Anda di halaman 1dari 7

TUGAS RESUME DASAR PERLINDUNGAN TANAMAN

PENGENDALIAN PENYAKIT TANAMAN MENGGUNAKAN BAHAN

KIMIA

Disusun Oleh :

Muhammad Yusuf Budi Prakoso


(225040200111233)

Dosen :
Prof. Dr. Ir. Ika Rochdjatun Sastrahidayat

PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

2022
BAB VI
PENGENDALIAN PENYAKIT TANAMAN MENGGUNAKAN
BAHAN KIMIA

6.2.6. Pengendalian Dengan Menggunakan Bahan Kimia (Khemoterapi)


a. Penerapan Khemoterapi pada Tanaman
Menurut Tantera (1983) khemoterapi dapat dikatakan mulai
dikenal vaktu orang Indian berhasil menyembuhkan penyakit malaria
dengan ramuan obat dari kulit pohon kina. Hal ini sudah berlangsung
beberapa abad sewaktu Paul Ehrlich di Jerman memperkenalkan istilah
khemoterapi pada tahun 1904, dalam usahanya untuk menemukan bahan
fixatif yang mempunyai daya fixatif terhadap baksil Tripanosoma, tanpa
merusak sel badan inang. Berkat usaha yang terus menerus di pabrik I.G.
Farben, Domagh akhirnya menemukan pada tahun 1935 zat fixatif anti
Staphilococus yang dikenal sebagai sulfa yaitu sulfanil amide dan
derivatnya. Trefonce orang Perancis menyempurnakan penemuan
tersebut dengan menunjukan bahwa prontosil adalah prekursor dari
sulfanilamide.

Kalau di Jerman pemusatan bahan yang didambakan adalah zat


warna maka sejarah mencatat peristiwa diInggris, dimana secara kebetulan
kultur Penicillium di laboratorium Sir Alexander Flemming menghasilkan
at antibiotika penisilin. Penemuan penisilin pada tahun 1929 oleh
Flemming di Inggris membuka kemungkinan lebih luas dan lebih cerah di
bidang khemoterapi. Antibiotika ini bukan saja efektif terhadap bakteri
tetapi jug sangat aman untuk dipakai obat.

b. Khemoterapi dengan fungisida sistemik

Sejarah penghambatan penyakit tanaman sampai kini masih


didominasi oleh bahan aktip yang bersifat protektan. Harga bahan ini
cukup murah, proses sintesanya tidak terlalu sulit, dan mudah diproduksi
dalam jumlah banyak Rahan aktif preparat yang ada secara bertahap
beralih dari bahan anorganik ke bahan organik. Untuk beralih ke
khemoterapi bahan-bahan yangtersedia ini masih belum cocok, dengan
hambatan utama adalah tidak mudah disalurkan oleh sistem tanaman.
Translokasi dari bahan tersebut dalam pembuluh sulir atau tidak terjadi.

Dalam serba keterbatasan itu, di lain pihak penyakit tanaman


memang telah sejak lama memerlukan bahankhemoterapi. Khemoterapi
yang dimaksud dalam tulisan ini adalah pengobatan tanaman dari dalam
sistem tanaman itu sendiri tentu hanya terjadi melalui suatu proses yang
bertahap. Pada tahap perkembangan yang terlihat sekarang, tak pelak lagi
ini baru akan terjadi menjelang tahun 2000-an. Namun begitu prosesnya
telah berjalan beberapa tahun terakhir ini. Benomil, Thiophanat M dan
Thiobendazol adalah fungisida sistemik yang ditemukan dan mulai
dipasarkan tahun 70-an. Spektrum aktifitas bahan ini cukup luas hanya
tidak efektip terhadap Phycomycetes, demikian juga pemakaiannyadapat
melalui benih, diguyurkan atau dicampurkan dengan tanah, atau
disemprotkan melalui daun. Translokasi obat-obatan tersebut di dalam
tanaman baik sekali. Oleh karena derivat Benomil stabil padasuhu tinggi
maka Benomil bisa dipakai untuk dicampurkan ke dalam media dalam
mengisolasi Phytophthora, misalnya bahan ini di Indonesia mulai
dipasarkan dengan berbagai merek dagang seperti Benlate T (20%
Benomil. 20% tiram. Carboxin dan Oxycarboxin. Kelarutan Carboxin dan
Oxycarboxinlebih baik daripada Benomi..

