Dosen Pengampu:
Dian Utami, S.Pd., M.Pd.
Puji syukur kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat dan karunia-Nya kami dapat
menyelesaikan makalah mata kuliah Belajar dan Pembelajaran dengan judul “Teori Belajar
Humanistik dan Multiple Intelligences” dengan tepat waktu.
Makalah ini disusun dengan harapan dapat menambah pengetahuan dan wawasan
mengenai Teori belajar humanistik dan multiple intellligences dan implikasinya dalam konsep
pembelajaran. Pada kesempatan ini, kami mengucapkan terima kasih kepada:
1. Dian Utami, S.Pd., M.Pd. selaku dosen pengampu mata kuliah Belajar dan Pembelajaran.
2. Kedua orang tua kami, yang telah memberikan semangat dan kasih sayang.
3. Rekan-rekan mahasiswa-mahasiswi semester 2 (dua) yang telah membantu
dalam berjalannya perkuliahan.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, maka dari itu
kritik dan saran sangat diharapkan untuk perbaikan di masa yang akan datang. Harapan kami,
semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kami pribadi dan pembaca.
Tim Penyusun
ii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL...................................................................................................................i
KATA PENGANTAR.................................................................................................................ii
DAFTAR ISI.............................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................................1
1.1 Latar Belakang.................................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah............................................................................................................3
1.3 Tujuan Penulisan..............................................................................................................3
1.4 Manfaat Penulisan............................................................................................................3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA................................................................................................4
2.1 Hakikat Pembelajaran......................................................................................................4
2.2 Teori Belajar dan Pembelajaran.......................................................................................5
BAB III PEMBAHASAN..........................................................................................................8
3.1 Teori Belajar Humanistik.................................................................................................8
3.2 Teori Belajar Humanistik dalam Model Pembelajaran....................................................9
3.3 Teori Multiple Intellegences (Kecerdasan Majemuk)....................................................12
3.3.1 Jenis-Jenis Multiple Intellegences (Kecerdasan Majemuk)....................................13
3.4 Konsep Pembelajaran Multiple Intelligences.................................................................17
3.5 Implikasi Teori Belajar Humanistik dan Multiple Intelligences dalam Proses
Pembelajaran........................................................................................................................18
BAB IV PENUTUP.................................................................................................................20
4.1 Kesimpulan....................................................................................................................20
4.2 Saran...............................................................................................................................20
DAFTAR PUSTAKA
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1
pengalaman belajar. Teori-teori belajar memberikan kerangka kerja untuk memahami
bagaimana orang belajar dan bagaimana proses pendidikan dapat diarahkan agar efektif.
Misalnya, teori belajar behavioristik menekankan pada stimulus dan respons, sedangkan teori
kognitif memfokuskan pada pengolahan informasi dan pemahaman. Pendidik dapat
menggunakan pemahaman tersebut untuk merancang strategi pengajaran yang sesuai dengan
kebutuhan dan karakteristik peserta didik, memahami cara belajar mereka dan potensi yang
dimiliki oleh setiap peserta didik, sehingga, proses pembelajaran akan berlangsung secara
efektif.
Teori belajar tidak hanya terbatas pada teori behavioristik dan kognitif, namun dalam
perkembangannya terdapat berbagai teori belajar yang telah dikembangkan oleh para ahli
dalam bidang psikologi dan pendidikan. Terdapat juga teori humanistik yang menekankan
pada aspek psikologis dan emosional dalam pembelajaran. Teori humanistik dalam konteks
pendidikan menempatkan fokus pada pengembangan potensi penuh individu dan kebutuhan
psikologis mereka. Humanistik menekankan penghargaan terhadap keunikan dan potensi
setiap individu, memahami bahwa setiap siswa memiliki kebutuhan, minat, dan potensi yang
berbeda. Dalam penerapan teori humanistik pada kegiatan belajar, pendidik hendaknya
menuntun peserta didik untuk berpikir secara induktif, mengutamakan praktik serta
menekankan pentingnya partisipasi peserta didik dalam pembelajaran. Proses belajar
menurut pandangan humanistik bersifat pengembangan kepribadian, kerohanian,
perkembangan tingkah laku serta mampu memahami fenomena di masyarakat. Tanda
kesuksesan penerapan tersebut yaitu peserta didik merasa nyaman dan bersemangat dalam
proses pembelajaran serta adanya perubahan positif cara berpikir, tingkah laku serta
pengendalian diri.
