Anda di halaman 1dari 23

LAPORAN PRAKTIKUM FARMASI FISIKA

EMULSIFIKASI

Oleh:
Agiza Lamela (01174220016)
Linda (01174220015)
Miftahul Jannah (01175220004)
Valentine Gabriyella Sigalinging (01174220018)

Pengampu:
Karnelasatri, M.Si.
Sri Wahyu Ningsih Munthe, S.Pd., B.Ed.

PROGRAM STUDI FARMASI PROGRAM DIPLOMA TIGA


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS PELITA HARAPAN
JAKARTA
2023
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Sistem emulsi banyak digunakan dalam farmasi. Dapat dibedakan antara
cairan, yang ditetapkan untuk pemakaian dalam (emulsi minyak ikan, emulsi
parafin) dan emulsi untuk pemakaian luar yang terakhir ini dinyatakan sebagai
linimental (latin linire menggosok) Liniment adalah emulsi kental (menurut
aturanya berjenis M/A). Juga sediaan obat seperti salep dan suppositoria dapat
merupakan emulsi dalam pengertian fisika. Emulsi adalah suatu sistem yang tidak
stabil secara termodinamik yang mengandung paling sedikit dua fase cair yang
tidak saling bercampur, dimana satu diantaranya sebagai bola-bola dalam fase cair
lain. Sistem dibuat satabil dengan adanya suatu zat pengemulsi (Ansel, 1985).
Emulsifikasi banyak digunakan dalam pembuatan produk obat dan
kosmetik untuk penggunaan luar, khususnya pada losion dan krim dermatologik
dan kosmetik karena produk yang diinginkan adalah produk yang mudah
menyebar dan benar-benar menutupi area yang dioleskan Dalam produk aerosol,
emulsifikasi digunakan untuk menghasilkan busa, Propelan yang merupakan fase
cair terdispersi didalam wadah akan menguap jika emulsi dikeluarkan dari wadah.
Hal ini menghasilkan pembentukan busa dengan cepat (Bird, 1987).
Dalam bidang farmasi, pengetahuan tentang emulsi sebagai pengamatan
tentang beberapa senyawa yang larut dalam dalam lemak. Oleh karena itu,
diperlukannya mempelajari tentang emulsifikasi agar dapat mempermudah dalam
membuat suatu produk yang terdiri dari dua zat yang tidak dapat bercampur
1.2 Tujuan
Praktikum bertujuan untuk dapat memahami, mengetahui, dan membuat
emulsi dengan menggunakan elmugator golongan surfaktan, menghitung jumlah
elmugator yang digunakan, menentukan nilai HLB dalam pembuatan emulsi, serta
dapat mengevaluasi ketidakstabilan suatu emulsi.

1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Emulsi adalah suatu dispersi atau suspensi suatu cairan dalam cairanyang
lain, yang molekul-molekul kedua cairan tersebut tidak saling berbaurtetapi saling
antagonik. Pada bagian emulsi biasanya terdapat tiga bagianutama yaitu bagian
yang terdispersi yang terdiri dari butiir-butir yang biasanya terdiri dari lemak,
bagian kedua disebut media pendispersi yangterdiri dari air dan bagian ketiga
adalah emulsifier yang berfungsi menjagaagar butir minyak tetap tersuspensi di
dalam air (Conrad, 2002).
Emulsi adalah suspensi yang stabil dari suatu bahan cair di dalam bahancair
lain, dimana bahan-bahan cair itu tidak tercampur. Kemantapan emulsidiperoleh
dengan penyebaran butir sangat halus bahan cair, yang disebut fasedioperasi,
menembus bahan lain, yang disebut fase tetap. Emulsi stabil apabila cairan
tersebut dapat menahan tanpa mengalami perubahan, untukwaktu yang cukup
lama, tanpa butir fase dispersi berkmpul satu sama lain atau mengendap (Delmer,
1993).
Emulsi merupakan sediaan berupa campuran yang terdiri dari 2 fasecairan
yang satu terdispersi didalam suatu larutan sangat halus dan meratadalam fase
cairan lainnya, umumnya distabilkan oleh zat pengemulsi. Sifat fisika dari suatu
emulsidan kestabilannya tidak dapat dipertimbangkan secara terpisah. Oleh karena
itu, bagian ini berkenaandengan sifat-sifat fisika yanglebih penting dari emulsi,
perubahan-perubahannya terhadap pengaruh luardan hubungannya dengan
kestabilan emulsi (Dwipa, 2014).
Semua emulgator bekerja dengan membentuk film (lapisan) disekeliling butir-
butir tetesan yang terdispersi dan film ini berfungsi agarmencegah terjadinya
koalesen dan terpisahnya cairan dispers sebagai faseterpisah. Terbentuk dua
macam tipe emulsi yaitu emulsi tipe M/A dimanatetes minyak terdispersi dalam
fase air dan tipe A/M di mana fase intern adalah air dan fase extern adalah minyak
(Fessenden & Joan, 1997).

