Anda di halaman 1dari 6

MAKALAH RINGKASAN TENTANG

ASUMSI DASAR PEMBELAJARAN ORANG DEWASA

(Makalah Ini Disusun Untuk Memenuhi Tugas Individu Mata Kuliah Dinamika
Pembelajaran Orang Dewasa)

Dosen Pengampu Mata Kuliah : Drs. Ahmad Tijari

Disusun oleh :

Serafim Esternita Rotty (1104621057)

Fakultas Ilmu Pendidikan

Program Studi Pendidikan Masyarakat

Universitas Negeri Jakarta


Pendahuluan

Pembelajaran pada dasarnya merupakan salah satu proses yang dapat dilakukan oleh siapa saja,
baik anak-anak maupun orang dewasa. Dalam pembelajaran orang dewasa (andragogi), sebuah
konsep yang akan menjadi pedoman sangat dibutuhkan untuk menjadi acuan. Konsep tersebut
tentunya harus berdasarkan dengan kebutuhan pembelajaran peserta didik atau warga belajar.
Kebutuhan pembelajaran tersebut dapat dilihat melalui asumsi-asumsi atau pemahaman orang
dewasa sebagai peserta didik atau warga belajar. Melalui asumsi tersebut,

Pendekatan andragogi memiliki empat asumsi fundamental, yaitu sebagai berikut.

1. Self Directedness atau Kemampuan Mengarahkan Diri

Orang dewasa sudah seharusnya memiliki kemampuan untuk mengarahkan dirinya (self-
directedness). Hal tersebut diharapkan dapat terjadi pula dalam pembelajaran orang dewasa.
Keadaan tersebut melahirkan beberapa implikasi, antara lain sebagai berikut.

a. Suasana Belajar
Pendidik harus dapat menciptakan ruang yang nyaman untuk peserta didik agar peserta
didik atau warga belajar dapat merasa senang dalam pembelajaran.
b. Pembelajaran adalah Tanggung Jawab Bersama antara Pendidik (Tutor) dan
Peserta Didik (Warga Belajar)
Pendidik diharapkan untuk dapat menjadi referensi bagi warga belajar dalam
melakukan perubahan (katalisator). Sedangkan, warga belajar juga harus aktif dalam
merespons pembelajaran (adanya hubungan dua arah antara pendidik dan pembelajar).
c. Peserta Didik Terlibat dalam Proses Evaluasi Diri
Pendidik menolong setiap warga belajar dalam pemantauan perkembangannya dan
mencatat apa saja yang dibutuhkan oleh warga belajar dalam pembelajaran.

2. Pengalaman Peserta Didik (Warga Belajar)

Orang dewasa memiliki berbagai macam pengalaman. Pengalaman tersebut menciptakan tiga
implikasi praktis dalam pembelajaran. Pertama, pendidik dituntut untuk menciptakan
mekanisme belajar yang partisipatoris karena pembelajar akan lebih cepat menangkap
pembelajaran yang diajarkan secara konkret. Kedua, Pendidik harus membuat ketetapan yang
dapat mengarahkan pembelajar atau warga belajar untuk merencanakan dirinya dalam
penerapan hasil belajar. Ketiga, pendidik diharapkan mampu untuk mendorong mahasiswa
untuk melihat pengalaman secara objektif (tidak dipengaruhi pendapat, baik dari diri sendiri
mapun orang lain).

3. Kebutuhan Pembelajaran Berdasarkan Kesiapan Pembelajar

Kebutuhan sang pembelajar harus diidentifikasi berdasarkan kesiapannya dalam pembelajaran.


Konsep itu menciptakan dua implikasi. Pertama, kurikulum yang dipakai guna mengendalikan
pembelajaran harus sesuai dengan kebutuhan para warga belajar. Kedua, dalam penerapan
konsep kesiapan perkembangan warga belajar, para pendidik harus mempertimbangkannya.
Warga belajar memiliki kesiapan untuk berkembang yang berbeda-beda. Tugas pendidik dalam
hal ini adalah menyesuaikannya sesuai dengan kemampuan para warga belajar.

