PENDAHULUAN
Emulsi merupakan suatu sistem dispersi, dimana salah satu fase terdispersi
dalam fase lainnya dengan adanya suatu zat pengemulsi (Calderon dkk., 2007).
Emulsi terbagi menjadi dua tipe, yaitu emulsi sederhana atau emulsi ganda. Emulsi
sederhana dapat berbentuk emulsi air dalam minyak (A/M) atau emulsi minyak
dalam air (M/A). Emulsi ganda dapat berbentuk emulsi air dalam minyak dalam air
(A/M/A) atau emulsi minyak dalam air dalam minyak (M/A/M). Tipe emulsi akan
mempengaruhi sifat-sifat fisik emulsi. Selain itu, tipe emulsi yang berbeda juga
dapat menghasilkan pelepasan zat yang berbeda (Ainurofiq, 2006). Oleh sebab itu,
dalam kontrol kualitas suatu emulsi, determinasi tipe emulsi merupakan hal
Beberapa sifat fisik emulsi yang umumnya dipengaruhi oleh tipe emulsi
tersebut adalah viskositas, pemisahan fase, dan ukuran droplet. Emulsi sederhana
A/M dapat memiliki viskositas yang berbeda dengan emulsi ganda A/M/A. Hal ini
emulsi ganda A/M/A dapat membuat viskositas emulsi ganda lebih tinggi
mungkin berbeda, emulsi sederhana dan emulsi ganda dapat memiliki pemisahan
1
2
fase yang berbeda pula. Hal ini dijelaskan dengan hukum Stokes, dimana viskositas
merupakan salah satu faktor penentu laju pemisahan emulsi (Tan, 2004). Tipe
emulsi juga menentukan ukuran droplet fase terdispersi. Droplet yang terdispersi
pada emulsi ganda mengandung droplet-droplet berukuran lebih kecil yang berbeda
fase, sehingga ukuran droplet emulsi ganda akan lebih besar daripada emulsi
Tipe emulsi juga dapat mempengaruhi pelepasan zat dari sediaan. Sistem
emulsi ganda memiliki lebih banyak lapisan yang dapat menahan lepasnya zat dari
emulsi dibandingkan dengan emulsi sederhana. Untuk dapat lepas dari sediaan,
suatu zat yang terlarut dalam fase air internal dalam suatu emulsi ganda A/M/A
harus melewati barrier berupa lapisan minyak dan lapisan air eksternal (Benichou
dan Aserin, 2008). Sedangkan, apabila tipe emulsinya adalah emulsi sederhana
A/M, zat tersebut hanya perlu melewati satu lapisan minyak saja untuk lepas dari
emulsi. Oleh karena itu, emulsi bertipe A/M/A lebih berpotensi untuk menjadi agen
prolonged release dibandingkan emulsi tipe A/M (Pal, 2011). Pelepasan suatu zat
aktif dari emulsi ganda dapat terjadi melalui dua mekanisme. Mekanisme pertama
melalui breakdown droplet sebagai akibat dari aliran osmosis air ke fase internal
dan peristiwa koalesens partikel, sementara mekanisme kedua melalui lepasnya zat
melalui lapisan minyak yang berfungsi sebagai membran permeabel, dimana zat
emulsi ganda, dapat dilakukan uji stabilitas dipercepat, yaitu dengan menempatkan
emulsi pada stress condition. Menurut Block (1996), fluktuasi suhu dapat menjadi
3
stress condition yang dapat digunakan untuk mengamati pemisahan yang terjadi
pada emulsi. Salah satu pilihan metode untuk uji stabilitas dipercepat yang
menggunakan fluktuasi suhu adalah metode cycling. Dalam metode ini, suhu yang
terjadi selama sediaan atau produk dipakai dan disimpan oleh konsumen yang
lipcream yang warnanya dapat bertahan lama dengan sekali aplikasi. Joint
bahwa zat warna yang diperbolehkan European Union dan World Health
(E124). Zat warna ini berupa bubuk merah gelap dan bersifat larut dalam air. Dipilih
zat warna larut air karena zat warna tersebut diinginkan untuk berada pada fase air
internal emulsi A/M dan A/M/A sehingga dapat lebih menghasilkan efek lepas
yang terdispersi dalam fase minyak seperti parafin cair (Calderon dkk., 2007). Span
80 juga memiliki toksisitas dan sifat iritan yang rendah sehingga banyak digunakan
dalam sediaan topikal (Kim, 2004). Untuk pembuatan emulsi A/M/A, dapat
Dipilih kedua jenis emulgator ini karena keduanya telah banyak digunakan dan
emulsi A/M dan A/M/A berupa determinasi tipe emulsi, viskositas, ukuran droplet,
pemisahan fase setelah melalui uji cycling, serta evaluasi pelepasan zat warna.