2
Surfaktan (surface active agent) adalah suatu zat yang bersifat aktif
permukaan yang dapat menurunkan tegangan antar muka, antara minyak danair
karena strukturnya yang amphifilik, yaitu adanya dua gugus yangmemiliki derajat
polaritas yang berbeda pada molekul yang sama. Gugus hidrofilik bersifat mudah
larut dalam air, sedangkan gugus hidrofobik bersifatmudah larut dalam minyak
(Hart, 1990).
Tipe- Tipe Emulsi :
1. Tipe emulsi O/W atau M/A Emulsi yang terdiri atas butiran minyak yang
tersebar atauterdispersi ke dalam air. Minyak sebagai fase internal, air
sebagaifase eksternal.2.
2. Tipe emulsi W/O atau M/O Emulsi yang terdiri atas butiran air yang
tersebar atauterdispersi ke dalam minyak. Air sebagai fase internal,
minyaksebagai fase eksternal. (Syamsuni, 2006).

Macam- Macam Emulsi :


1. Oral
Umumnya emulsi tipe o/w, karena rasa dan bau minyak yang tidak enak dapat
tertutupi, minyak bila dalam jumlah kecil danterbagi dalam tetesan- tetesan kecil
lebih mudah dicerna.
2. Topikal
Umumnya emulsi tipe o/w atau w/o tergantung banyak faktormisalnya sifat zatnya
atau jenis efek terapi yang dikehendaki. Sediaan yang penggunaannya di kulit
dengan tujuan menghasilkan efek lokaL
3. Injeksi
Sediaan steril berupa larutan, emulsi atau suspensi atau serbukyang harus
dilarutkan atau disuspensikan terlebih dahulu sebelumdigunakan, yang
disuntikkan secara merobek jaringan ke dalam kulitatau melalui kulit atau selaput
lendir. Contoh : Vit. A diserap cepatmelalui jaringan, bila diinjeksi dalam bentuk
emulsi (Kurniawan, 2009).

Komponen Emulsi
Adalah pembentuk emulsi yang harus terdapat didalam emulsi.Terdiri dari:

3
1. Fase dispers/ fase internal/ fase diskontinue
Yaitu zat cair yang terbagi-bagi menjadi butiran kecil ke dalamzat cair lain.
2. Fase kontinue/ fase exsternal/ fase luar
Yaitu zat cair dalam emulsi yang berfungsi sebagai bahandasar (pendukung) dari
emulsi tersebut.
3. Emulgator
a. EmulgatorEmulgator menstabilkan dengan cara menempati antara
permukaan antara tetesan minyak dan air. Emulgator juga mengurangi
tegangan antar muka antara fase sehingga meningkatakan proses
emulsifikasi selama pencampuran.

Emulsi Yang Tidak Memenuhi Persyaratan :


1. Creaming
Terpisahnya emulsi menjadi dua lapisan, yaitu bagianmengandung fase dispersi
lebih banyak dari pada lapisan yang lain.Creaming bersifat reversibel artinya jika
dikocok perlahan akanterdispersi kembali.
2. Koalesensi dan cacking (breaking)
Pecahnya emulsi karena film yang meliputi partikel rusak dan butiran minyak
berkoalesensi/menyatu menjadi fase tunggal yangmemisah. Emulsi ini bersifat
irreversible.
3. Inversi fase
Peristiwa berubahnya tipe emulsi O/W menjadi W/Osecara tiba-tiba atau
sebaliknya sifatnya irreversible.