Menurut hasil-hasil penelitian bahan-bahan ini terutama sekal


efektif terhadap penghambatan respirasi ditingkat mitochondria, terutama
dehidrogenose asam suksinat. Dimethirimol, Triarimol adalah bahan lain
yang dipasarkan sebagai fungisida sistemik. Cara kerja bahan ini masih
belum banyak diketahui, tetapi sebagai bahan yang dapatditranslokasikan
sudah cukup banyak data yang tersedia Setelah pemakaian bahan-bahan
sistemik diterapkan di lapang setnyata beberapa efek sampingan mulai
ditemukan, yang utama di sini adalah tumbuhan strain resisten.

c. Khemoterapi tanaman dengan Antibiotik

Terdapat dua cara pendekatan terhadap khemoterapi pada


tanaman, yaitu dengan cara preventif dan kuratif :

• Preventif, yaitu obat atau bahan kimia telah terserap dalam sistem
tanaman dalam dosis yang mencukupi untuk membunuh setiap patogen
yang masuk

• Kuratif, yaitu obat yang diberikan pada waktu tanaman sudah terserang
patogen

d. Tanaman Pestisida

Kebanyakan dari bahan kimia yang tersedia untuk menanggulangi


penyakit-penyakit tumbuhan adalah fungisida-fungisida. Beberapa macam
nama yang diberikan untuk fungisida seringkali sangat membingungkan.
Terdapat tiga jenis penamaan, yakni :
1. Nama kimiawi zat efektif/bahan aktif.
2. Nama yang pendek dan lebih sederhana dari yang umum digunakan.
3. Nama dagang yang ditentukan oleh pabrik untuk suatu formulasi, yang
mengandung persenan tertentu dari bahan kimia yang aktif. Contoh: bahan
kimia zinc ethylen-bis-thiocarbamat dengan nama pendek zineb. Pabrik
Rohm dan Haas Company menghasilkan suatu fungisida yang
mengandung 85 persen zineb dengan nama dagang Dithane Z - 78; pabrik
Dupont Chemical Company menyebut hasil buatannya Porzate.
4. Nama kode, digunakan bila masih dalam proses sekrening.

e. Formulasi (formulation)
Efektifitas pestisida-pertisida lain seringkali ditentukan oleh formulasi
(bentuk) dan cara pemakaiannya atau cara aplikasinya. Keduanya berhubungan
erat. Fomulasi akhir dari bahan-bahan kimia ini mungkin mengandung beberapa
senyawa kimia lain. Untuk penggunaannya seperti semprotan (spray) bahan
kimia tertentu mungkin berbentuk larutan dengan konsentrasi tinggi, atau
sebagai wettable powder (tepung yang dapat dilarutkan). Untuk penggunaan
seperti bubuk (dust) bahan kimia harus mempunyai bentuk sebagai tepung yang
mengandung konsentrasi bahan aktif yang rendah.
Bahan-bahan kimia yang terdapat dalam suatu formulasi tertentu, ialah
:
1. Bahan Aktif
2. Pelarut (bedak/talk, air, pelarut organis).
3. Detergent atau zat perata (bahan kimia seperti sabun), untuk
merendahkan pertegangan dari permukaan air. Dengan sifat ini larutan
fungisida tersebut dapat menyelubungi seluruh permukaan daun dengan
suatu lapisan larutan (konsentrasi 0,1 - 0,2 persen).
4. Bahan perekat atau sticker (seringkali suatu protein), untuk melekatkan
bahan aktif pada permukaan tanaman.
5. Kadang-kadang juga bahan emulgator (bahan untuk membentuk emulsi)
ditambahkan pada formulasi, untuk memungkinkan adanya
bercampurnya minyak dengan air (larutan dapat berwarna putih, seperti
susu).
6. Dalam hal tertentu suatu stabilisator perlu untuk mencegah penguraian
bahan aktif yang tidak stabil.
7. Kapur dan minyak glycerida ditambahkan untuk merendahkan daya racun
terhadap tanaman (merendahkan fitotoksisitas).

