1
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan
rahmat serta karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
Pendidikan Andragogi
Tujuan pokok dari pembuatan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas pada mata
kuliah Pengantar Pendidikan dasar dan tujuan umumnya untuk memberikan beberapa
informasi pengetahuan tentang Pendidikan Andragogi kepada pembaca. Dalam penyusunan
makalah ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Atika Anggraini, M. Pd. sebagai dosen pangampu Pengantar Pendidikan di Institut
Agama Islam Negeri (IAIN) Kediri.
2. Teman-teman kelas B Program Studi Ilmu Pengetahuan Alam, telah membantu
dalam penyelesaian makalah ini.
Dengan terselenggaranya makalah ini, penulis menyadari bahwa penyusunan
makalah ini masih banyak kekurangan. Oleh karena itu, segala kritik dan saran yang
bersifat membangun sangat penulis harapkan. Agar makalah ini menjadi lebih baik dan
dapat berguna bagi semua pihak.
Penulis,
DAFTAR ISI
2
HALAMAN SAMPUL........................................................................................................1
KATA PENGANTAR..........................................................................................................2
DAFTAR ISI.........................................................................................................................3
BAB I.....................................................................................................................................4
PENDAHULUAN.................................................................................................................4
A. Latar Belakang........................................................................................................4
B. Rumusan Masalah...................................................................................................4
C. Tujuan......................................................................................................................5
BAB II...................................................................................................................................6
PEMBAHASAN...................................................................................................................6
A. Konsep Andragogi dan Pendagogi.......................................................................6
B. Peserta didik dan prinsip Andragogi...................................................................8
C. Faktor yang mempengaruhi belajar orang dewasa............................................9
D. Karakteristik pengajaran orang dewasa.............................................................10
E. Pelaksanaan Pendidikan orang dewasa...............................................................11
BAB III..................................................................................................................................14
PENUTUP.............................................................................................................................14
A. Kesimpulan..............................................................................................................14
B. Saran ........................................................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................15
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Konsep andragogi dan pedagogi melibatkan pemahaman mendalam tentang
pendidikan orang dewasa dan anak-anak. Pengertian dasar kedua konsep ini berasal
dari kata-kata Yunani dan Latin yang mencerminkan perbedaan fokus dalam proses
pengajaran. Andragogi, secara harfiah, mengacu pada seni mengajar orang dewasa,
sementara pedagogi berarti seni mengajar anak-anak.
Pedagogi dan andragogi memiliki perbedaan konseptual yang signifikan. Pedagogi
lebih menempatkan guru pada posisi sentral, sementara andragogi menekankan pada
kemandirian dan inisiatif orang dewasa dalam mengembangkan pengetahuan serta
keterampilan. Dengan perkembangan andragogi, terjadi pergeseran dari pendekatan
yang terfokus pada guru menjadi pendekatan yang menitikberatkan pada peserta didik
sebagai subjek pembelajaran.
Dalam konteks pembelajaran orang dewasa, terdapat prinsip-prinsip belajar yang
memandu proses pembelajaran. Kesiapan untuk belajar, peran serta aktif peserta didik,
penerapan dalam konteks kehidupan nyata, dan transfer of learning adalah aspek-aspek
kunci yang perlu diperhatikan. Faktor-faktor yang memengaruhi belajar orang dewasa
mencakup aspek internal dan eksternal, baik fisik maupun nonfisik. Pendidikan orang
dewasa juga melibatkan karakteristik khusus, seperti orientasi pada proses
pendewasaan dan pembelajaran yang berpusat pada kegiatan.
Pentingnya peran pengajar dalam pendidikan orang dewasa tergambar melalui sikap
empati, kewajaran, respek, komitmen, membuka diri, dan tidak menggurui. Dengan
memahami karakteristik peserta didik dan menerapkan prinsip-prinsip andragogi,
pengajar dapat menciptakan lingkungan pembelajaran yang efektif dan sesuai dengan
kebutuhan orang dewasa. Langkah-langkah konkrit seperti pembinaan keakraban,
identifikasi kebutuhan belajar, perumusan tujuan pembelajaran, penyusunan program
pembelajaran, pelaksanaan program, dan penilaian menjadi kerangka kerja yang
relevan dalam implementasi pendidikan orang dewasa.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana Konsep Andragogi dan Pendagogi?
