Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN PRAKTIKUM

KIMIA FARMASI I
“ANALISIS KUALITATIF SENYAWA ANTIBIOTIK”

DISUSUN OLEH :
NAMA ANGGOTA :
1. MUSDALIFAH 20.046.AF
2. WIDYA RESKI AMALIAH 20.077.AF
3. AUDINAH UMROH AS. 20.089.AF
4. ABDURRAHMAN YUSUF 21.064.AF
5. ADNAN AHMAD 21.065.AF
6. AFIFAH RIDWAN 21.066.AF
7. AL PUTRI RAHMADANI 21.067.AF
8. ALFIN FAJAR BAHARI 21.068.AF
9. AMALIAH FITRAH 21.069.AF
10. ANDI BADRANI A. 21.070.AF
11. ANDI MUH. FATHAN 21.071.AF
12. ANDI NU IZZAHTUL IRWAN 21.072.AF
KELOMPOK : 1.1
KELAS : NON. REGULER C21
INSTRUKTUR : apt. SUKIRAWATI, S.Si., M.Kes.

LABORATORIUM KIMIA FARMASI


AKADEMI FARMASI YAMASI MAKASSAR
2022/2023
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Teknik analisis obat secara kualitatif (identifikasi obat) yaitu
menggunakan pereaksi-pereaksi kimia, dengan memperhatikan reaksi
warna yang terjadi dari hasil-hasil uji tersebut. Analisis kualitatif obat
diarahkan pada pengenalan senyawa obat, meliputi semua pengetahuan
tentang analisis yang hingga kini telah dikenal. Dalam melakukan analisis
kita mempergunakan sifat-sifat zat atau bahan, baik sifat-sifat fisik
maupun sifat-sifat kimianya. Teknik analisis obat secara kualitatif
didasarkan pada golongan obat menurut jenis senyawanya secara kimia,
dan bukan berdasarkan efek farmakologinya. Hal ini disebabkan karena
kadang-kadang suatu obat dengan struktur kimia yang sama, mempunyai
efek farmakologi/daya terapeutis yang jauh berbeda.
Antibiotika adalah senyawa kimia yang dihasilkan oleh
mikroorganisme yang memiliki kemampuan menghambat pertumbuhan
atau mematikan mikroorganisme. Pada awalnya antibiotika diisolasi dari
mikroorganisme, dan dalam perkembangannya antibiotik kemudian
diproduksi massal melalui sintesa kimia. Dalam dunia farmasi, sediaan
antibiotika banyak digunakan sebagai terapi untuk berbagai penyakit
infeksi, baik yang disebabkan oleh bakteri gram positif maupun bakteri
gram negatif. Meski demikian, beberapa turunan antibiotika juga dapat
digunakan sebagai antikanker karena bersifat pancidal.
Obat-obat golongan anestetika umumnya digunakan dalam
pembedahan/operasi. Penggunaannya dimaksudkan untuk mencapai
keadaan pingsan, merintangi rangsangan nyeri (analgesia), memblokir
reaksi refleks terhadap manipulasi pembedahan serta menimbulkan
pelemasan otot (relaksasi). Berdasarkan jenis terapinya anestetika
digolongkan ke dalam anestetika umum dan anestetika lokal (setempat).

1.2 Maksud Percobaan


Maksud dari percobaan ini adalah untuk mengetahui dan memahami cara
identifikasi senyawa obat golongan antibiotik secara kualitatif.

1.3 Tujuan Percobaan


Tujuan dari percobaan ini adalah:
1) Untuk mengidentifikasi sifat senyawa obat golongan antibiotik dan
anastetik.
2) Untuk mengetahui reaksi umum obat golongan antibiotk dan anastetik.
3) Untuk mengetahui reaksi spesifik obat golongan antibiotik dan
anastetik.

1.4 Prinsip Percobaan


Menentukan senyawa obat golongan analgetik non-narkotik dengan
menggunakan metode yang sesuai dan berdasarkan reaksi spesifiknya.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Dasar Teori