4
BAB III
METODE

3.1 Alat dan Bahan


Alat dalam praktikum ini adalah mixer, gelas ukur, waterbath, stopwatch,
stirrer dan hotplate.
Bahan dalam praktikum ini adalah minyak goreng, aquadest, tween, span,
dan pewarna.

3.2 Cara Kerja


3.2.1 Pengaruh Waktu Pencampuran dan Laju Terhadap Stabilitas Emulsi

Disiapkan 3 larutan untuk minyak dengan perbandingan air: minyak;


5,5:4,5 sebanyak 100 mL. Ditambahkan, 1-2 tetes pewarna.

Diaduk dengan kecepatan yang berbeda (200, 400, dan 600 rpm)
selama 3, 6, 9 menit. Dipindahkan larutan dalam gelas ukur 100 mL.

Diamati dan catat jumlah dan waktu terpisah tiap 5 menit hingga 60
menit.

Dibuat grafik hubungan waktu antara stabilitas emulsi dan tentukan


nilai HLB.
Pengaruh Pengemulsi Terhadap Stabilitas Emulsi

Disiapkan larutan sesuai dengan tabel 3.1.

Tabel 3.1 Larutan yang harus disiapkan

Keterangan: * tidak perlu membuat kontrol, gunakan data sebelumnya dikecepatan 2, 6 menit

Tambahkan 1-2 tetes pewarna dan aduk dengan kecepatan 600rpm


selama 6 menit

5
Pindahkan larutan ke dalam gelas ukur 100 mL dan amati dan catat
jumlah terpisahnya air dan sampel setiap 5 menit hingga 60 menit

Ubah hasil menjadi persentase air yang terpisah (diekresikan


sebagai jumlah air yang terpisah per total jumlah cairan)

Catat waktu yang dibutuhkan setiap emulsi untuk terpisah dan buatlah
grafik yang menunjukan hubungan antara waktu dengan stabilitas emulsi
(dalam persen pemisahan air) dan bandingkan waktu yang dibutuhkan
setiap emulsi untuk terpisah

Tentukan nilai HLB

3.2.3 Pengaruh Komposisi Bahan Terhadap Emulsi

Siapkan larutan bedasarkan formulasi berikut

Tambahkan 1-2 tetes pewarna dan aduk dengan kecepatan 600 rpm selama
6 menit.

Pindahkan larutan ke dalam gelas ukur 100 ml dan amati dan catat jumlah
terpisahnya air dari
yang dibutuhkan sampel
untuk setiap 5 menit
terbentuknya hingga 60 menit.
endapan

Ubah hasil menjadi persentase air yang terpisah (diekspresikan sebagai


jumlah air yang terpisah per total jumlah cairan). Dan catat waktu yang
dibutuhkan setiap emulsi untuk terpisah yang dibutuhkan untuk
terbentuknya endapan

Buatlah grafik yang menunjukkan hubungan antara waktu dengan stabiltias


emulsi (dalam persen pemisahan air) dan bandingkan waktu yang
dibutuhkan setiap emulsi untuk terpisah yang dibutuhkan untuk
terbentuknya endapan. Dan tentukan nilai HLB
BAB IV

6
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil
4.1 Pengaruh Waktu Pencampuran dan Laju Terhadap Stabilitas Emulsi
4.1.1 Kecepatan 200 rpm
Tabel 4.1 Hasil percobaan waktu pencampuran dan laju terhadap stabilitas emulsi (200 rpm, 3
menit)
Total larutan = 96 ml Data Kelompok 1

Waktu Jumlah Jumlah Jumlah %air %minyak HLB


air (ml) minyak emulsi
(menit) (ml) (ml)

