Anda di halaman 1dari 17

MODEL PELATIHAN DIKLAT DENGAN METODE

PENDEKATAN ANDRAGOGI

Makalah Ini Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah

“ Manajemen Diklat ”

DOSEN PENGAMPU :

Nur Rahmi Sonia M.Pd I

DI SUSUN OLEH :

1. Maulana Abiyyu Nur Firdaus ( 206220076 )

2. M. Fikria Najitama ( 206220087 )

3. M. Farhan Putra Ansari ( 206220086 )

MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM


FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PONOROGO
TAHUN 2024
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “PERENCANAAN
DIKLAT” ini tepat pada waktunya. Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk
memenuhi tugas pada mata kuliah Manajemen Diklat. Selain itu, makalah ini juga ditulis
dengan tujuan untuk menambah wawasan tentang konsep perencanaan diklat bagi penulis dan
pembaca.

Kami ucapkan terima kasih kepada Ibu Nur Rahmi Sonia, M.Pd.I selaku dosen mata
kuliah Manajemen Diklat yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah
pengetahuan serta wawasan kami. Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak
yang telah membagi sebagian pengetahuannya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah
ini.

Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu,
kritik dan saran yang membangun akan senantiasa kami nantikan demi kesempurnaan makalah
ini. Semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi penulis maupun bagi pembaca.

Ponorogo, 13 Maret 2024

ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.........................................................................................................ii

DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN.....................................................................................................1

A. Pembahasan............................................................................................................1
B. Rumusan masalah...................................................................................................1
C. Tujuan.....................................................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN.....................................................................................................2

A. Metode dan pendekatan andragogi dalam manajemen diklat.............................2


1.1. Definisi andragogi....................................................................................................2
1.2. Perbedaan andragogi dan pendagogi......................................................................4
1.3. Sejarah latar belakang andragogi............................................................................6
1.4. Strategi andragogi pada diklat.................................................................................7
B. Manajemen pembelajaran dewasa........................................................................9
1. Strategi pembelajaran orang dewasa......................................................................9
2. Unsur – unsur strategi pembelajaran......................................................................9
3. Prinsip pembelajaran orang dewasa.......................................................................10
4. Macam macam strategi pembelajaran....................................................................11
5. Ruang lingkup strategi pembelajaran......................................................................11
6. Tujuan pembelajaran orang dewasa.......................................................................12

BAB III KESIMPULAN......................................................................................................13

A. Kesimpulan..............................................................................................................13

DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................14

iii
BAB I
Pendahuluan
A. Latar belakang :
Latihan adalah proses membantu para pegawai untuk memperoleh efektivitas dalam
pekerjaan mereka baik yang sekarang ataupun yang akan datang, melalui pengembangan
kebiasaan kebiasaan pikiran dan tindakan, pengetahuan, keterampilan, dan sikapnya.
Pendidikan dan pelatihan bagi orang dewasa memiliki peran yang sangat penting dalam
meningkatkan kualitas sumber daya manusia suatu negara. Dalam konteks manajemen
pembelajaran, pendekatan yang tepat dan efektif perlu diterapkan untuk memastikan bahwa
pelatihan yang diberikan dapat memberikan dampak yang signifikan bagi peserta.
Pendekatan yang relevan dalam konteks ini adalah andragogi, yang merupakan
teoripembelajaran orang dewasa yang berbeda dengan pedagogi, yang lebih ditekankan
pada pembelajaran anak-anak. Andragogi menekankan pada kemandirian, pengalaman, dan
motivasi intrinsik orang dewasa dalam pembelajaran.
Dalam manajemen diklat, penerapan prinsip-prinsip andragogi dapat membantu
meningkatkan efektivitas pelatihan, memotivasi peserta, serta menciptakan lingkungan
belajar yang kondusif bagi orang dewasa. Namun, meskipun konsep ini dikenal luas, belum
banyak studi yang secara khusus mengkaji penerapannya dalam manajemen diklat
manajemen pembelajaran bagi orang dewasa di Indonesia.
B. Rumusan masalah :
1. Apa yang di maksud dengan metode dan pendekatan andragogi dalam manajemen
diklat ?
2. Apa yang di maksud dengan manajemen pembelajaran orang dewasa?
C. Tujuan :
1. Mengetahui apa saja metode dan mengetahui apaitu pendekatan andragogi
2. Mengetahui apa yang di maksud dengan manajemen pendidikan dewasa..