f. Fungsi Pemakaian Fungisida


1. Sebagai bahan semprot, atau bahan pembentuk awan debu pada daun-
daunan, terhadap penyakit-penyakit jamur dan juga beberapa penyakit
bakteri (disemprotkan atau spraying; dikabutkan atau misting; dihembuskan
atau dusting).
2. Sebagai pasta-pasta atau cat-cat terhadap penyakit batang dan penyakit kulit
pohon, dan juga untuk mencelup / mencat biji.
3. Sebagai cairan untuk mendesinfeksikan tanah, tetapi cairan-cairan ini
berlaku sebagai gas (diinjeksikan dalam tanah).
4. Sebagai granular untuk tanah.

g. Selektivitas dan cara bekerjanya fungisida


Beberapa fungisida hanya dipakai untuk mencegah, melindungi tanaman
jangan sampai kena infeksi.Fungisida ini hampir tidak selektif dan juga toksis
terhadap sitoplasma sel-sel tanaman. Pada kenyataannya kutikula melindungi
tanaman dari masuknya fungisida tersebut, yang akan membuat mereka ini
bermanfaat sebagai fungisida.

h. Bahan-bahan kimia yang digunakan sebagai fungisida


1. Senyawa senyawa anorganik
Senyawa pertama yang digunakan pada tanaman untuk
mengendalik penyakit jamur adalah senyawa anorganik, seperti senyawa
tembaga (copper compounds) dan senyawa belerang (sulphur compounds).
(1) Senyawa-senyawa belerang (S)
• Belerang murni, biasanya dalam bentuk bubuk (dust) atau
bentuk tepung yang dapat dilarutkan dalam air (wettable
powder), biztan digunakan terhadap penyakit powdery
mildew (ErysiphaesAscomycetes)
• Belerang kapur, dalam bentuk semprotan, thiosulfat calcium
de polysulfida calsium (yang juga digunakan sebagai
insektisida terhada kutu daun, juga terhadap tungau)
(2) Senyawa-senyawa tembaga (CuO)
• Bubur bordo (Bordeaux mixture) suatu campuran sulfat
tembaga dengan kapur tohor. Fungisida ini pertama
diketemukan oleh Millardet tahun 1882. Resepnya adalah
sebagai berikut: Cu50, :G(OH),: air = 1:1:100 (kg). Rumus : 3
[Cu(OH)] CuSO,
• Oksida tembaga (Cu,O). Oksikhlorida tembaga (3 Cu(OH),. CuCl)
• Sulfat-sulfat tembaga basis/dasar

2. Senyawa-senyawa organik.
Perkembangan senyawa-senyawa belerang yang organik dimulai
seseb perang dunia kedua. Pada saat itu juga beberapa senyawa organik
lain diketah efektif terhadap penyebab-penyebab penyakitjamur. Dapat
dipisahkan beberapa kelompok yang diperoleh sesuai dengan sifat-sifat
kimiawinya

(1) Dithiocarbamat-dithiocarbamat.

• Ziram, ferbam (seng, besi); semua garam logam dari dimet


dithiocarbamat. Sekarang sering digunakan untuk memberant
penyakit-penyakit jamur: karat, antraknose, bercak daun
• Zineb (zincethylene-bis-dithiocarbamate)

(2) Senyawa-senyawa timah (organik)


• Fentinacetat
• Fentinhidroksida

(3) Senyawa Quinon’


Chloranil, digunakan untuk melindungi biji-bijian dari
penyakit gosong, seperti loose smut (penyebab : Ustilago sp. dengan
cara pembalutan biji (seed dressing).

