Anda di halaman 1dari 12

PERBEDAAN FISIK DAN MEKANIK

-Perbedaaan pengendalian fisik dan mekanik dengan pengendalian secara budidaya adalah pada
pengendalian fisik dan mekanik tindakan mengubah lingkungan memang ditujukan khusus untuk
mematikan atau menghambat kehidupan hama,dan bukan merupakan bagian praktek budidaya
yang umum.

Pengendalian fisik : tindakan mematikan/ mengurangi hama secara bertahap

Pengendalian mekanik:tindakan mematikan hama secara langsung

-Pengendalian fisik merupakan usaha dengan menggunakan atau mengubah faktor


lingkungan fisik sedemikian rupa sehingga dapat mematikan atau menurunkan populasi hama
yang ditujukan khusus untuk membunuh hama. Pengendalian secara mekanis adalah tindakan
mematikan hama secara langsung dengan menggunakan tangan atau alat

Pengendalian budidaya merupakan salah satu cara untuk mengendalikan hama dan penyakit pada
tanaman atau ikan yang dibudidayakan. Berikut adalah beberapa cara pengendalian budidaya
yang dapat ditemukan dari hasil pencarian:

1. Pengendalian hama dan penyakit pada pembesaran udang dapat dilakukan dengan cara
mengatur kualitas udara, pemberian pakan yang seimbang, dan penggunaan probiotik

2. Pengendalian hama dan penyakit pada ikan budidaya dapat dilakukan dengan cara
menjaga kebersihan kolam, memberikan pakan yang seimbang, dan melakukan vaksinasi
ikan

3. Pengendalian hama dan penyakit pada tanaman dapat dilakukan dengan cara menjaga
kebersihan lahan, melakukan rotasi tanaman, dan menggunakan varietas tanaman yang
tahan terhadap hama dan penyakit.

4. Pengendalian hama dan penyakit pada tanaman atau ikan juga dapat dilakukan dengan
cara pengendalian fisik dan mekanik, seperti penggunaan alat perangkap, gropyokan, atau
lampu LED sebagai perangkap hama
PENGERTIAN PENGENDALIAN FISIK

Pengendalian fisik merupakan usaha kita menggunakan atau mengubah faktor lingkubgan fisik
sehingga dapat menimbulkan kematian dan mengurangi populasi hama. Kematian hama
disebabkan karena faktor fisik seperti suhu ,kelembaban ,suara yang dikenakan di luar batas
toleransi serangga hama sasaran.

PENGENDALIAN FISIK DAN MEKANIK KUNO

Pengendalian hama secara fisik dan mekanik secara kuno adalah teknik pengendalian hama yang
dilakukan dengan menggunakan tangan atau alat untuk mematikan hama secara langsung.
Teknik pengendalian ini melibatkan penggunaan hambatan, jebakan, atau pengambilan secara
fisik untuk mencegah atau bahkan mengurangi populasi hama. Pengendalian secara fisik dan
mekanik merupakan teknik pengendalian yang paling sederhana jika populasi hama masih
rendah. Teknik pengendalian ini sangat berguna dalam mengendalikan hama pada lahan
pertanian dan perkebunan. Beberapa contoh teknik pengendalian hama secara fisik dan mekanik
adalah pemanasan dan pembakaran, pemasangan lampu perangkap, pengambilan dengan tangan,
dan penggunaan alat seperti jebakan dan perangkap

PENGENDALIAN FISIK DAN MEKANIK SEDERHANA DAN MUDAH

Pengendalian hama secara fisik dan mekanik secara sederhana dapat dilakukan dengan
menggunakan teknik pengendalian yang mudah dan tidak memerlukan peralatan yang rumit.
Beberapa teknik pengendalian hama secara fisik dan mekanik yang sederhana antara lain:

1. Pemanasan dan pembakaran, yaitu teknik pengendalian dengan perlakuan pemanasan


atau pembakaran pada hama yang ada di lahan pertanian atau

2. Pemasangan lampu perangkap, yaitu teknik pengendalian dengan memasang lampu


perangkap yang menarik hama dan membunuhnya

3. Pengambilan dengan tangan, yaitu teknik pengendalian dengan cara mengambil hama
secara langsung dengan tangan

4. Penggunaan alat seperti jebakan dan perangkap, yaitu teknik pengendalian dengan
memasang alat jebakan atau perangkap untuk menangkap dan membunuh hamaTeknik
pengendalian hama secara fisik dan mekanik yang sederhana ini sangat berguna dalam
mengendalikan hama pada lahan pertanian dan perkebunan, terutama jika populasi hama
masih renda