Emulsi A/M dibuat dengan konsentrasi Span 80 5%, 10%, 15%, dan 20%. Emulsi
A/M/A dibuat dengan konsentrasi CMC Na 1%, 2%, dan 3%. Determinasi tipe
emulsi dan ukuran droplet emulsi dianalisis secara deskriptif. Data pemisahan fase
sedangkan pemisahan fase, viskositas, dan pelepasan zat warna antartipe emulsi
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana pengaruh tipe emulsi A/M dan A/M/A terhadap sifat-sifat fisik
yang meliputi tipe emulsi, pemisahan fase, viskositas, dan ukuran droplet
emulsi?
2. Bagaimana pengaruh tipe emulsi A/M dan A/M/A terhadap pelepasan zat
C. Manfaat Penelitian
pelepasan zat dari emulsi sederhana dan emulsi ganda, serta pemanfaatan emulsi
D. Tujuan Penelitian
emulsi terhadap sifat-sifat fisik yang meliputi tipe emulsi, pemisahan fase,
2. Menentukan pengaruh tipe emulsi A/M dan A/M/A terhadap pelepasan zat
E. Tinjauan Pustaka
1. Emulsi
Emulsi adalah suatu sistem dispersi yang terdiri dari dua cairan tak saling
campur, dimana salah satu cairan terdispersi dalam cairan yang lain dengan adanya
suatu surface-active agents. Emulsi umumnya dibuat dari dua fase dimana tegangan
antar-mukanya bukan nol. Emulsi merupakan salah satu contoh dari koloid
metastabil (Calderon dkk., 2007). Sistem emulsi dapat memiliki beberapa wujud
mulai dari lotion yang memiliki viskositas relatif rendah sampai sediaan semipadat
seperti salep dan krim. Diameter fase terdispersi umumnya berkisar antara 0,1
6
sampai 10µm, tetapi dalam beberapa sediaan dapat berukuran lebih kecil atau lebih
Fase dispers pada emulsi dianggap sebagai fase dalam dan medium dispers
sebagai fase luar atau fase kontinyu. Emulsi yang memiliki fase dispers berupa air
dan medium dispers berupa minyak disebut emulsi air dalam minyak dan biasanya
diberi tanda sebagai emulsi A/M. Sebaliknya, jika fase minyak terdispersi dalam
fase air, maka disebut emulsi minyak dalam air dan biasanya diberi tanda sebagai
emulsi M/A (Aserin, 2008). Karena fase luar dari suatu emulsi bersifat kontinyu,
suatu emulsi minyak dalam air bisa diencerkan atau ditambah dengan air atau suatu
antarmuka atau teori plastik (Anief, 2007). Menurut teori penurunan tegangan
antarmuka dari kedua cairan yang tidak saling bercampur (Ansel, 2005). Surfaktan
selektif dari bagian molekul emulgator, ada yang bersifat polar dan ada yang
dimana bagian lipofilik berada pada fase minyak dan bagian hidrofilik berada pada
fase air (Anief, 2007). Dengan demikian, emulgator seolah menjadi pengikat
7
yang menyatukan dua cairan yang tidak saling campur. Fase dimana emulgator
lebih larut umumnya akan menjadi fase kontinyu atau medium dispers (Ansel,
2005).
akan diserap pada batas air-minyak sehingga terbentuk lapisan tipis atau film yang
mengelilingi tetesan fase dispers. Lapisan ini mencegah kontak atau berkumpulnya
droplet-droplet sejenis (Anief, 2007). Makin lunak dan kuat lapisan tersebut, emulsi
akan semakin stabil, dengan catatan bahwa jumlah zat pengemulsi cukup untuk
melingkupi seluruh permukaan dari tiap tetesan fase dalam. Dalam kenyataannya,
dalam suatu sistem emulsi, lebih dari satu teori emulsifikasi berperan dalam
menjelaskan pembentukan dan kestabilan emulsi tersebut (Ansel, 2005). Tidak ada
teori emulsifikasi universal yang dapat diterapkan pada semua emulsi (Sinko,
2011).