1
BAB II

Pembahasan

A. Metode dan pendekatan andragogi dalam manajemen diklat


1. Pendekatan andragogi pada diklat :
Diklat sebagai jalan untuk program pelatih seseorang dalam organisasi atau
lembaga memang sangat krusial kepentingannya, sehingga kesenjangan di dalam
pelaksaan tigas menjadian acuan kebutuhannya. Pendekatan andragogi sangat
relevan sekali sebagai proses dalam pembelajaran formal ataupun nonformal, pada
pembelajaran nonformal andragogi merupakan sebuah landasan dalam proses
pembelajaran di suatu tingkat level penyelenggaraan pendidikan non formal.
Kemudian Andragogi dalam pendidikan formal dapat diselenggarakan pada level
tingkatan menengah keatas. Dalam diklat di sebuah lembaga tentunya memiliki
sebuah metode dalam mengolah diklat tersebut sehingga peserta diklat dapat merasa
puas dan mencapai tujuan utama dari diadakannya diklat tersebut. Metode
pendekatan Andragogi merupakan salah satu dari beberapa pendekatannya,
pendekatan ini dapat di istilahkan sebagai pendekatan dewasa. Pada pendekatan
tersebut memmang suatu hal untuk membantu seseorang dewasa dalam
pembelajaran atau pelatihan (training).
1.1. Definisi andragogi
Andragogi berasal dari kata “Andras” yang memiliki makna dewasa dan
“Agogos” yang memiliki makna membimbing.1 Andragogi memang sebuah seni
yang dimiliki oleh seseorang dalam membantu orang dewasa untuk memahami
pembelajaran atau pelatihan. Membimbing orang dewasa berati juga membantu
orang dewasa dalam mengolah potensi diri secara mandiri. Orang dewasa akan
memiliki cara tersendiri dalam memahami materi yang diberikan dan apabila di
tekan dan tidak diberi sebuah kebebasan dalam pemahaman akan timbul rasa bosan
dan membuat turunnya rasa untuk bersemangat.
Dalam prosesnya pendekatan Andragogi sangat cocok untuk pembelajaran atau
pelatihan yang dilaksanakan pada orang dewasa. Orang dewasa akan lebih suka
dalam hal yang mempelajari tentang realita kehidupannya, sehingga seakan akan
orang dewasa merasa masalahnya teratasi apabila mempelajari hal tersebut, dalam
artian lain pendekatan Andragogi akan lebih dalam mengenai praktik pengetahuan
1
Sugiyanto, Lilik Wahyuni, Pendidikan Orang Dewasa (Andragogi), Cet. I, (Malang: UB Press, 2020), 5

2
atau pelatihan yang diberikan tidak sekedar teori saja. Kemudian sebagai hal yang
dapat meningkatkan kemampuan potensi diri yang telah dikuasai untuk perannya
dalam kehidupan sosial orang dewasa akan melanjutkan pembelajaran atau pelatihan
tersebut. Maka dari itu untuk menciptakan suasana pelatihan atau pembelajaran yang
berkesan dan mengena pada beharvior orang dewasa maka terbentuklah pendekatan
andragogi.2
Sebagai suatu proses, andragogi harus berisi tentang hal yang diajarkan dan hal
lain yang harus dipelajari. Keduanya harus berjalan seiring. Pendidik harus menjadi
fasilitator pembelajaran. Pembelajaran andragogi harus didasari asumsi tentang
konsep diri, pengalaman, kesiapan belajar, dan orientasi belajar. Konsep diri
berkaitan dengan perlunya pemahaman terhadap diri orang dewasa yang sudah
matang secara psikologis.
Pendekatan ini mengaggap bahwa murid atau peserta didik (audiens) memiliki
pemikiran kognitif yang dewasa dengan di asumsikan bahwa peserta didik tersebut
mampu menentukan arah belajar, mencari hal yang dalam pembelajaran,
menganilisis potensi diri dan menyimpulkan sendiri maksud dari pembelajaran serta
dapat mengambil manfaat dari isi pembelajaran, demgan hal tersebut guru akan
bernilai sebagai fasilitator yang mana hubungan guru dan peserta didik memiliki
sifat multikomunikasi tidak guru yang dinilai menggurui. Maka dari dari itu
(Knowles) memberikan pendapat mengenai arti dari Andragogi tersebut yakni
sebuah bentuk pembelajaran terhadap seseorang sehingga menjadikan seseorang
tersebut memiliki potensi lulusan yang mampu menjadikan dirinya sendiri sebagai
guru untuk memahami pembelajaran.3 Maksudnya prinsip andragogi itu menjadikan
seorang peserta didik sengaai guru bagi diri nya sendiri dengan di bantu oleh
fasilitator untuk membingbimg atau memantaunya.
Kemudian menurut (dugan) menyatakan bahwa andragogi tersebut sejalan dari
asal kata nya dari yunsni yang bermakna bimbingan pada orang dewasa bukan anak-
anak, ditambahkan juga bahwa andragogi merupakan sebuah seni untuk membantu
orang tua belajar.4
Dapat disimpulkan bahwasanya pendekatan Andragogi merupakan bentuk
pendekatan yang memberikan dorongan atau bantuan pada pembelajaran seorang