2. Bagaimana Pengertian Peserta Didik dan Prinsip Andragogi?
3. Apa Saja Faktor Faktor yang Mempengaruhi Belajar Orang Dewasa?
4
4. Bagaimana Karakteristik Pengajar Orang Dewasa?
5. Bagaimana Pelaksannaan Pendidikan Orang Dewasa?
C. TUJUAN MASALAH
1. Menjelaskan Pengertian Konsep Andragogi dan Pendagogi
2. Menjelaskan Pengertian Peserta didik dan Prinsip Andragogi
3. Menjelaskan Faktor Faktor yang Mempengaruhi Belajar Orang Dewasa
4. Menjelaskan Karakteristik Pengajar Orang Dewasa
5. Menjelaskan Pelaksannaan Pendidikan Orang Dewasa
5
BAB II
PEMBAHASAN
6
demikian secara harafiah pedagogi berarti seni atau pengetahuan membimbing atau
memimpin atau mengajar anak.
Berlawanan dengan pendagogi, yang berati seni dan pengetahuan mengajar anak
(Kartini Kartono, 1997;23). Adapun pengertian pedagogi adalah seni atau pengetahuan
membimbing atau mengajar anak, maka apabila menggunakan istilah pedagogi untuk
kegiatan pelatihan bagi orang dewasa jelas tidak tepat, karena mengandung makna
yang bertentangan. Sehingga lahir teori mengenai pembelajaran mengenai
pembelajaran didasarkan kepada rumusan pendidikan sebagai suatu proses transmisi
budaya. Dari teori tersebut muncullah istilah pedagogi yang diartikan sebagai suatu
ilmu dan seni dalam mengajar anak-anak, dan selanjutnya menjadi ilmu dan seni
mengajar anak anak1
2. Proses Lahirnya Andragogi
Proses lahinya Andragogi menurut Malcolm Knowles adalah: Antara,tahun 1929
sampai 1948 di Amerika terbit jurnal American Association For Adult Education, yaitu
sebuh jurnal berkaitan dengan pendidikan orang dewasa. Kemudian pada tahun 1950
para pedagogi mulai menerbitkan tulisan-tulisannya mengenai pendidikan orang
dewasa. Istilah Andragogi pertama kali dikenalkan melalui karya seorang ahli
pendidikan bagi orang dewasa berkebangsan Yugoslavia dalam buku yang berjudul
Adult Leadership tahun 1968. Andragogi juga pertama kali digunakan oleh Alexander
Kapp pada tahun 1883 untuk merumuskan konsep-konsep dasar teori pendidikan. Tetap
membedakan antara pengertian social pedagogi yang menyiratkan arti pendidikan
orang dewasa dengan andragogi.2 Dalam rumusan Kapp “Social Pedagogy“ merupakan
proses pendidikan pemulihan (remedial) bagi orang dewasa yang cacat. Adapun
andragogi justru lebih merupakan proses pendidikan bagi seluruh orang dewasa, cacat
atau tidak cacat secara berkelanjutan. Pendekatan andragogi mulai berpengaruh dalam
dunia pendidikan di Indonesia sejak munculnya kebutuhan beberapa universitas yang
membuka bidang studi pendidikan luar sekolah di tahun 1980, dari sinilah kemudian
mulai beberapa ahli pendidikan menerjemahkan beberapa buku yang membahas
tentang andragogi.
3. Perkembangan Adragogi
Sebelum muncul andragogi, yang digunakan dalam pembelajaran adalah pedagogi
konsep ini menempatkan peserta didik sebagai obyek di dalam pendidikan, mereka
mesti menerima pendidikan yang sudah dirancang oleh pendidik. Apa yang dipelajari,
materi akan diterima metode penyampaiannya, dan lain-lain, semua tergantung kepada
pendidik dan tergantung kepada sistem pendidikan. Dalam hal ini peserta didik tidak
lebih dari sebagai obyek dari pendidikan. Kelemahan pedagogi adalah peserta didik
yang memiliki keunikan, talenta, minat, kelebihan, menjadi tidak berkembang, tidak
bisa mengesplorasi kemampuan dirinya, bahkan tidak mampu menyampaikan
kebenarannya sendiri, seakan-akan yang memiliki kebenaran adalah masa lalu,
1
Zainudddin Arif, Andragogi (Cet:II; Bandung: Angkasa, 1994), h.1 pedagogi sering diartikan sebagai ilmu pendidikan
ilmu pengajaran, lihat Departemen Agama dan Kebudayaan R.I. h. 657
2
A.G. Gunandi, Pendidikan orang dewasa (Cet.VII; Jakarta: P.T. Gramedia Pustaka Utama, 1993), h.Viii.