2. Emulsi Ganda
cairan kompleks yang dikenal dengan istilah ‘emulsi dalam emulsi’, dimana
droplet suatu dispersi cairan (air dalam minyak atau minyak dalam air)
ganda A/M/A atau M/A/M (Lutz dan Aserin, 2008). Umumnya, diameter droplet
rata-rata pada emulsi ganda sedikit lebih besar daripada emulsi biasa, berkisar
antara 15-50 µm. Beberapa dapat berukuran lebih kecil, antara 2-5 µm yang
8
terdiri dari satu atau beberapa droplet air untuk setiap globul minyak (Garti dan
Bisperink, 1998).
yang potensial bagi zat-zat hidrofilik. Efek lepas lambat yang dapat diberikan oleh
hormon dalam dunia farmasi (Calderon dkk., 2007). Emulsi ganda juga dapat
diaplikasikan dalam industri kosmetik untuk memberikan feel yang nyaman dalam
pemakaian dan pelepasan lambat dari zat aktif (Lutz dan Aserin, 2008).
Gambar 1. Skema proses pembentukan emulsi ganda A/M/A dengan dua tahap (Garti dan
Benichou, 2004)
Proses pembuatan emulsi ganda dapat dilihat pada Gambar 1, dimana pada
umumnya emulsi ganda dibuat melalui dua tahap emulsifikasi dengan dua jenis
9
minyak dalam air. Emulgator lipofilik dicampur dengan fase minyak kemudian
ditambahkan fase air dan dilakukan pengadukan. Emulsi A/M yang terbentuk
pengadukan hingga terbentuk emulsi ganda A/M/A (Garti dan Benichou, 2004).
yang tinggi agar memperoleh droplet yang berukuran kecil. Tahap emulsifikasi
kedua dibuat tanpa pengadukan berlebihan karena dapat merusak droplet emulsi
primer sehingga hanya akan menghasilkan emulsi minyak dalam air (Garti, 1997).
3. Emulgator
yaitu surfaktan, hidrokoloid, dan zat padat halus yang terdispersi. Surfaktan bisa
bersifat ionik ataupun non-ionik. Dalam zat anionik, bagian lipofilik bermuatan
negatif, sedangkan dalam zat kationik, bagian ini bermuatan positif. Oleh karena
itu, surfaktan anionik dan kationik cenderung saling menetralkan apabila terdapat
(Sinko, 2011).
10
emulsi A/M (Calderon dkk., 2007). Hidrofilisitas dari span 80 berasal dari gugus
hidroksil pada cincin siklik jenuh. Bagian hidrokarbon dari span 80 berada pada
fase minyak dan radikal sorbitan berada pada fase air. Karena termasuk surfaktan
menolak listrik antar droplet fase dispers, melainkan melalui pembentukan lapisan
(polisakarida dan protein) yang mampu membentuk dispersi kental dan/atau gel
ketika didispersikan dalam air. Adanya gugus hidroksil (-OH) dalam jumlah besar
merupakan salah satu hidrokoloid yang digunakan untuk menstabilkan emulsi M/A.
kuat dan elastis pada antarmuka air-minyak dan memberikan perlindungan mekanis
dari koalesens (Kim, 2004). Hidrokoloid lain yang umumnya digunakan adalah
xanthan gum, guar gum, karagenan, dan derivat selulosa lainnya (Lutz dan Aserin,
2008).
11
fase air dan jika ada sejumlah volume fase air yang lebih besar daripada fase
minyaknya. Namun, jika ditambahkan ke dalam minyak dan volume fase minyak
lebih besar, suatu zat seperti bentonit dapat membentuk emulsi A/M (Ansel, 2005).
Zat padat halus teradsorpsi pada antarmuka dua cairan dan membentuk lapisan
partikel di sekitar droplet fase dispers. Tiga jenis emulgator ini sama-sama dapat
(Sinko, 2011).