(4) Senyawa-senyawa mercurium (Hg) /air raksa:


Pertama kali dikembangkan untuk melindungi biji.
Senyawa ini beracun untuk binatang dan manusia, terutama senyawa
mercurium methyl. Senyawa-senyawa lebih baru juga digunakan
untuk disemprotkan pada daun dan mereka seringkali menunjukan
daya penyembuh (daya kuratif). Tetapi senyawa-senyawa ini dipakai
saja karena tidak ada senyawa efektif lainnya.
Kebanyakan senyawa baru ini adalah turunan dari:
• phenylacetat mercurium.
• phenylchlorida, nitrat, salicylat mercurium.
• phenyl dimethyl mercurium dithiocarbamat.

(5) Senyawa-senyawa nitrogen yang heterocyclis.


• immidazole (sekarang glyodin)

(6) Senyawa-senyawa trikhloromethyl - thiocarbosimida :


• folpet, efektif terhadap powdery mildew.
• difolatan, digunakan untuk mengendalikan Phytophthora sp.
• captan (Orthocide), digunakan terhadap beberapa penyakit
jamur,

(7) Senyawa-senyawa dinitroalkylphenol; satu yang penting adalah


dinocap, karena sangat efektif terhadap powdery mildews.
• Binapacryl
• Dinobuton
• Dinocap; dinitrophenyl crotonate (Karathane, Rohm & Haas Co).
• Binapacryl dan dinocap juga efektif terhadap tungau (mites)

(8) Antibiotika.
• kasugamycin, suatu antibiotika yang dapat digunakan terhadap
Piricularia oryzae.
• pimaricin, untuk buah-buah terhadap hampir semua jamur, kecuali
Oomycete

i. Eradikasi/ Pembasmian Patogen


Adapun cara-caranya antara lain :
1. Menghilangkan patogen secara langsung, contohnya seperti pada penyakit
jamur karat pada gandum
2. Eliminasi patogen dengan cara bercocok tanam
3. Pembinasaan patogen, contohnya seperti kanker yang disebabkan oleh
Erwinia amylovora yang diobati dengan senyawa organik natrium dinitro
kresol
j. Pembasmian Inokulum dalam tanah (Soil Borne Inoculum)
Bahan-bahan kimia untuk pembasmian dapat dibedakan menjadi :
1. Senyawa yang mudah menguap (volatil), contohnya seperti methylbromida
dan chloropicrin
2. Senyawa yang tidak stabil, contohnya seperti metham, Mylone, H2S,
Mono-methyl
3. Senyawa yang larut dalam air, contohnya seperti formaldeyda (formalin)

k. Pengendalian patogen tanah secara khemis dan pengaruhnya terhadap


mikroflora non target
Contohnya penggunaan di daerah tropis dan subtropis adalah disinfestasi
tanah untuk bedengan pembibitan, tanah yang disiapkan untuk menanam jeruk, dan
tanah untuk menanam kapas.

l. Disinfestasi Tanah
1. Fumigan dikategorikan dalam 3 kelompok
• Biosida yang umum, contohnya seperti Chloropicrin
• Bahan yang mengandung Methyl isothio cianat
• Dichloropropane
2. Fungisida yang diberikan ke dalam tanah untuk disinfestasi tanah, antara lain :
• Fungisida TMTD, contohnya Captan dan Captafol
• Fungisida Selektif
• Fungisida Sistemik, seperti Benzimidazol dan Methylthiphanate.
• Fungsisida Protektif, seperti Quinzogene (PNCB)

m. Boomerang Effect
Efek ini mempunyai arti terjadinya keparahan kembali dari penyakit oleh
penyebab yang sama (patogen target) setelah dilakukan pengobatan.

Anda mungkin juga menyukai