7
perbedaan bukanlah menjadi hal yang biasa, melainkan jika ada yang berbeda itu akan
dianggap sebagai sebuah perlawanan.3 Kelebihan pedagogi, yaitu dapat menjaga mata
rantai keilmuan yang sudah di awali oleh orang-orang terdahulu, mata rantai keilmuan
bisa berkelanjutan oleh generasi mendatang. Generasi mendatang tidak mulai dari nol
melainkan melanjutkan apa yang sudah ada.
3
Bambang S. dan Lukman, “Teori belajar Andragogi” Pendidikan network-MSI-UII.Net, 23 Maret 2007 h. 3
8
2. Kewajaran Bersikap jujur, apa adanya, membuka diri, serta memberikan respon
yang tulus. Hal ini memliki arti bahwa pendidik harus mengedepankan sikap untuk
dapat menerima peserta didik dengan tulus.
3. Respek Pandangan positif terhadap peserta didik, dengan penuh pengertian, tidak
segan memberikan penghargaan dengan kemampuan peserta, dalam konteks ini
adalah keramah-tamahan terhadap peserta didik, sehingga pembelajran berjalan
tanpa ada tekanan-tekanan apapun.
4. Komitmen dan kehadiran Pendidik terlibat penuh dengan peserta didik dalam
segala keadaan, artinya pendidik menghadirkan dirinya secara utuh ditengah-tengah
peserta didik.
5. Membuka diri Menerima orang lain tanpa menilai dengan ukuran, konsep dan
pengalaman diri-sendiri, memperkenalkan diri pada orang lain dengan terbuka,
artinya pendidik menghargai peserta didik dengan kemampuan masing-masing.
6. Tidak menggurui, tidak menjadi ahli, tidak memutus bicara, tidak diskrimintif
dan harus berpenampilan menarik. Dalam konteks ini pendidik dituntut untuk
dewasa dalam berpendapat, ataupun merespon peserta didik sehingga tidak
menggurui apalagi menjadi ahli, dalam mengajar upaya memotivasi peserta didik
merupakan sikap yang mendidik. Dalam teori pendidikan perbuatn tersebut
merupakan metode pembelajaran.
9
Orang dewasa dalam belajar mempunyai ciri atau karakteristik berbeda dengan
anak –anak antara lain karakteristiknya sebagai berikut:
1. Pembelajaran lebih mengarah ke suatu proses pendewasaan, seseorang akan berubah
dari bersifat tergantung menuju ke arah memiliki kemampuan mengarahkan diri
sendiri, dan memerlukan pengarahan diri walaupun dalam keadaan tertentu mereka
bersifat tergantung.
2. Karena prinsip utama adalah memperoleh pemahaman dan kematangan diri untuk
bisa survive, maka pembelajaran yang lebih utama menggunakan eksperimen, diskusi,
pemecahan masalah, latihan, simulasi dan praktek lapangan.
3. Orang dewasa akan siap belajar jika materi latihanya sesuai dengan apa yang ia
rasakan sangat penting dalam memecahkan masalah kehidupanya, oleh karena itu
menciptakan kondisi belajar, alat-alat, serta prosedur akan menjadikan orang dewasa
siap belajar. Dengan kata lain program belajar harus disusun sesuai dengan kebutuhan
kehidupan mereka yang sebenarnya dan urutan penyajian harus disesuaikan dengan
kesiapan peserta didik
4. Pengembangan kemampuan di orientasikan belajar terpusat kepada kegiatanya.
Dengan kata lain cara menyusun pelajaran berdasarkan kemampuan-kemampuan apa
atau penampilan yang bagaimana yang diharapkan ada pada peserta didik (Tisnowati
Tamat, 1985 :20-22)
Sementara Knowles (1970) mengembangkan konsep andragogi atas empat asumsi
pokok yang berbeda dengan pedagogi sebagai berikut: Pertama, seseorang tumbuh dan
matang konsep dirinya bergerak dari ketergantungan total menuju pengarahan diri
sendiri. Atau dapat dikatakan bahwa anak-anak konsep dirinya masih tergantung,
sedang pada orang dewasa konsep dirinya sudah mandiri, karena konsep dirinya inilah
orang dewasa membutuhkan penghargaan orang lain sebagai manusia yang dapat
mengarahkan diri sendiri, apabila dia
10
tumbuh suasana akrab antara peserta didik dengan pendidik. Suasana akrab ini amat
penting untuk menumbuhkan sikap dan perilaku demokratis, terbuka, saling
menghargai, saling menghormati, dan saling membantu dalam kegiatan pembelajaran.