Antibiotika berasal dari kata antibiosis yang berarti ‘melawan
hidup’. Istilah ini digagas oleh Ied Vuillemin yang mendefinisikan
antibiosis sebagai konsep biologis kelangsungan hidup, dimana suatu
organisme menghancurkan organisme lainnya demi bertahan hidup. Pada
tahun 1942, Waksman mendefinisikan antibiotika sebagai bahan kimia
yang dihasilkan oleh mikroorganisme yang memiliki kemampuan
menghambat pertumbuhan atau mematikan mikroorganisme. Definisi
inilah yang kemudian digunakan hingga saat ini (Cartika, 2016).
Penisilin berasal dari jamur Penisilium notatum yang pertama kali
ditemukan tahun 1929 oleh Alexander Fleming. Penisilin digolongkan ke
dalam antibiotik beta-laktam karena mempunyai ciri terdapat cincin beta-
laktam di dalam struktur kimianya, yang berperan penting dalam aktivitas
biologis senyawa ini. Apabila cincin beta-laktam secara enzimatis dipisah
oleh enzim betalaktamase yang dihasilkan bakteri, maka produk yang
dihasilkannya akan berkurang aktivitas antibakterinya (Indijah, S.W dan
Purnama Fajri, 2016).
Antibiotika turunan tetrasiklin merupakan turunan
oktahidronaftasen yang terbentuk oleh gabungan 4 buah cincin, serta
memiliki 5 atau 6 pusat atom C asimetrik. Turunan tetrasiklin merupakan
antibiotika poten yang memiliki aktivitas berspektrum luas baik terhadap
bakteri gram negatif maupun bakteri gram positif. Oleh karena itu
tetrasiklin merupakan obat pilihan untuk berbagai macam penyakit infeksi
(Cartika, 2016).
Antibiotika dibagi atas beberapa golongan, antara lain (Permata
dkk, 2019) :
1) Turunan amino glikosida, misalnya: gentamisin, kanamisin, neomisin,
netilmisin, dan lain-lain.
2) Turunan klorafenicol, misalnya: Chloramphenicol alcohol dan ester-
esternya (ester palmitat, stearat, dan suksinat). Tiamfenikol.
3) Senyawa makrolida, misalnya: Erithromisin dan ester-esternya (ester
etil suksinat, stearat) medikamisin.
4) Turunan penisilin, misalnya: Amoksilin, ampisilin, benzilin penisilin,
fenoksi metil penisilin, kloksalin, penisilillin G, dll. 5. Turunan
sephalosporin, ,misalnya Sefadroksil, sefalotin, (Na), sefazolin (Na),
Sefotaksim.
5) Turunan Tetrasiklin, misalnya: Chlor tetrasiklin, oksi tetrasiklin,
tetrasiklin (HCl, posfat komplek), dll.
6) lain-lain, misalnya: dihidrostreptomisin, Nistatin, Polimiskin,
Streptomisin, Basitrasin (Zn). Rifampisin.

Percobaan / test yang perlu dilakukan pada analisa senyawa


antibiotika, antara lain (Permata dkk,2019):
1. Test organoleptis:
Bau: beberapa antibiotika mempunyai bau yang chas, misalnya :
turunan penisilin,
Warna: putih, kuning (turunan tertracyclin), merah (rifampisin). Rasa
umumnya pahit, sangat pahit: kloramfenikol.
2. kelarutan: sebagian larut dalam air, terutama yang berada dalam
bentuk grama (dengan basa ataupun dengan asam).
3. Test nyala: Test Beilstein untuk garam halogenida atau mengandung
halogen. Test nyala Nichrom: untuk garam kalium atau natrium.
4. Reaksi azo: untuk senyawa yang mengandung gugus alcohol (mis:
streptomisin, kanamisin, dll) dan gugus fenol (mis: turunan tetrasiklin).
5. Dengan FeCl3: untuk senayawa yang mengandung gugus fenol (mis:
turunan tetrasiklin).
6. Reaksi Marquis, Frohde, Madelin: untuk senyawa yang mengandung
cincin aromatis atau senyawa nitrogen.
7. Reaksi dengan asam sulfat pekat; asam nitrat pekat atau campuran
asam sulfat pekat dengan sedikit asam nitrat pekat: untuk senyawa
yang mengangung cincin aromatis.
8. Reaksi Fehling : untuk senyawa – senyawa mereduksi.
9. Reaksi dengan asam kromotropat dan asam sulfat pekat: untuk
senyawa penisilin.
Cara: dalam tabung reaksi masukkan 2 mg penisilin, tambahkan 2 mg
natrium kromotropat dan 2 ml asam sulfat pekat, panaskan dalam
penangas air, terbentuk warna yang berbeda untuk tiap senyawa, dan
tergantung pada lama pemanasan.
10. Reaksi pembentukan asam hidroksamat, untuk turunan penisilin.
11. Reaksi Sakaguchi: untuk senyawa yang mengandung gugus guanidine.
12. Reaksi Maltol: untuk streptomisin dan dihidrostreptomisin.
13. Reaksi kristal: Aseton air (untuk yang tidak larut dalam air)