4. Kestabilan Emulsi
dan creaming, koalesens dan breaking, perubahan fisika kimia, dan inversi fase
(Sinko, 2011). Selain itu, emulsi juga dapat mengalami ketidakstabilan biologi,
𝑑 2 (𝜌1−𝜌2)𝑔
V= (1)
18𝜂
Menurut persamaan (1) di atas, laju pemisahan dari fase dispers dapat
perbedaan kerapatan antarfase, dan viskositas fase luar. Laju pemisahan meningkat
dengan makin besarnya ukuran droplet fase dalam, makin besarnya perbedaan
kerapatan kedua fase, dan berkurangnya viskositas fase luar (Ansel, 2005). Oleh
karena itu, untuk meningkatkan stabilitas suatu emulsi, ukuran droplet harus dibuat
Agregat dari bulatan fase dalam cenderung naik ke permukaan atau jatuh ke
creaming terjadi jika fase dispers memiliki kerapatan lebih rendah daripada
medium dispers, sedangkan downward creaming terjadi jika fase dispers memiliki
kerapatan lebih tinggi daripada medium dispers (Sinko, 2011). Kecepatan creaming
dapat dikurangi dengan cara mengecilkan ukuran droplet, menyamakan berat jenis
dari dua fase, dan menambah viskositas meedium dispers. Creaming merupakan
suatu proses bolak-balik dan seringkali tidak menyebabkan masalah stabilitas yang
serius, tetapi dapat memberikan kesan yang buruk pada produk (Kim, 2004).
Koalesens terjadi ketika dua droplet saling mendekati satu sama lain dan
tidak ada pembatas di antara kedua droplet tersebut (Kim, 2004). Peristiwa ini dapat
tersebut menjadi suatu lapisan. Peristiwa ini disebut breaking dan emulsinya
ireversibel karena lapisan pelindung di sekitar bulatan fase terdispersi tidak ada lagi
(Ansel, 2005). Inversi fase terjadi ketika medium dispers pada suatu emulsi menjadi
fase dispers atau sebaliknya. Peristiwa ini dapat terjadi karena perubahan rasio
dkk., 2007).
pada Gambar 2. Pada emulsi ganda A/M/A, koalesens dapat terjadi baik antara
akan menyebabkan peningkatan ukuran droplet air maupun minyak (Lutz dan
Aserin, 2008). Selain itu, ketidakstabilan yang dapat terjadi pada emulsi ganda
A/M/A adalah difusi air dan molekul yang terlarut di dalamnya melintasi lapisan
minyak dari fase air internal ke fase air eksternal atau sebaliknya, tergantung dari
gradien tekanan osmosis antara dua fase air. Air dari fase internal yang berdifusi ke
luar akan mengosongkan droplet internal sehingga emulsi A/M/A akan berubah
14
menjadi emulsi M/A. Transpor air dari fase eksternal ke fase internal dapat
menyebabkan pecahnya fase air dalam. Dengan demikian, emulsi ganda tipe
A/M/A dapat rusak atau pecah karena tekanan osmotik yang tidak sama antara fase
air internal dan eksternal. Penambahan elektrolit seperti NaCl atau non-elektrolit
seperti protein atau glukosa dapat membantu menyamakan tekanan osmotik antara
ukuran droplet minyak atau meningkatkan viskositas dari fase air eksternal melalui
emulsi adalah :
pada alat uji, maka tipe emulsi tersebut adalah M/A. Sebaliknya, apabila
Hal ini disebabkan karena air memiliki sifat penghantar listrik yang lebih
dengan air dan bertipe emulsi A/M apabila tidak dapat diencerkan
dengan air.
adalah pewarna yang larut dalam air dan yang kedua larut dalam minyak.
untuk pewarna larut air dan sudan III untuk pewarna larut minyak.
Emulsi yang terwarnai homogen oleh pewarna larut air adalah emulsi
tipe M/A dan emulsi yang terwarnai oleh pewarna larut minyak adalah
b. Sifat reologi
Kebanyakan emulsi memiliki sifat alir non-Newton. Sifat alir emulsi dapat
dipengaruhi oleh fase dispers, medium dispers, dan emulgator. Faktor-faktor yang
berkaitan dengan fase dispersi adalah rasio volume, distribusi ukuran partikel, dan
viskositas dari fase internal itu sendiri. Sistem akan memiliki sifat Newtonian jika
volume droplet emulsi dibanding total volume emulsi adalah kurang dari 0,05. Jika
lebih dari nilai tersebut, sistem akan semakin resisten untuk mengalir dan mulai
yang juga mempengaruhi sifat alir emulsi adalah medium dispers. Berkurangnya
Selain itu, sifat alir juga berkaitan dengan tipe emulgator. Tipe emulgator
medium dispers (Sinko, 2011). Surfaktan juga dapat membentuk film yang bersifat
Oleh karena itu, emulsi ganda yang di samping menggunakan surfaktan juga
sebagai emulgator. Viskositas yang tinggi ini dapat menjadi penghalang bagi
c. Pemisahan fase
Dua cairan yang tidak saling campur dalam sistem emulsi cenderung untuk
memisah karena gaya kohesif di antara cairan sejenis lebih besar dibandingkan gaya
adhesif kedua cairan (Sinko, 2011). Butir-butir cairan berupaya untuk menstabilkan
diri dengan mengurangi energi permukaan yang tinggi akibat luas permukaan yang
menyatu membentuk butiran yang lebih besar sehingga luas permukaannya dapat
Pemisahan fase yang terjadi dapat berbeda-beda pada tiap tipe emulsi.
