Anda di halaman 1dari 6

MAKALAH ANALISIS FARMASI

“SULFAMETOKSAZOL DAN TRIMETOPRIM”

OLEH

Nama: Aprilia Husain


NIM : 19018021
Kelas : Transfer A 2019

SEKOLAH TINGGI ILMU FARMASI


MAKASSAR
2020
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Antibiotik adalah zat-zat kimia yang dihasilkan oleh fungi dan bakteri,
yang memiliki khasiat mematikan atau menghambat pertumbuhan kuman,
sedangkan toksisitasnya bagi manusia relatif kecil. Turunan zat-zat ini yang dibuat
secara semi-sintesis, juga termasuk kelompok ini begitu pula semua senyawa
sintesis dengan khasiat antibakteri (Tjay, 2007).
Banyak sediaan antibiotik yang beredar menggunakan kombinasi bahan
aktif. Keuntungan kombinasi obat ini memiliki efek yang sinergis atau potensial
bila dibandingkan dengan efek masing-masin penyusunnya, contohnya
kotrimoksazol (Susilo, 2006).
Kombinasi sulfametoksazol dan trimetropim, yang lebih dikenal dengan
kotrimoksazol bekerja sebagai antibakteri yang digunakan secara luas pada infeksi
saluran kencing, saluran pernapasan, dan saluran pencernaan (Sohrabi et al,
2009). Dua obat yang dikombinasikan ini dilaporkan lebih efektif sebagai
antibakteri karena bekerja secara sinergis (Shamsa and Amani, 2006).
Saat ini, di pasaran ditemui berbagai macam sediaan kotrimoksazol baik
generik maupun paten. Untuk menjamin kotrimoksazol yang dikonsumsi
masyarakat merupakan obat yang bermutu, aman, dan berkhasiat maka diperlukan
pemantauan kandungannya dengan metode analisis yang valid. Berbagai metode
penentuan kadar sulfametoksazol dan trimetoprim telah dilaporkan antara lain
kromatografi (Agbaba et al., 1996; Okine et al., 2006; Harmita et al., 2012) dan
elektroforesis kapiler (Qianfeng et al., 2000; Qing-Cui et al., 2008). Metode
tersebut memerlukan reagen yang mahal dan waktu yang lama sehingga kurang
sesuai untuk kontrol kualitas secara rutin. Untuk mengatasi masalah tersebut
diperlukan pengembangan metode analisis yang sederhana, cepat dan ekonomis
(Khanmohammadi et al., 2011; Givianrad and Mohagheghian, 2011).
I.2 Tujuan Makalah
1. Untuk mengetahui sejarah penemuan antibiotik sulfametoksazol dan
trimetoprim
2. Untuk mengetahui sediaan yang beredar di pasaran dengan komposisi
sulfametoksazol dan trimetoprim
3. Untuk mengetahui metode pemisahan, analisis kualitatif dan analisis
kuantitatif dari sulfametoksazol dan trimetoprim
4. Untuk mengetahui metode klasik maupun modern yang dapat digunakan
untuk analisis kandungan sulfametoksazol dan trimetoprim
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

II.1 Sejarah Penemuan Sulfametoksazol dan Trimetoprim


Perkembangan sejarah, pada tahun 1935, Domagk telah menemukan
bahwa suatu zat warna merah, prontosil rubrum, bersifat bakterisid in vivo tetapi
inaktif in vitro. Ternyata zat ini dalam tubuh dipecah menjadi sulfanilamide yang
juga aktif in vitro. Berdasarkan penemuan ini kemudian disintesa menjadi
sulfapiridin yaitu obat pertama yang digunakan secara sistemis untuk pengobatan
radang paru (1937).
Dalam waktu singkat obat ini diganti oleh sulfathiazole (Cobazol) yang
kurang toksik (1939), disusul pula oleh sulfaniazine, sulfmetoksazole, dan
turunan-turunan lainnya yang lebih aman lagi. Setelah diintroduksi  derivate-
derivat yang sukar reasorbsinya  dari usus (sulfaguanidin dan lain-lain), akhirnya
disintesa sulfa dengan efek panjang, antara lain sulfadimetoksil (Madribon),
sulfametoksipiridazine (Laderkyn), dan sulfalen. Pada awalnya, Para sulfonamida
bernama Prontosil. Prontosil  adalah sebuah prodrug.