Teknik-teknik pembelajaran yang dapat digunakan, antara lain adalah membentuk
sebuah tim, dan sebagainya.
Kedua, tahap identifikasi kebutuhan belajar, sumber-sumber belajar, dan
kemungkinan hambatan yang akan terjadi dalam belajar. Tahap ini bertujuan untuk
memotivasi peserta didik sehingga kegiatan pembelajaran dirasakan menjadi milik
mereka bersama. Identifikasi kebutuhan dilakukan dengan menghimpun informasi
melalui pernyataan yang disampaikan peserta didik tentang pengetahuan, keterampilan,
sikap, dan nilai-nilai yang ingin mereka peroleh dalam pembelajaran. Peserta didik
mengenali dan menyatakan sumber-sumber yang terdapat dalam lingkungan mereka
yang dapat dijadikan sumber informasi dan potensi berharga dalam pembelajaran.
Demikian pula halnya peserta didik dapat mengidentifikasi hambatan-hambatan yang
mungkin muncul dalam pelaksanaan pembelajaran, baik hambatan yang datang dari
dalam maupun dari luar kegiatan pembelajaran. Teknik-teknik pembelajaran yang dapat
dilakukan dalam tahapan ini adalah diskusi kelompok, dan sebagainya.
Ketiga, tahap perumusan tujuan pembelajaran. Tahap ini bertujuan membantu
peserta didik menyusunm dan menetapkan tujuan pembelajaran. Tujuan pembelajaran
dirumuskan berdasarkan hasil diagnosis kebutuhan belajar, sumber-sumber, dan
kemungkinan hambatan dalam pembelajaran. Tujuan pembelajaran dapat terdiri atas
tujuan umum dan tujuan khusus. Kedua tujuan ini berfungsi sebagai pengarah terhadap
kegiatan pembelajaran dan sebagai tolok ukur menilai sejauh mana efektivitas
pembelajaran berlangsung. Teknik-teknik yang digunakan, antara lain diskusi
kelompok, analisis tugas, dan sebagainya
Keempat, tahap penyusunan program pembelajaran. Tahap ini bertujuan melibatkan
peserta didik dalam menyatakan, memilih, menyusun, dan menetapkan program
pembelajaran yang akan dilakukan. Program pembelajaran ini mencakup materi yang
akan dipelajari, metode-teknik-media pembelajaran, tenaga pendidikan, fasilitas dan
alat, waktu pembelajaran, serta daya dukung lainnya. Teknik-teknik pembelajaran yang
dapat digunakan dalam tahap ini, antara lain model tingkah laku, diskusi kelompok,
analisis tugas, dan simulasi
11
Kelima, tahap pelaksanaan program pembelajaran. Tahap ini bertujuan melibatkan
peserta didik dalam proses pembelajaran sesuai dengan program pembelajaran yang
telah mereka sepakati. Dalam pelaksanaan pembelajaran, peserta didik bertugas
melakukan kegiatan belajar, sedangkan tugas pendidik adalah membelajarkan atau
membantu peserta didik melakukan kegiatan belajar. Dalam proses pembelajaran,
bimbingan, dan pelatihan perlu dirancang intensitas kegiatan pendidik yang pada
awalnya lebih banyak berperan untuk membelajarkan peserta didik lambat laun akan
menurun. Sedangkan sebaliknya, kegiatan belajar peserta didik yang pada awalnya
kurang aktif, lambat laun akan meningkat intensitasnya. Jadi, intensitas kegiatan
pendidik yang makin lama makin berkurang seirama dengan peningkatan intensitas
kegiatan peserta didik yang makin lama makin besar. Teknik-teknik pembelajaran yang
dapat dilakukan dalam tahapan ini, antara lain diskusi, analisis masalah kritis, situasi
hipotesis, studi kasus, kunjungan studi, bermain peran, atau simulasi.
Keenam, tahapan penilaian program pembelajaran. Tahap ini bertujuan melibatkan
peserta didik dalam penilaian terhadap proses, hasil, dan pengaruh pembelajaran.