Identifikasi senyawa tetrasiklin terhadap pereaksi (Permata dkk, 2019):


a) Reaksi azo akan menghasilkan warna merah, dapat ditarik dengan amil
alcohol.
b) Jika 0,5 mg zat ditambahkan 2 ml H2SO4 pekat akan menghasilkan
warna ungu sampai merah ungu, jika dencerkan dangan air atau
dibiarkan akan berubah menjadi kuning.
c) Larutan zat ditambahkan dengan 1 tetes larutan FeCl3 1% akan
menghasilkan warna coklat atau merah coklat.
d) Reaksi Marquis akan menghasilkan warna jingga lemah.
e) Reaksi Frohde akan menghasilkan warna ungu hitam.
f) Reaksi Mandelin akan menghasilkan warna ungu yang berubah
menjadi merah dan lama kelamaan menjadi jingga.
g) Reaksi vitally akan menghasilkan warna kuning / kuning / coklat.
h) Reaksi kristal: Dengan larutan Natrium karbonat natrium posfat.

Idenfikasi AmoksisiIdentilin terhapat pereaksi (Permata dkk, 2019):


a) Reaksi dengan asam chromatropat, panaskan pada 150o selama 4
menit, mula-mula tidak berwarna kuning - ungu - merah bara.
b) Dengan pereaksi fehling akan menghasilkan warna warna lembayung
(magenta).
c) Larutkan 2 tetes aniline dalam campuran (1 ml HCl dalam 3 ml air),
dinginkan dalam es, lalu tambahkan larutan 200 mg NaNO2 dalm 1 ml
air. Tambahkan campuran ini setetes demi setetes ke dalam larutan 100
mg zat dalam 2 ml NaOH akan menghasilkan warna merah cheri tua
dan endapan coklat tua.
d) Dengan pereaksi millon akan menghasilkan larutan merah dan endapan
yang lebih merah, ini merupakan test untuk fenol yang posisi ortho-
nya bebas, (Ampisillin menghasilkan endapan putih dengan larutan
yang berwarna kuning).

Identifikasi Ampisilin terhadap pereaksi (Permata dkk, 2019):


a) Test chromotropat: mulat-mula tidak berwarna, berubah menjadi ungu,
akhrinya menjadi merah bara.
b) Dengan larutan Fehling akan menghasilkan warna ungu megenta
(merah ungu).
c) Reaksi Lieberman akan menghasilkan warna jingga.
d) Letakkan 2 tetes larutan 0,1 % ninhidrin pada kertas saring, keringkan
pada 1050C, tambahkan 2 tetes larutan 0,1% sampel, panaskan pada
1050C selama 5 menit, akan terbentuk warna merah kebiruan.
e) Larutkan zat ditambahkan 0,1 g hidroksilamin HCl dan 1 ml NaOH,
setelah 5 menit asamkan dengan HCl, tambahkan 10 tetes larutan
FeCl3, terbentuk warna merah ungu (merah ungu kotor).
f) Larutkan 5 mg zat dalam 1 ml air, tambahkan 1-2 tetes FeCl3 2,5%,
larutan berwarna kekuningan jernih.
g) Reaksi Marquis: mula-mula tidak berwarna, panaskan diatas penangas
air selama 2 menit, dinginkan, terbentuk warna kuning.

Lidokain merupakan oabat anastetik lokal turunan amida. Lidokain


mempunyai potensi sekitar dua kali prokain dan toksisitasnya sati setengah
kali. reaksi samping sistemik dan efek iritasi lokalnya kecil. Lidokain
relatif bebas reaksi sensitisasi dan tampak tidak ada sensitisasi silang
dengan turunan asam benzoate. Bentuk basa dan garam HCl-nya efektif
sebagai anestetik setempat topical. Lidokain HCl digunakan untuk
anesthesia infiltrasi, pemblokan saraf perifer, dan anesthesia epidural
(Cartika, 2016).