Peristiwa creaming atau koalesens pada emulsi sederhana A/M terjadi antardroplet
fase dispers air. Pada emulsi ganda A/M/A, penggabungan butir-butir dapat terjadi
antardroplet minyak atau antardroplet air internal (Lutz dan Aserin, 2008). Emulsi
ganda A/M/A yang viskositasnya yang lebih tinggi daripada emulsi sederhana A/M
akan memiliki laju pemisahan yang lebih kecil, seperti yang dinyatakan oleh hukum
d. Ukuran droplet
dapat memiliki ukuran lebih kecil atau lebih besar (Sinko, 2011). Pada emulsi
ganda, droplet-droplet emulsi primer terlingkupi oleh bulatan yang lebih besar.
Diameter droplet rata-rata pada emulsi ganda berkisar antara 15-50 µm, beberapa
berukuran antara 2-5 µm (Garti dan Bisperink, 1998). Ukuran fase dispers dapat
18
minyak pada emulsi tipe A/M/A dapat menyebabkan ukuran droplet minyak
bertambah besar, atau difusi air dari fase eksternal ke fase internal yang
menyebabkan ukuran fase air internal pada emulsi A/M/A bertambah besar
(Aserin, 2008).
stabilitas emulsi. Emulsi yang memiliki ukuran droplet yang lebih besar akan
memiliki laju pemisahan yang lebih cepat. Ada beberapa teknik pengamatan ukuran
lingkungan seperti suhu, kelembaban, atau cahaya (Estanqueiro dkk., 2014). Uji
stabilitas memberikan keyakinan bahwa suatu produk tetap memiliki kualitas yang
acceptable dalam jangka waktu tertentu selama dipasarkan dan dapat memenuhi
stabilitas emulsi dalam waktu singkat, dapat dilakukan uji stabilitas dipercepat,
yaitu dengan menempatkan emulsi pada stress condition seperti suhu, kelembaban,
Sentrifugasi merupakan salah satu metode yang telah lama digunakan untuk
terjadi karena fase internal yang terdispersi dapat mengalami perubahan bentuk dan
lain tidak cocok untuk sediaan yang sangat kental seperti berbagai sediaan
𝐸𝑎 1
ln 𝑘 = ln 𝐴 − [ 𝑅 ] 𝑇 (2)
A = konstanta Arrhenius
Ea = energi aktivasi
kecepatan degradasi. Konstanta laju reaksi akan meningkat seiring naiknya suhu
(Block, 1996). Dengan persamaan Arrhenius, ketika energi aktivasi diketahui, laju
20
degradasi pada suhu rendah dapat digambarkan oleh hasil pengamatan pada suhu
untuk terjadinya koalesens akan lebih besar sebagai akibat dari berkurangnya
d. Freeze-Thaw Testing
Kecepatan pelepasan suatu zat dari emulsi bergantung pada tipe emulsinya.
Pada emulsi sederhana A/M, lepasnya zat dapat disebabkan karena proses difusi zat
lapisan minyak sehingga tidak ada yang menghalangi keluarnya zat aktif dari
sediaan (Ainurofiq, 2006). Pada emulsi ganda, lepasnya zat aktif juga dapat terjadi
memisahkan fase air internal dan eksternal sehingga lepasnya solut dari emulsi
21
A/M/A dapat terjadi jika ada aliran osmotik air ke fase internal dan adanya
koalesens, atau melalui lapisan minyak yang bersifat permeabel, dimana pelepasan
terjadi karena difusi dan/atau permeasi dari zat aktif melintasi fase minyak (Aserin,
2008).
