Anda di halaman 1dari 8

HLB EMULSI

I. Tujuan
Mahasiswa mmapu mengetahui pengruh HLB terhadaap stabilitaas emulsi.

II. Formula
Buatlah 3 formula padaaa poin A (masing-masaaing formula sebanyak 150 g) dengan
mempergunakan tween dan span dengan perbandingan sebagai berikut:

Formula I II III

Tween 80
75 50 25
(bagian)

Span 80
25 50 75
(bagian)

III. Dasar Teori


Emulsi adalah suatu sistem yang tidak stabil secara termodinamik yang
mengandung paling sedikit dua fase cair yang tidak saling bercampur, dimana satu
diantaranya sebagai bola-bola dalam fase cair lain. Sistem dibuat satabil dengan
adanya suatu zat pengemulsi. (Martin, A. 2008 : 1143).
Emulsifikasi banyak digunakan dalam pembuatan produk obat dan kosmetik
untuk penggunaan luar, khususnya pada losion dan krim dermatologik dan kosmetik
karena produk yang diinginkan adalah produk yang mudah menyebar dan benar-benar
menutupi area yang dioleskan. Dalam produk aerosol, emulsifikasi digunakan untuk
menghasilkan busa. Propelan yang merupakan fase cair terdispersi didalam wadah
akan menguap jika emulsi dikeluarkan dari wadah. Hal ini menghasilkan pembentukan
busa dengan cepat (Sinko, 2015: 642).
Emulgator adalah bahan aktif permukaan yang menurunkan tegangan
antarmuka antara minyak dan air dan mengelilingi tetesan terdispersi dengan
membentuk lapisan yang kuat untuk mencegah koalesensi dan pemisahan fase
terdispersi (Parrot 1970: 313).
Emulsi adalah suatu dispersi ketika fase terdispersi tersusun atas globul kecil
suatu cairan yang terdistribusi di seluruh pembawa yang satu sama lain tidak saling
campur. Dalam istilah emulsi fase terdispersi adalah fase internal dan medium dispersi
adalah fase eksternal atau kontinyu. Emulsi adalah suatu dispersi ketika fase
terdispersi tersusun atas globul kecil suatu cairan yang terdistribusi di seluruh
pembawa yang satu sama lain tidak saling campur. Dalam istilah emulsi fase
terdispersi adalah fase internal dan medium dispersi adalah fase eksternal atau
kontinyu (Allen 2013 : 421).
Suatu emulsi adalah suatu sistem yang tidak stabil secara termodinamik yang
mengandung paling sedikit dua fase cair yang tidak bercampur, dimana satu di
antaranya didispersi sebagai bola-bola dalam fase cair lain (Martin,A. 2008 : 1143).
Emulsi yang mempunyai fase dalam minyak dan fase luar air disebut emulsi
minyak dalam air dan biasanya diberi tanda sebagai emulsi “m/a”.Sebaliknya emulsi
yang mempunyai fase dalam air dan fase luar minyak disebut emulsi air dalam minyak
dan dikenal sebagai emulsi “a/m”. Karena fase luar dari suatu emulsi bersifat
kontinyu, suatu emulsi minyak dalam air bisa diencerkan atau ditambah dengan air
atau suatu preparat dalam air (Ansel 1989: 376).
Adapun teori emulsifikasi dalam semua cairan terdapat tekanan yang
menyebabkan tetesan dari cairan yang mempunyai bentuk pada permukaan paling
bawah dengan hubungannya dengan ukuran yaitu bentuk bola. Karena itu, jika dua
tetesan dalam kontak satu sama lain, mereka berkoalesen membentuk saru tetesan
yang lebih besar karena hasil ini dalam penurunan total permukaan ditunjukkan oleh
massa cairan yang dihadirkan kembali. (Wartel, Lund, 1994 : 365).
Dalam pertimbangan-pertimbangan ini, ketidakstabilan dari emulsi farmasi
dapat digolongkan sebagai berikut (Martin, A. 2008 : 1154):
 Flokulasi dan creaming
 Penggabungan dan pemecahan
 Berbagai jenis perubahan kimia dan fisika
 Inversi fase
Pada umumnya, setiap bahan pengemulsi memiliki bagian hidrofilik dan
lipofilik, dengan satu atau lain lebih atau kurang dominan. Sebuah metode yang
dirancang untuk pengemulsi atau bahan permukaan aktif dapat dikategorikan
berdasarkan pada penyusun kimia untuk keseimbangan hidrofil-lipofil, atau HLB
(Hidryophil-Lipophil Balance). Dimana umumnya, bahan permukaan aktif yang
memiliki nilai HLB 3 sampai 6 lebih lipofil dan menghasilkan emulsi m/a, dan bahan
dengan nilai HLB 8 sampai 18 menghasilkan emulsi m/a (Allen 2013 : 425).