Hal hal yang perlu diketahui dalam pengendalian fisik dan mekanik
Interaksi serangga dengan serangga lain dalam ekosistem dapat mempengaruhi
kelangsungan hidup serangga dan keseimbangan ekosistem. Berikut adalah beberapa
hasil penelitian tentang interaksi serangga dengan serangga lain dalam ekosistem:

 Interaksi serangga-gulma: Gulma dapat berperan positif dalam pengendalian hayati


melalui interaksinya dengan serangga herbivora dan karnivora. Penelitian menunjukkan
bahwa peningkatan populasi, kekayaan, dan kemerataan gulma berpengaruh terhadap
populasi, kekayaan, dan kemerataan serangga herbivora dan karnivora
 Interaksi serangga-tanaman: Serangga pengunjung seperti lebah dan kupu-kupu
berperan sebagai polinator dalam penyerbukan tanaman, sehingga membantu dalam
produksi buah dan biji. Namun, beberapa serangga juga dapat menjadi hama yang
merusak tanaman dan lingkungan, seperti kutu dan kutu
 Interaksi serangga-serangga lain: Serangga juga menjadi sumber makanan bagi hewan
lain, seperti burung dan kelelawar. Beberapa serangga juga dapat menjadi vektor
penyakit, seperti nyamuk yang menularkan malaria dan demam berdarah

Interaksi serangga dengan lingkungan

Serangga juga dapat berinteraksi dengan tanaman dalam ekosistem. Beberapa serangga seperti
lebah dan kupu-kupu berperan sebagai polinator dalam penyerbukan tanaman, sehingga
membantu dalam produksi buah dan biji. Namun, beberapa serangga juga dapat menjadi hama
yang merusak tanaman dan lingkungan

Peran Serangga

Peran Positif Serangga:

 Sebagai organisme pembusuk dan pengurai termasuk limbah, sebagai objek penelitian,
dan sebagai sumber makanan bagi hewan lain

 Sebagai polinator dalam penyerbukan tanaman, sehingga membantu dalam produksi buah
dan biji

 Sebagai pengurai dalam menguraikan bahan organik menjadi pupuk alami yang berguna
bagi tanaman

 Sebagai sumber makanan bagi hewan lain, seperti burung dan kelelawar

Peran Negatif Serangga:

 Sebagai hama yang merusak tanaman dan lingkungan, seperti kutu dan kutu
 Sebagai vektor penyakit, seperti nyamuk yang menularkan malaria dan demam berdarah

KELEBIHAN PENGENDALIAN FISIK

Kelebihan pengendalian hama secara fisik:

 Tidak menimbulkan pencemaran pada lingkungan.

 Dapat dilakukan dengan teknik yang sederhana dan mudah dilakukan.

 Tidak memerlukan biaya yang besar.

KEKURANGAN PENGENDALIAN FISIK

 Memerlukan waktu yang lama


 Lahan Terbatas
 Perlu tenaga besar

Kekurangan pengendalian hama secara fisik adalah waktu yang dibutuhkan untuk
melakukan pengendalian yang cukup lama, terutama jika populasi hama yang ada cukup
besar. Hal ini disebabkan karena teknik pengendalian hama secara fisik dilakukan dengan
cara mematikan hama secara langsung menggunakan tangan atau alat, sehingga
memerlukan waktu yang cukup lama untuk menangkap atau mematikan hama satu per
satu. Selain itu, teknik pengendalian hama secara fisik juga tidak efektif untuk
mengendalikan populasi hama yang besar dan tidak dapat menjangkau area yang luas.
Oleh karena itu, teknik pengendalian hama secara fisik lebih cocok digunakan untuk
mengendalikan populasi hama yang masih rendah atau pada area yang terbatas

PERLAKUAN DALAM PENGENDALIAN FISIK

1.Perlakuan panas dan kebasahan

 Ruang tertututup
 Batas toleransi serangga hama sasaran
Pengendalian hama dengan perlakuan panas dan kebahasaan yang paling berhasil apabila
diterapkan dalam ruang tertutup seperti di gudang penyimpanan untuk pengendalian berbagai
hama gudang. untuk pengendalian tersebut perlu lebih dahulu dipelajari batas toleransi serangga
hama sasaran terhadap faktor fisik yang digunakan. faktor suhu dan kebasahan dapat
mempengaruhi penyebaran fekunditas ,kecepatan perkembangan ,lama hidup dan mortalitas
hama. setiap perubahan faktor-faktor fisik mempengaruhi berbagai parameter kehidupan tersebut