berbeda, maka kecepatan pelepasan zat dari emulsi juga berbeda. Pada umumnya,
emulsi sederhana akan lebih cepat melepaskan zat karena hanya memiliki satu
lapisan yang harus ditembus oleh zat untuk dapat keluar dari sediaan. Emulsi ganda
memiliki dua lapisan penghalang keluarnya zat dari sediaan (Benichou dan Aserin,
umumnya juga memiliki viskositas tinggi yang memperlambat difusi zat ke luar
Hukum Stokes-Einstein:
𝑘𝑇
𝐷= (3)
6 𝜋𝑟η
k = konstanta Boltzman
η = viskositas
viskositas dan jari-jari molekul zat aktif, dan akan meningkat dengan bertambahnya
22
molekul zat sehingga proses difusi melalui lapisan film ke dalam larutan menjadi
lebih mudah dan kecepatan pelarutan yang semakin besar akan memberikan
(Ainurofiq, 2006).
Sel difusi Franz tipe vertikal yang dapat digunakan untuk uji pelepasan zat
membran/kulit (Hendriati dan Nugroho, 2012). Uji pelepasan zat dari emulsi dapat
membran sintetis yang sering digunakan adalah membran porous seperti selofan,
selulosa asetat, dan collodion (Ainurofiq, 2006). Membran porous ini digunakan
dipengaruhi oleh sifat fisika kimia zat, faktor formulasi, dan faktor uji pelarutan in-
vitro. Sifat fisika kimia yang dapat mempengaruhi pelepasan suatu zat yaitu derajat
pelepasan zat misalnya konsentrasi emulgator yang digunakan. Faktor uji pelarutan
in-vitro seperti kondisi percobaan juga dapat mempengaruhi pelepasan zat dari
sediaan (Ainurofiq, 2006). Data lepasnya zat dari suatu sediaan dapat dinyatakan
dalam kumulatif zat yang berdifusi, kecepatan absorbsi dari kompartemen donor ke
Nugroho, 2012).
23
8. Tinjauan Bahan
a. Ponceau 4R
zat warna tambahan, dan natrium klorida dan/atau natrum sulfat sebagai komponen
bukan pewarna yang utama. Ponceau 4R merupakan senyawa azo dengan rumus
sistem konjugasi yang cukup panjang pada strukturnya seperti yang dapat dilihat
gelombang maksimum antara 505-510 nm. Ponceau 4R adalah salah satu jenis zat
pewarna yang digunakan pada kosmetik dan makanan yang telah mendapatkan
approval dari EU dan WHO. Ponceau 4R berbentuk bubuk merah gelap dengan
kelarutan dalam air pada suhu 200C adalah 120 g/L (JECFA, 2011).
b. Parafin Cair
Parafin cair atau mineral oil adalah cairan transparan, tidak berwarna,
kental, dan tidak berfluoresensi yang diperoleh dari penyulingan petroleum. Parafin
cair tersusun dari hidrokarbon alifatik (C14-C18) dan siklik. Umumnya parafin cair
24
digunakan sebagai emolien, lubrikan, pembawa atau solven, dan adjuvan vaksin
makanan dan kosmetik . Parafin cair memiliki titik didih >3600C, praktis tidak larut
dalam etanol (95%), gliserin, dan air; larut dalam aseton, benzen, kloroform, karbon
disulfida, eter, dan petroleum eter; dapat campur dengan minyak menguap dan fixed
oils, kecuali minyak jarak. Adanya cahaya dan panas dapat mengoksidasi parafin
cair. Parafin cair sebaiknya disimpan dalam wadah kedap udara, terlindung dari
c. Span 80
Span 80 atau sorbitan monooleat memiliki rumus kimia C24H44O6 (BM: 429
g/mol) dan termasuk dalam kelompok ester sorbitan. Span 80 merupakan cairan
kental berwarna kuning dengan nilai HLB 4,3, larut atau terdispersi dalam minyak
dan kebanyakan solven organik, tidak larut tetapi terdispersi dalam air. Ester
sendiri akan menghasilkan emulsi air dalam minyakdan mikroemulsi, tetapi juga
air dalam minyak atau minyak dalam air atau krim dalam berbagai konsistensi. Span
dan topikal sebagai emulgator, solubilizing agent, dan wetting agent. Span 80
sebaiknya disimpan dalam wadah tertutup rapat dalam ruangan kering dan sejuk
CMC Na memiliki bentuk serbuk atau granul putih atau hampir putih, tidak
berbau dan tidak berasa. Karakter utama CMC Na adalah pembentuk viskositas
agent, disintegran pada tablet dan kapsul, dan bahan penambah viskositas yang
umum terdapat pada sediaan oral maupun topikal. Pada konsentrasi 3-6% CMC Na
digunakan sebagai gelling agent. CMC Na praktis tidak larut dalam aseton, etanol
95%, eter, dan toluen, tetapi dapat terdispersi dengan mudah dalam air pada semua
F. Landasan Teori
Emulsi merupakan salah satu pilihan bentuk sediaan yang dapat melepaskan
zat aktif perlahan-lahan atau prolonged release (Ainurofiq, 2006). Zat warna larut
air yang diemulsikan dalam emulsi A/M dapat mengalami pelepasan lambat karena
zat warna terhalang oleh lapisan minyak. Jika zat warna tersebut diemulsikan dalam
emulsi A/M/A, maka akan ada dua lapisan yang menghalangi lepasnya zat warna
dari emulsi, yakni lapisan minyak dan lapisan air eksternal (Benichou dan Aserin,
2008).