Awal

5 22 28 46 22,92 29,17 9,36

10 22 34 40 22,92 35,42 8,46

15 23 35 38 23,96 36,46 8,53

20 23 36 37 23,96 37,50 8,41

25 23 36 37 23,96 37,50 8,41

30 23 36 37 23,96 37,50 8,41

Grafik 4.1 hasil percobaan waktu pencampuran dan laju terhadap stabilitas emulsi (200 rpm, 3
menit)

7
Tabel 4.2 Hasil percobaan waktu pencampuran dan laju terhadap stabilitas emulsi (200 rpm, 6
menit)
Total larutan = 97 ml Data Kelompok 1

Waktu Jumlah Jumlah Jumlah %air %minyak HLB


air (ml) minyak emulsi
(menit) (ml) (ml)

Awal

5 46 28 22 47,42 28,87 12,81

10 47 31 18 48,45 31,96 12,45

15 47 33 16 48,45 34,02 12,16

20 47 35 14 48,45 36,08 11,89

25 47 35 14 48,45 36,08 11,89

30 47 35 14 48,45 36,08 11,89

Grafik 4.2 Hasil percobaan waktu pencampuran dan laju terhadap stabilitas emulsi (200 rpm, 6
menit)

Tabel 4.3 Hasil percobaan waktu pencampuran dan laju terhadap stabilitas emulsi (200 rpm, 9
menit)
Total larutan = 93 ml Data Kelompok 4

Waktu Jumlah Jumlah Jumlah %air %minyak HLB


air (ml) minyak emulsi
(menit) (ml) (ml)

Awal 22 10 61 23,65 10,75 14,06

5 25 15 53 26,88 16,12 12,87

8
10 26 20 47 27,95 21,5 11,73

15 26 20 47 27,95 21,5 11,73

20 26 20 47 27,95 21,5 11,73

25 26 24 43 27,95 25,81 10,87

30 26 24 43 27,95 25,81 10,87

Grafik 4.3 Hasil percobaan waktu pencampuran dan laju terhadap stabilitas emulsi (200 rpm, 9
menit)

4.1.2 Kecepatan 400 rpm


Tabel 4.4 Hasil percobaan waktu pencampuran dan laju terhadap stabilitas emulsi (400 rpm, 3
menit)
Total larutan 95 ml Data kelompok 2

Waktu Jumlah air Jumlah Jumlah % air %minyak HLB


(menit) (ml) emulsi minyak
(ml)

Awal

5 41 29 29 41,84 29,59 12,22

10 41 29 29 41,84 29,59 12,13

15 41 26 32 41,84 32,65 11,67

20 41 26 32 41,84 32,65 11,67

25 41 25 33 41,84 33,67 11,53

30 41 25 33 41,84 33,67 11,53

35 41 25 33 41,84 33,67 11,53

9
Grafik 4.4 hasil Hasil percobaan waktu pencampuran dan laju terhadap stabilitas emulsi (400 rpm,
3 menit)

Tabel 4.5 Hasil percobaan waktu pencampuran dan laju terhadap stabilitas emulsi (400 rpm, 6
menit)
Total larutan 95 ml Data kelompok 2

Waktu Jumlah air Jumlah Jumlah % air %minyak HLB


(menit) (ml) emulsi minyak
(ml)

Awal

5 20 54 23 20,62 23,71 9,84

10 21 46 30 21,65 30,93 8,82

15 23 41 33 23,71 34,02 8,80

20 24 39 34 24,74 35,05 8,86

25 24 39 34 24,74 35,05 8,86

30 24 39 34 24,74 35,05 8,86

35 47 15 35 48,45 36,08 11,89

10
Grafik 4.5 Hasil percobaan waktu pencampuran dan laju terhadap stabilitas emulsi (400 rpm, 6
menit)

Tabel 4.6 Hasil percobaan waktu pencampuran dan laju terhadap stabilitas emulsi (400 rpm, 9
menit)
Total larutan 95 ml Data kelompok 5

Waktu Jumlah air Jumlah Jumlah % air %minyak HLB


(menit) (ml) emulsi minyak
(ml)

