Anda di halaman 1dari 21

PELATIHAN PEMBIBITAN KELAPA SAWIT

Pre-Nursery sampai Main-Nursery

LAPORAN PRAKTIKUM

PENDIDIKAN ORANG DEWASA

Fatimah Azzahra
02.01.21.215

PROGRAM STUDI
PENYULUHAN PERTANIAN BERKELANJUTAN
JURUSAN PERTANIAN
POLITEKNIK PEMBANGUNAN PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanaahu wa ta’ala karena atas
berkat rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyusun Laporan Praktikum
dengan judul “Pelatihan pembibitan Kelapa Sawit Pre-Nursery sampai Main-
Nursery”.

Penulis mengucapkan rasa terima kasih kepada Dr. Drs. Lukman Effendy,
M.Si. selaku dosen pengampu mata kuliah Pendidikan Orang Dewasa sekaligus
membimbing penulis dalam perancangan proyek belajar dan kepada kedua orang
tua serta semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan laporan praktikum.
Penulis menyadari laporan ini masih banyak kekurangan dan kesalahan, oleh
karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun.
Penulis berharap semoga laporan ini bermanfaat bagi penulis dan pembaca.

Sembawa, Desember 2021

Penulis
DAFTAR ISI
PENDAHULUAN

Latar Belakang

Berkembangnya sub-sektor perkebunan kelapa sawit di Indonesia tidak lepas


dari adanya kebijakan pemerintah yang memberikan berbagai insentif, terutama
kemudahan dalam hal perizinan dan bantuan subsidi inventasi untuk
pembangunan perkebunan rakyat. Untuk pengembangan sumber daya yang
berkualitas, maka perlunya diadakan pelatihan untuk tahap awal budidaya kelapa
sawit yakni pembibitan, mulai dari pre-nursery sampai main-nursery.
Rendahnya produktivitas kelapa sawit rakyat salah satunya diakibatkan
kurangnya pengetahuan dan keterampilan dalam teknologi pembibitan.
Perancangan pelatihan pembibitan kelapa sawit dikalangan kelompok tani sangat
penting pada era saat ini. Pembibitan menjadi salah satu syarat penting dalam
keberhasilan budidaya tanaman kelapa sawit. Maka dari itu, adanya pelatihan
pembibitan kelapa sawit pre-nursery sampai main-nursery ini dapat membatu
menambah dan mengasah pengetahuan kelompok tani dalam pembibitan kelapa
sawit.
Salah satu aspek penting dalam pendidikan saat inni yang perlu mendapat
perhatian adalah mengenai konsep pendidikan untuk orang dewasa. Melalui
proses belajar orang dewasa akan mendapatkan pengalaman yang lebih banyak
lagi, sehingga belajar bagi orang dewasa lebih fokus pada peningkatan
pengalaman hidup. Pendekatan pembelajaran yang digunakan pada pembelajaran
orang dewasa memiliki karakteristik khusus. Andragogi merupakan sebuah
pendekatan pembelajaran yang didasarkan pada karakteristik khusus orang
dewasa, khususnya dalam proses belajar.
RUMUSAN MASALAH

Berikut rumusan masalah dari laporan praktikum ini sebagai berikut :

1. Apa yang dimaksud dengan pendidikan orang dewasa?

2. Apa prinsip pendidikan orang dewasa?

3. Bagaimana cara penerapan pendidikan orng dewasa dalam suatu kegiatan


pelatihan?

Tujuan

Berikut tujuan dari laporan praktikum ini sebagai berikut :

1. Meningkatkan pemahaman, keterampilan teknis dan manajemen


pembibitan tanaman kelapa sawit.
2. Mempelajari dan menganalisis kegiatan pengelolaan pembibitan tanaman
kelapa sawit di perkebunan.
3. Meningkatkan kompetensi dan kemampuan berwirausaha dalam
pembibitan tanaman kelapa sawit.