2
1.2 Rumusan Masalah
Dari latar belakang masalah di atas, penulis dapat merumuskan masalah, sebagai berikut:
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
4
Dapat ditarik kesimpulan bahwa Pembelajaran adalah usaha sadar dari guru untuk
membuat siswa belajar, yaitu terjadinya perubahan tingkah laku pada diri siswa yang belajar,
dimana perubahan itu dengan didapatkannya kemampuan baru yang berlaku dalam waktu
yang relative lama dan karena adanya usaha.
Selanjutnya, menurut Sardiman dalam (Nurjaman, 2016, hlm. 15) belajar adalah suatu
perubahan perilaku atau tampilan, dengan rangkaian aktivitas seperti membaca, mengamati,
mendengarkan, meniru, dan lainnya. Perubahan tersebut dibuktikan dari seluruh tingkah laku
dari individu yang belajar, dan aktivitas pembelajaran seperti membaca dan mengamati
menjadi cara konkret untuk meraihnya.
Berdasarkan pengertian dari para ahli mengenai belajar yang telah dipaparkan di atas,
dapat disimpulkan bahwa belajar merupakan suatu proses memperoleh ilmu pengetahuan dan
keterampilan, melalui serangkaian aktivitas dan melibatkan aktivitas mental maupun psikis
dalam proses pembelajaran.
5
pengajaran antara pendidik dan peserta didik, perancangan konsep pembelajaran yang akan
dilaksanakan di kelas atau pun di luar kelas. Teori belajar berguna bagi pendidik untuk
merumuskan tujuan pembelajaran yang tepat, memilih strategi pembelajaran yang sesuai,
memfasilitasi dan memotivasi belajar peserta didik, menciptakan iklim belajar yang kondusif,
berinteraksi dengan peserta didik secara tepat dan memberikan penilaian secara adil terhadap
hasil pembelajaran.
Ada beberapa prespektif dalam teori belajar yang digunakan oleh para pendidik, teori
tersebut terbagi menjadi beberapa teori, yaitu teori belajar behavioristik, teori belajar kognitif,
teori belajar konstruktivistik dan teori belajar humanistik. Adapun penjabaran terkait dengan
keempat teori tersebut, yaitu:
6
3. Teori Belajar Konstruktivistik
Teori belajar konstruktivistik merupakan teori belajar yang dipelopori oleh Lev
Vygotsky. Dalam perkembangannya, teori belajar konstruktivistik menerima pengaruh
dari ilmu psikologi, khususnya psikologi kognitif Piaget yang di mana kognitif Piaget
sangat berkorelasi dengan psikologis manusia untuk mendapatkan pengetahuan. Jadi,
bisa dikatakan bahwa “belajar” adalah suatu proses yang dilakukan oleh murid atau
peserta didik dalam membangun pengetahuan. Teori belajar konstruktivisme adalah
suatu usaha yang dilakukan untuk membangun tata hidup yang berbudaya modern.
Teori belajar ini berlandaskan pembelajaran kontekstual. Dengan kata lain, manusia
membangun pengetahuan sedikit demi sedikit yang hasilnya disebarkan melalui
konteks yang terbatas dan dalam waktu yang direncanakan.
4. Teori Belajar Humanistik
Teori belajar humanistik merupakan teori dan prinsip-prinsip pembelajaran yang
dipelopori oleh Abraham Maslow, seorang psikolog Amerika yang dikenal sebagai
bapak psikologi humanistik. Menurut Maslow, teori belajar humanistik merupakan
teori yang menyerukan potensi peserta didik untuk tumbuh dan berkembang, dan
kebebasan untuk menemukan arah dalam hidup. Teori humanistik juga
memperlakukan peserta didik sebagai subjek mandiri yang menetapkan tujuan
hidupnya sendiri. Humanis juga percaya bahwa peserta didik perlu dituntun untuk
memilih sifat bertanggung jawab atas kehidupan mereka sendiri dan orang-orang di
sekitar mereka. Teori belajar humanistik menekankan pada aspek-aspek seperti
kebebasan, kemandirian, pengalaman, dan kebutuhan personal individu dalam proses
pembelajaran.
Teori yang dikemukakan oleh Abraham Maslow tersebut memiliki kombinasi yang
kuat dengan teori belajar lainnya yaitu teori multiple intelligences atau kecerdasan majemuk
yang dikemukakan dan dikembangkan oleh Howard Gardner, kedua teori tersebut
menekankan pada kebutuhan dan keunikan setiap individu dalam proses pembelajaran.