A.Pemanasan

 Pembalikan tanah; Mengendalikan Hama Uret , Perlakuan panas pada pembalikan


tanah dapat membunuh hama uret, karena sengatan panas matahari yang langsung
mengenai tubuh hama uret. Teknik pengendalian hama secara fisik pembalikan tanah
dapat dilakukan dengan cara membalikkan tanah pada lahan pertanian atau
perkebunan. Teknik pengendalian hama secara fisik ini tidak menimbulkan pencemaran
pada lingkungan dan dapat dilakukan dengan biaya yang relatif murah. Namun, teknik
pengendalian hama secara fisik pembalikan tanah memerlukan waktu dan tenaga yang
cukup besar untuk melakukan pengolahan tanah. Selain itu, teknik pengendalian hama
secara fisik pembalikan tanah juga dapat merusak struktur tanah dan mengganggu
pertumbuhan tanaman jika tidak dilakukan dengan hati-hati.

B.Pembasahan

 Pembasahan atau penggenangan adalah salah satu teknik pengendalian hama secara
fisik dan mekanik yang dapat dilakukan dengan cara membanjiri lahan pertanian atau
perkebunan untuk membunuh hama yang tersembunyi di dalam tanah. Teknik
pengendalian hama secara fisik dan mekanik dengan pembasahan atau penggenangan
dapat membunuh hama yang tersembunyi di dalam tanah, namun juga dapat merusak
tanaman jika tidak dilakukan dengan hati-hati. Oleh karena itu, teknik pengendalian ini
perlu dilakukan dengan benar dan hati-hati untuk menghindari kerusakan pada
tanaman. Namun, teknik ini tidak efektif untuk mengendalikan hama yang hidup di atas
tanah atau pada bagian atas tanaman. Teknik pengendalian hama secara fisik dan
mekanik dengan pembasahan atau penggenangan dapat dilakukan pada beberapa jenis
tanaman, seperti padi, yang memerlukan air dalam jumlah banyak untuk tumbuh dengan
baik.

2.Penghalang

 Penghalang dalan bentuk barrier,


Penghalang dalam bentuk barrier adalah salah satu teknik pengendalian hama secara fisik
yang dapat dilakukan dengan cara memasang penghalang untuk mencegah hama masuk
ke lahan pertanian atau perkebunan. Beberapa contoh penghalang yang dapat digunakan
antara lain pagar dari logam, plastik, atau tanah. Teknik pengendalian hama secara fisik
dengan penghalang ini relatif mudah dilakukan dan tidak menimbulkan pencemaran pada
lingkungan. Namun, teknik pengendalian ini tidak efektif untuk mengendalikan hama
yang sudah berada di dalam lahan pertanian atau perkebunan. Teknik pengendalian hama
secara fisik dengan penghalang dapat digunakan sebagai tindakan pencegahan untuk
mencegah hama masuk ke lahan pertanian atau perkebunan

Tujuan : Menghalangi/membatasi

Agar teknik penghalang berhasil,perlu diperhatikan:

 Siklus Hidup
 Distribusi Dan Pemancaran
 Fenologi
 Perilaku Makan
 Peletakan Telir

Siklus Hidup: Memahami siklus hidup organisme target sangat penting dalam menentukan
waktu paling efektif untuk menerapkan teknik penghalang. Misalnya jika organisme sasarannya
adalah hama yang bertelur di dalam tanah, maka teknik penghalang sebaiknya diterapkan
sebelum telur menetas.

Distribusi Dan Pemancaran: Distribusi dan penyebaran organisme target harus diperhitungkan
ketika menerapkan teknik penghalang. Jika organisme ini tersebar luas, area yang lebih luas
mungkin perlu ditangani untuk memastikan efektivitasnya.

Fenologi: Fenologi mengacu pada studi tentang waktu peristiwa biologis, seperti pembungaan
atau migrasi. Memahami fenologi organisme target dapat membantu menentukan waktu terbaik
untuk menerapkan teknik penghalang.

Perilaku Makan: Memahami perilaku makan organisme target dapat membantu menentukan
teknik penghalang yang paling efektif. Misalnya, jika organisme memakan tanaman tertentu,
penghalang dapat dibuat di sekitar tanaman tersebut untuk mencegah organisme mencapai
tanaman tersebut.