2
Sutarjo, Andragogi, Cet. I, (Jambi: PT. Sonpedia Publishing Indonesia, 2023) 5
3
R. Ibrahim, dkk, Ilmu dan Aplikasi Pendidikan, Cet. II, (Bandung: PT. Imperal Bhakti Utama, 2007) 287
4
R. Ibrahim, dkk, loc.cit, 288

3
dewasa dengan cara menggali sendiri pengetahuan yang ingin dicapai bahkan hingga
adanya praktik sebagai pembuktian pengetahuan yang di selidiki.
1.2. Perbedaan andragogi dan pemdragogi
Setelah mengetahui secara mendasar mengenai pendekatan Andragogi, maka
akan di benturkan dengan pedagogi, yang hal tersebut akan menghasilkan
perbedaan antara keduanya. Dua pendekatan tersebut sama sebagai jalan dalam
membingbing peserta didik dalam belajar hanya saja pedagogi lebih mengarah pada
metode pendekatan terhadap anak-anak, sedangkan Andragogi akan menjadi
pendekatan terhadap orang dewasa dalam proses belajar atau mendalami sebuah
pengetahuannya.
Asimilasi, identifikasi, dan peniruan merupakan elemen atau unsur dalam
keberlangsungan proses pendidikan pada anak anak. 5 Dengan hal tersebut dapat di
ketahui bahwa kerangka belajar anak anak masih dominan dalam pengenalan dan
mendalami teori. Berbeda dengan Andragogi dalam pendidikan orang dewasa
berlangsung dengan menitikberatkan pada peningkatan kehidupan mereka,
memberikan keterampilan dan kemampuan untuk memecahkan permasalahan, serta
mendalami pengetahuan yang dirasa cocok bagi keberlangsungan hidupnya. 6 Jadi
pada asumsi atau penggunaannya andragogi lebih kearah pengasahan otak
meningkatkan potensi diri untuk masa depannya.
Untuk mengetahui secara spesifik mengenai perbedaan antara andragogi dan
pedagogi dapat dilihat di tabel berikut7

Sudut pandang Andragogi Pedegogi


Penyebutan sasaran pembelajar disebut peserta Pembelajar di sebut sebagai
didik atau warga didik anak didik atau siswa
Gaya belajar Lebih independen (bebas) Mengacu pada dependen
(terikat)
Tujuan belajar Fleksibilitas menjadi tujuan Tujuannya sudah ditetapkan
belajar sebelumnya
Asumsi pengalaman Peserta didik diasumsikan Pengalaman belajar hanya
lebih memiliki pengalaman diperoleh dari guru
belajar dari sekitarnya.
Keaktifan Dalam mengelola belajarnya Siswa lebih banyak
peserta didik dituntut untuk menerima pengetahuan dari
aktif agar dapat memahi guru
pengetahuannts
5
Faizah Alif, Konsep Pedagogi dan Andragogi Dalam Perspektif Al - Maraghii (Studi atas QS. Luqman dan QS. Al -
Kahfi), Tesis (Universitas Sunan Ampel Surabaya, 2018), 95
6
Faizah Alif, Loc.cit, 96
7
Mohammad Al Farabi, Pendidikan Orang Dewasa Dalam Al Qur'an, Cet. I, (Jakarta: Kencana, 2018), 49