Awal 10 - 85 10, 52 89,47 3

5 50 2 43 52, 63 45,26 11,21

10 51 2 42 53, 68 44,21 11,41

15 52 2 41 54,73 43,15 11,62

20 52 2 41 54,73 43,15 11,62

25 52 2 41 54,73 43,15 11,62

30 52 2 41 54,73 43,15 11,62

Grafik 4.6 Hasil percobaan waktu pencampuran dan laju terhadap stabilitas emulsi (400 rpm, 9
menit)
11
4.1.3 Kecepatan 600 rpm
Tabel 4.7 Hasil percobaan waktu pencampuran dan laju terhadap stabilitas emulsi (600 rpm, 3
menit)
Total larutan = 94 ml Data kelompok 3

Waktu Jumlah Jumlah Jumlah %air %minyak HLB


air (ml) minyak emulsi
(menit) (ml) (ml)

Awal 35 54 5 37,24 57,44 8,47

5 38 49 7 40,42 52,12 9,29

10 38 49 7 40,42 52,12 9,29

15 38 49 7 40,42 52,12 9,29

20 38 49 7 40,42 52,12 9,29

25 38 49 7 40,42 52,12 9,29

30 38 49 7 40,42 52,12 9,29

Grafik 4.7 Hasil percobaan waktu pencampuran dan laju terhadap stabilitas emulsi (600 rpm, 3
menit)

Tabel 4.8 Hasil percobaan waktu pencampuran dan laju terhadap stabilitas emulsi (600 rpm, 6
menit)
Total larutan = 93 ml Data kelompok 3

Waktu Jumlah Jumlah Jumlah %air %minyak HLB


air (ml) minyak emulsi
(menit) (ml) (ml)

Awal 0 0 ml 93 0 0 0

5 1 0 ml 92 1,07 0 20

12
10 3 0 ml 90 3,22 0 20

15 4 1 ml 88 4,30 1,07 16,21

20 5 1 ml 87 5,37 1,07 17,84

25 6 2 ml 85 6,45 2,15 15,25

30 8 3 ml 82 8,60 3,22 14,82

35 10 3 ml 80 10,75 3,22 15,62

40 10 3 ml 80 10,75 3,22 15,62

45 10 3 ml 80 10,75 3,22 15,62

Grafik 4.8 Hasil percobaan waktu pencampuran dan laju terhadap stabilitas emulsi (600 rpm, 6
menit)

4.2 Pengaruh Pengemulsi Terhadap Stabilitas Emulsi


4.2.1 Larutan A (Air 54%, Minyak 45%, Tween 1%)
Tabel 4.10 Hasil percobaan larutan A (air 54%, Minyak 45%, Tween 1%)
Total larutan = 93 ml Data kelompok 4

Waktu Jumlah Jumlah Jumlah %air %minyak HLB


air (ml) minyak emulsi
(menit) (ml) (ml)

Awal 34 20 39 36,56 21,50 12,96

5 41 30 22 44,09 32,26 11,97

10 43 34 16 46,24 36,56 11,61

15 44 35 14 47,31 37,63 11,58

20 45 35 13 48,39 37,63 11,68

13
25 45 35 13 48,39 37,63 11,68

30 45 35 13 48,39 37,63 11,68

Grafik 4.10 Hasil percobaan larutan A (air 54%, Minyak 45%, Tween 1%)

4.2.2 Larutan B (Air 54%, Minyak 45%, Span 1%)


Tabel 4.11 Hasil percobaan larutan B (air 54%, minyak 45%, span 1%)
Total larutan = 97 ml Data kelompok 5

Waktu Jumlah Jumlah Jumlah %air %minyak HLB


air (ml) minyak emulsi
(menit) (ml) (ml)

Awal 36 61 0 37,11 62,88 8,05

5 38 59 0 39,17 60,82 8,44

10 46 51 0 47,42 52,57 10,01

15 47 50 0 48,45 51,54 10,2

20 48 49 0 49,48 50,51 10,41

25 48 49 0 49,48 50,51 10,41

30 48 49 0 49,48 50,51 10,41

14
Grafik 4.11 Hasil percobaan larutan B (air 54%, minyak 45%, span 1%)

4.3 Pengaruh Komposisi Bahan Terhadap Emulsi


4.3.1 Larutan A (60% air dan 40 % minyak)
Tabel 4.12 Hasil percobaan larutan A (air 60%, minyak 40%)
Total larutan = 98 ml Data kelompok 6

