Anda di halaman 1dari 6

Sebutkan masing-masing 5 jenis pestisida dan dosis rekomendasi yang digunakan untuk

mengendalikan gulma, serangga, cendawan, tikus dan nematoda.

Jawaban:

1. Gulma

Gulma adalah rumput liar yang tumbuh diantara pertanaman budi daya. Gulma
akan menjadi pesaing dalam memperoleh nutrisi (unsur hara), air dan sinar
matahari. Sehingga keberadaan gulma dapat mengganggu pertumbuhan tanaman
utama.

Berikut merupakan pengelompokan herbisida agar sesuai dengan


penggunaannya. Pengelompokan herbisida berdasarkan pertumbuhan gulma.

a. Herbisida Pratumbuh
Herbisida ini diaplikasikan pada tanah sebelum gulma tumbuh. Semua
herbisida pra tumbuh, adalah soil acting herbicide atau herbisida yang
diaplikasikan ke tanah dan bersifat sistemik. Contoh herbisida ini yaitu diuron,
bromacil, oksadiazon, oksifluorfen, ametrin, butaklor dan metil metsulfuron.
b. Herbisida Pascatumbuh
Herbisida ini diaplikasikan saat gulma sudah tumbuh. Semua herbisida pasca
tumbuh adalah foliage applied herbicide atau herbisida yang diaplikasikan ke
gulma dan bisa bersifat sistemik ataupun non sistemik. Contoh herbisida pasca
tumbuh adalah glifosat, paraquat, glufusinat dan propanil.

Pengelompokan herbisida berdasarkan tipe translokasi dalam tanaman.

a. Herbisida Kontak (Tidak Ditranslokasikan)


Herbisida kontak mengendalikan gulma dengan cara mematikan bagian
gulma yang terkena langsung dengan herbisida. Sifat herbisida ini tidak
ditranslokasikan atau tidak dialirkan dalam tubuh gulma. Contoh herbisida
kontak yang bersifat selektif yaitu oksifluorfen, oksadiazon dan propanil.
Sementara yang bersifat non selektif seperti parakuat dan glufosinat.
b. Herbisida Sistemik (Ditranslokasikan)
Herbisida sistemik dapat mematikan gulma melalui translokasi racun ke
seluruh bagian-bagian gulma. Herbisida jenis ini dapat diaplikasikan melalui
tajuk maupun melalui tanah. Contoh herbisida yang melalui tajuk yaitu herbisida
glifosat, sulfosat dan ester, sedangkan yang melalui tanah yaitu herbisida
ametrin, atrazin, metribuzin dan diuron.

Pengelompokan herbisida berdasarkan selektifitasnya.