4
Estimasi waktu Kecepatan waktu belajar Kecepatan waktu belajar
dipengaruhi oleh model dipengaruhi oleh gurunya
belajarnya (atau sudah disesuaikan oleh
gurunya)
Pusat pembelajaran Pembelajarannya terpusat Pembelajarannya di pusatkan
pada pengalaman dunia pada pengembangan
nyata wawasan teoritis
Sumber pengembangan Peserta didik sebagai sumber Guru yang menjadi sumber
ide dan contoh daya pengembangan ide dan utama dalam
contoh mengembangkan ide dan
contoh
Hubungan dalam belajar Hubungan antara fasilitatir Guru akan terlihat lebih
dan peserta harus diciptakan berkuasa, paham dan
drngan setara, tidak mengetahui segala hal, siswa
menggurui hanya bisa menerima.
Pandangan analogi Orang dewasa dianggap Anak anak masih dianggap
seperti gelas yang telah terisi seperti gelas kosong yang
air (pengalaman, wawasan, perlu diisi dengan wawasan
dan status sosial pengetahuan
Kemandirian dalam Seharusnya sudah memiliki Masih terikat terhadap
belajar kemandirian dalam belajar ketergantungan perintah dan
arahan guru
Keterlibatan peserta Dalam proses perencanaan, Tidak terlalu terlibat dalam
pelaksanaan serta evaluasi proses perencanaan dan
keterlibatan peserta didik evaluasi.
sangat mempengaruhi
keberhasilan belajarnya
Komunikasi Memiliki komunikasi multi Hanya berkomunikasi satu
arah arah
Untuk perbedaan yang mendasar dari Andragogi dan pedagogi sebenarnya
sudah termuat di dalam karya karya dari knowles, dari karyanya yang bermula pada
pedagogi dengan seiring berkembangnya teori tersebut kemudian muncul teori
mengenai pendidikan dewasa (andragogi) untuk mengembangkan pendidikan
orang dewasa pada masa itu. Andragogi tersebut sebagai pengganti istilah untuk
pedagogi pendidikan anak anak maupun dewasa, dengan demikian dapat diartikan
bahwa knowles memiliki asumsi berbeda terhadap keduanya. Namun setelah itu
knowles justru mengembangkan pendekatan kontinum, yang mana pendekatan
tersebut mengekspresikan bahwa andragogi juga dapat dipraktikan pada anak anak
dan orang dewasa.8 Hal tersebut dapat dilihat dari beberapa contoh di pendidikan
Indonesia salah satunya pengubahan nama anak didik menjadi peserta didik di
lembaga setingkat dengan SD atau menengah pertama

1.3. Sejarah latar belakang andragogi


8
Faizah Alif, op.cit, 98

5
Dalam pembentukan Andragogi tersebut awalnya didasari tentang pendidikan
anak anak atau sering di sebut pedagogi. Pada masa tersebut menurut knowles
dalam karya karyanya menyebutkan bahwa awal mula ada nya metode ini pada
tahun 1833 yang di kemukakan oleh Alexander Kapp, seorang menulis dari
Jerman. Penulisan kata tersebut digunakannya pada karya tulisnya yakni "Toeri
Pendidikan Filosof Yunani Plato", walaupun pada pemakaian kata tersebut tidak
digunakan oleh Plato.9
Dikarenakan ketidakcocokan pemahaman mengenai andragogi yang seakan
akan tidak menghormati guru dalam filsafat perenaliasme maka beberapa tahun
kemudian John Herbart, seorang filsof Jerman, menentang pemakaian kata
andragogi tersebut, dengan demikian istilah andragogi terasingkan dan tidak pernah
muncul kembali hingga sampai 100 tahun lamanya. 10 Kemudian pada masa tahun
1921 seorang ilmuwan filsuf dari Jerman Van Enckevort menemukan kembali.
Dalam laporannya Van Enckevort menjelaskan bahwa ketika seorang dewasa juga
berkeinginan untuk mencari sebuah pengetahuan maka adanya guru khusus,
metode khusus serta waktu yang khusus, sehingga dengan demikian perlu adanya
kembali metode andragogi untuk pendidikan orang dewasa. Hal tersebut juga di
dukung oleh Adam Smith yang memberikan argumentasi nya bahwasanya
pendidikan itu tidak hanya pada anak anak saja tapi juga orang dewasa.
Sebuah perjalanan panjang tentang lahirnya istilah andragogi dalam pendidikan,
namun pemikiran-pemikiran yang lebih fokus baik dari segi konsep teori, filsafat
maupun pada tahapan implementasi (metodologi) seperti pada; proses
pembelajaran, tujuan pembelajaran, sasaran pembelajaran serta kaitan antara
andragogi dengan masalah ekonomi, sosial, budaya dan politik dimulai pada tahun
1950, dimana Knowles menyusun '' Informal Adult Education" yang menyatakan
bahwa inti Pendidikan orang dengan Pendidikan tradisional. 11 Disamping itu pula
Kanowles mengajukan tiga hal penting pada POD, yakni:
1) Mengubah visi peserta belajar khususnya dalam program pendidikan
orang dewasa.
2) Mengajukan istilah contiuning learning.