Manfaat

Manfaat dari kegiatan pelatihan pembibitan kelapa sawit pre-nursery sampai


main- nursery antara lain;
1. Peserta pelatihan mendapatkan pengetahuan dan keterampilan melalui
kegiatan pelatihan ini.
2. Peserta pelatihan dapat memahami dan melakukan cara tahapan pembibitan
kelapa sawit pre-nursery sampai main-nursery dengan benar.
3. Melalui kegiatan pelatihan, peserta dapat menerapkannya ketika melakukan
pembibitan kelapa sawit agar memperoleh kualitas bibit dan hasil produksi
lebih baik, serta harga jual yang tinggi.
TINJAUAN PUSTAKA

Pendidikan Orang Dewasa

Menurut Asmin (2005) Pendidikan orang dewasa dapat diartikan sebagai


keseluruhan proses pendidikan yang diorganisasikan, mengenai apapun bentuk isi,
tingkatan status dan metoda apa yang digunakan dalam proses pendidikan
tersebut, baik formal maupun non-formal, baik dalam rangka kelanjutan
pendidikan di sekolah maupun sebagai pengganti pendidikan di sekolah, di tempat
kursus, pelatihan kerja maupun di perguruan tinggi, yang membuat orang dewasa
mampu mengembangkan kemampuan, keterampilan, memperkaya khasanah
pengetahuan, meningkatkan kualifikasi keteknisannya atau keprofesionalannya
dalam upaya mewujudkan kemampuan ganda yakni di suatu sisi mampu
mengembangkan pribadi secara utuh dan dapat mewujudkan keikutsertaannya
dalam perkembangan sosial budaya, ekonomi, dan teknologi secara bebas,
seimbang, dan berkesinambungan.

Prinsip Pendidikan Orang Dewasa

Rogers dalam Knowles (1979) Dalam kegiatan pendidikan atau belajar, orang
dewasa bukan lagi menjadi obyek sosialisasi yang seolah-olah dibentuk dan
dipengaruhi untuk menyesuaikan dirinya dengan keinginan memegang otoritas di
atas dirinya sendiri, akan tetapi tujuan kegiatan belajar atau pendidikan orang
dewasa tentunya lebih mengarah kepada pencapaian pemantapan identitas dirinya
sendiri untuk menjadi dirinya sendiri.

Pendekatan Andragogi

Andragogi (andragogy) berasal kata Yunani “aner” atau “andr”, berarti orang
dewasa dan agogi. Agogi (Agogy) berasal dari kata Yunani “Agogus” yang
berarti “memimpin/membimbing”. Agogi berarti “aktivitas
memimpin/membimbing” atau “seni dan ilmu memimpin/membimbing” atau
“seni dan ilmu memimpin/membimbing”, atau “seni dan ilmu mempengaruhi
orang lain”.
Implikasi Konsep Andragogi Dalam Pembelajaran

