat pada penyimpanan normal.
(Lachman Practice 3rded, hal 528)
Evaluasi Biologi:
A. Uji Efektivitas Pengawet <61> pada FIV, hal 1336
B. Penetapan Potensi Antibiotika secara Mikrobiologi <131> (jika zat aktif berupa antibiotik)
pada FI V hal 1392
C. Uji Batas Mikroba (FI V, 1354) <61>