4. Penanaman Pandangan (Orientasi) bahwa Belajar adalah Kehidupan

Orang dewasa mudah menyesuaikan pembelajaran yang bersifat terpusat pada masalah yang
ada atau problem-centered. Hal tersebut melahirkan beberapa implikasi. Pertama, Pendidik
harus mengetahui dan mengerti interes dari para warga belajar serta menciptakan suatu hal,
seperti metode atau cara yang dapat merealisasikan minat atau interesnya tersebut. Kedua,
Tahap-tahap pembelajaran seharusnya berorientasi pada kebutuhan peserta belajar dalam
menyelesaikan masalah (area permasalahan) dibanding mengikuti prosedur mata kuliah.
Ketiga, Sebelum melaksanakan proses pembelajaran secara keseluruhan, pendidik diharapkan
dapat membuat suatu pelatihan yang nantinya mahasiswa dapat mengidentifikasi atau mengkaji
masalah yang akan dipelajari secara lebih spesifik.

Kunci kesuksesan dalam sebuah pendidikan, terutama pada pendidikan orang dewasa, adalah
keterlibatan aktif para peserta didik atau warga belajar dalam pelaksanaan pembelajaran.
Keterlibatan tersebut diharapkan untuk mampu mengeluarkan seluruh kemampuan atau potensi
yang dimiliki oleh warga belajar. John Dewey dalam Hisyam Zaini, dkk mengemukakan bahwa
pengetahuan diperoleh dan diorientasikan pada pengalaman serta realitas dari hal tersebut dapat
diperoleh melalui tindakan atau pengalaman. Oleh karena itu, John Dewey beropini bahwa
pembelajaran dapat berlangsung seumur hidup (life -long education).

Penerapan Asumsi Dasar pada Perencanaan Kegiatan Pembelajaran

Beberapa ahli telah berusaha untuk menerapkan teori-teori andragogi dalam proses
pembelajaran yang didasarkan pada empat asumsi fundamental di atas. Asumsi tersebut dapat
direalisasikan dalam perencanaan kegiatan pembelajaran dengan tahapan berikut ini.

1. Persiapan Iklim Belajar yang Kondusif

Lingkungan merupakan salah satu faktor yang sangat memengaruhi kesuksesan dalam
pembelajaran, baik dari sisi pendidik maupun pembelajar. Oleh karena itu, dalam pembelajaran
dengan pendekatan andragogi, langkah pertama yang harus dilakukan adalah menciptakan
kondisi belajar yang kondusif. Terdapat tiga hal yang dapat merealisasikan hal tersebut.
Pertama, penataan kondisi fisik, seperti keadaan tempat belajar yang nyaman dan kemudahan
dalam memperoleh sumber-sumber belajar, baik yang bersifat materi (buku, sumber belajar)
maupun yang bersifat langsung, seperti bertemu dengan fasilitator. Kedua, penataan psikis dari
warga belajar, dimana warga belajar dapat merasakan rasa aman, ingin bertanggung jawab dan
ingin bekerja sama. Ketiga, penataan organisasional yang dapat direalisasikan melalui penataan
kebijakan dalam pengembangan kompetensi warga belajar, penataan manajemen yang efisien
dan terstruktur, penataan struktur yang mampu menempatkan sumber daya sesuai dengan
kemampuannya, dan penataan kebijakan finansial yang berimbang dan transparan.
2. Penerapan Mekanisme Perencanaan Bersama

Dalam perencanaan pembelajaran andragogi, pendidik dan peserta didik secara mutlak
merupakan partisipator yang saling bekerja sama. Hal tersebut dapat menciptakan pemikiran
para warga belajar bahwa mereka terikat akan kesepakatan bersama. Ketika mereka telah
menyadarinya, para warga belajar akan memiliki motivasi dalam pembelajaan. Oleh karena itu,
rencana pembelajaran harus tersusun sesuai dengan karakteristik serta kondisi warga belajar.

3. Penetapan Kebutuhan Belajar

Sebelum memulai pembelajaran, hal yang harus dilakukan adalah menetapkan kebutuhan
belajar. Terdapat dua teknik untuk mengetahui kebutuhan pembelajaran tersebut, yaitu dengan
model kompetensi dan model diskrepensi. Model kompetensi dapat dilakukan dengan
menggunakan berbagai cara seperti penyusunan model peran yang dibuat oleh para ilmuwan,
salah satunya adalah analisis sistem. Model diskrepensi adalah mencari ketimpangan, yaitu
ketimpangan antara kompetensi yang telah ditetapkan atau dicanangkan dan kompetensi warga
belajar. Hal tersebut mendorong peserta didik atau warga belajar untuk menerapkan konsep
self assessment dalam perealisasiannya.