Dengan memadukan kedua teori tersebut, pendidik dapat merancang pengalaman belajar
yang memperhatikan kebutuhan personal dan kecerdasan beragam peserta didik. Hal tersebut
bisa dilakukan dengan memberikan ruang bagi peserta didik untuk mengeksplorasi dan
belajar sesuai dengan preferensi dan kecenderungan kecerdasan mereka masing-masing,
namun, tetap memberikan dukungan dan bimbingan yang diperlukan untuk pertumbuhan dan
perkembangan mereka.
7
BAB III
PEMBAHASAN
Proses belajar dianggap berhasil jika si pelajar memahami lingkungannya dan dirinya
sendiri. Siswa dalam proses belajarnya harus berusaha agar lambat laun ia mampu mencapai
aktualisasi diri dengan sebaik- baiknya. Teori belajar ini berusaha memahami perilaku belajar
dari sudut pandang pelakunya, bukan dari sudut pandang pengamatnya (Arbayah, 2013).
8
Needs (hirarki kebutuhan). Manusia memiliki 5 macam kebutuhan yaitu physiological needs
(kebutuhan fisiologis), safety andsecurity needs (kebutuhan akan rasa aman), love and
belonging needs (kebutuhan akan rasa kasih saying dan rasa memiliki), esteemneeds
(kebutuhan akan harga diri), dan self-actualization (kebutuhan akan aktualisasi diri).
Sehingga pendidikan humanistik haruslah pendidikan yang mencakup lima kebutuhan
tersebut (Arbayah, 2013).
10
memberikan kehangatan, bersikap tidak dibuat-buat, dan bertanggung jawab sesuai dengan
kemampuan yang dicapai peserta didik. Dalam pembelajaran humanistik, kreativitas siswa
dan kemampuan critical thinking sangat diharapkan sehingga mereka bisa menghadapi
dampak negatif dari lingkungan sekitar.
Dalam era digital saat ini, pendekatan humanistik dalam pendidikan masih relevan
dan penting untuk diterapkan. Dalam sebuah lingkungan yang penuh dengan teknologi dan
informasi, pendekatan humanistik dapat membantu peserta didik untuk tetap memperhatikan
nilai-nilai kemanusiaan dan memanfaatkan teknologi secara bijak. Pembelajaran humanistik
dapat membantu peserta didik untuk tetap merasa manusiawi dan tidak kehilangan esensi
sebagai makhluk yang memiliki keunikan dan potensi besar.
Dalam hal ini, teknologi dapat menjadi alat yang berguna dalam mendukung
penerapan pendekatan humanistik dalam pembelajaran. Misalnya, penggunaan platform
pembelajaran online dapat membantu peserta didik untuk mempelajari materi secara mandiri
dan mengembangkan kemampuan kreativitas dan critical thinking mereka. Selain itu,
pendidik juga dapat menggunakan teknologi untuk memfasilitasi proses pembelajaran
kooperatif dan tandur
11
3.3 Teori Multiple Intellegences (Kecerdasan Majemuk)
Multiple Intellegences yang dalam bahasa Indonesia diterjemahkan sebagai
kecerdasan majemuk atau kecerdasan ganda merupakan teori yang dikembangkan oleh
Howard Gardner, seorang ahli psikologi perkembangan dan guru besar pendidikan pada
Graduate School of Education, Harvard University, Amerika Serikat dan juga guru besar di
bidang Neurologi, Boston University School Of Medicine. Teori yang berkaitan dengan
multiple intellegences dipublikasikan pada tahun 1983 oleh Howard Gardner. Konsep ini
memiliki esensi bahwa setiap individu adalah pribadi yang unik, Setiap individu perlu
menyadari dan mengembangkan ragam kecerdasan manusia dan kombinasi-kombinasinya.
Setiap individu berbeda karena mempunyai kombinasi kecerdasan yang berlainan.
Konsep kecerdasan majemuk atau multiple intelligences berawal dari karya Howard
Gardner dalam buku Frames Of Mind tahun 1983 yang didasarkan atas hasil penelitian
selama beberapa tahun tentang kapasitas kognitif manusia (Human Cognitif Capacities).
