Oleh
JURUSAN AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
2017
I. PENDAHULUAN
Pada umumnya pengendalian penyakit yang banyak diterapkan oleh petani adalah
dengan pengendalian secara proteksi. Pengendalian ini merupakan pengendalian
yang umum dilakukan oleh petani sebagai tindakan yang dilakukan petani untuk
mengurangi kerugian yang kemungkinan akan hilang akibat serangan patogen
penyakit tersebut. Pengendalian yang dilakukan petani umumnya dilakukan ketika
telah terlihat gejala dan tanda-tanda bahwa tanaman budidaya telah terserang
penyakit, baru kemudian petani akan melakukan pengendalian dengan cara
proteksi dengan melakukan penyemprotan pestisida pada tanaman budidaya yang
ditanam (Mujim, 2009).
Pengendalian hama ini biasa dilakukan dengan penyemprotan zat kimia pada
bagian tumbuhan.Jenis fungisida yang memiliki peluang besar dapat menekan
serangan penyakit adalah fungisida sistemik, karena jamur penyebabnya berada di
dalam jaringan tanaman. Oleh karena itu, dilakukan praktikum ini untuk
mengetahui cara pengendalian terhadap tanaman menggunakan pestisida terutama
pada patogen jamur menggunakan fungisida sebagai bahan kimia pengendali
patogen penyebab penyekit pada tanaman (Ekha, 1988).
1.2 Tujuan
Hama, patogen dan gulma dapat dikendalikan secara kimia, fisika, maupun
biologi. Pengendalian secara kimia dengan menggunakan pestisida (insektisida,
fungisida, bakterisida, herbisida). Pengendalian secara fisik dengan menggunakan
perangkap, pelindung fisik dan penangkapan langsung, sedangkan pengendalian
secara biologi dengan memanfaatkan musuh alami hama dan patogen tanaman.
Diantara beberapa kelompok patogen, cendawan diketahui sebagai kelompok
patogen yang paling banyak menginfeksi dan menyebabkan hama dan penyakit
pada tanaman yang dibudidayakan. Hal ini yang menyebabkan kelompok
fungisida menjadi lebih dikenal dibandingkan dengan kelompok bakterisida
maupun nematosida (Mujim, 2009).
Jika fungisida kontak bekerja melalui paparan langsung pada cendawan sasaran,
fungisida sistemik bekerja dengan cara masuk ke dalam sistem pembuluh
tanaman, sehingga akan menyebabkan seluruh bagian tanaman beracun bagi
cendawan. Keuntungan dari fungisida sistemik ini adalah efek residu dapat
bertahan cukup lama di dalam tubuh tanaman, berkisar 1 minggu hingga 1 bulan
tergantung dengan jenis bahan aktifnya. Selain lebih toleran terhadap pengaruh
cuaca seperti hujan yang dapat membasuh residu fungisida pada permukaan tubuh
tanaman, fungisida sistemik juga tidak memerlukan pemberian yang
mensyaratkan terjadinya kontak langsung dengan cendawan pada saat
pengaplikasiannya. Fungisida sistemik bekerja secara spesifik melalui perusakan
kimia enzim jamur seperti seperti merusak akar, mengganggu pembentukan
tabung kecambah, dan ada juga yang mengganggu pembentukan spora.
Hampir semua fungisida sistemik dilengkapi dengan bahan aktif fungisida kontak.
Fungisida kontak akan membunuh cendawan yang terkena paparan bahan aktif,
sedangkan yang terhindar dari paparan akan teracuni oleh bahan aktif sistemik
yang diserap tanaman inang yang kemudian diserap kembali oleh cendawan
terebut (Ruskin, 1993).
Fungisida adalah jenis pestisida yang secara khusus dibuat dan digunakan untuk
mengendalikan jamur atau cendawan patogen. Fungisida dalam bidang pertanian
digunakan untuk mengendalikan cendawan pada bagian tubuh tumbuhan.
Aplikasinya dilakukan dengan penyemprotan langsung ke tanaman, injeksi
batang, pengocoran pada akar, perendaman benih dan pengasapan.
Bentuk fungisida bermacam-macam, ada yang gas, cair, tepung dan butiran.
Fungisida menurut efeknya dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu yang
pertama senyawa kimia yang memberikan efek fungistatik dan fungitoksit.
Fungistatik merupakan senyawa kimia yang hanya mampu menghentikan
perkembangan jamur untuk sementara selama residu senyawa kimia masih ada,
ketika residu hilang jamur akan tumbuh dan berkembang kembali, sedangkan
fungitoksit merupakan senyawa kimia yang mampu membunuh jamur meskipun
residu tersebut menghilang, kecuali terinfeksi oleh jamur baru (Kardinan, 2000).
III. METODOLOGI PRAKTIKUM
Alat-alat yang digunakan dalam praktikum ini antara lain alat tulis dan nampan.
Sedangkan bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah fungisida kimia
sintetik.
Prosedur kerja yang dilakukan pada praktikum ini adalah sebagai berikut.
1. Disiapkan alat tulis dan fungisida.
2. Dicatat keterangan label pada bungkus fungisida (merek dagang, bahan
aktif, konsentrasi, OPT sasaran dosis dan peringatan penggunaan).
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil pengamatan yang diperoleh pada praktikum ini adalah sebagai berikut.
Antracol 70 WP
Pestisida merupakan semua zat kimia atau bahan lain serta jasad renik dan virus
yang digunakan untuk mengendalikan atau mencegah hama atau penyakit yang
merusak tanaman. Salah satu dari pestisida adalah fungisida yang berfungsi untuk
mengendalikan penyakit yang disebabkan oleh jamur. Dalam penggunaannya,
terdapat cara penyimpanan dan peringatan dalam menggunakan fungisida.