Waktu Jumlah Jumlah Jumlah %air %minyak HLB


air (ml) minyak emulsi
(menit) (ml) (ml)

Awal

5 96,5 1,5 98,46 1,53 19,71

10 96 2 97,95 2,04 19,61

15 96 2 97,95 2,04 19,61

20 94 4 95,91 4,08 19,22

25 93 5 94,89 5,1 19,03

30 92 6 93,87 6,12 18,84

35 44 54 44,89 55,1 9,53

40 55 43 56,12 43,87 11,66

45 57 41 58,16 41,83 12,05

50 57 41 58,16 41,83 12,05

55 57 41 58,16 41,83 12,05

60 57 41 58,16 41,83 12,05

15
Grafik 4.12 Hasil percobaan larutan A (air 60%, minyak 40%)

4.3.2 Larutan B (40% air dan 60 % minyak)


Tabel 4.13 Hasil percobaan larutan B (air 40%, minyak 60%)
Total larutan = 95 ml Data kelompok 7

Waktu Jumlah Jumlah Jumlah %air %minyak HLB


air (ml) minyak emulsi
(menit) (ml) (ml)

Awal

5 10 5 80 10,53 5,26 13,66

10 20 25 50 21,05 26,32 9,44

15 22 30 43 23,16 31,58 9,04

20 25 37 33 26,32 38,95 8,66

25 30 45 20 31,58 47,37 8,6

30 30 55 10 31,58 57,89 7,7

Grafik 4.13 Hasil percobaan larutan B (air 40%, minyak 60%)

16
Perhitungan % air terpisah

% air =

5 menit = 20 menit =

= 10,52% = 26,31%

10 menit = 25 menit =

= 21,05% = 31,57%

15 menit = 30 menit =

= 23,15% = 31,57%

Perhitungan % minyak terpisah

% minyak =

5 menit = 20 menit =

= 5,26% = 38,94%

10 menit = 25 menit =

= 26,31% = 47,36%

15 menit = 30 menit =

= 31,57% = 57,89%

17
Perhitungan HLB

HLB =

5 menit = 20 menit =

= 13,66 = 8,66

10 menit = 25 menit =

= 9,44 = 8,57

15 menit = 30 menit =

= 9,03 = 9,92

B. Pembahasan
Dalam praktikum kali ini dilakukan 3 percobaan pada emulsifikasi yaitu
pengaruh waktu pencampuran dan laju terhadap stabilitas emulsi, pengaruh
pengemulsi terhadap stabilitas emulsi, dan pengaruh komposisi bahan terhadap
emulsi. Hasil pada pengaruh waktu pencampuran dan laju terhadap stabilitas
emulsi menunjukan bahwa, berdasarkan grafik di atas dan data eksperimen,
jumlah total air yang dihilangkan meningkat dari waktu ke waktu. Ini adalah
konsekuensi dari gaya yang bekerja pada emulsi dalam bentuk pencampuran.
Semakin lama dan semakin tinggi kecepatan pengadukan, semakin rendah
viskositas dan semakin lambat waktu pemisahan (Hart, 1990). Dengan demikian,
persentase pemisahan air yang lebih rendah menunjukkan bahwa emulsi yang
terbentuk lebih stabil. Ada dua jenis emulsi berdasarkan fase terdispersinya, yaitu
emulsi minyak dalam air dan emulsi air dalam minyak. Di mana ada emulsi
minyak dalam air, yaitu ketika fase minyak terdispersi dalam fase air. Emulsi air
dalam minyak, sedangkan emulsi air dalam minyak adalah ketika fase air
terdispersi dalam fase minyak (Kurniawan, 2009).