Gardner menolak asumsi bahwa kognisi manusia merupakan satu kesatuan dan individu
hanya mempunyai kecerdasan tunggal. Meskipun sebagian besar individu menunjukkan
penguasaan yang berbeda, individu memiliki beberapa kecerdasan dan bergabung menjadi
satu kesatuan membentuk kemampuan pribadi yang cukup tinggi. Sebelum munculnya teori
multiple intelligences oleh Howard Gardner pada tahun 1983, pandangan yang dominan
adalah bahwa kecerdasan dapat diukur secara tunggal melalui tes intellegence quotient (IQ).
Teori-teori sebelumnya, seperti teori kecerdasan ganda oleh Charles Spearman, juga
menekankan pada kecerdasan umum tunggal. Gardner berhasil mendobrak dominasi teori
dan tes intellegence quotient yang telah ada dan digunakan sejak 1905 oleh para pakar
psikolog di seluruh dunia.
Gardner memiliki definisi kecerdasan yang sangat berbeda dengan definisi kecerdasan
yang telah berlaku sebelumnya. Gardner mengatakan bahwa “Intelligence is the ability to
solve problems, or to create products, that are valued within one or more cultural”. Menurut
Gardner kecerdasan seseorang tidak diukur dari hasil tes psikologi standar, namun dapat
dilihat dari kebiasaan seseorang menyelesaikan masalahnya sendiri (problem solving) dan
kebiasaan seseorang menciptakan produk-produk baru yang mempunyai nilai budaya
(creativity). Dalam hal ini, diartikan bahwa setiap orang memiliki berbagai kemampuan untuk
memecahkan masalah yang berbeda sesuai dengan situasi dan kondisi ketika dihadapkan
12
dengan sebuah permasalahan. Kemampuan “memecahkan” masalah tidak hanya berkaitan
dengan berhasil atau tidaknya menghitung perkalian, namun juga meliputi kemampuan
membentuk suatu tim, kemampuan untuk mengatur anggota dalam kelompok guna bersama-
sama memecahkan masalah yang sulit, dan lain-lain. Sementara itu “menciptakan suatu
produk” meliputi kemampuan membentuk sesuatu dari lilin (tanah liat), menciptakan suatu
bentuk tarian, dan sebagainya. Sedangkan “bernilai dalam satu latar belakang budaya
tertentu” berkaitan dengan apa dampaknya bagi lingkungan, keuntungan yang dapat dipetik
oleh orang lain.
13
8, yakni naturalis. Dan terakhir Howard Gardner memunculkan adanya kecerdasan yang
ke-9, yaitu kecerdasan eksistensial.
14
memiliki ketertarikan yang kuat pada angka, pola, dan hubungan logis.
Ketekunan dalam mencari solusi untuk masalah yang kompleks dan memiliki
keterampilan dalam menggunakan alat atau teknik matematika untuk
memecahkan masalah dunia nyata.
3. Kecerdasan Visual-Spasial (Cerdas Gambar dan Warna)
Kecerdasan visual-spasial adalah kemampuan seseorang untuk memahami dan
memanipulasi objek dalam ruang, serta memvisualisasikan informasi dengan
baik. Kemampuan mempersepsikan dunia visual-spasial secara akurat dan
mentrasformasikan persepsi dunia visual-spasial tersebut. Kecerdasan ini
meliputi kemampuan membayangkan, mempresentasikan ide secara visual
atau spasial, dan mengorientasikan diri secara tepat dalam atriks spasial.
Seseorang dengan kecerdasan dalam visual dan spasial biasanya suka
menggambar, melukis dan merancang sesuatu dengan baik, memiliki
ketertarikan kepada bentuk, warna, dan pola, mempunyai kreativitas dalam
merancang karya seni, desain, atau arsitektur, memiliki kemampuan untuk
memvisualisasikan objek atau gambar dalam pikiran dan mampu untuk
memahami dan menganalisis peta, grafik, atau representasi visual lainnya.
4. Kecerdasan Musikal (Cerdas Musik-Lagu)
Kecerdasan musikal merupakan kemampuan menangani bentuk-bentuk
musical, dengan cara mempersepsi, membedakan, menggubah, dan
mengekspresikan. Kecerdasan ini meliputi kepekaan pada, irama, pola titik
nada atau melodi, dan warna nada atau warna suara suatu lagu. Adalah
kemampuan seseorang untuk memahami, menghasilkan, dan mengekspresikan
musik dengan baik. Orang yang memiliki kecerdasan musikal yang tinggi
biasanya senang bernyanyi, senang mendengarkan musik, mampu memainkan
instrumen musik, menghafal lagu, menghasilkan musik, atau memahami
elemen-elemen kompleks dalam komposisi musikal.
