Anda di halaman 1dari 18

PEDAGOGI DAN ANDRAGOGI

Makalah Ini Disusun Untuk Memenuhi Tugas Makalah


Metode Pengajaran Al-Qur’an & Hadits

Dosen Pengampu :
Ust. Muhammad Akrom, MA.

Disusun Oleh :

Risqi Rahmatullah Akbar (211410170)


Azis Marwa Hanif (211410017)
Yogi Aulia Yahya (211410176)
Aufa Ibrahim (211410033)

FAKULTAS USHULUDDIN
JURUSAN ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR
INSTITUT PERGURUAN TINGGU ILMU AL-QUR’AN (PTIQ)
TAHUN AJARAN 2023/2024

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan ke hadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
hidayahnya sehingga kita masih diberi kesempatan memperkaya dan menambah wawasan
keilmuan demi menegakkan agama islam, shalawat dan salam juga kami sampaikan kepada
junjungan Nabi Besar Muhammad SAW, serta sahabat dan keluarganya, yang berkat
perjuangan beliau kita bisa keluar dari zaman jahiliyyah ke zaman islamiyyah.
Dalam rangka melengkapi tugas dari mata kuliah Metode Pengajaran Al-Qur’an &
Hadits pada program Studi Ilmu Al-Qur'an dan Tafsir, atas berkah dan limpahan karunia
nikmat-nya kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Pedagogi dan Andragogi”
dengan semaksimal mungkin. Pada kesempatan ini tidak lupa penulis mengucapkan
terimakasih kepada Al-Mukarram Ustadz Muhammad Akrom, MA. selaku dosen pengampu
yang senantiasa membimbing dan memberikan ilmunya kepada kami. Dan kami juga
berterimakasih kepada rekan-rekan yang memberikan semangat dan ide serta mendukung
dalam penyelesaian makalah ini. Semoga Allah meridhai kita semua. Dalam penulisan ini,
kami menyadari bahwa makalah ini jauh dari kesempurnaan, baik dari cara penulisan,
argumentasi, serta penyusunannya.
Oleh karena itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran kepada pembaca yang
bersifat membangun. Semoga makalah ini dapat memberikan manfaat kepada penulis
khususnya dan kepada pembaca guna memperkaya ilmu pengetahuan tentang meteri yang
penulis sampaikan dalam makalah kali ini.

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii

BAB I PENDAHULUAN 1
A. LATAR BELAKANG 1
B. RUMUSAN MASALAH 1
C. TUJUAN PENULISAN 1

BAB II PEMBAHASAN 2
A. Pengertian Pedagogi & Andragogi 2
1. Pedagogi 2
a. Manfaat dan Tujuan Pedagogi 4
2. Andragogi 4
a. Manfaat dan Tujuan Andragogi 6
B. Asumsi-Asumsi Pokok Teori Belajar Pedagogi & Andragogi 7
1. Asumsi Pedagogi 7
2. Asumsi Andragogi 9
C. Perbedaan Pedagogi & Andragogi8

BAB III PENUTUPAN 13


A. KESIMPULAN 13
DAFTAR PUSTAKA 14

ii
BAB I
PENDAHULUAN

Latar Belakang

Keberhasilan pendidikan suatu bangsa sangat ditentukan oleh pendekatan yang


dipergunakan oleh pendidik atau guru dalam menyampaikan materinya kepada peserta didik,
Dewasa ini telah banyak pendekatan yang dikembangkan oleh para ahli, baik dengan sasaran
anak-anak maupun orang dewasa.

Masing-masing pendekatan tentunya memiliki kelebihan dan kekurangan, karena tidak


ada sesuatu yang sempurna di dunia ini termasuk pendekatan yang digunakan oleh pendidik
dalam pembelajarannya. Pendekatan yang dimaksud disini adalah pedagogi dan adragogi,
yang dewasa ini dengan perkembangan teknologi yang semakin pesat seperti adanya HP dan
sebagainya muncullah pendekatan baru yang dikenal dengan istilah heutagogi.

Bagaimana masing-masing pendekatan dalam pembelajaran yang dapat dipergunakan


dalam proses pendidikan tersebut serta implikasinya dalam pemberdayaan masyarakat akan
dijelaskan dalam makalah singkat.

Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, kami ingin membahas lebih spesifik bagaimana
kaidah tafsir tentang mufrad dan jamak, sebagaimana tercermin dalam rumusan masalah
sebagai berikut :
1. Apa pengertian dari pedagogi & andragogi?
2. Bagaimana asumsi pedagogi & andragogi?
3. Apa saja perbedaan pedagogi & andragogi?

