EMULSIFIKASI
Oleh:
Agiza Lamela (01174220016)
Linda (01174220015)
Miftahul Jannah (01175220004)
Valentine Gabriyella Sigalinging (01174220018)
Pengampu:
Karnelasatri, M.Si.
Sri Wahyu Ningsih Munthe, S.Pd., B.Ed.
1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Emulsi adalah suatu dispersi atau suspensi suatu cairan dalam cairanyang
lain, yang molekul-molekul kedua cairan tersebut tidak saling berbaurtetapi saling
antagonik. Pada bagian emulsi biasanya terdapat tiga bagianutama yaitu bagian
yang terdispersi yang terdiri dari butiir-butir yang biasanya terdiri dari lemak,
bagian kedua disebut media pendispersi yangterdiri dari air dan bagian ketiga
adalah emulsifier yang berfungsi menjagaagar butir minyak tetap tersuspensi di
dalam air (Conrad, 2002).
Emulsi adalah suspensi yang stabil dari suatu bahan cair di dalam bahancair
lain, dimana bahan-bahan cair itu tidak tercampur. Kemantapan emulsidiperoleh
dengan penyebaran butir sangat halus bahan cair, yang disebut fasedioperasi,
menembus bahan lain, yang disebut fase tetap. Emulsi stabil apabila cairan
tersebut dapat menahan tanpa mengalami perubahan, untukwaktu yang cukup
lama, tanpa butir fase dispersi berkmpul satu sama lain atau mengendap (Delmer,
1993).
Emulsi merupakan sediaan berupa campuran yang terdiri dari 2 fasecairan
yang satu terdispersi didalam suatu larutan sangat halus dan meratadalam fase
cairan lainnya, umumnya distabilkan oleh zat pengemulsi. Sifat fisika dari suatu
emulsidan kestabilannya tidak dapat dipertimbangkan secara terpisah. Oleh karena
itu, bagian ini berkenaandengan sifat-sifat fisika yanglebih penting dari emulsi,
perubahan-perubahannya terhadap pengaruh luardan hubungannya dengan
kestabilan emulsi (Dwipa, 2014).
Semua emulgator bekerja dengan membentuk film (lapisan) disekeliling butir-
butir tetesan yang terdispersi dan film ini berfungsi agarmencegah terjadinya
koalesen dan terpisahnya cairan dispers sebagai faseterpisah. Terbentuk dua
macam tipe emulsi yaitu emulsi tipe M/A dimanatetes minyak terdispersi dalam
fase air dan tipe A/M di mana fase intern adalah air dan fase extern adalah minyak
(Fessenden & Joan, 1997).
2
Surfaktan (surface active agent) adalah suatu zat yang bersifat aktif
permukaan yang dapat menurunkan tegangan antar muka, antara minyak danair
karena strukturnya yang amphifilik, yaitu adanya dua gugus yangmemiliki derajat
polaritas yang berbeda pada molekul yang sama. Gugus hidrofilik bersifat mudah
larut dalam air, sedangkan gugus hidrofobik bersifatmudah larut dalam minyak
(Hart, 1990).
Tipe- Tipe Emulsi :
1. Tipe emulsi O/W atau M/A Emulsi yang terdiri atas butiran minyak yang
tersebar atauterdispersi ke dalam air. Minyak sebagai fase internal, air
sebagaifase eksternal.2.
2. Tipe emulsi W/O atau M/O Emulsi yang terdiri atas butiran air yang
tersebar atauterdispersi ke dalam minyak. Air sebagai fase internal,
minyaksebagai fase eksternal. (Syamsuni, 2006).
Komponen Emulsi
Adalah pembentuk emulsi yang harus terdapat didalam emulsi.Terdiri dari:
3
1. Fase dispers/ fase internal/ fase diskontinue
Yaitu zat cair yang terbagi-bagi menjadi butiran kecil ke dalamzat cair lain.
2. Fase kontinue/ fase exsternal/ fase luar
Yaitu zat cair dalam emulsi yang berfungsi sebagai bahandasar (pendukung) dari
emulsi tersebut.
3. Emulgator
a. EmulgatorEmulgator menstabilkan dengan cara menempati antara
permukaan antara tetesan minyak dan air. Emulgator juga mengurangi
tegangan antar muka antara fase sehingga meningkatakan proses
emulsifikasi selama pencampuran.
4
BAB III
METODE
Diaduk dengan kecepatan yang berbeda (200, 400, dan 600 rpm)
selama 3, 6, 9 menit. Dipindahkan larutan dalam gelas ukur 100 mL.
Diamati dan catat jumlah dan waktu terpisah tiap 5 menit hingga 60
menit.