5. Kecerdasan Kinestik (Cerdas Gerak)
Kecerdasan kinestetik adalah jenis kecerdasan yang melibatkan kemampuan
dalam menggunakan tubuh secara fisik, seperti olahraga, tari, atau aktivitas
yang melibatkan gerakan fisik. Kecerdasan ini meliputi keahlian
menggunakan seluruh tubuh untuk mengekspresikan ide dan perasaandan
keterampilan menggunakan tangan untuk menciptakan atau mengubah
sesuatu. Orang dengan kecerdasan kinestetik yang tinggi cenderung memiliki
15
kemampuan yang baik dalam mengkoordinasikan gerakan tubuh dan
memahami ruang dan waktu dengan baik.Kecerdasan Interpersonal (Cerdas
Sosial)
6. Kecerdasan Intrapersonal (Cerdas Diri)
Kecerdasan intrapersonal adalah kemampuan untuk memahami diri sendiri
dengan baik, kesadaran akan suasana hati, maksud, motivasi, tempramen, dan
keinginan termasuk mengenali kekuatan dan kelemahan, memiliki introspeksi
yang dalam, memiliki kesadaran diri yang tinggi terhadap perasaan, tujuan,
dan nilai-nilai pribadi, serta mampu mengelola emosi dan menciptakan
hubungan yang positif dengan diri sendiri. Seseorang yang intrapersonal
memiliki kecenderungan untuk lebih memahami dan mengenal diri mereka
sendiri dengan baik. Mereka cenderung introspektif, reflektif, dan memiliki
kesadaran diri yang tinggi.
7. Kecerdasan Interpersonal (Cerdas Sosial)
Kecerdasan interpersonal adalah kemampuan seseorang untuk memahami dan
berinteraksi secara efektif dengan orang lain. Kemampuan mempersepsi dan
membedakan suasana hati, maksud, motivasi, serta perasaan orang lain.
Kecerdasan ini meliputi kepekaan pada ekspresi wajah, suara, gerak isyarat;
kemampuan membedakan berbagai macam tanda interpersonal; dan
kemampuan menanggapi secara efektif tanda tersebut dengan tindakan
pragmatis tertentu. Seseorang orang yang memiliki kecerdasan interpersonal
biasanya suka mengamati dalam memahami, merasakan perasaan dan
pengalaman orang lain. Mampu membaca dan merespons perasaan orang lain,
serta memiliki kemampuan untuk bekerja sama dalam kelompok dan
menyelesaikan konflik secara konstruktif.
8. Kecerdasan Naturalis (Cerdas Alam)
Kecerdasan naturalis merupakan kemampuan seseorang dalam memahami dan
berinteraksi dengan alam serta makhluk hidup di dalamnya. Kecerdasan ini
meliputi keahlian mengenali dan mengategorikan spesies flora dan fauna di
lingkungan sekitar dan kepekaan pada fenomena alam lainnya dan bagi
mereka yang dibesarkan di lingkungan perkotaan dan kemampuan
membedakan benda tak hidup. Orang yang memiliki kecerdasan naturalis
biasanya memiliki kemampuan dalam mengamati, mengelompokkan, dan
menggunakan pengetahuan tentang dunia alam secara efektif. Mereka
16
cenderung memiliki ketertarikan dan kepekaan yang tinggi terhadap
lingkungan, tumbuhan, hewan, dan fenomena alam lainnya.
9. Kecerdasaan Eksistensial (Cerdas Hakikat)\
Kecerdasan eksistensial adalah kecerdasan yang berhubungan dengan
kapasitas dan kemampuan. kemampuan seseorang untuk mempertimbangkan
dan memahami makna serta tujuan hidup mereka, serta bagaimana mereka
berinteraksi dengan isu-isu filosofis yang mendasari keberadaan manusia.
Kecerdasan ini melibatkan refleksi mendalam tentang eksistensi, nilai-nilai,
kebebasan, dan makna hidup. Seseorang yang memiliki kecerdasan
eksistensial cenderung mencari pemahaman yang lebih dalam tentang dirinya
sendiri.