Manfaat atau kegunaan HLB yaitu nilai HLB dari fase minyak suatu emulsi,
misalnya minyak, lilin dan lain-lain harus dipertimbangkan pertama adalah penentuan
HLB apa yang cocok dari emulgator atau campuran emulgator yang dibutuhkan untuk
menghasilkan emulsi yang stabil (Lachman 2012 : 1055).
Salah satu fase cair dalam suatu emulsi terutama bersifat polar (contoh:air/a),
sedangkan lainnya relatif nonpolar (contoh: minyak/m). Berdasarkan jenisnya, emulsi
dibagi dalam empat golongan, yaitu emulsi minyak dalam air (m/a), emulsi air dalam
minyak (a/m), emulsi minyak dalam air dalam minyak (m/a/m) dan emulsi air dalam
minyak dalam air (a/m/a) (Lachman 2012: 1030). Adapun jenis jenis emulsi
(Lachman, 2012 : 1030):
1. Emulsi jenis minyak dalam air (m/a). Bila fase minyak didispersikan sebagai bola-
bolake seluruh fase kontinu air, sistem tersebut sebagai suatu emulsi minyakdalam
air (m/a)
2. Emulsi jenis air dalam minyak (a/m). Bila fase minyak bertindak sebagai fase
kontinu, emulsi tersebut dikenal sebagai produk air dalam minyak (a/m).
3. Emulsi jenis minyak dalam air dalam minyak (m/a/m). Emulsi minyak dalam air
dalam minyak (m/a/m), juga dikenal sebagai emulsi ganda, dapat dibuat dengan
mencampurkan suatu pengemulsi m/a dengan suatu fase air dalam suatu mikser
dan perlahan-lahan menambahkan fase minyak untuk membentuk suatu emulsi
minyak dalam air.
4. Emulsi jenis air dalam minyak dalam air (a/m/a). Emulsi a/m/a juga dikenal
sebagai emulsi ganda, dapat dibuat dengan mancampurkan suatu pengemulsi a/m
dengan suatu fase minyak dalam suatu mikser dan perlahan-lahan menambahkan
fase air untuk membentuk suatu emulsi air dalam minyak. Emulsi a/m tersebut
kemudian didispersikan dalam suatu larutan air dari suatu zat pengemulsi m/a,
seperti polisorbat 80 (Tween 80), sehinggga membentuk emulsi air dalam minyak
dalam air. Pembuatan emulsi m/a ini untuk obat yang ditempatkan dalam tubuh
serta untuk memperpanjang kerja obat untuk makanan-makanan serta untuk
kosmetik.
Komponen Emulsi dapat digolongkan menjadi 2 macam yaitu :
1. Komponen Dasar
Adalah bahan pembentuk emulsi yang harus terdapat dalam emulsi. Terdiri atas:
 Fase dispers/fase internal/fase discontinue Yaitu zat cair yang terbagi-bagi
menjadi butiran kecil kedalam zat cair lain.
 Fase continue/fase external/fase luar Yaitu zat cair dalam emulsi yang
berfungsi sebagai bahan dasar (pendukung) dari emulsi tersebut.
 Emulgator Adalah bagian dari emulsi yang berfungsi untuk menstabilkan
emulsi. Emulgator Alam seperti : Tumbuh-tumbuhan ( Gom Arab, tragachan,
agar-agar, chondrus), Hewani ( gelatin, kuning telur, kasein, dan adeps lanae),
Tanah dan mineral ( Veegum/ Magnesium Alumunium Silikat). Emulgator
Buatan: Sabun, Tween (20,40,60,80), Span (20,40,80).
2. Komponen Tambahan
Merupakan bahan tambahan yang sering ditambahkan pada emulsi untuk
memperoleh hasil yang lebih baik, antara lain :
 Corrigen : Corigen actionis ( memperbaiki kerja obat), Corigen saporis
(memperbaiki rasa obat), corrigen odoris (memperbaiki bau obat), corrigen
colouris ( memperbaiki warna obat), corigen solubilis (memperbaiki kelarutan
obat).
 Preservative (pengawet) : Preservative yang digunakan Antara lain metil dan
propil paraben, asam benzoat, asam sorbat, fenol, kresol, dan klorbutanol,
benzalkonium klorida, fenil merkuri asetas, dll.
 Anti oksidan. Antioksidan yang digunakan Antara lain asam askorbat, a-
tocopherol, asam sitrat, propil gallat, asam gallat.
Syarat emulgator yang dipakai adalah:
 Dapat membentuk lapisan film yang kuat tetapi lunak.
 Jumlahnya cukup untuk menutup semua permukaan partikel fase dispers.
 Dapat membentuk lapisan film dengan cepat dan dapat menutup semua partikel
dengan segera.
 Teori Electric Double Layer (lapisan listrik rangkap)
HLB adalah singkatan dari Hydrophylic-Lipophylic Balance adalah nilai untuk