Tujuan

1. Mengetahui pengertian dari pedagogi & andragogi.


2. Mengetahui asumsi pedagogi & andragogi
3. Mengetahui perbedaan pedagogi & andragogi.

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Pedagogi dan Andragogi


1. Pedagogi
Pedagogi berasal dari bahasa Yunani paedagogeo, dimana terdiri dari pais genetif,
paidos yang berarti anak dan agogo berarti memimpin, sehingga secara harfiah pedagogi,
berarti memimpin anak. Dalam bahasa Yunani kuno, kata pedagogi bermakna seorang budak
(pengawas rumah tangga) yang mengawasi pengajaran putra tuannya atau majikannya, ketika
itu anak perempuan tidak diberi pengajaran khusus,pembantu rumah tangga ini mengantar,
menunggu dan menemani pulang putra tuannya ke pada saat dan dari sekolah atau
gymnasium.
Kata pedagogi juga diturunkan dari bahasa latin yang bermakna mengajari anak,
sementara dalam bahasa Inggris istilah pedagogi (pedagogy) digunakan untuk merujuk
kepada teori pengajaran, dimana guru berusaha memahami bahan ajar, mengenal siswa dan
menentukkan cara mengajarnya.1
Banyak ahli mendefinisikan pedagogik. Tokoh berkebangsaan Belanda, Prof. Dr.J.
Hoogveld menyebutkan pedagogik adalah ilmu yang mempelajari masalah membimbing anak
kearah tujuan tertentu sehingga kelak mampu secara mandiri menyelesaikan tugas hidupnya.
Selanjutnya Ana dalam Sadulloh, dkk (2011) mendefinisikan proses pedagogis sebagai
sebuah proses pendidikan yang menyoroti hubungan antara pendidikan, pengajaran, dan
pembelajaran yang bertujuan mengembangkan kepribadian siswa agar mempersiapkan diri
menjalani kehidupan. Terkadang, pedagogi juga merujuk pada penggunaan yang tepat dari
strategi mengajar. Kata yang berhubungan dengan pedagogi yakni pendidikan, sekarang
digunakan untuk merujuk pada keseluruhan konteks pembelajaran, belajar dan berbagai
kegiatan yang berhubungan dengan hal tersebut.
Kompetensi pedagogik ini guru mampu membawa peserta didik untuk
mengaktualisasikan potensi yang ada dalam diri mereka. Untuk mencapai indikator
pembelajaran, pedagogik guru meliputi tujuh aspek penting yaitu :

 Menguasai karakteristik peserta didik


 Menguasai teori belajar dan prinsip-prinsip pembelajaran yang mendidik.
 Mampu mengembangkan kurikulum
 Mampu mengembangkan kegiatan pembelajaran yang efektif
 Mampu mengembangkan potensi peserta didik.
 Mampu berkomunikasi secara efektif dengan peserta didik
 Mampu melaksanakan penilaian dan evaluasi.2

1
Hiryanto, “Pedagogi, Andragogi Dan Heutagogi Serta Implikasinya Dalam Pemberdayaan Masyarakat”
(Dinamika Pendidikan Vol XXII No. 01 Mei 2017, t.t.), 66.
2
Bakri Anwar, “Kompetensi Pedagogik sebagai Agen Pembelajaran,” Shaut al Arabiyyah 6, no. 2 (21
Februari 2019): 114,

2
Adapun manfaat kompetnsi pedagogik bagi guru dan peserta didik adalah :

 Bagi Guru
Dapat memahami peserta didik dengan memanfaatkan prinsip-prinsip perkembangan
kognitif peserta didik, guru dapat memahami perkembangan peserta didik dan merefleksikan
dalam pembelajaran, guru diharapkan mampu merancang strategi
pembelajaran yang sesuai dengan kompetensi karakteristik dan kebutuhan peserta didik.

 Bagi peserta didik

Seharusnya tepenuhi rasa ingin tahunya, karena guru mampu menganalisa kemampuan
siswa dan dapat menentukan hal yang perlu pengayaan. Siswa seharusnya memiliki
keberanian berpendapat dalam menyelesaikan segala masalahnya, mampu memiliki percaya
diri yang tinggi, memiliki sopan santun, dan taat aturan, disiplin dalam belajar, memiliki jiwa
kepemimpinan dan menciptakan suasana pembelajar yang kondusif. Liberalisme pendidikan,
bertujuan jangka panjang untuk melestarikan dan memperbaiki tatanan sosial yang ada
dengan cara mengajar setiap siswa sebagaimana cara menghadapi persoalan-persoalan sehari-
hari secara efektif.
a. Konsep tentang peserta didik (konsep diri)
Asumsi bahwa kesungguhan dan kematangan diri seseorang bergerak dari
ketergantugan total, menuju ke arah pengembangan diri sehingga mampu untuk mengarahkan
dirinya sendiri dan mandiri. Dengan kata lain bahwa secara umum konsep diri anak-anak
masih tergantung kepada orang tua sedang pada orang dewasa konsep dirinya sudah mandiri.
Karena kemandirian inilah orang dewasa membutuhkan dan memperoleh penghargaan orang
lain sebagai manusia yang mampu menentukan dirinya sendiri, mampu mengarahkan dirinya
sendiri.
b. Kesiapan Belajar
Asumsinya bahwa setiap individu semakin menjadi matang sesuai dengan perjalanan
waktu, maka kesiapan belajar bukanlah ditentukan oleh kebutuhan atau paksaan akademik
ataupun biologisnya, akan tetapi lebih banyak ditentukan oleh tuntutan perkembangan dan
perubahan tugas dan peran sosialnya. Seorang anak belajar karena adanya tuntutan
akademiknya, tapi seorang dewasa siap belajar sesuatu karena tingkatan perkembangan
mereka yang harus dihadapi dalam peranannya sebagai pekerja, orang tua ataupun pimpinan
organisasi. Dalam hal ini tentunya materi pembelajaran perlu disesuaikan dengan kebutuhan
yang sesuai dengan peran sosialnya.
c. Orientasi belajar
Yaitu bahwa anak orientasi belajarnya seolah-olah sudah ditentukan dan dikondisikan
untuk memiliki orientasi yang berpusat pada materi pembelajaran.

