MAKALAH
Disusun oleh:
S2 TEKNOLOGI PEMBELAJARAN
PROGRAM PASCASARJANA
2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat
dan karunia-Nya, sehingga makalah yang berjudul: “Pedagogi, Andragogi, Heutagogi dalam
Konteks Belajar Mandiri” dapat terselesaikan dengan baik. Makalah ini disusun guna memenuhi
tugas mata kuliah Pembelajaran Mandiri. Tidak lupa penyusun mengucapkan terima kasih
kepada Dr. Pujiriyanto, S.Pd, M.Pd selaku dosen pengampu dan semua pihak yang telah
memberikan dukungan dalam menyelesaikan makalah ini. Penyusun menyadari bahwa dalam
penulisan makalah masih banyak kekurangan baik isi maupun penulisannya. Oleh sebab itu,
penyusun sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dalam penyempurnaan
makalah selanjutnya.
Penulis
i
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN............................................................................................................. 1
C.Tujuan.................................................................................................................................... 2
B. Pedagogi ............................................................................................................................... 3
C. Andragogi ............................................................................................................................ 4
D. Heutagogi ............................................................................................................................ 9
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kita memasuki era global di abad 21, dimana perkembangan dunia sangat pesat dan
berlangsung cepat. Hal itu dapat memberikan peluang jika dapat dimanfaatkan dengan baik.
Tetapi juga bisa menjadi bencana jika tidak diantisipasi secara sistematis, terstruktur, dan
terukur.
Dalam menghadapi era global, dibutuhkan sumber daya manusia (SDM) tangguh yang
memiliki sejumlah kompetensi dan keterampilan abad 21. Tujuannya agar dapat hidup survive
atau bertahan di tengah perubahan yang begitu cepat dan tidak dapat diprediksi ini.
Keterampilan pada abad 21 merupakan syarat penting yang harus dikuasai oleh setiap orang.
Dengan begitu, mereka akan berhasil dalam menghadapi tantangan, permasalahan,
kehidupan, dan karir pada era tersebut. National Education Association, telah
mengidentifikasi keterampilan abad 21 sebagai keterampilan “The 4Cs”.
The 4Cs tersebut meliputi keterampilan berpikir kritis dan pemecahan masalah, berpikir
kreatif, berkomunikasi dan berkolaborasi. Peserta didik yang dibutuhkan di abad ini tentulah
yang memiliki ketangguhan belajar, kepercayaan diri, ketekunan, panjang akal, dan
sejenisnya; mereka nampak sebagai orang yang selalu termotivasi, pekerja keras, penuh
strategi, dan kompeten secara akademis (mandiri dalam belajar). Untuk itu, penyiapan SDM
yang dapat menguasai kompetensi dan keterampilan abad 21 akan efektif jika ditempuh
melalui jalur pendidikan.
Keberhasilan pendidikan suatu bangsa sangat ditentukan oleh pendekatan yang
dipergunakan oleh pendidik atau guru dalam menyampaikan materinya kepada peserta didik.
Dewasa ini telah banyak pendekatan yang dikembangkan oleh para ahli, baik dengan sasaran
anak-anak maupun orang dewasa.
Masing-masing pendekatan tentunya memiliki kelebihan dan kekurangan, karena tidak
ada sesuatu yang sempurna di dunia ini termasuk pendekatan yang digunakan oleh pendidik
dalam pembelajarannya. Pendekatan yang dimaksud disini adalah pedagogi, adragogi, dan
heutagogi.
Bagaimana masing-masing pendekatan dalam pembelajaran yang dapat dipergunakan
dalam proses pendidikan tersebut akan dijelaskan dalam makalah ini.
B. Rumusan Masalah
Dari uraian masalah di atas maka disusun rumusan masalah dalam bentuk pertanyaan
sebagai berikut:
1. Apa yang dimaksud dengan belajar mandiri?
2. Apa yang dimaksud dengan pedagogi?
3. Apa yang dimaksud dengan andragogi?
4. Apa yang dimaksud dengan heutagogi?
5. Bagaimana hubungan pedagogi, andragogi, heutagogi dalam konteks belajar mandiri?
1
C. Tujuan
2
BAB II
PEMBAHASAN
Belajar mandiri adalah suatu metode pembelajaran yang dilakukan seseorang untuk
meningkatkan pengetahuan, keahlian, dan prestasi melalui inisiatif sendiri dalam perencanaan,
pelaksanaan, dan evaluasi bergantung pada kemampuan individu dalam mengelola
pembelajaran sesuai dengan otonomi yang dimiliki, meskipun nantinya membutuhkan bantuan
atau nasihat dari orang lain.