Peletakan Telir: Penempatan pembatas juga penting untuk memastikan efektivitasnya.


Penghalang tersebut harus ditempatkan sedemikian rupa sehingga dapat mencegah organisme
target melintasinya, seperti di sekeliling lapangan atau taman.

Penghalang dalam bentuk pagar


 Pencegahan hewan masuk
 Kokoh/Kuat

Penghalang dalam bentuk naungan

 Melindungi dari cuaca


 Mengurangi penyebaran hama dari luar

Penghalang dalam bentuk bungkusan

 Mencegah hama meletakkan telur

Selokan untuk Jebakan

 Mengeliling tanaman
 Diisi air

Penghalang dalan bentuk mulsa plastic

 Mencegah hama Meletakkan telur


 Mencegah gulma tumbuh pesat
 Menghambat aliran air
 Mencegah suhu tanah berubah
 Menekan perkembangan OPT

Pengendalian lalat bibit dengan mulsa jerami

Manfaat Mulsa Anorganik

• Melindungi tanah dari terpaan langsung air hujan

• Menggemburkan tanah dibawahnya

• Mencegah pencucian hara

• Mencegah percikan butir tanah ke tanaman

• Mencegah penguapan air tanah

• Memperlambat pelepasan karbon dioksida

Manfaat Mulsa Organik

• Mengurangi fluktuasi suhu tanah


• Menghambat pertumbuhan gulma

• Menghindari kehilangan unsur hara

• Menambah bahan organik bagi tanah

3.Pengasapan

• Membunuh hama yang butuh oksigen

• Usaha kuratif

• Harus proaktif

Dalam konteks pengasapan, pengasapan dapat digunakan sebagai usaha kuratif untuk membunuh
hama yang membutuhkan oksigen. Pengasapan dilakukan dengan cara mengeluarkan asap yang
mengandung bahan kimia tertentu yang dapat membunuh hama. Pengasapan dilakukan setelah
hama sudah menyerang tanaman atau area tertentu, sehingga bersifat reaktif atau responsif
terhadap kondisi yang sudah ada

Namun, untuk menjaga kesehatan tanaman dan mencegah terjadinya serangan hama, diperlukan
juga upaya preventif dan proaktif. Upaya preventif bertujuan untuk mencegah terjadinya
serangan hama, sedangkan upaya proaktif bertujuan untuk melakukan tindakan sejak dini untuk
mencegah terjadinya serangan hama. Upaya preventif dan proaktif dapat dilakukan dengan cara
menjaga kebersihan lingkungan, melakukan pengendalian hama secara teratur, dan
menggunakan pestisida yang aman dan sesuai dengan dosis yang dianjurkan.

4.Gelombang Suara

Metode :

• Intensif suara tinggi

• Suara lemah

• Penggunaan suara yang diproduksi serangga

1. penggunaan intensitas suara yang sangat tinggi sehingga dapat merusak serangga

2. penggunaan suara lemah guna mengusir serangga

3. merekam dan mendengarkan suara yang diproduksikan serangga guna mengganggu perilaku
serangga sasaran .
penggunaan gelombang elektromagnetik dapat mengurangi populasi hama burung yang
menyerang tanaman biji-bijian cara ini telah banyak dilakukan oleh petani di luar negeri dan
dalam negeri

5.Lampu perangkap

• Alat monitoring serangga

• Alat pengendali serangga

Alat monitoring : Lampu perangkap dapat digunakan untuk mengamati dan menjaga populasi
serangga hama di lahan pertanian. Lampu perangkap bekerja dengan menarik serangga ke arah
cahaya dan jatuh ke dalam perangkap

Alat Pengendali : Lampu perangkap dapat digunakan untuk mengusir serangga, seperti lalat dan
nyamuk, dengan cara menarik serangga tersebut ke arah cahaya dan jatuh ke dalam
perangkap. Penggunaan lampu perangkap dianggap sebagai metode pengendalian hama yang
ramah lingkungan, karena tidak menggunakan bahan kimia berbahaya

Bagian dari lampu perangkap

Sumber :
http://www.litbang.pertanian.go.id/info-aktual/1081http://www.litbang.pertanian.go.id/info-
aktual/1081

Cara kerja Lampu perangkap


Cara kerja lampu perangkap adalah dengan menggunakan cahaya untuk menarik serangga hama
dan menangkapnya di dalam perangkap. Berikut adalah cara kerja lampu perangkap secara lebih
detail:

1. Lampu perangkap mengeluarkan cahaya yang menarik perhatian serangga hama, seperti
lalat, nyamuk, atau ngengat.

2. Serangga hama yang tertarik oleh cahaya lampu akan terbang menuju sumber cahaya.

3. Ketika serangga hama terbang menuju lampu, mereka akan masuk ke dalam perangkap
yang terletak di sekitar atau di bawah lampu.