3
a. Manfaat dan Tujuan Pedagogi
Mempelajari pedagogik dan mempraktekkannya dapat mendidik anak sehingga
mencapai kesuksesan. Pada dasarnya tujuan pedagogik adalah memanusiakan manusia,
menjadikan seseorang dewasa demi kebahagiaan dalam menjalani kehidupan.
Sesuai dengan keterangan diatas, ilmu pedagogik memiliki manfaat bagi anak sebagai
berikut:

 Memanusiakan manusia, menjadikan seseorang dewasa demi kebahagiaan dalam


menjalani kehidupan
 Agar anak di kemudian hari mampu memahami dan menjalani kehidupan dan kelak
dapat menghidupi diri mereka sendiri, dapat hidup secara bermakna, dan dapat turut
memuliakan kehidupan
 Membantu murid mempertanyakan dan menantang dominasi serta keyakinan dan
praktek-praktek yang mendominasi
 Mengembangkan kepribadian siswa yang sehat

Kegunaan pedagogik bagi pendidik adalah:

 Untuk memahami fenomena pendidikan (situasi pendidikan secara sistematis)


 Memberikan petunjuk tentang apa yang seharusnya dilaksanakan oleh pendidik.
 Menghindari terjadinya kesalahan-kesalahan pendidikan, yaitu kesalahann kenseptual,
teknis dan kekeliruan yang bersumber pada kepribadian pendidik.
 Kesalahan konseptual yaitu kesalahan yang terjadi karena pendidik kurang memahami
teori. Kesalahan yang bersumber pada struktur kepribadian pendidik yaitu sikap kasar
dan tidak mau menghargai pendapat peserta didik
 Mengenal diri sendiri dan melakukan koreksi diri.3

2. Andragogi
Istilah andragogi berasal dari bahasa Yunani aner artinya orang dewasa dan agogus
artinya memimpin. Andragogi, yaitu ilmu menuntun atau mendidik manusia. Menurut Yuni
Suwarto, andragogi adalah suatu proses pendidikan yang membantu warga masyarakat (orang
dewasa) untuk menemukan dirinya dan menggunakannya dalam situasi untuk mendorong
perkembangan seseorang atau masyarakat.
Pendidikan orang dewasa sebagai realisasi ada yang bersifat self directed learning
(belajar yang diarahkan oleh diri sendiri) disengaja, sistematis dan berkelanjutan, maupun
dapat bersifat other directed education (pendidikan yang diarahkan orang lain). Yang pertama
dalam arti orang dewasa bertanggungjawab sendiri atas rancangan dan Kegiatan belajarnya.
Sedangkan yang kedua dalam arti orang lain (guru, tim penyusun program, agen pendidikan)
yang bertanggungjawab terhadap manajemen belajar.4

3
Sri Yunimar Ningsih dan Nurhafizah Nurhafizah, “Konsep Kompetensi Pedagogik Dalam Peningkatan
Profesionalisme Guru Paud,” Jurnal Pendidikan Tambusai 3 (2019): 697.