Identifikasi Lidokain terhadap pereaksi (Permata dkk, 2019):


a) Pembentukan kompleks dengan kobalt nitrat di dalam suasana alkali
membentuk warna hijau.
b) Pembentukan komplek dengan Cupri sulfat di dalam suasana basa
akan membentuk larutan warna biru tua.
c) Lidocain di hidrolisa dengan Asam sulfat 80% dipanaskan hingga
terbentuknya SO3 yang tercium dari baunya dan terbentuk 2,6
dimetilaniline yang dapat dengan reaksi Erlich dan reaksi Azo.
d) Reaksi pembentukan garam Meisenheimer. Lidocain ditambahkan
HNO3 maka akan terbentuk derivat dinitro lalu ditambahkan larutan
KOH di dalam aseton/metanol maka akan terbentuk acetonyl anion
maka akan terbentuk warna merah ungu.

2.2 Uraian Bahan


1. Amoxicillin (Depkes, 2020)
Nama Resmi : AMOKSISILIN
Nama Lain : Amoxicillin
Rumus Molekul : C16H19N3O5S.3H2O
Berat Molekul : 419,45
Pemerian : Serbuk hablur; putih; praktis tidak berbau.
Kelarutan : Sukar larut dalam air dan dalam metanol; tidak
larut dalam benzen, dalam karbon tetraklorida dan
dalam kloroform.
Khasiat/kegunaan : Antibitik

2. Ampicillin (Depkes RI, 2020)


Nama Resmi : AMPISILIN
Nama Lain : Ampicillin
Rumus Molekul : C16H19N3O4S
Berat Molekul : 349,41
Pemerian : Serbuk hablur putih; praktis tidak berbau.
Kelarutan : Sukar larut dalam air dan dalam metanol; tidak
larut dalam benzen, dalam karbon tetraklorida dan
dalam kloroform.
Khasiat/kegunaan : Antibitik

3. Aquadest (Depkes RI, 1979)


Nama Resmi : AQUA DESTILLATA
Nama Lain : Air Suling
Rumus Molekul : H2O
Berat Molekul : 18,02
Pemerian : Cairan jernih, tidak berwarna, tidak berbau, tidak
mempunyai rasa.
Kelarutan :-
Khasiat/kegunaan : Pelarut

4. Etanol (Depkes RI, 2020)


Nama Resmi : ETANOL
Nama Lain : Alcohol
Rumus Molekul : C2H6O
Berat Molekul : 46,07
Pemerian : Cairan mudah menguap, jernih, tidak berwarna;
bau khas dan menyebabkan rasa terbakar pada
lidah. Mudah menguap walaupun pada suhu ren-
dah dan mendidih pada suhu 78º, mudah terbakar.
Kelarutan : Bercampur dengan air dan praktis bercampur
dengan semua pelarut organik.
Khasiat : Zat Tambahan.

5. FeCl3 (Depkes RI, 1979)


Nama Resmi : FERRI CHLORIDUM
Nama Lain : Besi (III) Klorida
Rumus Molekul : FeCl3
Berat Molekul : 162,5
Pemerian : Hablur atau serbuk hablur, hitam kehijauan, bebas
warna jingga dari garam hidrat yang telah berpe-
ngaruh oleh kelembapan.
Kelarutan : Larut dalam air, larutan berpotensi berwarna
jingga
Khasiat/kegunaan : Pereaksi

6. Pereaksi Fehling A (Depkes RI, 1979)


Nama Resmi : FEHLING A
Kandungan : CuSO4.5H2O 34,64 g
H2SO4 Pekat 6,5 ml
Aquadest ad 500 ml
Pemerian : Cairan berwarna biru, tidak berbau.
Kelarutan : Mudah larut dalam air.
Khasiat : Sebagai Pereaksi.

7. Pereaksi Fehling B (Depkes RI, 1979)


Nama Resmi : FEHLING B
Kandungan : K.Na Tartrat 176 g
Natrium Hidroksida 77 g
Aquadest ad 500 ml
Pemerian : Cairan tidak berwarna, tidak berbau.
Kelarutan : Mudah larut dalam air.
Kegunaan : Sebagai Pereaksi.

8. Tetrasiklin HCl (Depkes RI, 2020)


Nama Resmi : TETRASIKLIN HIDROKLORIDA
Nama Lain : Tetracycline Hydrochloride
Rumus Molekul : C22H24N2O8.HCl
Berat Molekul : 480,90
Pemerian : Serbuk hablur, kuning; tidak berbau; agak higkro-
skopis. Stabil di udara tetapi pada pemaparan ter-
hadap cahaya matahari yang kuat dalam udara le-
mbab menjadi gelap. Dalam larutan dengan pH
lebih kecil dari 2, potensi berkurang, dan cepat rus-
ak dalam larutan alkali hidroksida
Kelarutan : Larut dalam air, dalam larutan alkali hidroksida
dan dalam larutan karbonat; sukar larut dalam
etanol; praktis tidak larut dalam kloroform dan
dalam eter.
Khasiat/kegunaan : Antibiotik
BAB III

METODE KERJA

3.1 Alat
Alat-alat yang digunakan dalam percobaan ini adalah: Gegep, gelas kimia,
lampu spiritus, pipet tetes, rak tabung dan tabung reaksi.