diformulasikan ke dalam emulsi tipe A/M ataupun tipe A/M/A. Penggunaan Span
emulsi A/M yang stabil dan memiliki toksisitas dan sifat iritan yang rendah (Kim,
2004). Span 80 digunakan untuk menstabilkan emulsi primer baik secara tunggal
26
seperti yang dilakukan oleh Hajda dan Dickinson (1996) dan Ainurofiq (2006), atau
dalam kombinasi dengan natrium kaseinat (Liu dkk., 2012) dan sebagai gelling
agent dalam sediaan gel topikal (Patel dkk., 2011). CMC Na termasuk golongan
enkapsulasi yang lebih baik pada fase dalam sehingga mencegah pelepasan tidak
zat dari emulsi. Pada emulsi ganda A/M/A yang dibuat dengan menggunakan
hidrokoloid sebagai penstabil antara fase dispers A/M dan fase air eksternal,
karena sifat hidrokoloid yang dapat menaikkan viskositas emulsi (Aserin, 2008).
Viskositas yang tinggi merupakan salah satu faktor yang menyebabkan rendahnya
laju pemisahan emulsi. Dengan kata lain, emulsi akan semakin resisten terhadap
pemisahan fase apabila memiliki viskositas yang tinggi (Ansel, 2005). Sifat fisik
lainnya yang juga dipengaruhi oleh tipe emulsi adalah ukuran droplet. Pada emulsi
sederhana A/M, droplet fase dispers akan berukuran lebih kecil karena hanya terdiri
dari satu fase, yakni fase air. Sedangkan, pada emulsi ganda A/M/A, droplet minyak
akan berukuran lebih besar karena droplet tersebut mengandung droplet air yang
A/M/A mampu melepaskan secara lambat zat aktif larut air, yakni natrium salisilat.
27
Kemampuan emulsi ganda A/M/A lebih baik dibandingkan emulsi sederhana A/M
dalam melepaskan zat aktif secara lambat karena emulsi A/M/A memiliki viskositas
tinggi yang menghalangi lepasnya zat aktif dan memiliki lapisan barrier yang lebih
banyak daripada emulsi A/M. Dari penelitian tersebut juga teramati bahwa
pemisahan fase emulsi A/M lebih besar dibandingkan pada emulsi A/M/A dan
viskositasnya juga lebih rendah. Hal ini menunjukkan bahwa stabilitas dan
kemampuan emulsi sederhana A/M dalam melepaskan zat aktif secara lambat
mengetahui pengaruh tipe emulsi terhadap pelepasan zat warna, dapat dilakukan uji
G. Hipotesis
1. Emulsi A/M dan A/M/A memiliki sifat fisik yang berbeda signifikan. Emulsi
pemisahan fase lebih kecil akibat besarnya viskositas, dan ukuran droplet yang
2. Emulsi ganda A/M/A mampu menghasilkan pelepasan zat warna yang lebih
lama dan lebih berpotensi menjadi agen prolonged release dibandingkan emulsi
A/M karena emulsi A/M/A memiliki lapisan barrier lebih banyak. Perbedaan
tipe emulsi berpengaruh secara signifikan terhadap pelepasan zat warna dari
emulsi.