4
Fungsi guru dalam hal ini hanya sebagai fasilitator, bukan menggurui, sehingga relasi
antara guru dan peserta didik (murid, warga belajar) lebih bersifat multicomunication. Oleh
karena itu andragogi adalah suatu bentuk pembelajaran yang mampu melahirkan sasaran
pembelajaran (lulusan) yang dapat mengarahkan dirinya sendiri dan mampu menjadi guru
bagi dirinya sendiri. Dengan keunggulan-keunggulan itu andragogi menjadi landasan dalam
proses pembelajaran pendidikan nonformal. Hal ini terjadi karena dalam pendidikan
nonformal, formula pembelajarannya diarahkan pada kondisi sasaran yang menekankan pada
peningkatan kehidupan, pemberian keterampilan dan kemampuan untuk memecahkan
permasalahan yang dialami terutama dalam hidup dan kehidupan sasaran di tengah-tengah
masyarakat.
Selanjutnya, Malcolm Knowles dalam pengembangan konsep andragogi,
mengembangkan empat pokok asumsi sebagai berikut:

 Konsep Diri, asumsinya bahwa kesungguhan dan kematangan diri seseorang bergerak
dari ketergantungan total (realita pada bayi) menuju ke arah pengembangan diri
sehingga mampu untuk mengarahkan dirinya sendiri dan mandiri. Dengan kata lain
dapat dikatakan bahwa secara umum konsep diri anak-anak masih tergantung
sedangkan pada orang dewasa konsep dirinya sudah mandiri. Karena kemandirian
inilah orang dewasa membutuhkan memperoleh penghargaan orang lain sebagai
manusia yang mampu menentukan dirinya sendiri (Self Determination), mampu
mengarahkan dirinya sendiri (Self Direction). Apabila orang dewasa tidak menemukan
dan menghadapi situasi dan kondisi yang memungkinkan timbulnya penentuan diri
sendiri dalam suatu pelatihan, maka akan menimbulkan penolakan atau reaksi yang
kurang menyenangkan. Orang dewasa juga mempunyai kebutuhan psikologis yang
dalam agar secara umum menjadi mandiri, meskipun dalam situasi tertentu boleh jadi
ada ketergantungan yang sifatnya sementara. Hal ini menimbulkan implikasi dalam
pelaksanaan praktek pelatihan, khususnya yang berkaitan dengan iklim dan suasana
pembelajaran dan diagnosa kebutuhan serta proses perencanaan pelatihan.
 Peranan Pengalaman, asumsinya adalah bahwa sesuai dengan perjalanan waktu
seorang individu tumbuh dan berkembang menuju ke arah kematangan. Dalam
perjalanannya, seorang individu mengalami dan mengumpulkan berbagai pengalaman
pahit getirnya kehidupan, dimana hal ini menjadikan seorang individu sebagai sumber
belajar yang demikian kaya dan pada saat yang bersamaan individu tersebut
memberikan dasar yang luas untuk belajar dan memperoleh pengalaman baru. Oleh
sebab itu, dalam teknologi pelatihan atau pembelajaran orang dewasa, terjadi
penurunan penggunaan teknik transmittal seperti yang dipergunakan dalam pelatihan
konvensional dan menjadi lebih mengembangkan teknik yang bertumpu pada
pengalaman. Dalam hal ini dikenal dengan Experiential Learning Cycle (Proses
Belajar Berdasarkan Pengalaman). Hal ini menimbulkan implikasi terhadap pemilihan
dan penggunaan metode dan teknik kepelatihan. Maka, dalam praktek pelatihan lebih
banyak menggunakan diskusi kelompok, curah pendapat, kerja laboratori, sekolah

4
Saifuddin Muhammad, “Andragogi Teori Pembelajaran Orang Dewasa” (Fakultas Dakwah IAIN Raden
Intan Lampung 2010), 5.

5
lapang, melakukan praktek dan lain sebagainya, yang pada dasarnya berupaya untuk
melibatkan peran serta atau partisipasi peserta pelatihan.
 Kesiapan Belajar, asumsinya bahwa setiap individu semakin menjadi matang sesuai
dengan perjalanan waktu, maka kesiapan belajar bukan ditentukan oleh kebutuhan
atau paksaan akademik ataupun biologisnya, tetapi lebih banyak ditentukan oleh
tuntutan perkembangan dan perubahan tugas dan peranan sosialnya. Pada seorang
anak belajar karena adanya tuntutan akademik atau biologisnya. Tetapi pada orang
dewasa siap belajar sesuatu karena tingkatan perkembangan mereka yang harus
menghadapi dalam peranannya sebagai pekerja, orang tua atau pemimpin organisasi.
Hal ini membawa implikasi terhadap materi pembelajaran dalam suatu pelatihan
tertentu. Dalam hal ini tentunya materi pembelajaran perlu disesuaikan dengan
kebutuhan yang sesuai dengan peranan sosialnya.
 Orientasi Belajar, asumsinya yaitu bahwa pada anak orientasi belajarnya seolah – olah
sudah ditentukan dan dikondisikan untuk memiliki orientasi yang berpusat pada materi
pembelajaran (Subject Matter Centered Orientation). Sedangkan pada orang dewasa
mempunyai kecenderungan memiliki orientasi belajar yang berpusat pada pemecahan
permasalahan yang dihadapi (Problem Centered Orientation). Hal ini dikarenakan
belajar bagi orang dewasa seolah-olah merupakan kebutuhan untuk menghadapi
permasalahan yang dihadapi dalam kehidupan keseharian, terutama dalam kaitannya
dengan fungsi dan peranan sosial orang dewasa. Selain itu, perbedaan asumsi ini
disebabkan juga karena adanya perbedaan perspektif waktu. Bagi orang dewasa,
belajar lebih bersifat untuk dapat dipergunakan atau dimanfaatkan dalam waktu
segera. Sedangkan anak, penerapan apa yang dipelajari masih menunggu waktu hingga
dia lulus dan sebagainya. Sehingga ada kecenderungan pada anak, bahwa belajar
hanya sekedar untuk dapat lulus ujian dan memperoleh sekolah yang lebih tinggi. Hal
ini menimbulkan implikasi terhadap sifat materi pembelajaran atau pelatihan bagi
orang dewasa, yaitu bahwa materi tersebut hendaknya bersifat praktis dan dapat segera
diterapkan di dalam kenyataan sehari-hari.