Asumsi yang mendasari pedagogi tradisional, yaitu: 1) Konsep diri mereka


bergerak dari seseorang dengan pribadi yang tergantung kepada orang lain kearah
seseorang yang mampu mengarahkan diri sendiri, 2) Mereka telah mengumpulkan
segudang pengalaman yang selalu bertambah yang menjadi sumber belajar yang
semakin kaya kaya, 3) Kesiapan belajar mereka menjadi semakin berorientasi
kepada tugas-tugas perkembangan dari peranan sosial mereka, 4) Perspektif waktu
mereka berubah dari penerapan yang tidak seketika dari pengetahuan yang mereka
peroleh kepada penerapan yang segera, dan sesuai dengan itu orientasi mereka
kearah belajar bergeser dari yang berpusat kepada mata pelajaran kepada yang
berpusat kepada penampilan.
Asumsi dasar tersebut dijabarkan dalam proses perencanaan kegiatan
pembelajaran dengan langkah-langkah sebagai berikut:
1. Menyiapkan Iklim Belajar yang Kondusif
Ada tiga hal yang perlu disiapkan agar tercipta iklim belajar yang
kondusif itu. Pertama, penataan kondisi fisika, seperti; ruangan yang nyaman,
udara yang segar, cahaya yang cukup, dan sebagainya. Termasuk di sini
adalah kemudahan memperoleh sumber-sumber belajar baik yang bersifat
materi (buku, sumber belajar) maupun yang bukan bersifat materi seperti
bertemu dengan fasilitator. Kedua, penataan iklim yang bersifat hubungan
manusia dan psikologis seperti terciptanya suasana atau rasa aman, saling
menghargai, dan saling bekerja sama. Ketiga, penataan iklim organisasional
yang dapat dicapai melalui kebijakan pengembangan sumber daya manusia,
penerapan filosofi manajemen yang efektif dan efisien, penataan struktur
organisasi yang mampu menempatakan sumber daya sesuai dengan
potensinya, kebijakan finansial yang berimbang, dan pemberian insentif yang
layak.
2. Menciptakan Mekanisme Perencanaan Bersama
Peserta didik akan merasa lebih terikat terhadap keputusan dan kegiatan
bersama apabila peserta didik terlibat dan berpartisipasi dalam perencanaan
dan pengambilan keputusan. Perencanaan yang disusun secara bersama akan
menumbuhkan motivasi belajar bagi peserta didik. Rancangan pembelajaran
di susun sesuai dengan kondisi dan karakterisik peserta didik.
3. Menetapkan Kebutuhan Belajar
Dalam proses pembelajaran orang dewasa perlu diketahui lebih dahulu
kebutuhan belajarnya. Ada dua cara untuk mengetahui kebutuhan belajar ini
adalah dengan model kompetensi dan model diskrepensi. Model kompetensi
dapat dilakukan dengan mengunakan berbagai cara seperti penyusunan model
peran yang dibuat oleh para ahli. Pada tingkat organisasi dapat dilakukan
dengan melaksanakan analisis sistem, analisis performan, dan analisis
berbagai dokumen seperti deskripsi tugas, laporan pekerjaan, penilaian
pekerjaan, analisis biaya, dan lain-lain. Pada tingkat masyarakat dapat
digunakan berbagai informasi yang berasal dari penelitian para ahli, laporan
statistik, jurnal, bahkan buku, dan monografi. Model dikrepensi, adalah
mencari kesenjangan. Kesenjangan antara kompetensi yang dimodelkan
dengan kompetensi yang dimiliki oleh peserta didik. Peserta didik perlu
melakukan self assesment.
4. Merumuskan Tujuan Khusus (Objectives) Program
Tujuan pembelajaran ini akan menjadi pedoman bagi kegiatan-kegiatan
pengalaman pembelajaran yang akan dilakukan. Banyak terjadi kontroversi
dalam merumuskan tujuan pembelajaran ini karena perbedaan teori atau dasar
psikologi yang melandasinya. Pada model Andragogi lebih dipentingkan
terjadinya proses self-diagnosed needs. Dari diagnosis kebutuhan akan
terumuskan tujuan program pembelajaran yang sesuai dengan minat dan
