seperti menaikkan suhu dengan cara pembakaran, menurunkan suhu dengan penggenangan,
solarisasi tanah, lampu perangkap, pengaturan cahaya dan suara.Beberapa perlakuan fisik adalah
sebagai berikut :
1.Pemanasan dan Pembakaran, yaitu teknik pengendalian dengan perlakuan panas.Perlu diketahui
dalam aplikasi teknik ini adalah pengetahuan tentang batas toleransi OPT sasaran terhadap fakor
fisik yang digunakan.Teknik ini mempunyai kelemahan apabila dilakukan di lapangan, yaitu
apabila petani melakukan pembakaran maka yang terbakar bukan saja OPT tetapi musuh alami
dan organisme lain ikut terbunuh (Wigenasantana, 2001 : 189).
2.Pemasangan Lampu Perangkap, yaitu ditujukan untuk memantau populasi OPT yang tertarik
dengan cahaya terutama serangga dewasa (imago) yang aktif terbang malam hari,teknik ini dapat
menekan populasi OPT dewasa.lampu yang digunakan bisa menggunakan Petromak
(Wigenasantana, 2001 : 190).
3.Memasang Barier, yaitu memasng penghalang, menanam tanaman pagar yang bersifat
menghalangi dan membatasi pergerakan OPT agar tidak dapat memasuki dan mendatangi tanaman
utama sehingga tidak menimbulkan kerusakan yang berarti pada tanaman.Barier ini seperti
pematang yang ditinggikan, lubang jebakan dan selokan (Wigenasantana, 2001 : 190).
4.Solarisasi Tanah, adalah suatu cara mensterilkan tanah dari OPT (mikroorganisme tanah
penyebab penyakit layu pada tanaman) dengan menggunakan plastik transparan sebagai mulsa
penutup tanah pada saat sebelum tanam.Berdasarkan hasil penelitian Lihawa Mohamad (1994)
tentang “Pengaruh Periode Solarisasi Tanah Terhadap Serangan Jamur
Fusarium Oxysporum Schlecht Penyebab Penyakit Layu Pada Tanaman Tomat”, ternyata
perlakuan solarisasi tanah selama 6 (enam) minggu efektif untuk menekan serangan jamur F.
oxysporum Schlecht pada tanaman tomat di lapangan.
Wigenasantana (2001 : 190) menyatakan bahwa pengendalian secara mekanik adalah tindakan
mematikan hama secara langsung dengan menggunakan tangan atau alat.Teknik mekanik ini
seperti :
1.Pengambilan dengan Tangan, cara ini murah dan sederhana tetapi memerlukan tenaga kerja yang
banyak.OPT yang ditemukan seperti telur, larva, pupa, jika memungkinkan imago dikumpulkan
dengan tangan lalu langsung dibunuh,misalnya kelompok telur penggerek batang.
2.Gropyokan, yaitu untuk mengendalikanhama tikus dengan membunuh tikus yang ada di dalam
maupun di luar sarang dengan menggunakan alat bantu seperti pentungan/alat pemukul lainnya
dan cangkul.
3.Memasang Perangkap, yaitu untuk menangkap OPT dengan memasang alat perangkap di tempat
yang sering dilalui oleh OPT, alat perangkap ini sering diberi zat kimia baik sebagai perekat
maupun penarik OPT.
4.Pemasangan Umpan, misalnya untuk mengendalikan hama walang sangit (Leptocorixa acuta)
dengan menggunakan umpan daging busuk atau ikan asin yang ditancapkan di tengah-tengah
sawah.Jikahama walng sangit ini sudah terkumpul pada umpanmaka dapat langsung dibunuh
dengan cara di bakar.Pada waktu membakar hindari tanaman ikut terbakar.
5.Pengusiran, yaitu memasang orang-orangan/patung di tengah lahan sawah, atau memasang alat
(kaleng-kaleng kosong) yang dapat mengeluarkan bunyi-bunyian, sehingga OPT lari menjauhi
pertanaman.
http://googleweblight.com/?lite_url=http://andre4088.blogspot.com/2012/03/pengendalian-fisik-
dan-mekanik-fysical.html?m%3D1&ei=lHpbj1vW&lc=id-
ID&s=1&m=9&host=www.google.co.id&ts=1519448462&sig=AOyes_SHKMYJsN12Q9tLYKE
adurQd8Yrvg
1. 1. Perlindungan Tanaman
Perlindungan Tanaman adalah suatu usaha ataupun cara pengendalian Orgnisme Pengganggu
Tanaman (OPT) di sekitar area pertanian dimana pengendaliaan ini dilakukan tanpa mengganggu
keseimbangan ekosistem alam dan pengendalian dilakukan untuk menekan pertumbuhan hama
hanya sampai dibawah Ambang Ekonomi(AE)
Organisme Pangganggu Tanaman terdiri dari tiga kelompok pengganggu yaitu hama (binatang
Vertebrata dan Invertebrata), penyakit (Mikoplasma, Virus, Jamur, Bakteri) dan gulma (rumput-
rumputan dan gulma berdaun lebar). OPT tersebut sangat besar peranannya di bidang pertanian
karena sebagai pengganggu tanaman mereka mampu membuat luka tanaman. Luka menyebabkan
kerusakan tanaman, selanjutnya kerusakan tanaman akan berdampak pada penurunan angka hasil
dan mutu hasil produksi tanaman. Akhirnya penurunan angka hasil dan mutu hasil tersebut akan
berdampak pada kerugian.