Menurut Knowless (1975), belajar mandiri adalah suatu proses dimana individu
mengambil inisiatif dengan atau tanpa bantuan dari orang lain untuk mendiagnosa kebutuhan
belajarnya sendiri, merumuskan atau menentukan tujuan belajarnya sendiri, mengidentifikasi
sumber-sumber belajar, memilih dan melaksanakan strategi belajarnya, serta mengevaluasi
hasil belajarnya sendiri.
Sementara itu menurut Gibbons (2002), belajar mandiri adalah usaha yang dilakukan
seseorang untuk meningkatkan pengetahuan, keahlian, prestasi terkait orientasi
pengembangkan diri dimana individu menggunakan banyak metode dalam banyak situasi serta
waktu yang dilakukan secara relatif mandiri.
Tingkat kemandirian belajar seseorang, salah satunya dipengaruhi usia perkembangan
psikologinya. Oleh karena itu pengertian belajar mandiri perlu dikaitkan dengan pendekatan
belajar yang disebut sebagai pedagogi, andragogi, dan heutagogi.
B. PEDAGOGI
Konsep Pedagogi
Pedagogi berasal dari bahasa Yunani paedagogeo, dimana terdiri dari pais genetif,
paidos yang berarti anak dan agogo berarti memimpin, sehingga secara harfiah pedagogi,
berarti memimpin anak. Dalam bahasa Yunani kuno, kata pedagogi bermakna seorang
budak (pengawas rumah tangga) yang mengawasi pengajaran putra tuannya atau majikannya,
ketika itu anak perempuan tidak diberi pengajaran khusus, pembantu rumah tangga ini
mengantar, menunggu dan menemani pulang putra tuannya ke pada saat dan dari sekolah atau
gymnasium.
Kata pedagogi juga diturunkan dari bahasa latin yang bermakna mengajari anak,
sementara dalam bahasa Inggris istilah pedagogi (pedagogy) digunakan untuk merujuk
kepada teori pengajaran, dimana guru berusaha memahami bahan ajar, mengenal
siswa dan menentukan cara mengajarnya.
Menurut Sudarwan Danim (2010, 48 – 49), ada tiga isu terkait dengan penggunaan istilah
pedagogi, yakni (1) pedagogi merupakan sebuah proses yang bertujuan, dalam makna umum
istilah pedagogik digunakan untuk menjelaskan prinsip-prinsip dan praktik mengajar anak-
anak, (2) banyak pekerjaan “pedagogi sosial” yang telah digunakan untuk menggambarkan
prinsipprinsip mengajar anak-anak dan kaum muda, dan (3) pengertian pedagogi telah
dipahami dan dominan mewarnai proses pembelajaran dalam konteks sekolah. Secara
3
tradisional istilah pedagogi adalah seni mengajar. Sementara dilihat dari pedagogi modern,
dilihat dari hubungan dialektis yang bermanfaat antara pedagogi sebagai ilmu dan pedagogi
sebagai seni. Beberapa definisi yang terkait pengertian pedagogi sebagai ilmu dan seni menurut
Sudarwan Danim (2010: 54-55) antara lain:
1. Pengajaran (teaching) yaitu teknik dan metode kerja guru dalam mentranformasikan konten
pengetahuan, merangsang mengawasi dan menfasilitasi pengembangan siswa untuk mencapai
tujuan pembelajaran, pengertian ini menempatkan guru pada posisi sentral.
2. Belajar (learning) yaitu proses siswa mengembangkan kemandirian dan inisiatif dalam
memperoleh dan meningkatkan pengetahuan serta ketrampilan
3. Hubungan mengajar dengan belajar dengan segala factor lain yang ikut mendorong minat
pedagogi. Hubungan ini bisa bermakna siswa dibimbing guru atau kegiatan belajar yang
berpusat pada siswa, namun tetap dibawah bimbingan guru.