a. Manfaat dan Tujuan Andragogi


Andragogi adalah bidang studi yang mempelajari tentang pembelajaran orang dewasa. Tujuan
utama andragogi adalah untuk memahami bagaimana orang dewasa belajar, serta
mengembangkan strategi dan pendekatan yang tepat untuk mendukung pembelajaran mereka.
Beberapa manfaat andragogi antara lain:

 Meningkatkan efektivitas pembelajaran: Dengan memahami cara orang dewasa


belajar, pendekatan pembelajaran yang didasarkan pada prinsip andragogi dapat
membantu meningkatkan efektivitas pembelajaran.
 Meningkatkan motivasi belajar: Andragogi juga dapat membantu meningkatkan
motivasi belajar orang dewasa dengan memfasilitasi pembelajaran yang relevan
dengan kebutuhan dan tujuan mereka.
 Meningkatkan pemahaman: Dalam andragogi, pembelajaran didasarkan pada
pengalaman dan pengetahuan sebelumnya, sehingga orang dewasa dapat lebih mudah
memahami dan mengaitkan dengan pengetahuan baru.
6
 Meningkatkan keterlibatan: Dengan memperhatikan preferensi dan kebutuhan belajar
orang dewasa, andragogi dapat membantu meningkatkan keterlibatan dan partisipasi
dalam proses pembelajaran.
 Mengembangkan keterampilan: Melalui pendekatan andragogi yang tepat, orang
dewasa dapat mengembangkan keterampilan yang lebih baik dan relevan dengan
kebutuhan mereka, sehingga dapat memperbaiki kualitas hidup dan produktivitas.
 Secara keseluruhan, manfaat andragogi adalah untuk membantu memfasilitasi
pembelajaran yang lebih efektif dan relevan bagi orang dewasa, sehingga dapat
meningkatkan kualitas hidup dan produktivitas mereka.

B. Asumsi-Asumsi Pokok Teori Belajar Pedagogi & Andragogi


1. Asumsi Pedagogi
a. Pengertian Asumsi Pedagogi

Mengacu pada pandangan, keyakinan, atau asumsi dasar yang mendasari pendekatan
dan praktik pendidikan. Asumsi pedagogi ini didasarkan pada pemahaman tentang bagaimana
siswa belajar, bagaimana pengajaran efektif dilakukan, dan apa yang diperlukan untuk
menciptakan lingkungan pembelajaran yang mendukung5.

Mulyasa (2016)6 dalam bukunya menjelaskan asumsi pedagogi dapat mencakup


pandangan tentang pembelajaran sebagai proses aktif dan kolaboratif, di mana siswa
membangun pengetahuan melalui interaksi dengan lingkungan dan pengalaman mereka.
Asumsi ini juga dapat mencakup keyakinan tentang pentingnya pembelajaran berbasis
masalah, pembelajaran melalui refleksi dan koneksi, dan pembelajaran yang terfokus pada
pengembangan keterampilan dan kompetensi.

Asumsi pedagogi yang berbeda mungkin cocok untuk konteks pendidikan yang berbeda,
tergantung pada faktor seperti karakteristik siswa, tujuan pembelajaran, dan konteks sosial
budaya. Penting bagi pendidik untuk menyadari asumsi pedagogi mereka sendiri dan untuk
terus mempertanyakan dan mengembangkan pendekatan mereka agar dapat membantu siswa
mencapai potensi penuh mereka sebagai pembelajar.

b. Konsep Asumsi Pedagogi

5
rianto. (2014). Model Pembelajaran Terpadu. Jakarta: PT Bumi Aksara.
6
Mulyasa. (2016). Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

7
Berikut adalah beberapa asumsi pedagogi yang umum yang didapat dari Dewey, J
(1978)7 dan Johnson, D. W & Johnson, R. T (1999)8:

1) Siswa memiliki potensi untuk belajar.

Asumsi ini menganggap bahwa setiap siswa memiliki kemampuan untuk belajar dan
berkembang. Tugas pendidik adalah untuk mengaktifkan potensi siswa dengan memberikan
pengalaman belajar yang tepat dan memberikan dukungan yang diperlukan.