mengukur efisiensi surfaktan. semakin tinggi nilai HLB surfaktannya maka semakin
tinggi nilai kepolarannya, untuk emulsi yang akan diemulsikan surfaktan terdapat nilai
HLB yang disebut HLB butuh minyak. Agar emulsi menjadi baik maka diperlukan
nilai HLB yang cocok. (Faridha, 2015)
Untuk mendapatkan sediaan emulsi yang stabil maka dibutuhkan zat pengemulsi
atau yang kita kenal dengan nama emulsifier. Emulsifier merupakan senyawa organik
yang memiliki dua gugus, baik yang polar maupun nonpolar sehingga kedua zat
tersebut dapat bercampur. (Ansel, 2005)
Gugus nonpolar emulsifier akan mengikat minyak (partikel minyak dikelilingi)
sedangkan air akan terikat kuat oleh gugus polar pengemulsi tersebut. Bagian polar
kemudian akan terionisasi menjadi bermuatan negatif, hal ini menyebabkan minyak
juga menjadi bermuatan negatif. Partikel minyak kemudian akan tolak-menolak
sehingga dua zat yang pada awalnya tidak dapat larut tersebut kemudian menjadi
stabil. (Ansel, 2005)
Dalam pemilihan emulsifier dilihat jenis emulsi yang akan dibuat apakah termasuk
pada jenis W/O atau O/W. Emulsifier memiliki ukuran hidrofil lipofil balance (HLB).
Ukuran ini yang dapat menentukan apakan suatu jenis emulsifier cocok untuk jenis
emulsi W/O atau O/W. (Martin, 2008)
Metode HLB digunakan apabila emulsi yang dibuat menggunakan suatu surfaktan
yang memiliki nilai HLB. Sebelum dilakukan pencampuran terlebih dahulu dilakukan
perhitungan harga HLB dari fase internal kemudian dilakukan pemilihan emulgator
yang memiliki nilai HLB yang sesuai dengan HLB fase internal.
Setelah diperoleh suatu emulgator yang cocok, maka selanjutnya dilakukan
pencampuran untuk memperoleh suatu emulsi yang diharapkan. Umumnya emulsi
akan berbantuk tipe M/A bila nilai HLB emulgator diantara 9 – 12 dan emulsi tipe
A/M bila nilai HLB emulgator diantara 3 – 6.
Nilai ini menghitung keseimbangan karakteristik hidrofolik-lipofilik dan molekul
emulsifier dengan skala numerik. Nilai HLB untuk emulsifier non ionik dapat dihitung
dari komposisi teoritis (berat molekul) atau dengan data analitis seperti bilangan
penyabunan dan bilangan asam.
Nilai HLB ini berkisar antara 1 sampai 40, dimana angka yang lebih rendah pada
umumnya menunjukkan kelarutan dalam minyak dan angka yang lebih tinggi
menunjukkan kelarutan dalam air.
Apa saja Faktor-faktor yang harus diperhatikan dalam pembuatan Emulsi ?
1. Suhu
Tegangan permukaan dan kebanyakan cairan turun hampir secara linear
dengan naiknya temperatur, yaitu dengan naiknya energi kinetik dari molekul
tersebut
2. Zat terlarut
Tegangan permukan dipengaruhi oleh adanya zat terlarut dalam suatu cairan.
Penambahan zat terlarut akan meningkatkan viskositas larutan, sehingga
tegangan permukaan akan bertambah besar.
3. Surfaktan
Surfaktan adalah suatu zat yang bersifat aktif permukaan yang dapat
menurunkan tegangan antarmuka (interfacial tension, IFT) minyak-air.
4. Jenis Cairan
Pada umumnya cairan yang memiliki gaya tarik antara molekul besar, seperti
air, maka tegangan permukaannya juga besar. Sebaliknya pada cairan seperti
bensin karena gaya tarik antara molekulnya kecil, maka tegangan
permukaannya juga kecil.
5. Konsentrasi zat terlarut
Konsentrasi zat terlarut suatu larutan biner mempunyai pengaruh terhadap
sifat-sifat larutan termasuk tegangan muka dan adsorbsi pada permukaan
larutan. Zat terlarut yang ditambahkan kedalam larutan akan menurunkan
tegangan muka, karena mempunyai konsentrasi dipermukaan yang lebih besar
daripada didalam larutan begitupun sebaliknya. (Sri Hidayah, 2011)
Untuk mengetahui sediaan yang mengalami kerusakan maupun sediaan yang
stabil pada umumnya dapat dilakukan dengan berbagai cara, baik secara pengujian
tertentu ataupun pengamatan secara visual. Kerusakan pada sediaan emulsi biasanya
ditandai dengan terbentuknya flokulasi, creaming, koalesen, dan demulsifikasi. Untuk
sediaan yang stabil tidak terjadi perubahan.
IV. Monografi Bahan
1) Virgin Coconut Oil (VOC)