Fungisida yang diamati dalam praktikum ini adalah antracol 70 WP, allette
100CA, ridomil 35 SD dan bayleton 250 EC. Berikut ini adalah cara penyimpanan
fungisida yang baik dan benar :
1. Bahan fungisida dan fungisida idealnya harus segera di simpan di tempat yang
sesuai denga sifat bahan kimia, serta jangan meletakkan bahan kimia yang
mudah di jangkau oleh anak-anak.
2. Tempat khusus penyimpanan fungisida harus punya apalagi jika bekerja dan
terlibat sehari-hari dengan bahan kimia fungisida ini. Gudang penyimpanan
harus mempunyai ventilasi udara yang cukup serta harus ada tanda larangan
agar tidak sembarang orang bisa menjangkau.
3. Fungisida yang akan di simpan harus ada data khusus dan memiliki buku yang
memuat catatan kapan di gunakan, dosis berapa dan sisa bahan kimia pestisida
masih berapa.
4. Jangan pernah memindahkan bahan kimia dari kemasan asli, apalagi di tempat
(wadah) yang tidak ada identitas serta label yang jalas. Jangan pernah
menyimpan fungisida pertanian dalam bekas wadah makanan atau minuman.
5. Jangan menyimpan bahan kimia pestisida (fungisida) di tempat yang sama,
karena keduanya mempuyai karakter yang berbeda.
6. Hindari penyimpanan bahan kimia fungisida dalam jumlah yang berlebih,
karena fungisida mudah sekali berubah dan sering kali menguap jika kemasan
bahan kurang bagus dan kuat.
7. Pengontrolan bahan kimia fungisida pertanian perlu di lakukan secara rutin dan
berkala, kalau perlu bila dalam jumlah banyak di siapkan tenaga kerja khusus
untuk pengecekan.
8. Bahan-bahan kemasan pestisida (fungisida) pertanian harus kedap cahaya
karena akan menyebabkan perubahan kimia pestisida.
9. Gudang tempat penyimpanan senantiasa harus terkunci rapat, sehingga tidak
mudah di jangkau orang-orang yang tidak berkepentingan (Hasanudin, 2008).
Hasil yang baik telah dicapai oleh Antracol diantaranya adalah untuk mengatasi
penyakit leaf spot pada sayuran. Antracol dapat ditoleransi dengan baik oleh
tanaman dalam konsentrasi tertentu. Tidak ada bahaya terbentuknya resistensi
(multi-site) atau dapat berguna dalam program anti-resistance untuk jenis patogen
yang berbeda (downy mildew, Alternaria, scab dan lain-lain).
Antracol mempunyai kompatibilitas phyto yang sangat baik untuk beragam
tanaman, termasuk dalam tahap awal pertumbuhan tanaman.
Kelebihan Produk
1. Bekerja efektif di segala musim (musim kering dan hujan)
2. Cocok untuk diaplikasikan di dataran rendah atau tinggi
3. Dapat diandalkan, telah menjadi pemimpin pasar selama 30 tahun
4. Merupakan sumber elemen penting (zinc)
5. Dapat ditoleransi oleh beragam tanaman, juga untuk tanaman yang usianya
masih muda (dalam tahap awal pertumbuhan) (Nuraini, 2011).
Fungisida yang kedua adalah fungisida aliette 100 CA. Fungisida aliette termasuk
ke dalam jenis fungisida sistemik, yaitu dapat ditranslokasikan ke atas dan ke
bawah yang bekerja aktif setelah di serap oleh tanaman, berbentuk bubuk yang
dapat disuspensikan dalam air bewarna putih kotor, untuk mengendalikan
penyakit pangkal batang Phytophtora palmivora. Berikut ini adalah label dari
fungisida aliette.
Nama dagang : Aliette 100CA
Bahan aktif : Aluminium fosetil 100 gr/L
Bobot kemasan : 1L
Jenis fungisida : Sistemik
Nomor izindan alamat : R.I. 880/7-89/1
Gambar dan tanda bahaya : Bahan iritasi
Peringatan bahaya : Dapat menyebabkan keracunan melalui mulut,
kulit dan pernapasan serta pada mata.
Dosis : 40-80mL/ pohon dengan infuse akar
Jenis komoditi : Kelapa
Waktu aolikasi : 6 bulan sekali
Cara aplikasi bagi operator : Infus melalui akar diberikan pada permulaan
musim hujan
Cara penyimpanan : Simpanlah fungisida ini ditutup tempat sejuk
terlindung dan terkunci
Petunjuk darurat : Tanggalkan pakaian yang terkena fungisida.
Cucilah bagian badan dengan memakai air
(Supriyatin, 2000).
Kesimpulan yang telah didapatkan pada praktikum ini adalah sebagai berikut.
1. Fungisida yang diamati ada 4 dengan masing-masing nama dagang adalah
Antracol 70 WP, Alliette 100 CA, Ridomil 35 SD dan Bayleton 250 EC.
2. Bahan aktif dan dosis dari 4 secara berturut-turut adalah propineb 70% dengan
dosis 4 g/l, aluminium fasetil dengan dosis 40-80 ml/pohon,metalaksil 35%
dengan dosis 7,5 ml dan triadimeton 250 g/l.
3. Cara penggunaan fungisida secara umum adalah dilarutkan dengan air,
kemudian disemprotkan atau dihembuskan pada bagian-bagian tanaman di atas
permukaan tanah, , serta dapat dilakukan dengan cara infus akar seperti pada
fungisida Aliette 100 CA.
DAFTAR PUSTAKA