9
Saleh Marzuki, Pendidikan Non Formal (Dimensi Dalam Keaksaraan Fungsional, Pelatihan, dan Andragogi, Cet. I,
(Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2010), 164.
10
Saleh Marzuki, loc.cit, 165
11
R. Ibrahim, dkk, op.cit, 293

6
3) Peserta didik pada national training laboratories adalah orang-orang
yang telah bekerja.
1.4. Strategi andragogi pada diklat
Sebelum memberikan strategi pelatihan kepada orang dewasa, perlunya untuk
mengembangkan prinsip andragogi kepada peserta sehingga nantinya dapat
mengetahui karakteristik dari peserta diklat, yang kemudian seorang instruktur
dapat memberikan respon atau menyikapi karakteristik dari peserta, sikap yang
dapat instruktur berikan setelah melihat karakteristik yakni tekun dan terus bersabar
untuk berbagi wawasan sesama peserta, terus memberikan semangat dan motivasi
tentang kesuksesan karir sehingga peserta tidak mudah menyerah, serta selalu
memfasilitasi kebutuhan yang diinginkan oleh peserta. Maka berikut merupakan
bentuk proses pendekatan dari Andragogi:12
a) Dengan memberikan dorongan motivasi dan semangat agar peserta
diklat giat dalam mendalami dan mengekspresikan proses pelatihan.
b) Memberikan pemahaman mengenai materi dan praktik dalam pelatihan.
c) Interaksi yang sering atau komunikasi yang saling memberikan feedback
dan memperkenalkan diri dengan baik satu sama lain, Agar peserta didik
dapat mengenal instruktur nya secara dekat.
d) Memberikan metode atau cara pembelajaran yang baik dengan benar di
sertai dengan kesabaran dari instruktur agar peserta didik merasakan
kenyamanan saat sedang melakukan pelatihan.

Dalam motode strategi diklat seorang nara sumber sebagai pembicara di sebut
widyaswara atau di dalam pelatihan disebut instruktur , yang mana instruktur atau
widyaswara berperan sebagai fasilitator dalam sebuah diklat yakni membimbing
proses andragogi, bukan mengatur dan Memberi mata ajar seperti pada model
pedagogi (pendidikan anak), hal tersebut karena pads andragogi varian belajarnya
lebih banyak dan tergantung dengan minat bakat yang dipilih oleh peserta. 13
Metode merupakan faktor penunjang kelancaran pelaksanaan kegiatan diklat dalam
pencapaian tujuan diklat dan faktor diklat yang menyebabkan Beleerlangsungan
proses belajar. Masing-masing pihak yang berinteraksi dalam pengajaran
memerlukan metode pengajaran yang berlainan. Dengan demikian metode

12
Aditio Gustami, dkk, Praktek Andragogi di Masyarakat, Cet. I, (Madiun: CV. Bayfa Cendekia Indonesia, 2021), 6
13
Sedarmayanti, Sabar Gunawan, Perencanaan, Pemantauan, Evaluasi Pendidikan dan Pelatihan (Diklat), Cet. I,
( Bandung: PT. Refika Aditama, 2020), 97

7
andragogi sebagai titik pengaruh dalam proses pelatihan terhadap orang dewasa
dengan adanya dorongan agar peserta diklat mampu berfikir intelektualintelektual,
sosial dan sesuai denagn pengalamannya. Dalam pemilihan strategi perlu
mengetahui hal berikut:14

a) Konsep belajar
b) Mengutamakan aktivitas peserta diklat
c) Perbedaan individual peserta diklatd
d) Untuk merangsang peserta diklat berpikir nalar
e) Terjadinya pertumbuhan dan perkembangan diri peserta diklat.

