OLEH KELOMPOK 1
AL MUFIDA
ILYANA LATIFAH
IZZATUL WAHIDAH
JAHRA WANIPA
SRI ASTUTI
JURUSAN GIZI
2014
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat serta
hidayah Nya serta memberikan kesempatan kepada kami untuk menyelesaikan makalah
psikologi ini yang berjudul KONSEP MENGAJAR PEDAGOGI yang alhamdulillah dapat
kami selesaikan pada waktu yang telah di tentukan. Makalah ini ditulis untuk memenuhi
tugas psikologi konsep mengajar pedagogi.
Kami menyadari bahwa tanpa bantuan dari para dosen dan rekan-rekan semua, makalah tak
akan bisa kami selesaikan. Maka daripada itu pada kesempatan ini izinkanlah kami
mengucapkan terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada yang terhormat :
a. Dosen-dosen PSIKOLOGI
b. Orang Tua yang telah memberikan suport, do’a dan telah membiayai kami
sehingga dapat menuntut ilmu sampai ke jenjang per kuliyhan
c. Rekan-rekan DIII GIZI yang telah membantu dalam pembuatan makalah ini
sehingga makalah ini dapat terselesaikan tepat pada waktunya.
Kelompok 1
ii
DAFTAR ISI
iii
BAB I
PENDAHULUAN
Pendidikan adalah proses atau aktivitas yang bertujuan untuk mengubah perilaku ke
arah tertentu. Psikologi pendidikan merupakan ilmu yang memusatkan pada penemuan dan
aplikasi prinsip dan teknik psikologi ke dalam pendidikan. Psikologi pendidikan memusatkan
pada pengembangan teknik mengajar yang efektif dan assesmen perkembangan kemampuan
siswa. Maka perlu diperhatikan hal-hal yang berkait dengan proses belajar siswa dalam
setting pendidikan, efektivitas intervensi pendidikan, psikologi mengajar, serta psikologi
sosial sekolah sebagai suatu organisasi.
Dengan demikian, psikologi pendidikan menaruh perhatian pada proses siswa belajar dan
berkembang. Proses pembelajaran, yang meliputi belajar (learning) dan mengajar (teaching)
yang melibatkan pedagogi, harus mampu menumbuhkembangkan pribadi dan kemampuan
para siswa agar di kemudian hari mereka siap menjadi pelaku-pelaku perubahan yang
tangguh.
Makalah ini membahas mengenai konsep dan peran belajar, mengajar, dan pedagogi yang
menjadi satu kesatuan utama dalam proses pembelajaran.
1. Pengertian pedagogi?
2. Pendekatan dalam pedagogi?
3. Sejarah pedagogi?
4. Tujuan pedagogi?
2.3 Tujuan
1
BAB II
PEMBAHASAN
Pedagogi berasal dari bahasa Yunani ( paidagōgeō; dari país:anak dan ági: ) atau
pedagogia yang berarti pergaulan dengan anak-anak. Di Yunani kuna, kata pedagogi biasanya
diterapkan pada budak yang mengawasi pendidikan anak majikannya. Termasuk didalamnya
mengantarkan ke sekolah atau tempat latihan mengasuhnya, dan membawakan perbekalannya
(seperti membawakan alat musiknya). Paedagagos berasal dari kata “paid” yang artinya
“anak” dan “agogos” yang artinya “memimpin atau membimbing”. Dari kata ini maka lahir
istilah pedagogi yang diartikan sebagai suatu ilmu dan seni dalam mengajar anak-
anak. Dalam perkembangan selanjutnya istilah pedagogi berubah menjadi ilmu dan seni
mengajar. Pedagogi juga merupakan kajian mengenai pengajaran, khususnya pengajaran
dalam pendidikan formal. Dengan kata lain, ia adalah sains dan seni mengenai cara mengajar
di sekolah. Secara umumnya pedagogi merupakan mata pelajaran yang wajib bagi mereka
yang ingin menjadi guru di sekolah. Sebagai satu bidang kajian yang luas, pedagogi
melibatkkan kajian mengenai proses pengajaran dan pembelajaran, pengurusan bilik darjah,
organisasi sekolah dan juga interaksi guru-pengajar.
