PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Setiap tahun, penyakit jamur setidaknya merusak sepertiga dari semua panen di
seluruh dunia. Ini merupakan ancaman besar bagi ketahanan pangan global.
Untuk mengatasi penyebaran penyakit jamur ini, para petani di seluruh dunia
memanfaatkan bahan-bahan kimia beracun yang pada akhirnya menjadi pencemar
bagi tanah dan air di sekitarnya. Bahkan, zat-zat kimia beracun tersebut tidak
menyisakan mikroba yang menguntungkan bagi petani dan tanamannya.
Sebagian dari mereka juga melindungi tanamannya dengan fungisida. Namun
penggunaan fungisida hanya efektif untuk jangka pendek. Sebab, jamur patogen
akan mengembangkan resistensi atau ketahanan mereka terhadap bahan kimia
sintetis ini.
Angin segar mulai berhembus dari para saintis yang mencetuskan gagasan untuk
membantu tanaman bertahan dengan memberi mereka alat untuk bertarung dalam
pertempuran mereka sendiri.
Sebuah tim yang dipimpin oleh Jason White, seorang ahli toksikologi lingkungan di
Stasiun Percobaan Pertanian Connecticut di New Haven, berusaha memperkuat
tanaman dengan nutrisi yang dibuat menjadi paket berukuran nano. Nutrisi ini
nantinya akan meningkatkan kekebalan bawaan tanaman terhadap jamur patogen.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana Cara membasmi hama fungisida tanpa semprotan anti hama kimia ?
2. Kenapa tidak menggunakan semprotan anti hama kimia ?
3. Apa itu fungisida serta apa saja kelebihan dan kekurangannya ?
4. Bagaimana bentuk fungisida itu ?
PEMBAHASAN
FUNGISIDA
Fungisida merupakan salah satu jenis pestisida yang dibuat untuk mengendalikan
jamur ataupun cendawan patogen yang menyebabkan penyakit. Penggunaannya
adalah untuk mengendalikan cendawan yang terdapat di bagian batang, daun,
bunga, daun, atau bahkan buah.
Penggunaan fungisida memang bisa dilakukan dengan berbagai cara. Namun,
pastikan jika penggunaannya sudah sesuai dengan aturan dan juga petunjuk
penggunaan. Dengan demikian, hasil penggunaannya juga akan lebih maksimal.
Aturan pakai dan keterangan lainnya, biasanya bisa ditemukan di bagian kemasan
produk.
Di zaman modern seperti saat ini, fungisida sangat mudah ditemukan di pasaran
dengan harga yang berbeda-beda. Pembelian juga bisa dilakukan secara mudah
dengan mendatangi tokonya secara langsung atau dengan melakukan pembelian
secara online. Pilih sendiri langkah pembelian yang mudah sesuai yang Anda
inginkan.
Penyakit pada tanaman telah ada sejak zaman dulu. Awalnya, kerusakan pada
tanaman seringkali dikaitkan dengan mitos-mitos yang berkembang di masyarakat.
Namun, sejak ilmu tentang penyakit tanaman mulai berkembang, maka teori yang
lebih masuk akal mulai diterima. Dan menurut ilmu pengetahuan, penyebab
tanaman terkena penyakit, salah satunya adalah jamur.
Terobosan terbesar terjadi di tahun 1874, dimana DDT yang merupakan singkatan
dari Dikloro Difenil Trikloreotana ditemukan. Penemunya adalah Zeidler, seorang
sarjana kimia yang berasal dari Jerman.
Selanjutnya pada tahun 1882, fungisida juga mulai digunakan dengan bahannya
yang berupa bordeoux. Bordeoux sendiri adalah campuran yang didapat dari So4
juga kapur. Kedua penemuan tersebut tentu sangat membantu para petani.
Keduanya juga sangat efektif dalam mengatasi berbagai masalah petani hingga
mengurangi terjadinya risiko gagal panen. Dampak baik lainnya juga mulai terlihat
dengan penurunan angka kemiskinan juga kelaparan di berbagai belahan dunia.
Banyaknya manfaat yang bisa didapatkan, membuat pestisida mulai diproduksi
secara besar-besaran untuk keperluan komersial, termasuk dari jenis fungisida.
Manfaat fungisida bisa ditemukan dalam perannya bagi kehidupan sehari-hari. Dan
berikut ini adalah beberapa diantaranya :
Bidang pertanian => Bisa digunakan untuk mengatasi jamur yang
mengganggu pertumbuhan tanaman pangan. Dengan demikian, tumbuhan
penghasil pangan seperti buah dan juga sayuran bisa dijauhkan dari penyakit
serta tidak layu
Rumah tangga => Bisa digunakan untuk mengatasi jamur yang ada di
tanaman hias. Dengan demikian, tanaman hias juga akan tumbuh secara
subur dan tentunya mampu meningkatkan keindahan rumah
Untuk bidang pertanian atau untuk keperluan tanaman hias di rumah tangga,
pastikan untuk menggunakannya sesuai anjuran.