3.2 Bahan
Bahan yang digunakan dalam percobaan ini adalah: Amoksisilin,
Ampisilin, Aquadest, Etanol, FeCl3, Pereaksi fehling, Pereaksi fehling A
& B, dan Tetrasiklin.

3.3 Cara Kerja


1. Uji Organoleptik
Diamati bentuk, warna, bau dan rasa masing-masing sampel obat yang
akan diidentifikasi.

2. Uji Kelarutan
1) Disiapkan 2 tabung reaksi
2) Dimasukkan ± 50 mg zat uji ke dalam masing-masing tabung
reaksi tersebut.
3) Diukur 1 ml aquades, masukkan kedalam tabung pertama. Kocok
dan amati kelarutannya. Jika tidak larut, panaskan diatas api
langsung dan amati kelarutannya.
4) Diukur 1 ml etanol, masukkan ke dalam tabung reaksi ke dua.
Kocok dan amati kelarutannya.
5) Dicatat hasil uji kelarutan ini pada tabel pengamatan.
6) Dengan cara yang sama lakukan pada semua zat uji.

3. Uji Penegasan
a. Tetrasiklin
1) Disiapkan 1 tabung reaksi.
2) Dimasukkan larutan zat pada tabung reaksi kemudian
ditambahkan FeCl3 1%.
3) Diamati perubahan warna yang terjadi.

b. Amoksisilin
1) Dihomogenkan larutan fehling A dan B.
2) Disiapakan 1 tabung reaksi.
3) Tabung reaksi pertama diisi dengan ±50 mg zat uji kemudian
ditambahkan 1 pipet pereaksi fehling A&B yang telah
dihomogenkan.
4) Diamati perubahan warna yang terjadi.

c. Ampisilin
1) Dihomogenkan larutan fehling A dan B.
2) Disiapakan 1 tabung reaksi.
3) Tabung reaksi pertama diisi dengan ±50 mg zat uji kemudian
ditambahkan 1 pipet pereaksi fehling A&B yang telah
dihomogenkan.
4) Diamati perubahan warna yang terjadi.
BAB IV

HASIL PERCOBAAN

4.1 Hasil Pengamatan


1. Uji Organoleptik
a) Tetrasiklin HCl

Rumus Molekul :

C22H24N2O8.HCl

Bentuk : Serbuk
Warna : Kuning
Bau : Tidak berbau
Rasa : Pahit

b) Amoksisilin

Rumus Molekul :

C16H19N3O5S.3H2O

Bentuk : Serbuk
Warna : Putih
Bau : Berbau khas
Rasa : Pahit

c) Ampisilin

Rumus Molekul :

C16H19N3O4S

Bentuk : Serbuk
Warna : Putih
Bau : Berbau khas
Rasa : Pahit
2. Uji Kelarutan

Pelarut
No. Zat Uji
Air Etanol
1. Tetrasiklin HCl Larut Larut
2. Amoksisilin Sukar Larut Sukar Larut
3. Ampisilin Larut Larut

3. Uji Penegasan

Zat Uji Perlakuan Pengamatan Keterangan


Larutan Zat + 1 tetes (+) Warna
Merah
Tetrasiklin HCl larutan FeCl3 1% coklat atau
kecoklatan
merah coklat
Zat + Pereaksi fehing (+) warna
Ungu
Amoksisilin lembayung
magenta
(magenta)
Zat + larutan Fehling (+) Warna
Merah
Ampisilin ungu magenta
keunguan
(merah ungu)

4.2 Reaksi

 Tetrasiklin HCl

C22H24N2O8.HCl + FeCl3 → (+) Warna merah coklat

 Amoksisilin

C16H19N3O5S + KNaC4H4O6 . 4H2O +NaOH → (+)Warna lembayung


(magenta)