17
Setiap peserta didik diciptakan dengan memiliki berbagai macam karakteristik salah satunya
adalah kecerdasan. Peserta yang memiliki kecerdasan tinggi akan memiliki kemampuan yang
lebih baik. Pembelajaran berbasis multiple intelligences atau kecerdasan majemuk dapat
membantu peserta didik untuk meningkatkan kecerdasannya dan mendongkrak
kekurangannya melalui kelebihan yang ia miliki. Selain itu, sebagai pendidik akan semakin
dimudahkan dalam mengembangkan keterampilan, bakat yang dimiliki oleh peserta didiknya.
Dalam proses pembelajaran berbasis multiple intelligences atau kecerdasan majemuk,
pendidik menggunakan berbagai metode dan materi pembelajaran yang sesuai dengan
kecerdasan yang dimiliki oleh peserta didik untuk meningkatkan pemahaman dan
keterampilan mereka.
3.5 Implikasi Teori Belajar Humanistik dan Multiple Intelligences dalam Proses
Pembelajaran
Teori humanistik memiliki implikasi yang signifikan dalam proses pembelajaran.
Teori humanistik menekankan pentingnya pengalaman dan persepsi peserta didik dalam
pembelajaran. Oleh karena itu, pendekatan pembelajaran harus mempertimbangkan
pengalaman individu dan bagaimana persepsi mereka terhadap materi pelajaran. Proses
pembelajaran humanistik memperhatikan pengembangan pribadi dan emosional siswa. Hal
ini mencakup peningkatan kepercayaan diri, motivasi intrinsik, serta pengembangan
keterampilan sosial dan emosional.
Implikasi teori humanistik dalam proses pembelajaran sering dikritik karena cukup
sulit diterapkan dalam konteks yang lebih praktis. Akan tetapi karena sifatnya yang ideal,
yaitu memanusiakan manusia, maka teori humanistik mampu memberikan arah terhadap
semua komponen pembelajaran untuk mendukung tercapainya tujuan tersebut. Aspek
emosional dan karakteristik individu dalam belajar perlu diperhatikan oleh pendidik dalam
merencanakan pembelajaran guna mewujudkan tujuan ideal yang ingin dicapai. Teori
humanistik dapat membantu para pendidik dalam memahami arah belajar pada dimensi yang
lebih luas, sehingga upaya pembelajaran apapun dan pada konteks manapun akan selalu
diarahkan dan dilakukan untuk mencapai tujuannya.
18
para pendidik dan guru untuk memahami hakekat kejiwaan manusia. Hal ini akan dapat
membantu mereka dalam menentukan komponen-komponen pembelajaran seperti perumusan
tujuan, penentuan materi, pemilihan strategi pembelajaran, serta pengembangan alat evaluasi,
ke arah pembentukan manusia yang dicita-citakan tersebut. Namun, hal yang paling penting
dalam proses pembelajaran menggunakan pendekatan teori humanistik adalah membangun
hubungan baik yang bersahabat antara pendidik dan peserta didik. Dengan demikian peserta
didik dengan sendirinya akan menyadari diri dan termotivasi untuk mengikuti proses
pembelajaran.
Keterkaitan antara teori belajar humanistik dan kecerdasan majemuk adalah bahwa
keduanya menempatkan individu sebagai pusat dari proses pembelajaran. Sementara teori
belajar humanistik menekankan pentingnya pengalaman pribadi, pertumbuhan diri, dan
kemandirian, teori kecerdasan majemuk menyoroti bahwa setiap individu memiliki
kecerdasan yang beragam dan unik. Dalam proses pembelajaran, keduanya menekankan
penghargaan terhadap individualitas peserta didik. Pendidik perlu memahami dan menghargai
perbedaan individual dalam gaya belajar, minat, dan kekuatan kecerdasan. Teori belajar
humanistik mendorong kemandirian siswa dalam pembelajaran, sementara teori kecerdasan
majemuk menyoroti pentingnya memungkinkan siswa mengeksplorasi dan mengembangkan
berbagai jenis kecerdasan mereka secara mandiri. Dengan mengintegrasikan aspek-aspek
teori belajar humanistik dan kecerdasan majemuk dalam proses pembelajaran, pendidik dapat
menciptakan lingkungan yang inklusif, mendalam, dan efektif kepada setiap peserta didik.