Dalam strategi pelatihan (training) memerlukan perhatikan dari prinsip


Andragogi diatas. Karena pelatihan adalah sebagai wadah dalam mengembangkan
dan mengasah ketrampilsn seseorang maka untuk menjaga dan memanfaatkan
sumber sumber yang diinginkan tersebut perlu sebuah tatan konsep yang strategis
dan sesuai dengan prinsip Andragogi.

a) Strategi Akademik.
Strategi ini lebih kepda metode ceramah, seminar, pembacaan buku
sehingga dapat tertransfer isi atau bahan ajar kepada peserta pelatihan
dan nantinya sebagai penambab wawasan konseptual diri.
b) Strategi Laboratories.
Strategi ini memang sangat jauh jaraknya dari suatu perkerjaan dan
organisasi terhadap dunia nyatanya. Strategi ini di titik beratkan pada
proses bukan sekedar konten saja sehingga sebuah wawasan dan skill
dapat diketahui setelah mengalaminya atau melalui pengalaman.
c) Strategi Aktivitas.
Strategi ini mengarahkan pada seseorang peserta pelatihan untuk
mendalami skill tertentu yang dimiliki dengan praktik sebagai
metodenya dengan tetap di temani oleh instruktur atau fasilitator.
d) Strategi Pengembangan Perseorangan
Strategi ini menitik beratkan kepada seseorang agar memahami syarat
dan hak yang dimiliki oleh peserta pelatihan agar memiliki partisipan
yang tinggi dan kerja sama dalam penyelesaian tugasnya.15
14
Sedarmayanti, Sabar Gunawan, loc.cit, 98
15
Saleh Marzuki, op.cit, 182

8
B. Manajemen pembelajaran orang dewasa
1. Strategi pembelajaran orang dewasa
Strategi pembelajaran terdiri dari dua kata yaitu strategi (strategy) dari kata
kerja dalam bahasa Yunani , “stratego” yang berarti merencanakan (to plan).
Strategi adalah suatu pola yang direncanakan dan ditetapkan secara sengaja untuk
melakukan kegiatan atau tindakan. Strategi mencakup tujuan kegiatan yang terlibat
dalam kegiatan, isi kegiatan, proses kegiatan dan sarana penunjang kegiatan.16
Secara umum strategi mempunyai pengertian suatu garis-garis besar haluan
untuk bertindak dalam usaha mencapai tujuan atau sasaran yang ditentukan.
(Syaiful Bahri Jamrah dan Aswan Zain) Dihubungkan dengan proses pembelajaran,
strategi biasa diartikan sebagai siasat atau pola-pola umum kegiatan guru dan anak
didik dalam perwujudan kegiaatan belajar mengajar untuk mencapai tujuan yang
telah ditetapkaan.17
Pembelajaran adalah upaya yang di lalui siswa atau seseorang untuk
mengembangkan potensi dalam dirinya yang di lalui melalui proses belajar. Strategi
pembelajaran mencakup penggunaan pendekatan, metode dan teknik, bentuk media,
sumber belajar, peserta didik, untuk mewujudkan interaksi edukasi antara pendidik
dengan peserta didik dengan lingkungannya.18 Hilda Taba menyatakan bahwa
strategi pembelajaran adalah cara-cara yang dipilih oleh guru dalam proses
pembelajaran yang dapat memberikan kemudahan dan fasilitas bagi siswa menuju
tercapainya tujuan pembelajaran.19
Dapat di ambil kesimpulan bahwa strategi pembelajaran adalah suatu yang di
tetapkan untuk melakukan sebuah kegiatan pembelajaran. Strategi pembelajaran
mencakup perencanaan, pelaksanaan, penilaian, pengayaan, dan remedial.
2. Unsur – unsur straregi pembelajaran
Unsur – unsur strategi pembelajaran terdiri dari :
a. Menetetapkan spesifikasi dari kualifikasi perubahan perilaku, tujuan
selalu dijadikan acuan dasar dalam merancang dan melaksanakan setiap
kegiatan pembelajaran. Oleh sebab itu tujuan pembelajaran harus di

16
Sujarwo dan Pd, “STRATEGI PEMBELAJARAN ORANG DEWASA (PENDEKATAN ANDRAGOGI),” 8.
17
Asrori, “Pengertian, Tujuan Dan Ruang Lingkup Strategi Pembelajaran,” 29 Januari 2016, 6.
18
Sujarwo dan Pd, “STRATEGI PEMBELAJARAN ORANG DEWASA (PENDEKATAN ANDRAGOGI),” 8.
19
Asrori, “Pengertian, Tujuan Dan Ruang Lingkup Strategi Pembelajaran,” 29 Januari 2016, 6.