Penilaian adalah upaya mengumpulkan, mengolah, menganalisis, dan menyajikan data
atau informasi sebagai masukan bagi pengambilan keputusan tentang program
pembelajaran. Penilaian terhadap proses pembelajaran berkaitan dengan sejauh mana
interaksi antarkomponen, proses, dan tujuan pembelajaran. Penilaian terhadap hasil
pembelajaran untuk mengetahui sejauh mana perubahan perilaku peserta didik dalam
ranah kognisi, afeksi, dan psikomotorik (skills). Penilaian terhadap pengaruh untuk
mengetahui tentang dampak pembelajaran bagi peningkatan kesejahteraan hidup
peserta didik, pembelajaran orang lain, dan partisipasinya dalam kegiatan sosial atau
pun pembangunan masyarakat di mana peserta didik atau lulusan program Pendidikan
Orang Dewasa berada.
12
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Andragogi dan pedagogi merupakan dua pendekatan yang berbeda dalam proses
pendidikan, terutama dalam konteks pengajaran orang dewasa dan anak-anak.
Andragogi, berasal dari bahasa Yunani, secara harfiah berarti seni mengajar orang
dewasa. Pendidikan ini ditekankan pada kemandirian, inisiatif, dan pengalaman peserta
didik dewasa. Di sisi lain, pedagogi, yang berakar dari bahasa Latin, merujuk pada teori
pengajaran, khususnya untuk anak-anak. Pendekatan pedagogis menempatkan guru
dalam posisi sentral, dengan fokus pada transfer pengetahuan dari guru ke siswa.
Proses lahirnya andragogi dapat ditelusuri dari perkembangan jurnal dan tulisan
pada tahun 1929-1948 di Amerika, dengan istilah ini secara resmi diperkenalkan pada
tahun 1968. Karakteristik pengajaran orang dewasa menuntut pendekatan yang
berbeda. Pendidik harus memahami bahwa orang dewasa belajar lebih baik ketika
materi pembelajaran relevan dengan kehidupan mereka, dan mereka dapat menerapkan
pengetahuan tersebut dalam konteks pekerjaan atau kehidupan sehari-hari. Prinsip-
prinsip belajar orang dewasa mencakup kesiapan untuk belajar, partisipasi aktif,
penerapan pengetahuan, dan transfer pembelajaran. Faktor-faktor yang memengaruhi
belajar orang dewasa dapat bersifat internal dan eksternal. Faktor internal melibatkan
aspek fisik dan non-fisik, seperti umur, bakat, dan tingkat aspirasi. Faktor eksternal
melibatkan lingkungan fisik dan non-fisik, seperti keluarga dan teman.
Dengan pendekatan andragogi, diharapkan pendidikan orang dewasa dapat lebih
efektif dan responsif terhadap kebutuhan individu, memungkinkan mereka untuk
mencapai kemandirian dan mengarahkan diri mereka sendiri dalam proses
pembelajaran
SARAN
Sebagai penulis, kami menyadari bahwa makalah Pengantar Pendidikan ini masih
jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran dari pembaca sangat penulis
harapkan agar makalah ini menjadi lebih baik lagi. Penulis juga berharap agar makalah ini
13
dapat bermanfaat bagi semua pihak terutama sebagai bahan acuan dalam pembelajaran
mata kuliah Pengantar Pendidikan.
.DAFTAR PUSTAKA
Anwar, B. (2017). KONSEP PENDIDIKAN ANDRAGOGI MENURUT PENDIDIKAN
ISLAM. al-daulah, 28-48.
Banten, T. L. (2011). PENDIDIKAN ORANG DEWASA. DEDIKASI, 79-88.
Bartin, T. (2006). PENDIDIKAN ORANG DEWASASEBAGAI BASIS PENDIDIKAN
NONFORMAL. TEKNODIK, 156-173.
Hiryanto. (2017). PEDAGOGI, ANDRAGOGI DAN HEUTAGOGI SERTA
IMPLIKASINYA. Dinamila Pendidikan, 65-71.
Sugiyanto, & Wahyuni, L. (2020). PENDIDIKAN ORANG DEWASA ANDRAGOGI.
Malang: UB Press.
Sunhaji. (2013). KONSEP PENDIDIKAN ORANG DEWASA. Kependidikan, 1-11.
Yusri, Y. (2013). STRATEGI PEMBELAJARAN ANDRAGOGI. Jurnal Ilmiah Keislaman,
12, 26-52.
14