4. Ana Maria Gonzalez Soca mendefinisikan proses paedagogis sebagai sebuah proses
pendidikan yang menyoroti hubungan antara pendidikan, pengajaran, dan
2
pembelajaran yang bertujuan utnuk mengembangkan kepribadian siswa agar
mempersiapkan dirinya untuk menjalani kehidupan.
5. Malcolm Knowles mengungkapkan istilah lain yang mirip dengan pedagogi
yaitu andragogi yang merujuk pada ilmu dan seni mendidik orang dewasa. Definisi
ringkasnya, andragogi adalah proses untuk melibatkan peserta didik dewasa ke dalam
suatu struktur pengalaman belajar.
Pedagogi juga kadang-kadang merujuk pada penggunaan yang tepat dari strategi
mengajar. Sehubungan dengan strategi mengajar itu, filosofi mengajar diterapkan dan
dipengaruhi oleh latar belakang pengetahuan dan pengalamannya, situasi pribadi, lingkungan,
serta tujuan pembelajaran yang dirumuskan oleh peserta didik dan guru. Salah satu contohnya
adalah aliran pemikiranSocrates. Sumbangsih Socrates yang terpenting bagi pemikiran Barat
adalah metode penyelidikannya, yang dikenal sebagai metode elenchos, yang banyak
diterapkan untuk menguji konsep moral yang pokok. Karena itu, Socrates dikenal sebagai
bapak dan sumber etika atau filsafat moral, dan juga filsafat secara umum. Kata yang
berhubungan dengan paedagogi, yaitu pendidikan, sekarang digunakan untuk merujuk pada
keseluruhan konteks pembelajaran, belajar, dan berbagai kegiatan yang berhubungan dengan
hal tersebut.
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan
proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk
memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak
mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya sendiri dan masyarakat.
Pendidikan dalam arti luas merupakan usaha manusia untuk meningkatkan kesejahteraan
hidupnya, yang berlangsung sepanjang hayat. Menurut Henderson, pendidikan merupakan
suatu proses pertumbuhan dan perkembangan, sebagai hasil interaksi individu dengan
lingkungan sosial dan lingkungan fisik, berlangsung sepanjang hayat sejak manusia lahir.
Warisan sosial merupakan bagian dari lingkungan masyarakat, merupakan alat bagi manusia
untuk pengembangan manusia yang terbaik dan inteligen, untuk meningkatkan kesejahteraan
hidupnya.
Pedagogi modern membagi fungsi pengajaran dalam tiga bidang, yakni apa yang
dimaksudkan sebagai taksonomi Bloom. Taksonomi bloom dikembangkan oleh seorang
psikolog bidang pendidikan yang bernama Benyamin S. Bloom pada tahun 1956, Benyamin
3
S. Bloom mengklasifikasikan tujuan pendidikan kedalam 3 ranah yang disebut trio domain,
Sebagai berikut:
Bidang Kognitif
Yaitu ranah dari yang tidak tahu menjadi tahu, terjadinya ketika adanya proses.
Ranah kognitif meliputi fungsi memproses informasi, pengetahuan dan keahlian
metalitas. Ranah kognitif menggolongkan dan mengurutkan keahlian berfikir
yang menggambarkan tujuan yang diharapkan. Proses berfikir mengekspresikan
tahap-tahap kemampuan yang harus siswa kuasai sehingga dapat menunjukkan
kemampuan mengolah pikirannya sehingga mampu mengaplikasikan teori
kedalam perbuatan, mengubah teori kedalam keterampilan terbaiknya sehingga
dapat menghasilkan sesuatu yang baru sebagai produk inovasi pikirannya. Pada
ranah kognitif kemampuan berfikir analisis dan sintesis di itegrasi melalui analisis
saja.
Bidang Afektif
Adalah ranah dari yang tidak bisa menjadi bisa, terjadinya juga melalui poses
belajar. Ranah psikomotor mengenal menekankan aspek keterampilan seperti,
tulisan tangan, berenang, dan bagaimana cara mengoperasikan mesin, ranah
psikomotor berkaitan dengan fungsi manipulative dan kemampuan fisik.
Bidang Psikomotor
Adalah ranah dari yang tidak bisa menjadi bisa, terjadinya juga melalui poses
belajar. Ranah psikomotor mengenal menekankan aspek keterampilan seperti,
tulisan tangan, berenang, dan bagaimana cara mengoperasikan mesin, ranah
psikomotor berkaitan dengan fungsi manipulative dan kemampuan fisik.