1
Hasil pada pengemulsi terhadap stabilitas emulsi menunjukan bahwa,
Stabilitas emulsi diperoleh berdasarkan persen pemisahan air dalam 20 menit pada
emulsi Tween dan Span. Namun, terdapat perbedaan nilai HLB yang diperoleh
dari kedua solusi tersebut. Ketika interemulsi stabil, ia memiliki HLB 11,68 dan
celah emulsi, ketika stabil, memiliki HLB 10,41. Emulsi w/o memiliki nilai HLB
3-6, sedangkan emulsi tipe o/w memiliki nilai HLB 8-16.
Alasan menggunakan tween adalah untuk bercampur dengan air karena
tween memiliki gugus polar yang lebih besar daripada gugus non polar sehingga
tween ini lebih condong ke arah air. Sedangkan Span digunakan untuk minyak
karena minyak memiliki gugus nonpolar yang lebih besar daripada gugus
polarnya, sehingga Span umumnya lebih berminyak (Fessenden & Joan,
1997). Kesimpuan pada hasil pengemulsi terhadap stabilitas emulsi ditunjukan
pada grafik 4.14.

Grafik 4.14 kesimpulan hasil hasil pengemulsi terhadap stabilitas emulsi

Dari grafik di atas terlihat bahwa interemulsi stabil memiliki rating 48,39
sedangkan emulsi interval stabil memiliki rating 49,48. Perbedaan ini disebabkan
perbedaan komposisi emulsifier. Selain itu, ketepatan pengukuran volume
masing-masing bahan juga mempengaruhi kestabilan emulsi.
Hasil pada pengaruh komposisi bahan terhadap emulsi menunjukan
bahwa, hasil dari kedua larutan tidak sama dikarenakan beda komposisi bahan dan
cara pengamatan yang diamati dari keduanya, alhasil perolehannya berbeda jauh
antar keduanya. Perbedaannya terletak pada data yang diambil. Semakin banyak

1
komposisi yang dimiliki bahan, semakin mempengaruhi fase dispersi dan fase
dispersi. Dengan demikian, fasa yang lebih banyak menjadi fasa dispersi karena
selama pencampuran, fasa yang lebih banyak terdispersi menjadi lebih banyak dan
bagian terluar dari emulsi (Dwipa, 2014). Kesimpulan pada hasil pengaruh
komposisi bahan terhadap emulsi ditunjukan pada grafik 4.15

Grafik 4.15 kesimpulan hasil pengaruh komposisi bahan terhadap emulsi

2
BAB V
KESIMPULAN

Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan dapat disimpulkan


bahwa, emulsi merupakan menyatunya dua fase cair yang secara umum tidak
dapat menyatu. Layer yang terbentuk pada emulsi dipengaruh oleh densitas dari
bahan dasar emulsi. Emulgator memengaruhi jenis emulsi yang
dihasilakan. Emulgator memengaruhi jenis emulsi yang dihasilakan, karena
emulgator akan menentukan sifat emulsi itu sendiri berdasrkan sifat dari
emulgator. Efektivitas emulgator dapat dilihat dari nilai HLB setiap emulgator

3
DAFTAR PUSTAKA

Ansel, C. H. (1985). EMULSION. Chemistry Journal, 4-5.

Bird, T. (1987). Emulsifikasi. jurnal Universiitas Hasanuddin, 2-6.

Conrad, t. (2002). Farmasi Fisika pada Viskositas. Adventure Works Journal, 90-
95.

Delmer, M. B. (1993). Emulsion. Cambridge University, 140-149.

Dwipa, B. (2014). Farmasi Fisika edisi II. Wahana Matematika dan Sains, 8-10.

Fessenden, J. R., & Joan, S. (1997). Farmasi Fisika, Viskositas. Jakarta: Bina.

Hart, H. (1990). Emulsifikasi Teknologi Sediaan. Jakarta: Erlangga.

Kurniawan, D. W. (2009). Teknologi Sediaan Farmasi. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Lachman, L. (1994). Teori dan Praktik Farmasi Industri Edisi III. Jakarta:
Universitas Indonesia.

Martin, A. (1990). Farnasi Fisika Edisi I. Jakarta: Universitas Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai