Anda di halaman 1dari 7

Percobaan VII

Emulsifikasi dan Fenomena Ketidakstabilan Emulsi

1. Definisi emulsi!
Emulsi adalah suatu sistem heterogen yang tidak stabil secara termodinamika, yang terdiri
atas paling sedikit 2 cairan yang tidak bercampur, yang salah satunya fase terdispersi
(fase internal) terdispersi secara seragam dalam bentuk tetesan-tetesan kecil pada medium
pendispersi (fase eksternal) yang distabilkan dengan emulgator yang cocok (Sinala,2016).

2. Jelaskan tentang tipe-tipe emulsi!


1) Tipe o/w (m/a) : suatu emulsi dimana minyak terdispersi sebagai tetesan dalam fase
air disebut minyak dalam air.
2) Tipe w/o (a/m) : jika air adalah fase terdispersi dan minyak adalah medium
pendispersi. emulsi disebut air dalam minyak (Sinala, 2016)
3) Tipe Emulsi ganda
 Tipe w/o/w (a/m/a) yang merupakan tipikal emulsi dimana air terdispersi dalam
minyak lalu minyak tersebut didispersikan kembali dalam air
 Tipe o/w/o (m/a/m) yang merupakan kebalikannya, dimana minyak terdispersi
dalam air lalu air tersebut didespersikan kembali dalam air (Aserin, 2008).

3. Jelaskan bagaimana mekanisme kerja surfaktan!


Bahan pengemulsi (surfaktan) menstabilkan dengan cara menempati antar-permukaan
antara tetesan dan fase eksternal, dan dengan membuat batas fisik di sekeliling partikel
yang akan berkoalesensi. Surfaktan juga mengurangi tegangan antar permukaan antara
fase, sehingga meningkatkan proses emulsifikasi selama pencampuram (FI IV).

4. Mekanisme surfaktan dalam in-aktivasi pengawet!


Pengawet oleofilik dengan adanya surfaktan dapat menyebabkan pengawet terbungkus
dalam micelle bahan pengemulsi, sehingga kehilangan fungsi pengawet yang seharusnya
berada dalam fase air yang perlu dilindungi terhadap pertumbuhan bakteri (Nowak, 1985)

5. Jelaskan tentang Teori Emulsifikasi (Anief, 1999; Ansel, 2008).


a. Teori tegangan permukaan
Emulsi terjadi bila ditambahkan suatu zat yang dapat menurunkan tegangan
antarmuka (surfaktan atau zat pembasah) sebagai zat pengemulsi dan zat penstabil
dari kedua cairan yang tidak saling bercampur, sehingga mengurangi gaya tolak-
menolak antara kedua cairan tersebut dan mengurangi tarik-menarik antarmolekul
dari masing-masing cairan, atau menyebabkan cairan menjadi tetesan-tetesan yang
lebih kecil.

b. Teori orientasi bentuk baji


Emulsi terjadi bila ditambahkan suatu zat yang terdiri dari bagian polar dan non polar.
Karena kedua cairan yang akan dibuat emulsi berbeda pula muatannya, maka zat ini
akan menempatkan dirinya sesuai dengan kepolarannya.
c. Teori film plastik
Emulsi terjadi bila ditambahkan zat yang dapat mengelilingi antarmuka kedua cairan,
mengelilingi tetesan fase dalam sebagai suatu lapisan tipis atau film yang diadsorpsi
pada permukaan dari tetesan tersebut. Semakin kuat dan semakin lunak lapisan
tersebut maka emulsi yang terbentuk akan semakin stabil.

6. Jelaskan masing-masing metode pembuatan emulsi! (Anief, 2000)


a) Metode Gom Basah (metode Inggris) : Metode ini dilakukan apabila zat pengemulsi
yang akan dipakai berupa cairan atau harus dilarutkan terlebih dahulu dalam air
seperti kuning telur dan metilselulosa.
b) Metode Gom Kering : Membuat korpus emulsi dengan mencampur 4 bagian minyak,
2 bagian air dan 1 bagian gom, lalu digerus sampai terbentuk korpus emulsi,
kemudian ditambahkan sisa bahan yang lain sedikit semi sedikit sambil diaduk
sampai terbentuk emulsi.
c) Metode HLB (Hidrofilik Lipofilik Balance) : Cara ini dilakukan apabila emulsi yang
akan dibuat menggunakan suatu surfaktan yang memiliki nilai HLB.

7. Sebutkan dan jelaskan secara singkat bentuk-bentuk ketidakstabilan emulsi! (Sinala,


2016)
a) Creaming dan Sedimentasi
Creaming adalah gerakan ke atas dari tetesan relatif zat terdispersi ke fase kontinu,
sedangkan sedimentasi adalah proses pembalikan yaitu gerakan ke bawah dari
partikel. Kecepatan sedimentasi tetesan atau partikel dalam cairan dihubungkan
dengan hukum Stokes.
b) Agregasi (flokulasi) dan Koalesensi
Flokulasi adalah penyatuan partikel, sedangkan koalesen adalah penggabungan
aglomerat menjadi tetesan yang lebih besar atau tetesan-tetesan. Koalesen biasanya
lebih cepat jika dua cairan yang tidak saling bercampur dikocok bersama karena tidak
ada energi barier yang besar untuk mencegah penggabungan tetesan dan reformasi
dari fase bersama.
c) Inversi Fase
Emulsi dikatakan membalik ketika perubahan emulsi dari M/A ke A/M atau
sebaliknya. Inversi kadang-kadang terjadi dengan penambahan elektrolit atau dengan
mengubah rasio fase volume.

8. Sebutkan faktor-faktor yang mempengaruhi kestabilan emulsi!


1) Tegangan antarmuka rendah
2) Kekuatam mekanik dan elastisitas lapisan antarmuka
3) Tolakan listrik double layer
4) Relatifitas fase pendispersi kecil
5) Viskositas tinggi
9. Jelaskan bagaimana hubungan antara viskositas dengan stabilitas emulsi!
Viskositas memiliki hubungan yang erat dengan stabilitas emulsi. Raymundo et al. (2001)
dalam Fatimah et al. (2012) menyatakan bahwa semakin kental suatu emulsi maka
semakin tinggi pula tingkat stabilitasnya. Kenaikan suhu pada suatu emulsi menyebabkan
viskositasnya menurun, sebaliknya penurunan suhu akan meningkatkan viskositas
(Budianto, 2008).

10. Sebutkan dan jelaskan metode penetukan tipe emulsi dari suatu sediaan! (Sinala, 2016)
1) Uji pengenceran : suatu emulsi m/a dapat diencerkan dengan air dan emulsi a/m
dengan minyak. Saat minyak ditambahkan, tidak akan bercampur ke dalam emulsi
m/a dan akan nampak nyata pemisahannya.
2) Uji kelarutan warna : suatu pewarna larut air akan larut dalam fase berair dari emulsi.
Sementara zat warna larut minyak akan ditarik oleh fase minyak.
3) Uji konduktivitas (Uji Hantaran Listrik) : Emulsi ketika fase kontinyu adalah air
dapat dianggap memiliki konduktivitas yang tinggi dibanding emulsi yang fase
kontinyunya adalah minyak.
4) Tes Fluoresensi : minyak jika dipaparkan pada sinar UV, maka akan berfluoresensi,
jika tetesan emulsi dibentangkan dalam lampu fluoresensi di bawah mikroskop dan
semuanya berfluoresensi, menunjukkan emulsi a/m. Tapi jika emulsi m/a,
fluoresensinya berbintik-bintik.
5) Uji Arah Creaming : Jika berat jenis relatif tinggi dari kedua fase diketahui maka
arah creaming dari fase terdispersi menunjukkan adanya tipe emulsi m/a. jika
creaming emulsi menuju ke bawah berarti emulsi a/m. hal ini berdasarkan asumsi
bahwa mimyak kurang padat daripada air

11. Alasan penggunaan Metilen blue dan sudan III dalam uji penetrasi zat warna (Syamsuni,
2007)
a. Emulsi + larutan Sudan III dapat memberikan warna merah pada emulsi tipe W/O,
karena Sudan III larut dalam minyak.
b. Emulsi + larutan metilen blue dapat memberikan warna biru pada emulsi tipe O/W,
karena metilen blue larut dalam minyak.

12. Jelaskan secara singkat keuntungan dan kerugian sediaan emulsi! (Sinala, 2016)
Keuntungan dalam bentuk emulsi yaitu
1) Banyak bahan obat yang mempunyai rasa dan susunan yang tidak menyenangkan
dan dapat dibuat lebih enak pada pemberian oral bila diformulasikan menjadi emulsi.
2) Beberapa obat menjadi lebih mudah diabsorpsi bila obat-obat tersebut diberikan
secara oral dalam bentuk emulsi.
3) Emulsi memiliki derajat elegansi tertentu dan mudah dicuci bila diinginkan.
4) Formulator dapat mengontrol penampilan, viskositas, dan kekasaran (greasiness) dari
emulsi kosmetik maupun emulsi dermal
5) Emulsi telah digunakan untuk pemberian makanan berlemak secara intravena akan
lebih mudah jika dibuat dalam bentuk emulsi.
6) Aksi emulsi dapat diperpanjang dan efek emollient yang lebih besar daripada jika
dibandingkan dengan sediaan lain.
Kerugian bentuk emulsi adalah emulsi kadang-kadang sulit dibuat dan membutuhkan
tehnik pemprosesan dan keahlian khusus.

13. Jenis-jenis Evaluasi sediaan emulsi (Fatmawaty, 2012)


a. Evaluasi Organoleptik
Menjamin emulsi yang dibuat tidak mengalami perubahan bau, warna dan fase.
b. Penetapan bobot jenis
Menjamin sediaan memiliki bobot jenis yang sesuai dengan spesifikasi dari produk
yang telah ditetapkan. Prinsipnya yaitu membandingkan bobot zat uji di udara
terhadap bobot air dengan volume dan suhu yang sama dengan menggunakan
piknometer (bila disebutkan dalam monografi, maka pengukuran pada suhu 25˚C)
c. Penetapan pH
Mengetahui pH emulsi untuk mengetahui kesesuainnya denngan persyaratan yang
telah disesuaikan. Menggunkan pH meter yang telah dikalibrasi dengan larutan dapar.
d. Penetuan volume terpindahkan
Melihat kesesuaian volume sediaan, jika dipindahkan dari wadah asli, dengan volume
yang tertera pada etiket.
e. Penentuan ukuran globul
Penentuan ukuran globul rata-rata dan distribusinya dalam selang waktu tertentu
dengan menggunakan mikroskop atau dengan penghitung elektronik.
f. Pengukuran viskositas & sifat aliran
Melakukan pengukuran viskositas dalam berbagai kecepatan dengan viskometer
Brookfield untuk mendapatkan viskositas dan diagram sifat aliran emulsi.
g. Volume sedimentasi
Perbandingan antara volume akhir (Vu) sedimen dengan volume awal (V0) sebelum
terjadi pengendapan. Dimana semakin besar nilai Vu atau nilai F=1 atau mendekati 1,
semakin baik dan kurva yang terbentuk antara F terhadap waktu membentuk garis
yang horizontal atau sedikit curam. Bila F>1 terjadi flok sangat longgar dan halus
maka perlu zat tambahan.
h. Sentrifugasi
Pengujian dilakukan dengan melakukan sentrifugasi sediaan emulsi dengan kecepatan
sentrifugasi yang dinaikkan secara bertahap terhadap waktu tertentu. Makin tinggi
kecepatan sentrifugasi yang dapat ditahan oleh emulsi, berarti emulsi semakin stabil.
i. Homogenitas
Homogenitas dapat ditentukan berdasarkan jumlah partikel maupun distribusi ukuran
partikelnya dengan pengambilan sampel pada berbagai tempat menggunakan
mikroskop untuk hasil yang lebih akurat jika sulit dilakukan untuk membutuhkan
waktu yang lama, homogenitas dapat ditentukan secara visual.

14. Sebutkan aplikasi emulsi dalam bidang farmasi! (Sinala, 2016)


1) Senyawa-senyawa yang larut lemak seperti vitamin, diabsorbsi lebih sempurna jika
diemulsikan daripada dibuat dalam larutan berminyak.
2) Emulsi intravena untuk pasien lemah yang tidak bisa menerima obat-obat secara oral.
3) Emulsi radiopaque sebagai zat diagnostik dalam pengujian sinar X.
4) Emulsifikasi digunakan dalam produk aerosol untuk menghasilkan busa. Contoh :
Propelan yang membentuk fase cair terdispersi di dalam wadah menguap. Bila emulsi
tersebut dikeluarkan dari wadahnya maka akan menghasilkan pembentukan busa.
5) Emulsi secara luas digunakan dalam produk farmasi dan kosmetik untuk pemakaian
luar berupa lotio dan krim.

15. Jenis tipe emulsi yang dapat memungkinkan penggunaan oral? Jelaskan!
Untuk emulsi yang diberikan secara oral, tipe emulsi minyak dalam air (M/A)
memungkinkan pemberian oral yang harus dimakan tersebut mempunyai rasa yang lebih
enak walaupun yang diberikan sebenarnya minyak yang tidak enak rasanya, dengan
menambahakan pemanis dan pemberi rasa pada pembawa airnya, sehingga mudah
dimakan dan ditean sampai kelambung. Ukuran partikel yang diperkecil dari bola-bola
minyak dapat mempertahankan minyak tersebut agar dapat lebih dapat dicernakan dan
lebih mudah diabsorpsi, atau jika bukan dimaksudkan unntuk itu, tugasnya juga lebih
efektif, misalnya meningkatkan efikasi minyak mineral sebagai katark bila diberikan
dalam bentuk emulsi (Ansel, 2008).

16. Tuliskan rentang nilai HLB dan aplikasinya! (Tadros, 2013)


Rentang HLB Aplikasi
3-6 Emulsifer W/O (a/m)
7-9 Wetting Agent (pembasah)
8-18 Emulsifer O/W (m/a)
13-15 Deterjen
15-18 Pelarut

17. Apa hubungan nilai HLB emulsifer dengan emulsi?


Nilai emulsifer berhubungan dengan sifat kelarutannya. Emulsifer dengan nilai HLB
rendah cenderung larut minyak sedangkan nilai HLB tinggi cenderung larut dalam air.
Semakin tinggi nilai HLB makan surfaktan tersebut semakin hidrofilik dengan
karakteristik khusus yaitu memiliki kelarutan air yang sangat tinggi. Sebaliknya, semakin
rendah nilai HLB maka menunjukkan sifat hidrofilik yang semakin kuat. Emulsifer
dengan HLB rendah diaplikasikan pada sistem emulsi W/O dimana gugus hidrofilik akan
mengikat air yang terdispersi dalam minyak (Tadros, 2013).

18. Perhitungan HLB


 Menentukan komposisi campuran emulgator
Contoh:
Pada pembuatan 100 ml emulsi tipe w/o ditentukan emulgator sesuai dengan nilai HLB
12. Sebagai emulgator dipakai campuran Span 20 (HLB 8,6) dan tween 20 (HLB 16,7)
sebanyak 5 gram. Berapa gram masing-masing berat span 20 dan Tween 20?
Jawab :
(x−HLBb)
%A= × 100 %
HLBa−HLBb

% B = (100% - % A)
Keterangan :
X = Harga HLB yang diminta (HLB Butuh)
A = Harga HLB Tinggi
B = Harga HLB Rendah
(12−8,6)
% Tween =
(16,7−8,6)
× 100% = 42%
42
× 5 gram = 2,1 gram
100
% Span = 100% - 42 % = 58%
58
× 5 gram = 2,9 gram
100

 Menentukan nilai HLB dan campuran surfaktan


Contoh :
R/ Tween 80 70% HLB = 15
Span 80 30% HLB = 4,5
Perhitungan :
70
Tween 80 = × 15 = 10,5
100
30
Span 80 = × 4,5 = 1,35 +
100

HLB Campuran = 11,85


DAFTAR REFERENSI

Anief, M. 1999. Sistem Dispersi, Formulasi Suspensi dan Emulsi. Gadjah Mada
University Press: Yogyakarta
Anief, M., 2000. Farmasetika. UGM Press : Yogyakarta
Ansel, H. C., 2008. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi, ed IV. Alih bahasa Ibrahim, F.
UI Press : Jakarta
Aserin, A., 2008. Multiple Emulsions Technology and Applications, xii. John Wiley &
Sons Inc. : New Jersey
Budianto, Anwar., 2008. Metode Penentuan Koefisien Kekentalan Zat Cair dengan
Menggunakan Linear Hukum Stoke. Seminar Nasional IV SDM Teknologi Nuklir:
Yogyakarta
Depkes RI. 1995. Farmakope Indonesia Edisi Keempat : Jakarta
Fatmawaty, Aisyah, et al. 2012. Teknologi Sediaan Farmasi. Deepublish : Yogyakarta
Nowak, G.A. 1985. Cosemetic Preparation. Vol.1. Verlag fur chem. Industrie H.
Ziolkowsky KG. Augsburg.
Sinala, Santi. 2016. Farmasi Fisik. Kemenkes RI : Jakarta
Syamsuni, H. A., 2007. Ilmu Resep. EGC : Jakarta
Tadros, T. F., 2013. Emulsion Formulation and Stability. Willey-VCH Verleg GmbH and
Co. KgaA : Weinhem

Anda mungkin juga menyukai