Keterangan: * tidak perlu membuat kontrol, gunakan data sebelumnya dikecepatan 2, 6 menit
5
Pindahkan larutan ke dalam gelas ukur 100 mL dan amati dan catat
jumlah terpisahnya air dan sampel setiap 5 menit hingga 60 menit
Catat waktu yang dibutuhkan setiap emulsi untuk terpisah dan buatlah
grafik yang menunjukan hubungan antara waktu dengan stabilitas emulsi
(dalam persen pemisahan air) dan bandingkan waktu yang dibutuhkan
setiap emulsi untuk terpisah
Tambahkan 1-2 tetes pewarna dan aduk dengan kecepatan 600 rpm selama
6 menit.
Pindahkan larutan ke dalam gelas ukur 100 ml dan amati dan catat jumlah
terpisahnya air dari
yang dibutuhkan sampel
untuk setiap 5 menit
terbentuknya hingga 60 menit.
endapan
6
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
4.1 Pengaruh Waktu Pencampuran dan Laju Terhadap Stabilitas Emulsi
4.1.1 Kecepatan 200 rpm
Tabel 4.1 Hasil percobaan waktu pencampuran dan laju terhadap stabilitas emulsi (200 rpm, 3
menit)
Total larutan = 96 ml Data Kelompok 1
Awal
Grafik 4.1 hasil percobaan waktu pencampuran dan laju terhadap stabilitas emulsi (200 rpm, 3
menit)
7
Tabel 4.2 Hasil percobaan waktu pencampuran dan laju terhadap stabilitas emulsi (200 rpm, 6
menit)
Total larutan = 97 ml Data Kelompok 1
Awal
Grafik 4.2 Hasil percobaan waktu pencampuran dan laju terhadap stabilitas emulsi (200 rpm, 6
menit)
Tabel 4.3 Hasil percobaan waktu pencampuran dan laju terhadap stabilitas emulsi (200 rpm, 9
menit)
Total larutan = 93 ml Data Kelompok 4
8
10 26 20 47 27,95 21,5 11,73
Grafik 4.3 Hasil percobaan waktu pencampuran dan laju terhadap stabilitas emulsi (200 rpm, 9
menit)
Awal
9
Grafik 4.4 hasil Hasil percobaan waktu pencampuran dan laju terhadap stabilitas emulsi (400 rpm,
3 menit)
Tabel 4.5 Hasil percobaan waktu pencampuran dan laju terhadap stabilitas emulsi (400 rpm, 6
menit)
Total larutan 95 ml Data kelompok 2
Awal
10
Grafik 4.5 Hasil percobaan waktu pencampuran dan laju terhadap stabilitas emulsi (400 rpm, 6
menit)
Tabel 4.6 Hasil percobaan waktu pencampuran dan laju terhadap stabilitas emulsi (400 rpm, 9
menit)
Total larutan 95 ml Data kelompok 5
Grafik 4.6 Hasil percobaan waktu pencampuran dan laju terhadap stabilitas emulsi (400 rpm, 9
menit)
11
4.1.3 Kecepatan 600 rpm
Tabel 4.7 Hasil percobaan waktu pencampuran dan laju terhadap stabilitas emulsi (600 rpm, 3
menit)
Total larutan = 94 ml Data kelompok 3
Grafik 4.7 Hasil percobaan waktu pencampuran dan laju terhadap stabilitas emulsi (600 rpm, 3
menit)
Tabel 4.8 Hasil percobaan waktu pencampuran dan laju terhadap stabilitas emulsi (600 rpm, 6
menit)
Total larutan = 93 ml Data kelompok 3
Awal 0 0 ml 93 0 0 0
5 1 0 ml 92 1,07 0 20
12
10 3 0 ml 90 3,22 0 20
Grafik 4.8 Hasil percobaan waktu pencampuran dan laju terhadap stabilitas emulsi (600 rpm, 6
menit)
13
25 45 35 13 48,39 37,63 11,68
Grafik 4.10 Hasil percobaan larutan A (air 54%, Minyak 45%, Tween 1%)
14
Grafik 4.11 Hasil percobaan larutan B (air 54%, minyak 45%, span 1%)
Awal
15
Grafik 4.12 Hasil percobaan larutan A (air 60%, minyak 40%)
Awal
16
Perhitungan % air terpisah
% air =
5 menit = 20 menit =
= 10,52% = 26,31%
10 menit = 25 menit =
= 21,05% = 31,57%
15 menit = 30 menit =
= 23,15% = 31,57%
% minyak =
5 menit = 20 menit =
= 5,26% = 38,94%
10 menit = 25 menit =
= 26,31% = 47,36%
15 menit = 30 menit =
= 31,57% = 57,89%
17
Perhitungan HLB
HLB =
5 menit = 20 menit =
= 13,66 = 8,66
10 menit = 25 menit =
= 9,44 = 8,57
15 menit = 30 menit =
= 9,03 = 9,92
B. Pembahasan
Dalam praktikum kali ini dilakukan 3 percobaan pada emulsifikasi yaitu
pengaruh waktu pencampuran dan laju terhadap stabilitas emulsi, pengaruh
pengemulsi terhadap stabilitas emulsi, dan pengaruh komposisi bahan terhadap
emulsi. Hasil pada pengaruh waktu pencampuran dan laju terhadap stabilitas
emulsi menunjukan bahwa, berdasarkan grafik di atas dan data eksperimen,
jumlah total air yang dihilangkan meningkat dari waktu ke waktu. Ini adalah
konsekuensi dari gaya yang bekerja pada emulsi dalam bentuk pencampuran.