Seperti yang sudah diulas di atas, ada banyak kelebihan fungisida saat digunakan
pada tanaman. Sayangnya, zat kimia tersebut juga memiliki berbagai kekurangan
yang sebaiknya diperhatikan. Kekurangan tersebut bisa saja terjadi akibat
penggunaannya yang berlebihan atau karena dalam jangka panjang. Dan berikut ini
adalah kekurangan yang dimaksud.
1. Tidak Bisa Digunakan Dalam Jangka Lama
Beberapa jenis fungisida sebaiknya segera digunakan setelah kemasannya dibuka.
Hal ini dikarenakan zat kimia tersebut bisa saja menggumpal hingga berubah
warnanya. Selain itu, setelah dilarutkan ke dalam air juga harus segera digunakan.
Karena jika sampai larutannya mengendap maka fungisinya tidak akan berfungsi
maksimal.
2. Tingkat Efektifitas yang Berbeda-beda
Sebagai contoh adalah fungisida sistemik yang sebaiknya tidak digunakan saat
serangan jamur terjadi secara berlebihan. Karena sifatnya yang sistemik, maka
dibutuhkan waktu yang cukup lama untuk bisa masuk ke dalam anggota tubuh
tanaman. Padahal, semakin lama prosesnya, maka semakin meluas juga jamur
pada tanaman.
Direkomendasikan untuk menggunakan fungisida kontak saat serangan jamur
melebihi ambang batas.
3. Tanah Tercemar
Pemberantasan hama dengan bahan kimia, mengakibatkan bahan kimia yang
tercampur di permukaan tanah. Hal ini akan membuat tanah tercemar dan
memberikan pengaruh yang buruk terhadap pertumbuhan tanaman nantinya.
Mengetahui apa itu fungisida, berikut dengan kelebihan dan kekurangannya
sangatlah penting. Para petani juga diharapkan untuk secara lebih bijak saat
menggunakannya. Pastikan Anda melakukan pembelian setelah mengetahui gejala
penyakitnya.
Pastikan juga jika fungisida yang dipilih terbuat dari zat yang mampu membasmi
ataupun menghambat pertumbuhan dari jenis penyakit yang disasar.
MELAWAN HAMA PERTANIAN TANPA SEMPROTAN
ANTI HAMA KIMIA
Selama beberapa tahun terakhir, para peneliti telah menemukan berbagai ramuan
nanonutrien yang meningkatkan ketahanan jamur kedelai, tomat, semangka, dan
baru-baru ini mereka menemukan ramuan untuk terong seperti yang sudah dirilis
April lalu di Plant Disease.
Mengutip artikel Shi En Kim dalam Science News, baru-baru ini, pada intinya White
dan timnya memberikan nutrisi yang dibutuhkan tanaman untuk memicu produksi
enzim yang berguna untuk mencegah serangan patogen. Tanpa bahan kimia sintetis
apapun yang dipakai, cara itu telah menutup peluang bagi jamur ganas untuk
mengembangkan kekebalannya.
Pendekatan nanomaterial para peneliti terinspirasi dari penemuan mereka
sebelumnya yang menemukan bahwa nanopartikel yang diangkut dari akar jagung
dapat berputar kembali ke bawah dari daun. Temuan itu menunjukkan bahwa
nanopartikel dapat diaplikasikan langsung ke daun, bahkan ketika sasarannya
adalah akar.
Menggunakan daun sebagai pintu masuk untuk mengatasi masalah dinilai jauh lebih
efektif ketimbang mereka menyalurkan nutrisi terlarut melalui tanah. Pasalnya,
hanya sekitar 20 persen nutrisi yang dapat mencapai target di tanaman jika
disalurkan lewat tanah, sedangkan sisanya menguap ke atmosfer.
“Dengan menggunakan bentuk skala nano, kita sebenarnya dapat mengirimkan
nutrisi secara lebih efektif di tempat yang kita inginkan dan di mana tanaman
membutuhkan,” kata White seperti dilaporkan Science News.
Untuk memastikan apakah pendekatan ini dapat memberikan nutrisi yang secara
khusus dibutuhkan dalam pertahanan tanaman terhadap jamur patogen, White dan
timnya melakukan pengujian pada terong dan tomat. Mereka menyemprotkan
nanopartikel logam ke daun dan pucuk tanaman muda lalu menginfeksi tanaman
tersebut dengan jamur patogen.