kebutuhan peserta didik.
5. Merancang Pola Pengalaman Belajar
Untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan perlu disusun pola
pengalaman belajarnya atau rancangan programnya. Dalam konsep
Andragogi, rancangan program meliputi pemilihan problem areas yang telah
diidentifikasi oleh peserta didik melalui self-diagnostic, pemilihan format
belajar (individual, kelompok, atau massa) yang sesuai, merancang unit-unit
pengalaman belajar dengan metoda-metoda dan materi-materi, serta
mengurutkannya dalam urutan yang sesuai dengan kesiapan belajar peserta
didik dan prinsip estetika. Rancangan program dengan menggunakan model
pembelajaran Andargogi pada dasarnya harus dilandasi oleh konsep self-
directed learning. Model pembelajaran yang dilakukan merupakan inisiatif
dirinya dan mampu mengarahkan dirinya sendiri, oleh karena itu rancangan
program merupakan persiapan menganai learning-how-to-learn activity.
6. Melaksanakan Program (Melaksanakan Kegiatan Belajar)
Catatan penting pertama untuk melaksanakan program kegiatan belajar
adalah apakah cukup tersedia sumberdaya manusia yang memiliki
kemampuan membelajarkan dengan menggunakan model Andragogi. Proses
pembelajaran Andragogi adalah proses pengembangan sumberdaya manusia.
Peranan yang harus dikembangkan dalam pengembangan sumberdaya
manusia berperanan sebagai administrator program, dan pengembang
personel yang mengembangkan sumberdaya manusia. Dalam konteksi
pelaksanaan program kegiatan belajar perlu dipahami hal-hal yang berkaitan
dengan berbagai teknik untuk membantu orang dewasa belajar dan yang
berkaitan dengan berbagai bahan-bahan, alat dan sumber-sumber belajar.
7. Mengevaluasi Hasil Belajar dan Menetapkan Ulang Kebutuhan Belajar
Proses pembelajaran model Andragogi diakhiri dengan langkah
mengevaluasi program. Pekerjaan mengevaluasi merupakan pekerjaan yang
harus dilaksanakan dalam setiap proses pembelajaran. Tidak ada proses
pembelajaran tanpa evaluasi. Proses evaluasi dalam model pembelajaran
Andragogi bermakna pula sebagai proses untuk merediagnosis kebutuhan
belajar. Untuk membantu peserta didik, perlu mengenali ulang model-model
kompetensi yang diharapkannya dan mengakses kembali diskrepensi antara
model dan tingkat kompetensi yang akan dikembangkan. Pengulangan
langkah diagnosis menjadi bagian integral dari langkah evaluasi proses.
Dalam khasanah proses evaluasi terdapat empat langkah yang diperlukan
untuk mengefektifkan assessment program, yaitu evaluasi reaksi yang
dilaksanakan untuk mengetahui bagaimana peserta didik merespon suatu
program belajar; evaluasi belajar dilaksanakan untuk mengetahui prinsip-
prinsip, fakta, dan teknik-teknik yang telah diperoleh oleh peserta didik;
evaluasi perilaku dilaksanakan untuk memperoleh informasi perubahan
perilaku peserta didik setelah memperoleh latihan; dan evaluasi hasil
dilaksanakan untuk mengetahui tingkat keberhasilan program.
Aplikasi yang diutarakan di atas sebenarnya lebih bersifat prinsip-prinsip
atau rambu-rambu sebagai kendali tindakan membelajarkan orang dewasa.
Oleh karena itu, keberhasilan pembelajaran orang dewasa akan lebih banyak
tergantung pada setiap pelaksanaan dan tergantung pada kondisi yang
dihadapi. Jadi, implikasi pengembangan pendekatan andragogi dapat
dikaitkan terhadap penyusunan kurikulum atau model pembelajaran terhadap
peserta didik. Mengingat keterikatan pada sistem lembaga yang biasanya
berlangsung, maka penyusunan program atau kurikulum dengan
menggunakan andragogi akan banyak lebih dikembangkan dengan
menggunakan pendekatan andragogi dalam pembelajaran.