Dalam meningkatkan produksi pertanian banyak kendala yang kita hadapidiantaranya adalah
gangguan organisme pengganggu Tanaman (OPT).Serangan OPT mengakibatkan kerusakan
tanaman dan penurunan hasilmulai dipertanaman hingga kepenyimpanan. Akibat kerusakan yang
ditimbulkan oleh OPT tersebut akan mengakibatkan penurunan hasil baik secara kwantitas atau
kwalitas.
Hama terjadi karena adanya ketidakseimbangnya ekologi yang disebabkanoleh kontrol manusia
terhadap penggunaan bahan kimia-kimia secaraberlebihan, tidak terukur dan berkelanjutan
Berbagai jenis hama mempunyai peran penting terhadap penurunanproduksi pertanian. Pada
tanaman padi saja tercatat 100 jenis hama dan 40jenis penyakit. Pada kedelai tercatat 50 jenis
hama dan 30 jenis penyakit(Soejitno,1988,Tjoa,1953). Masih banyak lagi jenis hama dan penyakit
yangmenyerang tanaman hortikultura dan tanaman perkebunan lainnya.
Pada awalnya dan sampai saat ini petani masih menggunakan pestisida untukmengendalikan
gangguan organisme pengganggu tanaman. Namun parapakar telah menyadari sejak lama adanya
pengaruh buruk terhadappenggunaan pestisida yang tidak terkendali.Masalah-masalah yang
timbul antara lain tertinggalnya residu pada tanaman,tanah, air dan makanan. Timbulnya kasus
resistensi hama dan resurgensipada hama dan banyak kasus-kasus keracunan lain yang tidak
langsungdapat dibuktikan.
PHT adalah upaya pengendalian populasi atau tingkat serangan OPT dengan menggunakan
berbagai teknik pengendalian yang kompatibel dan di kembangkan dalam satu kesatuan untuk
mencegah timbulnya kerugian secara ekonomis dan kerusakan lingkungan hidup.
Sistem penerapan PHT bersifat dinamis, artinya penerapan PHT bukan dalam bentuk paket
teknologi, tetapi dalam bentuk lentur sesuai dengan ekosistem pertanaman. Oleh sebab itu, perlu
informasi dan pengetahuan berupa unsur dasar dan komponen PHT.
Pengendalian ini dilakukan dengan cara mengatur faktor-faktorfisik yang dapat mempengaruhi
perkembangan hama, sehingga memberikondisi tertentu yang menyebabkan hama sukar untuk
hidup.
Pengolahan tanah dan pengairan dapat pula dimasukkan dalampengendalian fisik; karena cara-
cara tersebut dapat menyebabkan kondisitertentu yang tidak cocok bagi pertumbuhan
serangga.Untukmengendalikan nematoda dapat dilakukan dengan penggenangan karenatanah
yang mengandung banyak air akan mendesak oksigen keluar daripartikel tanah. Dengan hilangnya
kandungan O2 dalam tanah, nematodatidak dapat hidup lebih lama.
Contoh :
Suhu : Dengan cara merendam benih dalam air pada suhu tertentu, sehingga larva/ telur atau
patogen yang terbawa benih jadi mati.Cahaya: Penggunaan lampu perangkap untuk menangkap
serangga fototropik positif (tertarik cahaya) dan fototropik negative (menghindari
cahaya).Penggenangan lubang-lubang tikus, dilakukan ketika menjelang pembuatan
persemaian.Penggenangan lahan untuk mengendalikan nematoda di dalam tanah.
Contoh :
1.Pengambilan dengan Tangan
2.Pemangkasan
Yaitu memangkas bagian tanaman yang terserang. Ex: Memangkas cabang kakao yang
terserang Zeuzera coffea atau Upasia salmonicolor.
3.Gropyokan.
Gropoyokan bertujuan untuk menurunkan populasi tikus secara serentak dalam suatu
hamparan.Waktu yang tepat untuk melakukan gropoyokan adalah saat tidak ada pertanaman dan
tikus berada dalam sarang.
Penggunaan pagar seng, plastik, atau parit/selokan, penggunaan plastik pembungkus pada
buah,perangkap bubu dan Trap Barrier System.
http://googleweblight.com/?lite_url=http://catattan-aku.blogspot.com/2011/12/komponen-
phtpengendalian-hama-terpadu.html?m%3D1&ei=V_kGJ1Lb&lc=id-
ID&s=1&m=9&host=www.google.co.id&ts=1519449095&sig=AOyes_TC9LimRraH62tSP5giM
LY1ngdTnQ