4. Hubungan mengajar dan belajar berkaitan dengan semua pengaturan dan pada segala tahapan
usia, sebagaimana dikembangkan di lembaga pendidikan formal dan nonformal. Sekolah
merupakan salah satu bagian dari total spektum pengaruh pendidikan.
C. ANDRAGOGI
D. HEUTAGOGI
Sebuah konsep kunci dalam heutagogi adalah bahwa dari putaran ganda pembelajaran
dan refleksi diri (Argyris & Schon, 1996, seperti dikutip dalam Hase & Kenyon, 2000). Dalam
putaran ganda pembelajaran, peserta didik mempertimbangkan masalah dan tindakan yang
dihasilkan dan hasilnya, selain merefleksikan proses pemecahan masalah dan bagaimana hal
itu mempengaruhi keyakinan dan tindakan pelajar itu sendiri.
9
Tabel 1. Heutagogy sebagai Continuum dari Andragogi
Ciri-ciri dan kontinum dari andragogi ke heutagogi memerlukan pertimbangan lebih lanjut.
Apa yang dapat diturunkan dari perbandingan ini, bagaimanapun, adalah bahwa heutagogi
adalah pendekatan didirikan pada andragogi dan dapat dianggap sebagai perluasan dari konsep
yang ada.
Pendidikan secara tradisional nyaris selalu dilihat sebagai hubungan pedagogis antara
guru dan pelajar. Guru yang selalu memutuskan apa yang pelajar harus ketahui dan bagaimana
pengetahuan dan ketrampilan yang harus diajarkan. Hasil penelitian puluhan tahun terakhir
memang telah cukup untuk melahirkan sebuah revolusi dalam pendidikan mengenai bagaimana
orang belajar dan hasil dari itu membuat guru dapat bekerja lebih lanjut tentang cara pengajaran
dan hasil yang diperoleh (Sudarwan Danim, (2010: 144). Sementara konsep Andragogi
sebagaimana dikemukakan oleh Malcolm Knowles dalam Sharan B Marriam (2001 : 4)
merupakan label baru atau teknologi baru dari belajar orang dewasa, yang konsep ini di Eropa
didefinisikan sebagai seni atau ilmu membantu orang dewasa belajar. Dengan demikian dapat
dikatakan bahwa dengan adanya perubahan dalam masyarakat yang sangat pesat atau dikenal
dengan era ledakan informasi, maka diperlukan adanya sebuah pendekatan pendidikan dalam
belajar dimana peserta didik sendiri yang menentukan apa dan bagaimana belajar itu dilakukan.
Heutagogi merupakan suatu studi tentang pembelajaran yang ditentukan secara mandiri oleh
pembelajar, dapat pula dilihat sebagai suatu perkembangan alamiah dari metodologi
pendidikan sebelumnya terutama dari pengembangan kemampuan dan mungkin menyediakan
pendekatan optimal untuk belajar di abad dua puluh satu.
Hubungan Pedagogi, Andragogi dan Heutagogi, menurut Mezirow, dalam Lisa Marie
Blaschke (2012), dilihat dari kematangan dan autonomi serta peran dari pendidik, dapat
digambarkan dengan menggunakan pyramid sebagai berikut:
10
Learner maturity Instructur control
and autonomy and course
required (+) structuring
required (-)
Level 3
Heutagogi
Realisasi
Instructur
Learner control and
maturity Level 2 Andragogi course
and structuring
autonomy (cultivation
) required (+)
required (-)
Level 1 Pedagogi
Engagement
Gambar 2: Kemajuan pedagogi ke andragogi kemudian heutagogi menurut Canning, 2010 p. 63)
Berdasarkan gambar di atas, dapat dijelaskan bahwa hubungan antara pedagogi, andragogi
maupun heutagogi, dapat dilihat dari tingkat kematangan peserta didik serta syarat kemandirian
belajar, bahwa semakin bertambah umur maka akan matang dan bertambah kemandirian
belajarnya, sementara dilihat dari peran pendidik atau instruktur, maka semakin bertambah usia
maka peran instruktur serta materi yang terstruktur semakin berkurang, dan sebaliknya
semakin muda (anak-anak) dengan pendekatan pedagogi, maka peran instruktur dan materi
yang terstruktur semakin dominan.