 Ampisilin

C16H18N3NaO4S + KNaC4H4O6·4H2O + NaOH → (+)Warna merah ungu


4.3 Pembahasan
Pada percobaan ini kami melakukan analisis senyawa obat secara
kualitatif dalam suatu sampel, dilihat berdasarkan reaksinya dengan
berbagai pereaksi. Senyawa obat yang diujikan kali ini adalah Antibiotik
Tetrasiklin HCl, Amoksisilin dan Ampisilin. Reaksi yang dihasilkan
dapat berupa perubahan warna larutan, pengendapan zat,terbentuknya gas
dan bau yang khas, serta kelarutannya dalam suatu zat.
Pada percobaan ini kami melakukan berbagai macam pengujian
terhadap sampel. Pada sampel tetrasiklin kami melakukan 1 macam
pengujian. Diamana pada pengujiannya yaitu, larutan zat tetrasiklin
dalam air direaksikan dengan larutan FeCl3 1% sebanyak 1 tetes
terbentuk warna merah kecoklatan.
Pada sampel Amoksisilin, kami melakukan 1 macam pengujian,
pengujiannya yaitu, amoksisilin direaksikan dengan pereaksi fehling
terbentuk warna Ungu magenta.
Pada sampel Ampisilin, kami melakukan 1 macam pengujian.
Pengujiannya yaitu, kami mereaksikan ampisilin dengan larutan fehling
setelah itu larutannya terbentuk warna merah keunguan.
BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil percobaan maka dapat disimpulkan bahwa:
Tetrasiklin memberikan hasil positif yang ditandai terbentuk warna merah
kecoklatan setelah direaksikan dengan larutan FeCl3. Amoksisilin
memberikan hasil positif yang ditandai dengan terbentuknya warna ungu
magenta setelah direaksikan dengan pereaksi fehling. Ampisilin
memberikan hasil positif yang ditandai dengan terbentuknya warna merah
keunguan setelah direaksikan dengan pereaksi fehling.

5.2 Saran
Pada saat praktikum, praktikan harus memerhatikan dan
memastikanbahwa alat –alat yang digunakan pada praktikum bersih dan
bebas dari kontaminasi zat lain agar dapat dipastikan bahwa pengujian
yang dilakukan menunjukkan hasil yang benar dan praktikan harus
memerhatikan dengan seksama reaksi yang terbentuk, sehingga kesalahan
dapat dihindari
DAFTAR PUSTAKA

Cartika, Harpolia. (2016). Modul Cetak Bahan Ajar Farmasi Kimia Farmasi.
Jakarta: Pusdik SDM Kesehatan.

Depkes RI. (1979). Farmakope Indonesia, Edisi III. Jakarta : Departemen


Kesehatan Republik Indonesia.

Depkes RI. (2020). Farmakope Indonesia, Edisi VI. Jakarta : Departemen


Kesehatan Republik Indonesia.

Indijah, S.W, Purnama Fajri. (2016). Modul Bahan Ajar Farmasi Farmakologi.
Jakarta: Pusdik SDM Kesehatan.

Permata, Yade Metri, Tuty Roida Pardede dkk. (2019). Penuntun Praktikum
Kimia Farmasi Kualitatif. Medan: Fakultas Farmasi Universitas Sumatera
Utara.
LAMPIRAN

A. Skema Kerja
1. Uji Kelarutan

Pelarut Air/ etanol

→ Siapkan tabung reaksi


→ Masukkan sampel seujung sendok atau ± 50 mg kedalam tabung
→ Tambahkan air atau etanol 2-3 ml
→ Aduk atau kocok
→ Amati kelarutannya

Larut/ Tidak larut

2. Uji Penegasan
a) Tetrasiklin

Zat uji

→ Siapkan 1 tabung reaksi


→ Masukkan 0,5 mg zat ke dalam tabung
→ Larutkan zat yang ada pada tabung dengan air
lalu tambahkan 1 tetes FeCl3 1%
→ Amati perubahan warnanya

Hasil
b) Amoksisilin

Zat uji

→ Siapkan 1 tabung reaksi


→ Masukkan 0,5 mg zat ke dalam tabung
→ Tambahkan pereaksi fehling pada tabung
→ Amati perubahan warnanya

Hasil

c) Ampisilin

Zat uji

→ Siapkan tabung 1 tabung reaksi


→ Masukkan 0,5 mg zat ke dalam tabung
→ Tambahkan pereaksi fehling pada tabung
→ Amati perubahan warnanya

Hasil
B. Foto Pengamatan

Zat Uji Perlakuan Pengamatan


Larutan Zat + 1 tetes
larutan FeCl3 1%

Tetrasiklin HCl

Zat + Pereaksi fehing

Amoksisilin

Zat + larutan Fehling

Ampisilin

Anda mungkin juga menyukai