9
rumuskan secara spesifik dalam arti mengarahkan kepada perubahan
perilaku tertentu dan operasional dalam arti dapat diukur.
b. Memilih pendekatan pembelajar, suatu cara pandang dalam
menyampaikan yang telah direncanakan untuk mencapai tujuan yang
telah ditetapkan. Dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran harus
dipertimbang dan dipilih jalan pendekatan utama yang dipandang paling
ampuh, paling tepat, dan paling efektif guna mencapai tujuan.
c. Memilih dan menetapkan metode, teknik, dan prosedur pembelajaran.20
3. Prinsip pembelajaran orang dewasa
Prinsip pembelajaran menurut Malcolm Knowles ( 1986 ) prinsip pembelajaran
orang dewasa ada 4, yaitu :
a) Orang dewasa perlu terlibat dalam merancang dan membuat tujuan
pembelajaran. Mereka mesti memahami sejauh mana pencapaian
hasilnya.
b) Pengalaman adalah asas aktivitas pembelajaran. Menjadi tanggung jawab
peserta didik menerima pengalaman sebagai suatu yang bermakna.
c) Orang dewasa lebih berminat mempelajari perkara-perkara yang
berkaitan secara langsung dengan kerja dan kehidupan mereka.
d) Pembelajaran lebih tertumpu pada masalah (problem-centered) dan
membutuhkan dorongan dan motivasi.21

Miller , menyebutkan prinsip pembelajaran bagi orang dewasa, adalah sebagai


berikut:

a) Peserta didik perlu diberikan motivasi bagi mengubah tingkah laku.


Peserta didik perlu sadar tingkah laku yang tidak diingini dan
mempunyai gambaran jelas berkenaan dengan tingkah laku yang
diingini.
b) Peserta didik mempunyai peluang mencoba tingkah laku yang baru.
c) Peserta didik membutuhkan bahan-bahan pembelajaran yang dapat
membantu kebutuhannya.22
4. Macam – macam strategi pembelajaran

20
Asrori, 169.
21
Imsiyah dan Setiawan, “ANDRAGOGI: PARADIGMA PEMBELAJARAN ORANG DEWASA PADA ERA LITERASI
DIGITAL,” t.t., 521.
22
Imsiyah dan Setiawan, 522.

10
Strategi pembelajaran terbagi menjadi 3 macam :
a) Strategi Indukatif adalah suatu strategi pembelajaran yang memulai dari
hal-hal yang khusus barulah menuju hal yang umum.
b) Strategi Dedukatif adalah suatu strategi pembelajaran yang umum
menuju hal-hal yang khusus.
c) Strategi campuran adalah gabungan dari strategi indukatif dan dedukatif.
Adapula strategi regresif yaitu strategi pembelajaran yang memakai titik
tolak jaman sekarang untuk kemudian menelusuri balik (kebelakang) ke
masa lampau yang merupakan latar belakang dari perkembangan
kontemporer tersebut.23
5. Ruang lingkup strategi pembelajaran
Tahap-tahap pengelolaan dan pelaksanaan strategi pembelajaran terdiri sebagai
berikut:
1.1. Perencanaan meliputi : a. Menetapkan apa yang mau dilakukan, kapan
dan bagaiman cara melakukannya. b. Membatasi sasaran dan menetapkan
pelaksanaan kerja untuk mencapai hasil secara maksimal melalui proses
penentuan target. c. Mengembangkan alternatif-alternatif. d. Mengumpulkan
dan menganalisis informasi. e. Mempersiapkan dan mengkomunikasikan
rencana-rencana serta keputusan-keputusan.
1.2. Pengorganisasian meliputi : a. Menyediakan fasilitas, perlengkapan dan
tenaga kerja yang efisien dalam melaksanakan rencana-rencana melalui
proses penetapan kerja yang diperlukan untuk menyelesaikannya. b.
Pengelompokan komponen kerja ke dalam struktur organisasi secara teratur
c. Membentuk wewenang dan mekanisme koordinasi. d. Merumuskan serta
menetapkan metode dan prosedur.24
1.3. Pengarahan meliputi : a. Menyusun kerangka waktu dan biaya secara
terperinci. b. Memprakarsai dan menampilkan kepemimpinan dalam
melaksanakan rencana dan mengambil keputusan. c. Mengeluarkan instruksi
yang spesifik d. Membimbing, memotivasi dan melakukan supervisi.
1.4. Pengawasan meliputi : a. Mengevaluasi pelaksanaan kegiatan
dibandingkan dengan rencana. b. Melaporkan terhadap penyimpangan untuk
tindakan koreksi dan merumuskan tindakan koreksi, menyusun