2) Pembelajaran adalah proses aktif.

Asumsi ini menganggap bahwa siswa membangun pemahaman dan keterampilan


mereka melalui interaksi aktif dengan lingkungan mereka. Tugas pendidik adalah untuk
menciptakan situasi pembelajaran yang menarik dan merangsang agar siswa dapat terlibat
aktif dalam proses pembelajaran.

3) Pembelajaran melibatkan interaksi sosial.

Asumsi ini menganggap bahwa interaksi sosial dan kooperatif antara siswa dapat
meningkatkan pemahaman dan keterampilan. Tugas pendidik adalah untuk menciptakan
situasi pembelajaran yang melibatkan interaksi sosial dan kolaborasi antara siswa.

4) Pembelajaran harus relevan dan berarti.

Asumsi ini menganggap bahwa siswa belajar lebih baik ketika materi pembelajaran
memiliki makna yang nyata dan terkait dengan kebutuhan dan kepentingan mereka. Tugas
pendidik adalah untuk menciptakan situasi pembelajaran yang relevan dan bermakna bagi
siswa.

5) Siswa belajar secara berbeda.

Asumsi ini menganggap bahwa siswa memiliki gaya belajar yang berbeda, preferensi
belajar, dan kecepatan belajar yang berbeda. Tugas pendidik adalah untuk mengakomodasi
perbedaan individu dalam gaya dan preferensi belajar siswa.

Asumsi pedagogi dapat membantu pendidik dan pengajar untuk mengembangkan


strategi dan praktik pembelajaran yang efektif untuk anak-anak dan remaja.

2. Asumsi Andragogi
7
Dewey, J. (1938). Experience and Education. Kappa Delta Pi.
8
Johnson, D. W., & Johnson, R. T. (1999). Learning Together and Alone: Cooperative, Competitive, and
Individualistic Learning. Allyn & Bacon.

8
a. Pengertian Asumsi Andragogi
Asumsi andragogi adalah pandangan atau keyakinan dasar tentang cara orang
dewasa belajar dan harus diajar. Asumsi ini berfokus pada keunikan pembelajaran
orang dewasa, yang melibatkan pengalaman hidup yang kaya, motivasi yang berbeda,
dan partisipasi aktif dalam proses pembelajaran9.
Reischmann dan rekan (dalam Savicevic. 1999)10 Asumsi andragog merupakan
konsep yang dikembangkan oleh Malcolm Knowles pada tahun 1970an dan sejak itu
menjadi dasar bagi pendidikan orang dewasa yang efektif. Konsep ini telah menjadi
landasan bagi berbagai teori dan praktik dalam pembelajaran orang dewasa, dan juga
mempengaruhi pengembangan kurikulum dan program pelatihan.
Asumsi andragogi dalam Mustofa Kamil (2007)11 mencakup keyakinan bahwa
orang dewasa belajar terbaik ketika mereka memegang kendali atas proses
pembelajaran mereka, memperoleh pengetahuan baru dengan merujuk pada
pengalaman hidup dan pekerjaan mereka, dan ketika mereka memahami kaitan antara
pengetahuan baru dan tujuan yang relevan dengan kebutuhan mereka. Asumsi
andragogik juga melibatkan pandangan bahwa orang dewasa dapat menjadi sumber
belajar satu sama lain dan keterlibatan aktif dari siswa dalam proses pembelajaran
sangat penting.
Sehingga dalam praktiknya, asumsi andragogik dapat membantu pendidik dan
pengajar untuk menciptakan lingkungan pembelajaran yang mendukung dan
memotivasi siswa orang dewasa untuk belajar secara efektif dan efisien.

b. Asumsi Andragogi secara umum


Beberapa asumsi andragogi yang umumnya diterima menurut Sumiyarno (2007) 12
adalah:
1) Pengalaman

9
Houle, C. O. (1992). The literature of adult education: A bibliographica essay. San Francisco: Jossey-
Bass.
10
Savicevic, D. (1999). Understanding Andragogy in Europe and America: Comparing and Contrasting.
In J. Reischmann, M. Bron & Z. Jelenc (Eds.), Comparative adult education 1998: The contribution of ISCAE to an
emerging field of study, (pp. 97-119). Ljubljana, Slovenia: Slovenian Institute for Adult Education.
11
Mustofa Kamil, “Teori Andragogi,” dalam Ibrahim, R. Ilmu dan Aplikasi Pendidikan (Bandung:
Imperial Bhakti Utama, 2007), vol. 1, h. 288.
12
Sumiyarno (2007). Pembelajaran Orang Dewasa Berbasis Andragogi: Tinjauan Teori. Jurnal Ilmiah
VISI PTK-PNF. Vol. 2, No. 1. 50-55. Hlm 54

9
Orang dewasa memiliki pengalaman hidup yang beragam yang dapat menjadi sumber
belajar yang berharga.

2) Kemandirian

Orang dewasa ingin memiliki kontrol atas proses belajar mereka dan belajar lebih
efektif ketika mereka memutuskan apa yang harus dipelajari dan bagaimana mereka ingin
mempelajarinya.