4. Perumusan Tujuan Khusus

Perumusan tujuan pembelajaran akan menjadi landasan bagi berbagai kegiatan pembelajaran.
Pada model Andragogi, Para warga belajar diharapkan untuk melewati proses self-diagnosed
needs. Diagnosis kebutuhan pembelajaran tersebut akan menciptakan tujuan program
pembelajaran yang sesuai dengan minat dan kebutuhan peserta didik

5. Perencanaan Pola Pengalaman Belajar

Tujuan khusus yang telah ditetapkan dan disepakati memerlukan pola dalam penyusunannya.
Dalam konsep pembelajaran orang dewasa, pemilihan area masalah telah diidentifikasi bahkan
diobservasi oleh peserta didik melalui self-diagnostic. Rancangan program dengan
menggunakan model pembelajaran Andargogi pada dasarnya harus dilandasi oleh konsep self-
directed learning. Tipe pembelajaran yang diterapkan memerlukan inisiatif dari diri sang
warga belajar untuk mampu mengarahkan dirinya sendiri. Oleh karena itu, rencana program
tersebut merupakan persiapan mengenai learning-how-to-learn activity.

6. Pelaksanaan Program dalam Kegiatan Pembelajaran

Pembelajaran orang dewasa (andragogi) merupakan salah satu faktor utama dalam
pengembangan sumber daya manusia. Peranan yang harus dikembangkan dalam
pengembangan sumberdaya manusia berperanan sebagai administrator program, dan
pengembang personel yang mengembangkan sumber daya manusia. Dalam konteks
perealisasian program kegiatan belajar, pendidik dan peserta didik harus mengerti hal-hal yang
berkaitan dengan berbagai cara untuk membantu orang dewasa belajar.
7. Pengevaluasian Hasil Belajar dan Pengaturan Kembali Kebutuhan Belajar

Tahap akhir yang dapat dilakukan adalah pengevaluasian. Pendidik harus mengadakan
pengevaluasian bagi para warga belajar karena hal ini sangat krusial dan mutlak.
Pengevaluasian merupakan tahap yang diperlukan untuk mengetahui hal apa yang perlu
dikembangkan dari peserta didik atau warga belajar. Pengevaluasian dalam pembelajaran
menggunakan pendekatan andragogi berfungsi sebagai pendiagnosisan kembali kebutuhan
para warga belajar. Oleh karena itu, kesuksesan pembelajaran orang dewasa bergantung pada
setiap pelaksanaan dan keadaan apa yang sedang dihadapi dan dijalani. Hal tersebut dapat
melahirkan implikasi pengembangan pendekatan andragogi, kemudian implikasi tersebut dapat
digunakan dalam penyusunan kurikulum warga belajar.

Penutup

Pembelajaran orang dewasa (andragogi) melahirkan suatu asumsi-asumsi fundamental yang


menjadi faktor penting dalam perealisasian kegiatan pembelajaran bagi peserta didik atau
warga belajar. Asumsi-asumsi dasar tersebut memerlukan cara atau metode untuk
menerapkannya dalam kegiatan pembelajaran. Tahap-tahap atau langkah-langkah, seperti
penetapan tujuan khusus, pola pembelajaran dan lain sebagainya, merupakan hal yang sangat
dibutuhkan agar pembelajaran orang dewasa dapat diterapkan dengan baik dan menyeluruh.
Daftar Pustaka

Yusri,Yusnimar.2013.Strategi Pembelajaran Andragogi,http://ejournal.uin-


suska.ac.id/index.php/al-fikra/article/view/3861/2400, pranala diakses pada 18 September
2021

Sujarwo.2007.Strategi Pembelajaran Partisipatif Bagi Belajar Orang Dewasa


(Pendekatan
Andragogi),https://journal.uny.ac.id/index.php/mip/article/view/5990/5178,pranala diakses
pada 18 September 2021

Anda mungkin juga menyukai