4
Pendekatan Deduktif
Di sekolah guru mengajar murid menaakul secara deduktif dan induktif. Dari segi
penaakulan deduktif , guru sering mengajukan kepada murid dengan peraturan am
dan membantu mereka mengenal pasti contoh dan mengaplikasikan peraturan tadi.
Dalam hal ini, dalam mata pelajaran kemahiran hidup pun boleh dilaksanakan
penaakulan seperti guru ingin murid menyatakan apakah yang perlu kamu pakai
untuk berkebun. Pelajar akan menyatakannya serta memberi contoh dan berupaya
pula mengaplikasikannya apabila hendak berkebun. Ringkasnya prestasi murid
selepas memberi contoh itu membawa kepada inferens bahawa murid telah
menemui peraturan yang perlu untuk menyelesaikan dan peraturan ini boleh
digeneralisasikan kepada situasi baru yang mempunyai kaitan yang sama.
Pendekatan Bermain Sambil Belajar
Kaedah bermain adalah kaedah pembelajaran yang mendekatkan diri pelajar
kepada pengalaman sebenar secara langsung, terutama apabila mengajar konsep
atau kemahiran. Apabila digunakan secara berkesan boleh menambah respon
murid dan kepekaan kepada perasaan orang lain, iaitu murid tidak akan dapat
memahami atau mengaplikasikan prinsip yang dipelajari dengan berkesan dan
bermakna kecuali diberi peluang menyaksikan sendiri situasi sebenar dan menilai
hasil aplikasi mereka dalam situasi bermasalah.
Pendekatan Secara Kumpulan, Kelas dan Individu
Pendekatan kumpulan bermaksud murid bekerja dalam kumpulan. Walaupun
berkumpulan setiap murid mengekalkan individualitinya dan dibantu untuk
menyumbang idea kepada kumpulan.
Pendekatan pengajaran kelas pula, guru akan berada di hadapan kelas dan
mengajar. Murid akan memberi perhatian, membuat tugasan atau menulis dan
lain-lain.
Pendekatan individu pula menekankan rancangan untuk sesuatu pelajaran itu
mengambil kira perbezaan murid. Setiap murid bekerja dengan bebas dan
meneima bantuan apabila mereka memerlukannya.
5
Pendekatan Analis Tugasan
Analisis tugasan sering digunakan dalam pendidikan khas. Ia boleh didefinisikan
sebagai suatu proses yang melibatkan satu kemahiran tertentu atau objektif am
dipecahkan pada langkah-langlah urutan yang kecil. Analisis tugasan dapat
membantu pemahaman dan meningkatkan penguasaan kemahiran murid khas
secara beransur-ansur.
Pendekatan Pengajaran Bertema
Pendekatan pengajaran bertema (Jabatan Pendidikan Khas 2005) digunakan dalam
proses pengajaran dan pembelajaran murid pendidikan khas. Pemilihan topik atau
tema mestilah bersesuaian dengan persekitaran murid.
Pendekatan Kolaborasi
Pendekatan kolaborasi dalam pengajaran dan pembelajaran pendidikan khas boleh
dibahagikan kepada empat bahagian iaitu latihan kemahiran kerja, bengkel
terlindung, pelbagai kaedah terapi dan aktiviti luar bilik darjah.
Guru menguasai cara-cara efektif untuk menyampaikan materi ajar kepada siswa.
Guru mempertimbangkan keunikan siswa, perbedaan usia, latar belakang, dan
bahan pengajaran.
Guru menguasai suasana pembelajaran di kelas.
Guru menggunakan strategi yang dapat membuat siswa tertarik pada pelajaran dan
termotivasi untuk mendengarkan dan mempelajarinya.
Guru dapat menciptakan suasana pembelajaran yang hangat dan antusias.
6
kemampuan dan keterampilan kepaedagogian juga perlu upaya mengembangkan etika
profesi guru, dengan mengemas program yang menggamit beberapa dimensi:
Andragogi berasal dari dua kata dalam bahasa Yunani, yakni Andra berarti orang dewasa
dan agogos berarti memimpin. Perdefinisi andragogi kemudian dirumuskan sebagau
"Suatu seni dan ilmu untuk membantu orang dewasa belajar". Kata andragogi pertama
kali digunakan oleh Alexander Kapp pada tahun 1883 untuk menjelaskan dan
merumuskan konsep-konsep dasar teori pendidikan Plato. Meskipun demikian, Kapp
tetap membedakan antara pengertian "Social-pedagogy" yang menyiratkan arti
pendidikan orang dewasa, dengan andragogi. Dalam rumusan Kapp, "Social-pedagogy"
lebih merupakan proses pendidikan pemulihan (remedial) bagi orang dewasa yang cacat.
