Oleh
Ir. Maria Montolalu, MP
2. Pengendalian Gulma
Hama dalam arti luas adalah setiap organisme (makro dan mikro)yang dapat mengganggu,
merusak ataupun mematikan organisme lain. Penyakit adalah suatu kondisi organisme yang
tidak normal yang diakibatkan oleh adanya infeksi patogen mikroorganisme (misalnya
bakteri, jamur dan virus) atau karena kekurangan hara/mineral ataupun pengaruh faktor non
biotik seperti iklim, sehingga pertumbuhan tanaman menjadi tidak normal (Sembel, 2012)
Serangan hama dan penyakit pada tanaman dapat mengakibatkan menurunnya produksi
pertanian. Oleh karena itu pencegahan dan pengendalian HPT merupakan hal yang sangat
penting untuk melindungi tanaman dalam upaya mempertahankan produksi tanaman
pertanian.
Perlindungan tanaman adalah segala usaha yang dilakukan manusia untuk melindungi
tanaman dari hambatan/gangguan dari luar yang mengakibatkan tanaman tidak dapat
menghasilkan sesuai dengan yang diharapkan dilihat dari kuantitas, kuantitas dan
kontinyuitas. Gangguan dari luar tersebut dapat berupa gangguan atau serangan organisme
pengganggu tumbuhan (OPT), gangguan gulma, atau gangguan yang disebabkan dari faktor-
faktor non-OPTseperti perubahan iklim (kekeringan dan banjir), dan kebakaran lahan.
1.Pengendalian kultural
Pengendalian secara kultural atau cara bercocok tanam telah diterapkan sejak berabad-abad
yang lalu. Metode ini bertujuan yaitu untuk menurunkan populasi hama dan meningkatkan
produksi tanaman.
Keunggulan pengendalian kultural antara lain: biaya murah, mudah dilakukan, dan tidak
berbahaya bagi petani dan lingkungan. Sedangkan kelemahannya yaitu membutuhkan waktu
yang lama.
Pengendalian dengan cara ini paling umum dilakukan dalam kehidupan sehari-hari. Seperti
halnya usaha pengendalian lainnya, pengendalian hama secara mekanik dan fisik mempunyai
keunggulan dan kelemahan. Beberapa keunggulan antara lain tidak berbahaya bagi
lingkungan hidup, memberikan hasil yang cepat terutama apabila areal pengendalian cukup
kecil. Kelemahannya adalah membutuhkan waktu, tenaga dan biaya yang besar apabila
arealnya luas.
Pengendalian secara mekanik dan fisik meliputi : hand picking, insect net, lobang perangkap,
pembungkusan, penggunaan mulsa, perangkap lampu, perangkap kuning, pemberian
minyak/zat perekat, penggunaan bunyi, penggunaan suhu rendah/tinggi, pembakaran dan
radiasi
3.Pengendalian hayati
Smith (1919) dalam Sembel (2012) mengartikan istilah pengendalian hayati sebagai
penggunaan musuh alami, baik yang diperkenalkan maupun dimanipulasi, untuk
mengendalikan serangga hama. Tujuan pengendalian hayati secara klasik adalah untuk
menemukan spesies musuh alami yang paling cocok dan kemudian mengkolonisasikannya di
daerah yang terserang hama.
Pengendalian hayati mempunyai keunggulan antara lain bebas dari efek sampingan yang
merusak, agen hayati mencari musuhnya. Kelemahannya kemampuan agen hayati menekan
populasi hama terbatas, cukup rumit dan membutuhkan waktu yang lama
4.Pengendalian secara genetik
Pengendalian genetik merupakan metode pengendalian dimana populasi hama secara teoritis
dan praktis dikendalikan melalui manipulasi komponen genetika atau mekanisme genetik
lainnya (Sembel,2012). Pengendalian dengan metode ini masih dititikberatkan pada
penggunaan teknik sterilisasi serangga jantan. Usaha pengembangan membutuhkan waktu
dan dana, terutama untuk penelitian genetika.
5.Pengendalian kimiawi
Di Indonesia, pestisida didefinisikan sebagai semua zat kimia maupun bahan jasad renik
maupun virus yang digunakan untuk mencegah hama penyakit yang berpotensi merusak
tanaman dan mengganggu hasil pertanian (PP No 7 tahun 1973)
Keunggulan dari penggunaan pestisida antara lain : aplikasi mudah dan sederhana, efektif,
dan relatif murah. Sedangkan kelemahannya adalah terjadinya resistensi serangga hama
terhadap insektisida, ledakan hama dan terbunuhnya musuh alami, secara tidak langsung
dapat mematikan organisme lainnya seperti ikan atau hewan peliharaan, adanya residu di
tanah dan air, penggunaan yang salah dapat menyebabkan kematian.
Insektisida mempunyai daya racun yang berbeda-beda. Menurut cara masuknya ke dalam
tubuh serangga, insektisida dibagi dalam 3 kelompok yaitu :
1. Penyemprotan
2. Pengembusan
3. Fumigasi
Penggunaan insektida harus dilakukan hati-hati karena berbahaya bagi manusia, dan hanya
digunakan apabila serangan hama pada tanaman menimbulkan kerugian secara ekonomis dan
tidak ada pengendalian cara lain yang dapat digunakan. Beberapa hal yang perlu diperhatikan
dalam penggunaan insektisida :
Gulma adalah tumbuhan yang tumbuh disekitar tanaman budidaya yang pertumbuhannya
tidak dikehendaki dan umumnya merugikan karena dapat menghambat pertumbuhan
tanaman, menyebabkan terjadinya persaingan dengan tanaman pokok, dalam hal perebutan
unsur hara, cahaya, air dan ruang. Selain itu gulma dapat menjadi sarang hama dan penyakit,
menghasilkan zat beracun, dan menghasilkan biji yang dapat menurunkan kualitas produksi
pertanian. Keberadaan gulma dapat menurunkan kuantitas dan kualitas produksi pertanian.
Berdasarkan morfologi dan botaninya, gulma dikelompokkan dalam 4 jenis yaitu : gulma
rerumputan, gulma teki-tekian, gulma daun lebar, dan gulma pakis-pakisan
Pengendalian gulma dilakukan untuk menekan laju perkembangbiakan gulma agar tidak
mengganggu tanaman budidaya. Pengendalian harus dilakukan pada waktu yang tepat
sehingga dapat menghemat waktu, biaya dan tenaga. Waktu yang tepat untuk pengendalian
gulma adalah periode dimana tanaman sangat peka terhadap faktor lingkungan (umur 1/4
atau 1/3 sampai ½ umur tanaman)
1. Pencegahan (preventif)
2. Pengendalian secara fisik/mekanis
3. Pengendalian secara kimiawi
4. Pengendalian secara biologis
III. PEMELIHARAAN SPESIFIK
1. Pemangkasan pucuk
2. Pemangkasan bentuk
3. Pemangkasan pemeliharaan
4. Pemangkasan peremajaan
Daftar Bacaan