23
Asrori, “Pengertian, Tujuan Dan Ruang Lingkup Strategi Pembelajaran,” 29 Januari 2016, 170.
24
Asrori, 182.

11
standarstandar dan saran-saran. c. Menilai pekerjaan dan melakukan koreksi
terhadap penyimpangan-penyimpangan. (Suharyono, 1991: 27).25
6. Tujuan pembelajaran orang dewasa
Menurut Lunandi , menyatakan proses pendidikan orang dewasa bertujuan
untuk mengembangkan kemampuan, memperkaya pengetahuan, meningkatkan
kualifikasi teknis, dan jiwa profesionalisme para pesertanya. Setiana menyatakan
bahwa tujuan dari pendidikan orang dewasa pada hakekatnya adalah terjadinya
proses perubahan perilaku menuju ke arah yang lebih baik dan menguntungkan
hanya dapat terjadi apabila ada perubahanperubahan yang cukup mendasar dalam
bentuk atau peningkatan pengetahuan, keterampilan dan sekaligus sikap.26

25
Asrori, 183.
26
Imsiyah dan Setiawan, “ANDRAGOGI: PARADIGMA PEMBELAJARAN ORANG DEWASA PADA ERA LITERASI
DIGITAL,” t.t., 524.

12
BAB III

Kesimpulan

1. Andragogi merupakan bentuk pendekatan yang memberikan dorongan atau bantuan


pada pembelajaran seorang dewasa dengan cara menggali sendiri pengetahuan yang
ingin dicapai bahkan hingga adanya praktik sebagai pembuktian pengetahuan yang di
selidiki.
2. Dalam pemilihan strategi perlu mengetahui hal berikut: Konsep belajar, Mengutamakan
aktivitas peserta diklat, Perbedaan individual peserta diklat, Untuk merangsang peserta
diklat berpikir nalar, Terjadinya pertumbuhan dan perkembangan diri peserta diklat.
3. Ruang lingkup strategi pembelajaran meliputi : Perencanaan, Pengorganisasian,
Pengarahan, Pengawasan.
4. Tujuan pembelajaran orang dewasa adalah mengembangkan kemampuan, memperkaya
pengetahuan, meningkatkan kualifikasi teknis, dan jiwa profesionalisme.

13
DAFTAR PUSTAKA

Asrori, Mohammad. “Pengertian, Tujuan Dan Ruang Lingkup Strategi Pembelajaran.”


MADRASAH 6, no. 2 (29 Januari 2016): 26. https://doi.org/10.18860/jt.v6i2.3301.
———. “Pengertian, Tujuan Dan Ruang Lingkup Strategi Pembelajaran.” MADRASAH 6, no.
2 (29 Januari 2016): 26. https://doi.org/10.18860/jt.v6i2.3301.
Imsiyah, Niswatul, dan Aris Setiawan. “ANDRAGOGI: PARADIGMA PEMBELAJARAN
ORANG DEWASA PADA ERA LITERASI DIGITAL,” t.t.
———. “ANDRAGOGI: PARADIGMA PEMBELAJARAN ORANG DEWASA PADA ERA
LITERASI DIGITAL,” t.t.
Sujarwo, Dr, dan M Pd. “STRATEGI PEMBELAJARAN ORANG DEWASA
(PENDEKATAN ANDRAGOGI),” t.t.
Sedarmayanti, Sabar Gunawan, Perencanaan, Pemantauan, Evaluasi Pendidikan dan Pelatihan
(Diklat), Cet. I, ( Bandung: PT. Refika Aditama, 2020)
Saleh Marzuki, Pendidikan Non Formal (Dimensi Dalam Keaksaraan Fungsional, Pelatihan,
dan Andragogi, Cet. I, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2010)

Aditio Gustami, dkk, Praktek Andragogi di Masyarakat, Cet. I, (Madiun: CV. Bayfa Cendekia
Indonesia, 2021)

Faizah Alif, Konsep Pedagogi dan Andragogi Dalam Perspektif Al - Maraghii (Studi atas QS.
Luqman dan QS. Al - Kahfi), Tesis (Universitas Sunan Ampel Surabaya, 2018)

14

Anda mungkin juga menyukai