Adapun andragogi, justru lebih merupakan proses pendidikan bagi seluruh orang dewasa,
cacat atau tidak cacat secara berkelanjutan.
7
Langkah-langkah Pelaksanaan Andragogi
Langkah-langkah kegiatan dan pengorganisasian program pendidikan yang menggunakan
asas-asas pendekatan andragogi, selalu melibatkan tujuh proses sebagai berikut
1. Menciptakan iklim untuk belajar
2. Menyusun suatu bentuk perencanaan kegiatan secara bersama dan saling membantu
3. Menilai atau mengidentifikasikan minat, kebutuhan dan nilai-nilai
4. Merumuskan tujuan belajar
5. Merancang kegiatan belajar
6. Melaksanakan kegiatan belajar
7. Mengevaluasi hasil belajar (menilai kembali pemenuhan minat, kebutuhan dan
pencapaian nilai-nilai.
8
b. Peranan Pengalaman: Asumsinya adalah bahwa sesuai dengan perjalanan waktu
seorang individu tumbuh dan berkembang menuju ke arah kematangan.
Dalam perjalanannya, seorang individu mengalami dan mengumpulkan berbagai
pengalaman pahit-getirnya kehidupan, dimana hal ini menjadikan seorang individu
sebagai sumber belajar yang demikian kaya, dan pada saat yang bersamaan individu
tersebut memberikan dasar yang luas untuk belajar dan memperoleh pengalaman
baru.
Oleh sebab itu, dalam teknologi pelatihan atau pembelajaran orang dewasa, terjadi
penurunan penggunaan teknik transmittal seperti yang dipergunakan dalam pelatihan
konvensional dan menjadi lebih mengembangkan teknik yang bertumpu pada
pengalaman.
Dalam hal ini dikenal dengan "Experiential Learning Cycle" (Proses Belajar
Berdasarkan Pengalaman). Hal in menimbulkan implikasi terhadap pemilihan dan
penggunaan metoda dan teknik kepelatihan. Maka, dalam praktek pelatihan lebih
banyak menggunakan diskusi kelompok, curah pendapat, kerja laboratori, sekolah
lapang, melakukan praktek dan lain sebagainya, yang pada dasarnya berupaya untuk
melibatkan peranserta atau partisipasi peserta pelatihan.
c. Kesiapan Belajar : Asumsinya bahwa setiap individu semakin menjadi matang sesuai
dengan perjalanan waktu, maka kesiapan belajar bukan ditentukan oleh kebutuhan
atau paksaan akademik ataupun biologisnya, tetapi lebih banyak ditentukan oleh
tuntutan perkembangan dan perubahan tugas dan peranan sosialnya. Pada seorang
anak belajar karena adanya tuntutan akademik atau biologiknya.
Tetapi pada orang dewasa siap belajar sesuatu karena tingkatan perkembangan
mereka yang harus menghadapi dalam peranannya sebagai pekerja, orang tua atau
pemimpin organisasi.
Hal ini membawa implikasi terhadap materi pembelajaran dalam suatu pelatihan
tertentu.
Dalam hal ini tentunya materi pembelajaran perlu disesuaikan dengan kebutuhan yang
sesuai dengan peranan sosialnya.
d. Orientasi Belajar: Asumsinya yaitu bahwa pada anak orientasi belajarnya seolah-olah
sudah ditentukan dan dikondisikan untuk memiliki orientasi yang berpusat pada
materi pembelajaran (Subject Matter Centered Orientation). Sedangkan pada orang
dewasa mempunyai kecenderungan memiliki orientasi belajar yang berpusat pada
pemecahan permasalahan yang dihadapi (Problem Centered Orientation).
