Anda di halaman 1dari 2

Nama : Masna Karina Kalsum

NIM : A1D022120

Ringkasan Sejarah Perlindungan Tanaman dan Pentingnya Perlindungan Tanaman dalam Bidang
Pertanian

I. Pendahuluan
1.1 Sejarah Perlindungan Tanaman
Perlindungan tanaman pertama kali dilakukan 4500 tahun lalu oleh orang Sumarians Purba dengan
menggunakan sulfur. 1940-1950an penggunaan pestisida kimiawi sangat pesat, sejak itu, dampak
penggunaan pestisida kimiawi sudah mulai dirasakan. FAO (1945) merumuskan IPPC (1951) membentuk
lembaga perlindungan tumbuhan yang menangani, karantina (termasuk sertifikasi Kesehatan dan
fitosanitari), sistem alih teknologi, dan organisasi penelitian.
Akibat dampak negatif akibat penggunaan pestisida organik sintetik secara luas di wilayah
pertanian Amerika Serikat. Stern et al, mencetuskan konsep pengendalian yang menekankan pendekatan
ekologi dan ambang ekonomi (Economic Threshold) dan aras luka ekonomi (Economic Injury Level)
berdasarkan konsep PHT. PHT adalah suatu system pengelolaan populasi hama yang memanfaatkan semua
teknik pengendalian yang sesuai untuk mengurangi populasi hama dan mempertahankannya pada suatu
aras yang berada di bawah aras populasi yg dapat mengakibatkan kerusakan ekonomi.

Masa penjajahan Belanda sebelum abad 18, kegiatan pertanian masih bersifat alami, berpindah-
pindah, tradisional untuk memenuhi kebutuhan sendiri (pertanian subsisten). Pada abad 20 sudah ada
kemajuan dalam pengembangan kegiatan penelitian pertanian dan pembentukan dinas atau badan khusus
yang mengurusi pertanian rakyat.
Masa penjajahan Jepang tidak ada perhatian sama sekali terhadap peningkatan produksi pertanian.
Masalah kerawanan pangan dan kemiskinan sangat parah. Sekitar tahun 1945, pestisida kimia sintetik
khususnya golongan klor ditemukan dan digunakan secara luas.

Masa kemerdekaan (1970-1985) banyak perkembangan menyangkut kegiatan perlindungan


tanaman dan pembangunan pertanian. Perkembangan nyata terjadi setelah orba yaitu Program Repelita I
(1969-1974) diikuti Repelita selanjutnya. Repelita I mengeluarkan kebijakan swasembada beras, program
ketahanan pangan (Bimas, Inmas, Insus, dan Supra Insus), dominansi pestisida kimia, pengaturan pestisida,
dan pembentukan komisi perlindungan tanaman. Kemudian pada 1986-2004, Inpres no. 3 tahun 1986
mengintruksikan untuk melakukan paling sedikit 4 butir kebijakan dan keluarnya UU no. 12 tahun 1992
tentang Sistem Budidaya Tanaman, yang menyatakan bahwa perlindungan tanaman dilaksanakan dengan
system Pengendalian Hama Terpadu. Pada masa ini juga terdapat program Sekolah Lapangan PHT
(SLPHT) diterapkan terhadap padi, kedelai, serta subsektor perkebunan dan terbukti bahwa para petani
peserta SLPHT dapat meningkatkan produktivitas dan kualitas hasil, serta sangat mengurangi penggunaan
pestisida kimia.

1.2 Arti Penting Hama dan Penyakit Tanaman


Tumbuhan adalah semua jenis tetumbuhan yang hidup di biosfir termasuk tumbuhan di ekosistem
alami atau tumbuhan yang tidak dibudidayakan manusia. Tanaman adalah tumbuhan yang diusahakan
manusia untuk diambil manfaatnnya bagi kehidupan manusia.
Gangguan adalah setiap perubahan tampilan tanaman yang mengarah pd pengurangan kuantitas
dan kualitas hasil yg diharapkan. Kerusakan: setiap pengurangan kuantitas atau kualitas hasil tanaman
akibat gangguan. Kerugian: setiap penurunan hasil usaha tani secara sosialekonomi bagi produsen akibat
gangguan OPT yang menyebabkan kerusakan.
Terdapat tiga komponen OPT (organisme pengganggu tumbuhan) yaitu hama, patogen, dan gulma.
Hama adalah binatang yang merusak tanaman sehingga mengakibatkan kerugian secara ekonomi. Patogen
adalah jasad renik (mikroorganisme) yang dapat menyebabkan penyakit pada tanaman. Gulma (tumbuhan
pengganggu) adalah tumbuhan yang mengadakan kompetisi dengan tanaman pokok dalam mendapatkan
hara, sinar matahari dan tempat tumbuh.

Faktor yang menyebabkan terjadinya OPT, antara lain, sistem pertanaman yang monokultur,
masuknya OPT dari daerah lain, penggunaan pestisida sintetik yang kurang bijaksana, atau pemasukan jenis
tanaman baru, terdapat genotipe baru hasil seleksi atau pemulian tanaman, terjadinya (hama) biotype baru,
ras patogen baru yang mampu menyerang varietas-varietas baru yang tahan terhadap hama yang
bersangkutan, adanya sinkronisasi antara fenologi hama dan inangnya, bergesernya hama poliphag ->
oligophag/monophag,“Kesuburan” tanaman dapat mengakibatkan meningkatkan populasi hama/patogen,
kualitas hasil produksi tanaman tertentu dapat mengakibatkan menurunnya nilai ambang ekonomi suatu
hama/patogen.
Segitiga penyakit, ketika ada inang, patogen, dan lingkungan yang cocok maka akan timbul
penyakit. Tanpa salah satu dari tiga hal tersebut, maka penyakit tidak akan muncul.
1.3 Arti Penting Perlindungan Tanaman
Perlindungan tanaman menurut UU No. 12 / 1992 tentang Sistem Budidaya Tanaman PP No. 6/
1995 tentang Perlindungan Tanaman yaiu, “Perlindungan Tanaman adalah segala upaya untuk mencegah
kerugian pada budidaya tanaman yang diakibatkan oleh OPT (organisme pengganggu tumbuhan)”.

Tujuan perlintan yaitu, mengurangi kehilangan hasil minimum, mendapatkan keuntungan optimum
dengan kerusakan lingkungan minimum, pencegahan; pengendalian; dan pemantauan/peramalan OPT,
meningkatkan kuantitas dan kualitas hasil pertanian, meningkatkan daya saing produk pertanian di pasar
domestik dan global, meningkatkan penghasilan dan kesejahteraan petani, meningkatkan kualitas
lingkungan hidup dan penurunan tingkat pencemaran lingkungan, serta mengurangi risiko
kecelakaan/keracunan kerja oleh pestisida.
Akibat Serangan Hama/OPT yaitu, produksi turun (nasional, propinsi, lokal, tingkat petani),
kualitas anjlok (mutu rendah-sulit dipasarkan-diekspor), harga produk merosot, biaya produksi naik, rugi,
secara ekonomik, penghasilan negara/daerah (PAD) turun, penghasilan turun, kesejahteraan petani
menurun, kemiskinan meningkat.

KESIMPULAN
Masalah HAMA/OPT timbul, muncul dan terus ada karena manusia, jadi sering disebutkan bahwa hama
saat ini adalah “MAN-MADE PEST” (Hama buatan MANUSIA). Tanpa ada kegiatan manusia tidak ada
masalah hama.

Anda mungkin juga menyukai