Gb. Protonsil

Percobaan dengan Prontosil mulai pada tahun 1932 di laboratorium Bayer


AG yang merupakan perusahaan kimia yang terpercaya di Jerman. Tim Bayer
percaya bahwa zat pewarna yang dapat mengikat bakteri dan parasit yang
berbahaya bagi tubuh. Setelah bertahun-tahun tim yang dipimpin oleh dokter /
peneliti Gerhard Domagk (bekerja di bawah arahan umum Farben eksekutif
Heinrich Hoerlein) melakukan uji coba pada ratusan zat pewarna akhirnya
ditemukan satu zat aktif yang berwarna merah. Zat tersebut disintesis oleh ahli
kimia Bayer Josef Klarer yang memiliki efek luar biasa dalam beberapa kasus
infeksi bakteri pada tikus .Penemuan pertama tidak dipublikasikan sampai 1935,
lebih dari dua tahun setelah obat itu dipatenkan oleh Klarer dan pasangannya Fritz
Mietzsch. Prontosil menjadi produk obat baru dari Bayer. Obat tersebut dapat
secara efektif mengobati berbagai infeksi bakteri dalam tubuh yang memiliki
tindakan perlindungan yang kuat terhadap infeksi yang disebabkan oleh
streptokokus, termasuk infeksi darah, demam nifas, dan erysipelas. Sebuah tim
peneliti Perancis yang dipimpin oleh Ernest Fourneau, di Institut Pasteur,
menyatakan bahwa obat tersebut dimetabolisme menjadi dua bagian di dalam
tubuh. Bagian yang tidak berwarna (inaktif) jumlahnya lebih sedikit dibandingkan
dengan bagian yang berwarna (aktif). Senyawa aktif tersebut dinamakan
sulfanilamide. Penemuan ini membantu mendirikan konsep “bioactivation”.
Molekul aktif sulfanilamid (sulfa) pertama kali disintesis pada tahun 1906.
II.2 Sediaan yang Beredar di Pasaran
Kombinasi sulfametoksazol dan trimetropim, yang lebih dikenal dengan
kotrimoksazol banyak terdapat dipasaran dengan berbagai dosis, diantaranya :
1. Tablet Cotrimoxazole 480 mg (400mg Sulfametoksazol + 80mg
Trimetropim) : Cotrimoxazole, Sanprima, Batricid, Bactrim, Bactrizol,
Grapirma, Ikaprim, Infantrim, Moxalas, Nufaprim, Ottoprim, Primadex,
Primazole.
2. Tablet Cotrimoxazole 960 mg (800mg Sulfametoksazol + 160mg
Trimetropim) : Sanprima Forte, Batricid Forte, Bactrim Forte, Bactrizol
Forte, Grapirma Forte, Ikaprim Forte, Lapikot Forte, Nufaprim Forte,
Ottoprim Forte, Primadex Forte, Primazole.
3. Suspensi Cotriimoxazole 240 mg (200mg Sulfametoksazol + 40mg
Trimetropim) : Cotrimoxazole syrup, Sanprima, Infantrim, Moxalas,
Nufaprim, Ottoprim, Primadex, Primazole (Team Medical Mini Notes,
2007).
II.3 Metode Analisis Sulfametoksazol dan Trimetoprim
1. Analisis Kualitatif
a. Uji organoleptik
Bentuk : Serbuk halus
Warna : Putih
Bau : Berbau khas
Kelarutan : Tidak larut dalam alkohol 96 %.
b. Uji Pendahuluan
1) Reaksi cuprifil
Zat dilarutkan dalam NaOH, dinetralkan dengan HCl + CuSO4
hijau abu-abu coklat.
2) Reaksi parri
Zat dilarutkan dalam alkohol + parri + NH4OH 1 tetes
ungu – merah jambu.
3) Reaksi DAB – HCl
Zat + DAB – HCl merah tomat.
(Cairns, 2008).
2. Analisis Kuantitatif

Anda mungkin juga menyukai