3) Relevansi

Orang dewasa belajar lebih baik ketika mereka melihat bagaimana pembelajaran
tersebut relevan dengan kebutuhan atau tujuan mereka.

4) Motivasi

Orang dewasa cenderung lebih termotivasi untuk belajar ketika mereka merasa bahwa
pembelajaran tersebut akan membantu mereka mencapai tujuan atau memecahkan masalah
yang mereka hadapi.

5) Posisi belajar

Orang dewasa belajar lebih baik ketika mereka dapat memilih waktu, tempat, dan
metode pembelajaran yang paling sesuai dengan gaya belajar mereka.

6) Keterampilan

Orang dewasa memasuki proses belajar dengan keterampilan, pengetahuan, dan


pengalaman yang berbeda, dan belajar lebih baik ketika mereka dapat menghubungkan
pembelajaran baru dengan pengetahuan yang sudah ada.

8) Pendidikannya

Orang dewasa mempelajari apa yang dibutuhkan untuk menyelesaikan masalah


konkret atau tugas-tugas yang mereka hadapi, dan belajar lebih efektif ketika mereka dapat
mengambil inisiatif dalam pembelajaran mereka sendiri.

C. Perbedaan Pedagogi dan Andragogi


Pada dasarnya antara pedagogi dan andragogi tidak perlu di pertentangkan, hal ini di
karenakan kedua teori tersebut sebetulnya saling melengkapi. Namun, munculnya perbedaan

10
itu di karenakan adanya model asumsi yang melandasinya sebagai dua pendekatan rancang
bangun dan pengoperasioan yang berbeda, sebagaimana di kemukakan oleh Knowles, 1985
Menurut Knowles (1998) perbedaan antara anak-anak dan orang dewasa dalam belajar di
dasarkan pada asumsi tentang peserta didik orang dewasa, yakni:

1. Orang dewasa mempunyai kesiapan belajar untuk belajar jika kebutuhan dan minatnya
dapat terpenuhi,
2. Orientasi belajar orang dewasa terpusat pada kehidupan, sehingga unit
pembelajarannya adalah situasi kehidupan, bukan sekedar subjek atau materi
pembelajaran,
3. Pengalaman merupakan sumber terkaya bagi orang dewasa, oleh karena itu
metodologi dasar bagi pendidikan orang dewasa adalah menganalisis pengalaman,
4. Orang dewasa memiliki kebutuhan mendalam untuk mengarahkan dirinya sendiri
(konsep diri) sehingga peran guru adalah menjalankan proses untuk sama-sama
menjajaki dan mencari daripada mengalihkan pengetahuan tutor kepada peserta didik
orang dewasa,
5. Perbedaan individual meningkat dengan meningkatnya usia, sehingga pendidikan
orang dewasa harus memperhitungkan perbedaan dalam gaya, waktu, tempat dan
kecepatan belajar.

Pedagogi dan andragogi adalah dua konsep yang berbeda dalam dunia pendidikan.
Berikut adalah perbedaan antara kedua konsep tersebut :

1. Definisi: Pedagogi adalah "Proses pengajaran dan pembelajaran yang berpusat


pada guru atau pengajar dan dilakukan melalui metode-metode yang terstruktur
dan terorganisir"13 Sementara itu, andragogi adalah "Pendekatan pembelajaran
yang berfokus pada kebutuhan dan pengalaman belajar dewasa, yang memiliki
kebebasan dalam memilih bagaimana mereka belajar"14
2. Fokus: Fokus utama pedagogi adalah pada siswa, sementara andragogi fokus pada
pengalaman dan kebutuhan pembelajar dewasa 15

13
Sukmadinata, N. S. (2010). Metode penelitian pendidikan. Remaja Rosdakarya
14
Knowles, M. S. (1984). Andragogy in action: Applying modern principles of adult learning. Jossey-
Bass
15
Merriam, S. B., Caffarella, R. S., & Baumgartner, L. M. (2012). Learning in adulthood: A
comprehensive guide. John Wiley & Sons.

11
3. Tujuan: Tujuan pedagogi adalah untuk membantu siswa memahami dan menguasai
materi pelajaran yang diajarkan oleh guru. Sementara itu, tujuan andragogi adalah
untuk membantu pembelajar dewasa memperoleh keterampilan baru, memecahkan
masalah, dan meningkatkan pengetahuan mereka dalam suatu bidang tertentu.16

4. Proses pembelajaran: Pendekatan pedagogi melibatkan pengajaran aktif oleh guru,


dengan pengawasan dan penilaian langsung. Sementara itu, pendekatan andragogi
melibatkan pembelajar dewasa dalam proses pembelajaran, dengan guru bertindak
sebagai fasilitator atau konsultan.