Pembibitan Kelapa Sawit

Pembibitan merupakan langkah kunci keberhasilan dalam budidaya kelapa


sawit. Pembibitan kelapa sawit yang baik dan sesuai dengan standar akan
memudahkan pencapaian yang optimum dalam budidaya kelapa sawit (Lubis,
2008). Pembibitan merupakan awal kegiatan lapangan yang harus dimulai paling
lambat satu aat penyiapan lahan tanam telah selesai. Pembibitan yang dikelola
secara baik akan menghasilkan bibit yang baik serta jumlah yang memedai untuk
penanaman di lapangan. Hal ini dikarenakan bibit akan tumbuh dan bertahan kira-
kira satu tahun lamanya pada lahan tersebut (Harley, 1978).
Pembibitan kelapa sawit dilakukan di polybag dengan 2 fase pembibitan,
yakni pre-nursery (pembibitan awal) dan main-nursery (pembibitan utama).
Pembibitan awal bertujuan untuk mendederkan benih yang telah berkecambah
dalam polybag kecil, sedangkan pembibitan utama merupakan pembibitan
lanjutan bibit kelapa sawit yang sudah berumur 3 bulan dari pembibitan yang
sudah diseleksi. Seleksi sangat penting dilakukan untuk mendapatkan bibit yang
sehat dengan pertumbuhan yang normal (Lubis, 1992).
Bibit yang telah ditanam di pre nursery atau main nursery perlu dipelihara
dengan baik agar pertumbuhannya sehat dan subur, sehingga bibit akan dapat
dipindahkan ke lapang sesuai dengan umur dan saat tanam yang tepat. Bibit yang
baik diperoleh dengan melakukan seleksi. Hanya bibit yang mempunyai
pertumbuhan dan bentuk yang normal saja yang akan di tanam ke lapangan
(Soebagyo, 1997).
Bibit yang digunakan adalah varietas Marihat, kelebihan varietas ini
dibandingkan diantaranya memiliki buah tandan besar, mesokrap tebal, dan dapat
ditanam di daerah berlereng atau curam (PPKS, 2002). Buah tandan dan mesokarp
merupakan parameter banyaknya minyak yang akan di dapatkan. Sehingga dapat
disebutkan bahwa menanam kelapa sawit varietas ini dapat memberikan
keuntungan yang banyak.
Pembibitan Awal (Prey Nursery)
Pembibitan awal merupakan tempat kecambah tanaman kelapa sawit yang
ditanam dan dipelihara hingga berumur 3 bulan.
1) Persiapan Pembibitan
Lokasi pembibitan harus memenuhi syarat sebagai berikut:
(a) Kemiringan tanah relative kecil dengan pertimbangan bedengan yang
akan dibuat harus menyerupai permukaan yang datar,
(b) Dekat dengan sumber air,
(c) Mudah dijangkau sehingga pengawasan lebih efektif,
(d) Lokasi terpilih diratakan (didatarkan) untuk memudahkan pekerjaan
selanjutnya.
2) Bedengan
Bedengan pada pembibitan dibuat dengan lebar yang cukup untuk 10
polybag kecil (± 90 cm), panjang untuk 133 polybag kecil (± 12 m). Sehingga
satu bedengan terdapat 1.330 bibit polybag. Tepi bedengan di lengkapi
dengan papan atau kayu setinggi kantong plastik kurang lebih (± 18 cm).
Fungsi papan adalah agar kantong plastik dapat disusun tegak. Jarak antar
baris bedengan 120 cm dan jarak antar bedengan 40 cm.
3) Naungan

Fungsi naungan di pembibitan awal adalah untuk mencegah daun bibit


yang masih lemah menerima sinar matahari langsung. Air hujan pun perlu
dihindari mengenai polybag agar tanah tidak terbongkar. Intensitas cahaya
tanaman kelapa sawit di atur pada:
(a) Umur 1,5 bulan atap bedengan tidak dikurangi 100%,

(b) Umur 1,5 bulan s/d 2,5 bulan atap bedengan dikurangi 50%,

(c) Umur 2,5 bulan dan seterusnya naungan berangsur dihilangkan.


4) Polybag Kecil

Polybag yang digunakan adalah polybag dengan ukuran 22 cm × 14 cm


× 0,1 mm. Polybag diberi lubang-lubang dengan diameter 0,3 cm.
Sebanyak 18 lubang dan plastik yang digunakan minimal tahan 5 bulan.
5) Pengisian Tanah

(a) Tanah yang digunakan top soil dalam kondisi kering,

(b) Disaring dengan saringan, ukuran mata saringan ± 1 cm,

(c) Polybag permukaan dibalik (bagian luar di jadikan bagian dalam)

(d) Pengisian tanah diarahkan agar terbentuk bidang yang relatif rata,
sehingga dapat berdiri tegak pada bagian atas disisikan 1 - 1,5 cm.
6) Penyusunan Polybag

(a) Polybag disusun di dalam bedengan baris perbaris,

(b) Lebar bedengan polybag (baris polybag) diatur sedemikian rupa,


sehingga pekerja dapat menjangkau polybag yang ada di tengah (10
polybag = ± 90 cm).
7) Seleksi Kecambah

Seleksi kecambah dilakukan untuk menentukan bibit tanaman yang baik


dan unggul agar dapat menghasilkan tanaman yang unggul pula.