Hasilnya, tanaman yang diberi nanopartikel memiliki kadar logam nutrisi yang lebih
tinggi di akar dan hasil yang lebih tinggi dibandingkan dengan tanaman yang diberi
nutrisi yang mudah larut.
Yang menarik, nanopartikel sebenarnya tidak merusak jamur. Jamur bahkan masih
tumbuh subur di tengah-tengah nanopartikel tanpa tanaman inang. Sifat antijamur
nanopartikel justru berasal dari penyediaan nutrisi tanaman (seperti manusia yang
mengonsumsi suplemen nutrisi) sehingga memungkinkan tanaman tersebut
memasang pertahanan yang tepat sesuai dengan yang dia butuhkan.
Yang membuat nanonutrien lebih efektif daripada pupuk biasa adalah ukurannya.
Nanonutrien memiliki ukuran ribuan kali lebih kecil dari rambut manusia, dan ribuan
kali lebih besar dari garam nutrisi yang mudah larut. Nanonutrien memiliki
permukaan yang besar dan terbuka, sehingga mereka bisa larut lebih cepat.
Namun karena ukurannya yang besar membuatnya tidak langsung larut semuanya
sekaligus, mereka melepaskan nutrisi secara bertahap selama berminggu-minggu.
Sebaliknya, nutrisi yang mudah larut memberi tanaman lonjakan nutrisi sementara
yang tidak stabil, mirip dengan aliran gula.
“Saat kamu menggunakan nutrisi pada skala nano, kamu dapat menyesuaikan
kelarutannya sesuai keinginanmu,” kata ahli kimia lingkungan dari Adolphe Merkle
Institute yang tidak tergabung dalam penelitian tersebut.
Bukan hanya ukurannya yang dapat disesuaikan, bentuk, komposisi, dan bahan
kimia permukaan juga dapat dimodifikasi untuk merangsang berbagai tingkat
respons tanaman. White dan timnya menemukan bahwa lembaran oksida tembaga
setipis nanometer lebih baik daripada nanopertikel tembaga berbentuk bola dalam
mencegah infeksi Fusarium virguliforme pada kedelai.
Kunci efektivitasnya terletak pada pelepasan atom tembaga bermuatan nanosheet
yang lebih cepat meresap dan daya tahan rekat yang lebih kuat pada permukaan
daun. Nanometerial tembaga memulihkan massa kedelai dan tingkat fotosintesis ke
tingkat tanaman bebas penyakit.
“Ini adalah teknologi yang sangat menjanjikan,” kata Schwab.
Namun dia menambahkan bahwa ada aspek lain yang perlu dipertimbangkan oleh
White dan timnya sebelum menerapkan teknologi yang mereka temukan. Jika
nanoteknologi pertanian ingin digunakan secara luas, maka mereka perlu mematuhi
peraturan lingkungan dan keselamatan serta mengatasi kekhawatiran konsumen.
Meskipun sejauh ini, White dan timnya memang tidak menemukan adanya sisa
nanonutrien dalam produk mereka yang akan berakhir di meja makan konsumen.
“Orang-orang pada umumnya gugup saat Anda berbicara tentang nanoteknologi dan
makanan,” kata White.
Namun dia mengatakan, kelompoknya tidak menggunakan bahan eksotis yang
dampak kesehatannya tidak jelas.
“Kami menggunakan nutrisi yang dibutuhkan tanaman, yang mereka tidak bisa
mencukupi sendiri,” tegasnya.
White juga mengatakan bahwa dia telah memakan terong, tomat, dan semangka
yang dia tanam untuk penelitiannya. Dan mungkin itulah jaminan terbaik yang bisa
didapatkan oleh konsumen: seorang ahli toksikologi mencoba hasil nyata dari kerja
kerasnya.
BENTUK FUNGISIDA
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pada bab terakhir ini saya menyimpulkan penilitian ini dari hasil data – data yang
ada pada bab sebelumnya, jadi kesimpulannya dari penilitan saya yang berjudul
“ Studi Kasus Biokimia Pertanian ( Fungisida ) “ ini adalah terdapat pengaruh
negative dari semprotan anti hama kimia fungisida bagi pertanian alasannya karena
fungisida dapat merusak fungsi tanah yang mengakibat kan tanah mengeras, dan
tidak terdapat unsur hara didalamnya karena mengandung bahan kimia yang
mengakibatkan pada tanah sehingga berdampak pada tumbuhan maupun tidak baik
dikomsumsi bagi manusia.
B. Saran
Sebaiknya dalam pembasmian hama pada pertanian, menggunakan fungisida yang
alami. Meskipun proses nya tidak terlalu cepat dibanding berbahan kimia, tapi dapat
menjaga tanah agar baik dan unsur haranya masih terkandung didalamnya dan juga
berdampak bagi bagi manusia saat mengomsumsinya.
DAFTAR PUSTAKA