5. Karakteristik pembelajar: Pedagogi lebih cocok untuk pembelajar yang lebih muda,
yang belum memiliki pengalaman belajar yang signifikan dan memerlukan
pengawasan langsung dari seorang guru. Sementara itu, andragogi lebih cocok untuk
pembelajar dewasa yang sudah memiliki pengalaman belajar yang signifikan, dan lebih
mandiri dalam belajar.

Prinsip dasar yang membedakan antara pedagogi dan andragogi dapat di tinjau dari
aspek difinisi, fokus utama, tujuan belajar dan proses belajar. berikut tabel perbedaan
pedagogi dan andragogi.

Tabel.1 Perbedaan Pendekatan Pedagogi dan Andragogi

Aspek Perbedaan Pedagogi Andragogi


Definisi Pembelajaran berpusat pada pembelajaran yang
guru menggunakan metode berfokus pada kebutuhan
yang terorganisir dan dan pengalaman belajar
terstruktur dewasa,
Fokus Utama Siswa Orang Dewasa
Tujuan Membantu memahami Membantu memcahkan
materi masalah
Proses pembelajaran Melibatkan pengajaran aktif Guru bertindak sebagai
dari guru fasilitator atau konsultan.

16
Cross, K. P. (1981). Adults as learners: Increasing participation and facilitating learning. Jossey-Bass.

12
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Dalam kesimpulannya, pedagogi dan andragogi merupakan pendekatan yang berbeda


dalam proses pembelajaran. Pedagogi lebih cocok untuk anak-anak dan remaja, dengan
penekanan pada pembelajaran yang dipimpin oleh guru, metode pembelajaran yang lebih
formal, dan tujuan akademis. Sedangkan, andragogi lebih cocok untuk orang dewasa, dengan
penekanan pada pembelajaran yang mandiri dan self-directed, metode pembelajaran yang
lebih informal dan terbuka, serta tujuan pembelajaran yang berkaitan dengan kehidupan
pribadi atau profesional mereka.

13
DAFTAR PUSTAKA

Hiryanto, “Pedagogi, Andragogi Dan Heutagogi Serta Implikasinya Dalam Pemberdayaan


Masyarakat”(Dinamika Pendidikan Vol XXII No. 01 Mei 2017, t.t.)
Bakri Anwar, “Kompetensi Pedagogik sebagai Agen Pembelajaran,” Shaut al Arabiyyah 6,
no.
2 (21 Februari 2019)
Sri Yunimar Ningsih dan Nurhafizah Nurhafizah, “Konsep Kompetensi Pedagogik Dalam
Peningkatan Profesionalisme Guru Paud,” Jurnal Pendidikan Tambusai 3 (2019)
Saifuddin Muhammad, “Andragogi Teori Pembelajaran Orang Dewasa” (Fakultas Dakwah
IAIN Raden Intan Lampung 2010)
Rianto. (2014). Model Pembelajaran Terpadu. Jakarta: PT Bumi Aksara.
Mulyasa. (2016). Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Dewey, J. (1938). Experience and Education. Kappa Delta Pi.
Johnson, D. W., & Johnson, R. T. (1999). Learning Together and Alone: Cooperative,
Competitive, and Individualistic Learning. Allyn & Bacon.
Houle, C. O. (1992). The literature of adult education: A bibliographica essay. San Francisco:
Jossey Bass.
Savicevic, D. (1999). Understanding Andragogy in Europe and America: Comparing and
Contrasting. In J. Reischmann, M. Bron & Z. Jelenc (Eds.), Comparative adult
education 1998: The contribution of ISCAE to an emerging field of study, (pp. 97-
119).
Ljubljana, Slovenia: Slovenian Institute for Adult Education.
Mustofa Kamil, “Teori Andragogi,” dalam Ibrahim, R. Ilmu dan Aplikasi Pendidikan
(Bandung: Imperial Bhakti Utama, 2007), vol. 1,
Sumiyarno (2007). Pembelajaran Orang Dewasa Berbasis Andragogi: Tinjauan Teori. Jurnal
Ilmiah VISI PTK-PNF. Vol. 2, No. 1
Sukmadinata, N. S. (2010). Metode penelitian pendidikan. Remaja Rosdakarya
Knowles, M. S. (1984). Andragogy in action: Applying modern principles of adult learning.
Jossey-Bass
Merriam, S. B., Caffarella, R. S., & Baumgartner, L. M. (2012). Learning in adulthood: A
comprehensive guide. John Wiley & Sons.
Cross, K. P. (1981). Adults as learners: Increasing participation and facilitating learning.

14
Jossey-Bass.

15

Anda mungkin juga menyukai