19
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Teori belajar Humanistik menekankan pada pengembangan potensi individu,
penekanan pada kebebasan, dan pengalaman pribadi dalam proses belajar. Dalam pendekatan
ini, guru berperan sebagai fasilitator yang membantu siswa untuk mengeksplorasi minat,
bakat, dan kebutuhan mereka sendiri. Proses belajar dipandang sebagai pengembangan diri
yang holistik, dengan fokus pada aspek emosional, sosial, dan spiritual. Sementara itu, teori
belajar multiple intelligences atau kecerdasan majemuk menyatakan bahwa setiap individu
memiliki beberapa jenis kecerdasan yang berbeda. Howard Gardner mengidentifikasi delapan
jenis kecerdasan, seperti kecerdasan verbal-linguistik, logika-matematika, kinestetik, dan
lain-lain. Dalam pendekatan ini, pendidikan harus memperhitungkan keberagaman
kecerdasan dan memberikan kesempatan bagi siswa untuk mengembangkan kecerdasan
mereka yang berbeda.
Kesimpulannya, kedua teori belajar ini menekankan pentingnya melihat peserta didik
sebagai individu yang unik dan menghargai keberagaman dalam kemampuan dan potensi
mereka. Pendekatan Humanistik menekankan pada pengembangan diri secara holistik,
sementara teori multiple intelligences atau kecerdasan majemuk menekankan pada pengakuan
terhadap berbagai jenis kecerdasan. Keduanya memiliki dampak yang signifikan dalam
konteks pendidikan dan pembelajaran.
4.2 Saran
Dalam menggunakan teori belajar humaniistik dan multiple intelligences (kecerdasan
majemuk) dalam pembelajaran diperlukan fokus yang berpusat pada peserta didik sebagai
individu dengan memberikan perhatian pada kebutuhan, minat, dan pengalaman yang baik
kepada peserta didik dan mendukung pengembangan potensi dan kemampuan yang dimiliki
oleh mereka. Peserta didik dapat diberikan pilihn dalam cara mereka mengeksplorasi dan
mengekspresikan diri melalui pemahaman mereka sehingga memberikan peserta didik
kesempatan dalam mengembangkan kecerdasan dan kemampuan yang mereka miliki.
20
DAFTAR PUSTAKA
Abdi, A., & Rostami, M. (2012). Pengaruh Pembelajaran Berbasis Multiple Intelligences
Terhadap Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa Kelas V Sekolah Dasar. Procedia-Ilmu
Sosial dan Perilaku, 47, 105-108.
Berliana, D., & Atikah, C. (2023). Teori Multiple Intelligences dan Implikasinya dalam
Pembelajaran. Jurnal Citra Pendidikan, 3(3), 1108-1117.
Gardner, H., 1983, Frames of Mind: The Theory of Multiple Intelligences. New York: Basic
Books.
Mahrus, M., & Itqon, Z. (2020). Implikasi Teori Humanistik Dan Kecerdasan Ganda Dalam
Desain Pembelajaran Pai. Piwulang: Jurnal Pendidikan Agama Islam , 3 (1), 75-91.
Mahyus, A., & Marli, S. Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa Dengan Teknik Jigsaw Ilmu
Pengetahuan Sosial Sdn 21 Sungai Pinyuh. Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran
Khatulistiwa (JPPK), 3(7).
Abdul Munir Mulkhan, 2002. Nalar Spiritual Pendidikan, Solusi Problem Filosofis
Pendidikan Islam. Yogyakarta: Tiara Wacana.
Putri, F. K. A., Husna, M. J., & Nihayah, S. A. (2023). Implementasi Teori Belajar
Humanistik dalam Pembelajaran dan Pembentukan Karakter Anak. Tinta Emas: Jurnal
Pendidikan Islam Anak Usia Dini, 2(1), 33-40.
Roberts, T. (1975). Four Psychologies Applied to Education. New York: Jhon Niley and Sons.
Shahbana, E. B., & Satria, R. (2020). Implementasi Teori Belajar Behavioristik Dalam
Pembelajaran. Jurnal Serunai Administrasi Pendidikan, 9(1), 24-33.
Surya, Moh, 1981. Psikologi Pembelajaran Dan Pengajaran, Bandung: PT. Remaja Rosda
Karya
Wijaya, S. E., Sari, N., Sutarto, S., & Suryana, E. (2023). Teori Kecerdasan Ganda dalam
Praktek Pembelajaran PAI. Jurnal Al-Qiyam, 4(2), 97-109.
22