Gambar 1. Seleksi kecambah


8) Penanaman Kecambah
Sebelum melakukan penanaman, kecambah terlebih dahulu di rendam
pada larutan fungisida selama 2 (dua) menit dengan dosis 2 gram/liter air.
Disediakan 200 kecambah untuk kerapatan 143 pohon/ha. Cara
penanamannya adalah sebagai berikut:
(a) Polybag dan permukaan tanah digemburkan dengan jari/kayu.
Selanjutnya dibuat lubang tengah polybag sedalam 2 cm untuk tempat
meletakkan kecambah,
(b) Kecambah yang telah diseleksi di ecer ke setiap polybag,

(c) Kecambah ditanam dengan bagian akar (radikula) masuk ke dalam


tanah dan bagian tunas (plumula) menghadap ke atas dan kecambah
ditutup dengan tanah setebal 2 cm,
(d) Setiap bedengan ditulis tanggal penanaman dan nomor persilangan bibit.

Gambar 2. Penanaman kecambah


9) Pemeliharaan tanaman pre nursery meliputi.

(a) Penyiraman

Penyiraman bibit kelapa sawit menggunakan jaringan pipa untuk


saluran primer dan sekunder, sedangkan untuk saluran tersier
menggunakan selang plasik yang dilengkapi dengan kepala gembor.
Penyiraman dilakukan 2 kali sehari yaitu pagi dan sore hari.
Penyiraman dilakukan dengan hati-hati agar kecambah tidak terbongkar.
Setiap bibit membutuhkan 0,10 – 0,25 liter air setiap kali penyiraman.
(b) Pemupukan

Pemupukan merupakan sebuah tindakan untuk mempertahankan


kesuburan tanah dan menunjang keberhasilan bisnis perkebunan,.
Berdasarkan rekomendasi pemupukan, dosis pupuk yang digunakan
tertera pada Tabel 1.
Tabel 1. Dosis pupuk Pembibitan Awal

Dosis pupuk per semai


Umur Minggu ganjil Minggu genap Cara aplikasi
semai (ke-1 dan 3) (ke-2 dan 4)

1-3 bulan 50 cc larutan 50 cc larutan Larutan pupuk


0,2 urea 0,2 NPK disiram ke dalam
15:15:6,4 polybag

(c)Pengendalian Gulma atau Penyiangan

Tujuan pengendalian gulma adalah agar tidak ada


persaingan dalam pengambilan unsur hara antara tanaman-
tanaman dan gulma yang mengganggu. Cara pengendaliannya
dengan cara manual yaitu dengan cara mendongkel gulma di
dalam polybag, sedangkan gulma yang berada disekitar polybag
dibersihkan dengan menggunakan cangkul. Kegiatan ini
dilakukan setiap 2 minggu sekali atau melihat kondisi gulma.
(d)Konsolidasi

Konsolidasi adalah suatu kegiatan menegakkan tanaman


yang miring, dilakukan dengan cara penambahan tanah ke
polybag. Tujuan dari konsolidasi adalah untuk menjaga bibit
agar tumbuh pada posisi normal baik letak maupun arah.
Kegiatan ini dilakukan 1 minggu sekali, akar bibit yang terbuka
ditutup menggunakan tanah.
(e)Seleksi Pre Nursery
Seleksi pre nursery yaitu memisahkan bibit yang mati dan
hidup serta tanaman normal dan abnormal. Ciri-ciri bibit
abnormal yaitu:
(1) Terkena penyakit tajuk, dimana helai daun mengering dan
tangkai pelepah membengkok,
(2) Bibit tumbuh kerdil (runt seedling)

Kegiatan seleksi ini dilakukan untuk mengetahui jumlah


kematian bibit dan mengetahui jumlah tanaman abnormal, agar
mempermudah saat pemindahan ke main nursery.
1. Pembibitan akhir Main Nursery

Pembibitan akhir (main nursery) adalah pembibitan yang


dilakukan pada kecambah kelapa sawit yang berumur 12 -14 bulan.
Adapun tahap-tahap yang dilakukan dalam pembibitan akhir adalah
sebagai berikut:
1) Pemindahan pembibitan

Pembibitan bibit pre nursery ke main nursery dilakukan apabila


bibit berumur 12 minggu. Bibit tersebut dikeluarkan dari polybag
akan dibawa ke pembibitan selanjutnya. Bibit yang akan dipindahkan
haruslah tanaman yang normal.
2) Pemilihan area pembitan Main Nursery