a. Herbisida Selektif
Herbisida selektif adalah herbisida yang bersifat beracun untuk gulma
tertentu. Contoh herbisida ini yaitu ametrin, diuron, oksifluorfen, klomazon dan
karfentrazon.
b. Herbisida Nonselektif
Herbisida nonselektif adalah herbisida yang dapat mematikan hampir semua
jenis tumbuhan termasuk tanaman yang dibudidayakan. Contoh herbisida ini
yaitu glifosat dan paraquat. Dalam memilih herbisida perlu dipertimbangkan
terlebih dahulu gulma apa yang akan dikendalikan dan pada tanaman apa yang
dibudidayakan. Contoh herbisida non selektif (glifosat) sering digunakan untuk
mengendalikan gulma pada tanaman yang berbatang keras, tanpa olah tanah
pada pertanaman jagung, singkong, perkebunan sawit, nanas dan mangga.
Tetapi tidak cocok untuk pengendalian gulma untuk tanaman lunak seperti
kebun bunga dan pertanaman padi karena bisa saja tanaman tersebut ikut mati
karena herbisida tersebut. Sementara, herbisida selektif atrazin biasa digunakan
pada pertanaman jagung dan tebu, herbisida ini sasarannya pada gulma berdaun
lebar dan sempit.
Jenis Herbisida sesuai merk dan bahan aktif serta dosisnya
a. BABLASS 490 SL
Bahan Aktif : IPA Glifosat 490 g/l Herbisida sistemik purna tumbuh
berbentuk larutan dalam air berwarna kuning keemasan untuk
mengendalikan gulma berdaun lebar seperti Ageratum Conyzoides, Mikania
Micrantha, Melastoma Affine, Borreria Alata dan gulma berdaun
sempit Axonopus Compressus.
b. BASMILAH 490 SL
Bahan Aktif : IPA Glifosat 490 g/l Herbisida purnah tumbuh sistemik
berbentuk larutan dalam air berwarna kuning keemasan,  untuk
mengendalikan gulma berdaun lebar dan berdaun sempit pada tanaman
kelapa sawit ( TMB ) dan Kakao ( TMB ).
c. CMA 6 865 SL
Bahan aktif : 2,4 D Dimetilamina 865 g/l Herbisida sistemik purnah
tumbuh berbentuk larutan dalam air berwarna cokelat, untuk mengendalikan
gulma pada tanaman padi sawah dan tebu.
d. CYRO 24 WG
Bahan Aktif : Metil Metsulfuron 24% Herbisida sistemik pra tumbuh
dan purna tumbuh berbentuk butiran yang dapat didispresikan dalam air,
untuk mengendalikan gulma berdaun lebar dan sempit, teki pada tanaman
padi sawah dan akasia.
e. KON UP 76 SG
Bahan Aktif : Monoammo Glifosat 75.7 Herbisida sitemik purnah
tumbuh berbentuk butiran yang dapat terdespersi dalam air berwarna kuning
kebiruan untuk mengendalikan gulma alang – alang ( Imperata Cyliandrica )
lahan tanpa tanaman.
2. Serangga
Insektisida merupakan bahan-bahan kimia bersifat racun yang dipakai untuk
membunuh serangga. Insektisida adalah pestisida yang dipakai untuk
mengendalikan hama serangga. Di antaranya, wereng batang coklat, ulat daun,
penggerek batang, tungau, dan lain sebagainya.
Jenis-jenis insektisida
A. Insektisida bisa dibedakan dijadikan kelompok organik dan anorganik.
1. Insekstisida organik mengandung unsur karbon sedangkan insektisida
anorganik tidak. Insektisida organik umumnya bersifat alami, yaitu diperoleh
dari makhluk hidup sehingga dikata insektisida hayati.
2. Insektisida Sintetik, Insektisida organik sintetik yang banyak dipakai dibagi-
bagi lagi dijadikan beberapa kelompok besar;
a. Senyawa Organofosfat
Insektisida kelompok ini dibuat dari molekul organik dengan
penambahan fosfat. Insektisida sintetik yang masuk dalam kelompok ini
merupakan Chlorpyrifos, Chlorpyrifos-methyl, Diazinon, Dichlorvos,
Pirimphos-methyl, Fenitrothion, dan Malathion.
b. Senyawa Organoklorin
Insektisida kelompok ini dibuat dari molekul organik dengan
penambahan klorin.[7] Insektisida organoklorin bersifat paling persisten,
dimana senyawa ini mashi tetap aktif hingga bertahun-tahun.[7] Oleh
karena itu, sekarang insektisida kelompok organoklorin sudah dilarang
penggunaannya karena memberikan dampak buruk terhadap anggota yang
terkait. Contoh-contoh insektisida kelompok organoklorin merupakan
Lindane, Chlordane, dan DDT.
c. Karbamat
Insektisida kelompok karbamat dikenal paling efektif mematikan
banyak macam hama pada suhu tinggi dan meninggalkan residu dalam
jumlah sedang. Namun, insektisida karbamat akan terurai pada suasana
yang terlalu basa. Salah satu contoh karbamat yang sering dipakai
merupakan bendiokarbamat.
d. Pirethrin/ Pirethroid Sintetik
Insektisida kelompok ini terdiri dari dua katergori, yaitu berisfat
fotostabil serta bersfiat tidak non fotostabil namun kemostabil. Produknya
sering dicampur dengan senyawa lain untuk menghasilkan efek yang lebih
adun. Salah satu contoh produk insektisida ini merupakan Permethrin.
B. Pengatur Tumbuh Serangga
Insektisida kelompok ini merupakan hormon yang mempunyai peran dalam
siklus pertumbuhan serangga, misalnya menghambat perkembangan normal.
Beberapa contoh produknya merupakan Methoprene, Hydramethylnon,
Pyriproxyfen, dan Flufenoxuron.
1. Fumigan
Fumigan merupakan gas-gas gampang menguap yang bisa membunuh
hama serangga. Fumigan hanya boleh digunakan oleh personel terlatih
karena tingkat toksisitasnya yang tinggi. Contoh-contohnya merupakan
Metil Bromida (CH3Br), Aluminium Fosfit, Magnesium Fosfit, Kalsium
Sianida, dan Hidrogen Sianida.
2. Insektisida Hayati
Meskipun insektisida lebih dikenal merupakan senyawa sintetik, namun
terdapat juga insektisida alami yang bermula dari bakteri, pohon, maupun
bunga.
Silica (SiO2) merupakan insektisida anorganik yang melakukan
pekerjaan dengan menghilangkan selubung lilin pada kutikula serangga
sehingga menyebabkan mati lemas. Insektisida macam ini sering dibuat dari
tanah diatom atau kieselgurh, yang tersusun dari molekul diatom
Bacillariophyceae. 
Asam Borat (H3BO3) merupakan insektisida anorganik yang dipakai
untuk menarik perhatian semut. Pirethrum merupakan insektisida organik
alami yang bermula dari kepala bunga tropis krisan. Senyawa ini memiliki
kemampuan penghambatan serangga yang adun pada konsentrasi
rendah. Namun bersesuaian dengan bagian ekstraksinya, senyawa ini paling
mahal.
Rotenon merupakan insektisida organik alami yang diperoleh dari pohon
Derris. Senyawa ini berfungsi sbg insektisida yang menyerang permukaan
tubuh hama.
Neem merupakan ekstrak dari pohon Neem (Azadirachta indica).
Penggunaan Neem sbg insektisida hayati dimulai sejak 40 tahun lalu.
Ekstrak neem mengganggu aktivitas yang dipekerjakan sistem pencernaan
serangga, khususnya kelompok Lepidoptera (ngengat dan kupu-kupu beserta
larvanya). Selain itu neem juga mempunyai peran sbg pengatur tumbuh
dimana menyebabkan beberapa macam serangga terus berada pada kondisi
larva dan tidak bisa tumbuh dewasa.
Bakteri Bacillus thuringiensis menghasilkan toksin Bt yang bisa
mematikan serangga yang memakannya. Toksin Bt aktif pada pH basa dan
menyebabkan saluran pencernaan serangga bocor sehingga berujung pada
kematian. Para peneliti telah sukses memindahkan gen yang mempunyai
peran dalam produksi toksin Bt dari B.
Thuringiensis ke tanaman kapas sehingga serangga yang memakan
tanaman kapas tersebut akan mati. Kapas Bt merupakan salah satu
organisme transgenik yang paling banyak ditanam di dunia.
Insektisida berdasarkan merk, bahan aktif dan dosisnya.

Cendawan
3. Tikus
4. Nematoda

Anda mungkin juga menyukai