4. Perangkap dapat berupa lem atau jaring yang menempel pada permukaan atau di sekitar
lampu.

5. Setelah masuk ke dalam perangkap, serangga hama akan terjebak dan tidak bisa keluar
lagi.

6. Serangga hama yang terjebak di dalam perangkap dapat dibuang atau dirusak.

Penggunaan lampu perangkap dianggap sebagai metode pengendalian hama yang ramah
lingkungan, karena tidak menggunakan bahan kimia berbahaya dan dapat mengurangi
penggunaan pestisida sintetis

Cara kerja lainnya

• Letakkan di lahan sawah di pinggir pematang

• Nyalakan lampu setiap hari mulai pukul 6 pagi sampai 6 sore

• Ambil hasil tangkapan setiap pagi

• Amati jenis dan jumlah serangga yang tertangkap

Permasalahan Dalam Pemasangan Lampu Perangkap

 Menentukan tempat pemasangan: Menentukan tempat pemasangan lampu perangkap


yang tepat dapat menjadi permasalahan, karena harus mempertimbangkan faktor-faktor
seperti jenis serangga hama yang ingin dikendalikan, intensitas cahaya, dan jarak antara
lampu perangkap dengan tanaman.
 Jumlah lampu yang dipasang: Menentukan jumlah lampu perangkap yang dipasang juga
dapat menjadi permasalahan, karena harus mempertimbangkan luas lahan pertanian dan
jenis serangga hama yang ingin dikendalikan

 Ketersediaan daya listrik: Lampu perangkap membutuhkan daya listrik untuk


menghasilkan cahaya. Oleh karena itu, perlu mempertimbangkan ketersediaan daya
listrik di lahan pertanian, terutama jika lampu perangkap yang digunakan membutuhkan
daya listrik yang besar

 Perawatan dan penggantian: Lampu perangkap perlu dirawat dan diganti secara berkala
untuk menjaga kinerjanya. Perawatan dan penggantian dapat menjadi permasalahan jika
tidak dilakukan secara teratur

6.Pestisida

Sumber: https://mediaindonesia.com/weekend/394255/prihatin-64-lahan-pertanian-dunia-pakai-
pestisida-dosis-tinggihttps://mediaindonesia.com/weekend/394255/prihatin-64-lahan-pertanian-
dunia-pakai-pestisida-dosis-tinggi

Pestisida adalah bahan kimia atau zat lain yang digunakan untuk mengendalikan pertumbuhan
dan perkembangan organisme pengganggu tanaman (OPT) di lahan pertanian. Penggunaan
pestisida dalam pertanian dapat memberikan manfaat dalam mengendalikan serangan hama dan
meningkatkan hasil panen. Namun, penggunaan pestisida juga berdampak negatif terhadap
lingkungan dan kesehatan manusia.

Berikut adalah beberapa dampak negatif penggunaan pestisida dalam pertanian:

 Resistensi hama: Penggunaan pestisida secara berlebihan dapat menyebabkan hama


menjadi resistensi terhadap pestisida, sehingga penggunaan pestisida semakin
meningkatkan jumlah dosis, frekuensi, dan komposisi pestisida
 Pencemaran lingkungan: Pestisida dapat mencemari lingkungan, seperti tanah, udara, dan
udara, akibat dari residu pestisida yang menempel pada tanaman atau terbawa oleh air
hujan
 Dampak kesehatan manusia: Paparan pestisida dapat menyebabkan berbagai masalah
kesehatan, seperti iritasi kulit, gangguan pernapasan, kerusakan saraf, dan kanker

Untuk mengurangi dampak negatif penggunaan pestisida, perlu dilakukan pengendalian hama
terpadu (PHT) dengan memadukan berbagai cara pengendalian, seperti kultur teknis,
penggunaan musuh alami, penggunaan varietas tahan, manipulasi genetik, secara fisik, maupun
dengan pestisida. Selain itu, penggunaan pestisida harus dilakukan dengan hati-hati dan sesuai
dengan dosis yang dianjurkan, serta memperhatikan waktu aplikasi dan cara aplikasi yang tepat

Anda mungkin juga menyukai