Hal ini dikarenakan belajar bagi orang dewasa seolah-olah merupakan kebutuhan
untuk menghadapi permasalahan yang dihadapi dalam kehidupan keseharian,
terutama dalam kaitannya dengan fungsi dan peranan sosial orang dewasa. Selain itu,
perbedaan asumsi ini disebabkan juga karena adanya perbedaan perspektif waktu.
Bagi orang dewasa, belajar lebih bersifat untuk dapat dipergunakan atau dimanfaatkan
dalam waktu segera.
Sedangkan anak, penerapan apa yang dipelajari masih menunggu waktu hingga dia
lulus dan sebagainya.
Sehingga ada kecenderungan pada anak, bahwa belajar hanya sekedar untuk dapat
lulus ujian dan memperoleh sekolah yang lebih tinggi. Hal ini menimbulkan implikasi
terhadap sifat materi pembelajaran atau pelatihan bagi orang dewasa, yaitu bahwa
materi tersebut hendaknya bersifat praktis dan dapat segera diterapkan di dalam
kenyataan sehari-hari.
9
Keunggulan dan Kelemahan Teori Belajar Andragogi
Kegiatan pendidikan baik melalui jalur sekolah ataupun luar sekolah memiliki
daerah dan kegiatan yang beraneka ragam. Pendidikan orang dewasa terutama pendidikan
masyarakat bersifat non formal sebagian besar dari siswa atau pesertanya adalah orang
dewasa, atau paling tidak pemuda atau remaja. Oleh sebab itu, kegiatan pendidikan
memerlukan pendekatan tersendiri.
Dengan menggunakan teori andragogi kegiatan atau usaha pembelajaran orang dewasa dalam
kerangka pembangunan atau realisasi pencapaian cita-cita pendidikan seumur hidup dapat
diperoleh dengan dukungan konsep teoritik atau penggunaan teknologi yang dapat
dipertanggung jawabkan.
Andragogy memiliki kelemahan, salah satunya adalah bahwa bagaimana mungkin seorang
siswa yang tidak terlalu memahami tentang luasnya ilmu kemudian dibebaskan memilih apa
yang mereka sukai? Seolah sistem Andragogy hanya sebagai suatu sistem yang
mengembirakan siswanya saja dan melupakan untuk tujuan apa sebenarnya sebuah
pendidikan itu dilakukan? Dan bagaimana pula bisa dilakukan -penjagaan terhadap ilmu-ilmu
yang sudah ada? jika sebuah ilmu tersebut tidak diminati oleh siswa, tentu saja satu waktu
ilmu tersebut akan hilang.
Dan bagaimana siswa dibiarkan memilih jika ada persyaratan kemampuan yang memang
mesti dimiliki seandainya siswa mau belajar ilmu tertentu.
Tak mungkinlah siswa SD dibiarkan memilih mata pelaharan Integral Diferensial sebelum
mereka menguasai dulu perkalian, jumlah, kurang bagi, dll.
10
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Pedagogi merupakan ilmu yang membahas pendidikan, yaitu ilmu pendidikan anak.
Pendidikan berfungsi untuk meningkatkan mutu kehidupan manusia, baik sebagai individu,
maupun sebagai kelompok dalam kehidupan bermasyarakat. Dengan pendidikan atau dengan
proses perkembangan masyarakat, kita akan menemukan suatu perubahan dalam cara dan
kualitas kehidupan. Tidak ada masyarakat yang bersifat statis, atau yang tidak mengalami
perubahan. Ilmu pendidikan sebagai teori perlu dipelajari karena akan memberi beberapa
manfaat:
1. Dapat dijadikan sebagai pedoman untuk mengetahui arah serta tujuan mana yang akan di
capai.
3. Dapat di jadikan sebagai tolak ukur, sampai di mana seseorang telah berhasil
melaksanakan tugas dalam pendidikan.
3.2 Saran
Sebagai penyusun makalah ini, kami akui tidak terlepas dari kesalahan dan
keterbatasan. Karena itu kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari para
pembaca untuk perbaikan penulisan makalah selanjutnya.Semoga makalah ini dapat
bermanfaat bagi para pembaca khususnya untuk kemajuan Teknologi Informasi di Indonesia.
11
DAFTAR PUSTAKA
http://pomizi-pedagogi.blogspot.com/p/pendekatan.html
http://aleachmad.blogspot.com/2013/09/pengertian-definisi-sejarah-dan-tujuan.html
http://id.wikipedia.org/wiki/Pedagogi
12