E. PENELITIAN TERKAIT
Pentingnya pendekatan andragogi dikonfirmasi oleh Adha Farizal, & Ismaniar. (2020)
dalam penelitiannya yang menyimpulkan : 1) Pendidikan non sekolah adalah pendidikan
nonformal berkualitas yang merupakan investasi masa depan bangsa yang menghasilkan
warga negara yang berpendidikan dan cerdas serta merupakan aset yang menentukan
eksistensi dan kemajuan bangsa dalam berbagai dimensi kehidupan. 2) Hakekat
Pemberdayaan Generasi Muda, pemuda merupakan penerus perjuangan generasi sebelumnya
untuk mewujudkan cita-cita bangsa. 3) Pendekatan andragogi adalah proses untuk melibatkan
peserta didik dewasa ke dalam suatu struktur pengalaman belajar.
Ulthari dan Sunarti, V. (2020) dalam penelitiannya di pelatihan public speaking di
UKKPK Universitas Negeri Padang menyimpulkan bahwa: (1) penggunaan pendekatan
andragogi trainer masih rendah, (2) motivasi belajar peserta pelatihan tergolong sedang, dan
(3) terdapat hubungan yang signifikan antara penggunaan pendekatan andragogi trainer
dengan motivasi peserta belajar.
11
Sementara itu peneliti Suhaimi, dan Mohd Tajudin (2020), mengkaji bahwa terdapat
enam tema bagi kriteria heutagogi dalam pengajaran dan pembelajaran matematik, yaitu (i)
penentuan sendiri kontrak pembelajaran pelajar, (ii) pembentukan kurikulum fleksibel oleh
pelajar, (iii) penyoalan terarah, (iv) pentaksiran fleksibel dan kesepakatan, (v) latihan reflektif
dan, (vi) pembelajaran kolaboratif. Setiap tema masing-masingnya mempunyai 5, 5, 7, 5, 8
dan 5 item dengan jumlah keseluruhan item ialah 35. Kriteria ini memberikan panduan
berguna kepada pendidik matematik untuk menganalisis setiap item secara kritis sekaligus
membantu melahirkan pelajar bercirikan seperti bijak menyelesaikan masalah, kreatif, inovatif
dan fleksibel untuk menghadapi masa depan.
12
BAB III
PENUTUP
Setelah memahami tentang pedagogi, andragogi, dan heutagogi, sebagai pendidik di abad 21, kita
perlu mengenali karakteristik peserta didik sehingga mampu memilih pendekatan pembelajaran yang
membantu peserta didik memiliki ketrampilan abad 21.
13
DAFTAR PUSTAKA
Adha Farizal, & Ismaniar. (2020). Pendekatan Andragogi dalam Pemberdayaan Generasi Muda melalui
Pendidikan Luar Sekolah. Jurnal Pendidikan Tambusai, 4(3), 3289–3293
Gibbons, Maurice. 2002. The Self-Directed Learning Handbook: Challenging Adolescent Students to
Excel. USA: John Wiley & Sons.
Hiryanto (2017). Pedagogi, Andragogi Dan Heutagogi Serta Implikasinya Dalam Pemberdayaan
Masyarakat. Dinamika Pendidikan Vol XXII. No 01 Mei 2017. UNY
Jim Ife. 2002. Community Development. Community based alternative in an age of Globalisation. 2ed
edition. Australia: Person Education
Lisa Marie Blaschke (2012), Heutagogy and Lifelong Learning: A Review of Heutagogical Practice
and SelfDitermined Learning. The International Review of Research open and distance
Learning. Vol 13. No.1 Januari 2012.
Sudarwan Danim. 2010. Pedagogi, Andragogi dan Heutagogi. Bandung; Penerbit Alfabeta
Suhaimi, dan Mohd Tajudin (2020). Mensinergikan Pengajaran Matematik Peringkat Universiti
Melalui Pendekatan Heutagogi Ke Arah Kurikulum Tersedia Masa Hadapan. International
Journal of Education and Pedagogy, [S.l.], v. 2, n. 3, p. 56-69, sep. 2020. ISSN 2682-8464.
Ulthari, I. and Sunarti, V. (2020) Hubungan Antara Penggunaan Pendekatan Andragogi Trainer
Dengan Motivasi Belajar Peserta Pelatihan Public Speaking Di UKKPK UNP, Ranah
Research : Journal of Multidisciplinary Research and Development, 2(3), pp. 1 - 8
14