Dalam pembuatan area pembibitan, yang harus diperhatikan


adalah topografinya harus datar, drainase harus baik sehingga air
hujan tidak tergenang,dekat dengan sumber air, lokasi harus mudah
didatangi dan jalan pembibitan harus baik, area harus jauh dari
sumber hama dan penyakit, dekat dengan lokasi sehingga
memudahkan dalam melakukan pemindahan.
3) Pengisian polybag

Ukuran polybag yang digunakan untuk pembibitan main nursery


berukuran 50 cm × 40 cm × 0,2 mm. Tanah yang digunakan diambil
dari tanah lapisan atas (Top soil) dan dicampur dengan pupuk RP
(Rock phosphate) dengan dosis 20 gram/polybag. Tanah yang akan
dimasukkan kedalam polybag harus bersih dari sampah, ranting, kayu
dan akar tanaman.
4) Penanaman di polybag (Main Nursery)

Penanaman bibit di polybag dilakukan sebelum penanaman di


lapangan, berikut cara penanaman bibit di lapangan.
a) Lubang dibuat sesuai dengan ukuran polybag kecil.

b) Media tanam perlu disiram hingga jenuh, sehari sebelum


transplanting.
c) Pada setiap lubang diberi pupuk RP (Rock Phospate) sebanyak 20
gram/polybag.
5) Penyusunan polybag

Setelah polybag diisi dengan tanah, maka polybag disusun


membentuk segitiga sama sisis pada area yang sudah ditentukan.
Luas area tersebut adalah 90 cm × 90 cm × 90 cm.

Gambar 3. Penyusunan bibit

6) Pemeliharaam tanaman Main Nursery

a) Penyiraman

Penyiraman dilakukan dua kali sehari pada pagi dan sore.


Jika curah hujan 8 mm, penyiraman dilakukan 1 kali. Jika curah
hujan lebih dari 18 mm, maka tidak perlu disiram lagi.
b) Konsolidasi

Konsolidasi adalah kegiatan menegakkan tanaman yang


miring, dilakukan dengan cara penambahan tanah ke polybag dan
membenarkan tanaman yang miring. Konsolidasi ini dilakukan 1
bulan sekali.
c) Penggemburan tanah dalam polybag

Penggemburan tanah dalam polybag dilaksanakan setelah ±


3 bulan bibit di Main Nursery dengan tujuan agar tanah di dalam
polybag yang sudah digemburkan dapat mengedarkan udara di
dalam tanah polybag dan larutan pupuk dapat diserap dengan
mudah oleh tanaman.
d) Penyiangan Gulma

Penyiangan gulma pada polybag dilakukan secara manual


sedangkan disekitar polybag dilakukan secara kimiawi yaitu
dengan menggunakan herbisida.
e) Pemupukan

Pemupukan juga bermanfaat untuk menggantikan unsur hara


di dalam tanah yang telah diserap tanaman. Oleh karena itu
pelaksanaanya harus
benar sehingga dapat dimanfaatkan dengan maksimal oleh
tanaman tersebut. Lebih baik memakai dosis pemupukan yang
ditentukan dengan analisis daun yang dilakukan Pusat Penelitian
Kelapa Sawit (PPKS) Medan. Selain itu, analisis daun juga
bertujuan untuk efisiensi pemupukan diperkebunan.
f) Pemberian Mulching

Pemberian mulching ini bertujuan untuk mengurangi


penguapan air, menekan pertumbuhan gulma, dan mengurangi
tekanan air siraman dan mengatur kelembapan tanah. Mulching
yang digunakan biasanya cangkang kelapa sawit atau potongan
lalang secukupnya hingga seluruh permukaan tanah tertutup.
g) Pengendalian Hama dan Penyakit

Pengendalian hama dan penyakit dilakukan dengan


penyemprotan menggunakan pestisida. Untuk hama pada
tanaman kelapa sawit yaitu Cockhafer grasshopper belalang)
menggunakan pestisida Diptrane 96 SP dengan kadar 0,2 %.
Sedangkan penyakit pada tanaman kelapa sawit yaitu Anthracone
corticum spear rot menggunakan pestisida jenis M.45 dengan
kadar 0,1 %.

Anda mungkin juga menyukai