Pemerian : Cairan minyak tidak berwarna.


Aroma : Ada sedikit berbau asam ditambah karamel.
Kelarutan : Tidak larut dalam air, tetapi larut dalam alkohol (1:1).
(Timoti, 2005)
2) Span 80
Pemerian : Larutan berminyak, tidak berwarna, bau khas, dan aroma khas
Kelarutan : Praktis tidak larut, tetapi terdispersi dalam air, dapat
bercampur dengan alkohol, sedikit larut dalam minyak kapas.
(Grifin, 1954)
3) Tween 80

RM : C64H124O26
BM : 1310 g/mol
Pemerian : Berupa cairan kuning berminyak, berasa pahit, bau khas,
memberikan rasa hangat pada kulit, dan higroskopis.
Kelarutan : Larut dalam air, etanol, etil asetat, namun tidak larut dalam
minyak mineral.
Stabilitas : Stabil terhadap elektrolit, asam lemah, dan basa.
(Grifin, 1954)
4) Aquadest

BM : 18, 02 g/mol
RM : H2O
Pemerian : Cairan jernih, tidak berwarna, tidak berbau, dan tidak
mempunyai rasa.
Fungsi : Pelarut
(FI Ed. III, 1979)

V. Alat dan Bahan

Alat Bahan
1. Virgin Coconut Oil
1. Blender
(VCO)

2. Alat gelas 2. Tween 80

3. Span 80

4. Aquadest

VI. Cara Kerja


Pembuatan Emulsi

Dihitung HLB masing-masing formula.

Dimasukkan VCO, tween 80, dan span 80 ke dalam beackerglass


kemudian panaskan sampai suhu 70°C (campuran 1).

Disiapkan air yang telah dipanasi hingga 70°C.

Dicampuran I dimasukkan dalam blender. Tambahkan air yang telah


dipanaskan (campuran II). Putar selama 30 detik.

Dimasukkan ke dalam beackerglass, tunggu hingga dingin.

Dimasukkan emulsi ke dalam tabung yang berskala 20 ml sebanyak 2


tabung (1 tabung untuk pengamatan normal dan 1 tabung untuk
pengamatan dipercepat/senttrifugasi).

Ditentukan sisa sediaan emulsi viskositasnya dengan viskosimeter


(dengan menentukan tipe alir terlebih dulu).
Dijelaskan hubungan antara nilai HLB dengan stabilitas emulsi,
pertimbangkan pula viskositasnya.

Evaluasi Sediaan Emulsi


1) Uji Organoleptis
Dilakukan pengamatan pada suspensi dengan uji organoleptis yang
mengamati bentuk, bau, rasa, dan warna.

2) Uji Viskositas

Dilakukan dengan memasukkan sediaan emulsi kedalam alat


viskometer rion kemudian dibaca skala dalam alat dan catat hasil.

3) Uji Homogenitas
Diambil sampel menggunakan pipet tetes kemudian diteteskan pada
gelas kaca kemudian ditutup menggunakan gelas kaca dan sampel akan
menyebar jika sampel tersebut homogen.

4) Uji pH
Diambil sampel sebanyak 5 ml kemudian dilakukan pengujian pH.
Diamati dan dicatat hasil pH yang didapat.

5) Uji Waktu Tuang

Diambil sampel sebanyak 10 ml masukan kedalam gelas ukur.

Dilakukankan uji dengan menumpahkan sampel yang didalam gelas


ukur ke dalam beackerglass dan dicatat waktu menggunakan
stopwatch.

Dilakukan replikasi sebanyak tiga kali dan catat hasil yang didapat.

6) Uji Tipe Emulsi


a. Metode Warna

Diambil sampel dan diletakkan dikaca obyek kemudian teteskan


dengan larutan methlen blue dan diamati.
b. Metode Cincin

Diambil sampel menggunakan pipet tetes dan dipipet kekertas saring


kemudian diamati penyebaran yang terjadi.

7) Uji Bobot Jenis

Ditimbang piknometer kosong dan kering kemudian dimasukan sampel


sediaan emulsi dan ditimbang berat bobot jenisnya kemudian dicatat
hasilnya.

8) Uji Sentrifugasi

Diambil sampel kemudian sediaan dimasukkan kedalam tabung


sentrifugator dengan kecepatan putaran 1000 rpm selama 15 menit.

Anda mungkin juga menyukai