Semakin lama dan semakin tinggi kecepatan pengadukan, semakin rendah
viskositas dan semakin lambat waktu pemisahan (Hart, 1990). Dengan demikian,
persentase pemisahan air yang lebih rendah menunjukkan bahwa emulsi yang
terbentuk lebih stabil. Ada dua jenis emulsi berdasarkan fase terdispersinya, yaitu
emulsi minyak dalam air dan emulsi air dalam minyak. Di mana ada emulsi
minyak dalam air, yaitu ketika fase minyak terdispersi dalam fase air. Emulsi air
dalam minyak, sedangkan emulsi air dalam minyak adalah ketika fase air
terdispersi dalam fase minyak (Kurniawan, 2009).
1
Hasil pada pengemulsi terhadap stabilitas emulsi menunjukan bahwa,
Stabilitas emulsi diperoleh berdasarkan persen pemisahan air dalam 20 menit pada
emulsi Tween dan Span. Namun, terdapat perbedaan nilai HLB yang diperoleh
dari kedua solusi tersebut. Ketika interemulsi stabil, ia memiliki HLB 11,68 dan
celah emulsi, ketika stabil, memiliki HLB 10,41. Emulsi w/o memiliki nilai HLB
3-6, sedangkan emulsi tipe o/w memiliki nilai HLB 8-16.
Alasan menggunakan tween adalah untuk bercampur dengan air karena
tween memiliki gugus polar yang lebih besar daripada gugus non polar sehingga
tween ini lebih condong ke arah air. Sedangkan Span digunakan untuk minyak
karena minyak memiliki gugus nonpolar yang lebih besar daripada gugus
polarnya, sehingga Span umumnya lebih berminyak (Fessenden & Joan,
1997). Kesimpuan pada hasil pengemulsi terhadap stabilitas emulsi ditunjukan
pada grafik 4.14.
Dari grafik di atas terlihat bahwa interemulsi stabil memiliki rating 48,39
sedangkan emulsi interval stabil memiliki rating 49,48. Perbedaan ini disebabkan
perbedaan komposisi emulsifier. Selain itu, ketepatan pengukuran volume
masing-masing bahan juga mempengaruhi kestabilan emulsi.
Hasil pada pengaruh komposisi bahan terhadap emulsi menunjukan
bahwa, hasil dari kedua larutan tidak sama dikarenakan beda komposisi bahan dan
cara pengamatan yang diamati dari keduanya, alhasil perolehannya berbeda jauh
antar keduanya. Perbedaannya terletak pada data yang diambil. Semakin banyak
1
komposisi yang dimiliki bahan, semakin mempengaruhi fase dispersi dan fase
dispersi. Dengan demikian, fasa yang lebih banyak menjadi fasa dispersi karena
selama pencampuran, fasa yang lebih banyak terdispersi menjadi lebih banyak dan
bagian terluar dari emulsi (Dwipa, 2014). Kesimpulan pada hasil pengaruh
komposisi bahan terhadap emulsi ditunjukan pada grafik 4.15
2
BAB V
KESIMPULAN
3
DAFTAR PUSTAKA
Conrad, t. (2002). Farmasi Fisika pada Viskositas. Adventure Works Journal, 90-
95.
Dwipa, B. (2014). Farmasi Fisika edisi II. Wahana Matematika dan Sains, 8-10.
Fessenden, J. R., & Joan, S. (1997). Farmasi Fisika, Viskositas. Jakarta: Bina.
Lachman, L. (1994). Teori dan Praktik Farmasi Industri Edisi III. Jakarta:
Universitas Indonesia.