Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

PENERAPAN PENDEKATAN DAN MASALAH ANDRAGOGI


DI PKBM

DISUSUN OLEH :

Arum Dwi Saputri 1222471002

Carissa Mumtaza Nasution 1222471003

Mutiara Simanungkalit 1222471001

Kelas : Penmas Reg A 2022

Mata Kuliah : Andragogi

Dosen Pengampu : Jubaidah Hasibuan, S. Pd, M.Pd

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MASYARAKAT

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

2024
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah swt. Yang telah memberikan kemudahan kepada hamba nya untuk
menyelesaikan makalah ini. Makalah ini disusun untuk membahas materi yang berjudul “
Penerapan Pendekatan Dan Masalah Andragogi Di PKBM ”. Tanpa rahmat dan pertolongan-
Nya, penulis tidak akan mampu menyelesaikan makalah ini dengan baik. Saya juga ingin
mengucapkan terima kasih kepada dosen pengampu mata kuliah pekerjaan sosial yang telah
membimbing saya dalam penyusunan makalah ini. Pada kesempatan ini juga saya ingin
mengucapkan banyak terima kasih kepada orang tua saya yang ikut mendukung saya dalam

pembuatan makalah ini sehingga makalah ini dapat selesai dengan tepat waktu.

Saya berharap makalah ini dapat menambah pengetahuan bagi para pembaca. Bahkan,
saya berharap makalah ini dapat dipraktikkan oleh para pembaca dalam kehidupan sehari-
hari. Saya sebagai penulis menyadari bahwa makalah ini memiliki banyak kekurangan. Untuk
itu saran dan kritik dari para pembaca sangat penulis harapkan untuk menyempurnakan
makalah ini sehingga menjadi lebih sempurna , baik , dan bermanfaat .

Medan, 18 Maret 2024

Penulis

Kelompok 6

DAFTAR ISI

2
KATA PENGANTAR.................................................................................................................2
DAFTAR ISI..............................................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................................4
1.1 Latar Belakang Masalah...................................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah.............................................................................................................4
1.3 Tujuan Makalah................................................................................................................5
BAB II PEMBAHASAN...........................................................................................................6
2. 1 Karakteristik Pada Pendekatan Andragogi......................................................................6
2.2 Model Pendekatan Andragogi..........................................................................................7
2.3 Strategi Pendekatan Andragogi........................................................................................9
2.4 Teknik Pendekatan Andragogi........................................................................................11
BAB III PENUTUP..................................................................................................................15
3.1 Kesimpulan.....................................................................................................................15
3.2 Saran...............................................................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................................16

BAB I
PENDAHULUAN

3
1.1 Latar Belakang Masalah
Pendidikan bagi masyarakat dewasa memiliki peran yang sangat penting dalam
meningkatkan kualitas sumber daya manusia suatu negara. PKBM, sebagai lembaga
pendidikan nonformal, menjadi salah satu wadah utama dalam menyelenggarakan pendidikan
bagi masyarakat dewasa yang belum memiliki kesempatan untuk menyelesaikan pendidikan
formal mereka. Namun, dalam menghadapi tantangan pendidikan bagi masyarakat dewasa,
pendekatan yang digunakan haruslah berbeda dengan pendekatan yang digunakan dalam
pendidikan formal. Konsep Andragogi, yang merupakan ilmu pendidikan bagi orang dewasa,
menjadi relevan dalam konteks ini.

Pendekatan Andragogi memperhatikan karakteristik dan kebutuhan unik orang


dewasa dalam proses pembelajaran mereka. Penerapan pendekatan dan masalah Andragogi di
PKBM menuntut pemahaman mendalam tentang karakteristik dan kebutuhan peserta didik
dewasa, serta tantangan yang dihadapi dalam penyelenggaraan pendidikan bagi mereka.
Dalam latar belakang ini, akan dibahas beberapa aspek kunci, seperti karakteristik peserta
didik dewasa, prinsip-prinsip Andragogi, serta masalah-masalah yang mungkin dihadapi
dalam implementasi pendekatan ini di PKBM. Dengan memahami latar belakang ini, PKBM
dapat mengembangkan strategi yang lebih efektif dan tepat dalam menyelenggarakan
pendidikan bagi masyarakat dewasa, sehingga dapat meningkatkan partisipasi, motivasi, dan
hasil belajar peserta didik dewasa di tingkat lokal maupun nasional.

1.2Rumusan Masalah
1. Apa saja karakteristik pada pendekatan andragogi ?

2. Apa saja model-model pendekatan andragogi ?

3. Bagaimana strategi pendekatan andragogi ?

4. Bagaimana teknik-teknik pendekatan andragogi ?

1.3 Tujuan Makalah


1. Untuk mengetahui apa saja karakteristik pada pendekatan andragogi ?

2. Untuk mengetahui apa saja model-model pendekatan andragogi ?

3. Untuk mengetahui bagaimana strategi pendekatan andragogi ?

4
4. Untuk mengetahui bagaimana Teknik-teknik pendekatan andragogi ?

BAB II
PEMBAHASAN

2. 1 Karakteristik Pada Pendekatan Andragogi


Pendekatan andragogi dalam pembelajaran. Andragogi berasal dari kata andr dan
agagos. Dalam bahasa Yunani andr berarti orang dewasa, sedangkan agagos berarti
memimpin, mengamong, atau membimbing. Knowles (1980) mendefinisikan andragogi
sebagai seni dan ilmu dalam membantu peserta didik (orang dewasa) untuk belajar (the
science and arts of helping adults learn). Andragogi disebut juga sebagai teknologi pelibatan

5
peserta didik dalam kegiatan pembelajaran penerapan model. Joko susilo mengemukakan
bahwa gaya belajar merupakan suatu proses gerak laku, penghayatan, serta kecenderungan
seorang pelajar mempelajari atau memperoleh suatu ilmu dengan cara tersendiri. Dapat
disimpulkan gaya belajar adalah cara yang dilakukan atau dipilih oleh seorang murid dalam
menangkap stimulus atau informasi, cara mengingat, memproses, mengembangkan
ketrampilan baru dalam proses pembelajaran.

Pendekatan andragogi merujuk pada pendekatan pembelajaran yang berfokus pada


kebutuhan, pengalaman, dan partisipasi aktif orang dewasa dalam proses pembelajaran.
Secara luas, pendekatan ini mengakui bahwa orang dewasa memiliki karakteristik dan
kebutuhan belajar yang berbeda dengan anak-anak, sehingga memerlukan pendekatan
pembelajaran yang berbeda pula. Malcolm S. Knowles, salah satu tokoh dalam bidang
pendidikan dewasa, mendefinisikan pendekatan andragogi sebagai "kumpulan prinsip-prinsip
pembelajaran yang berlaku bagi orang dewasa, yang mencakup partisipasi aktif, pengalaman
sebagai sumber belajar, orientasi pada tujuan, dan kemandirian belajar." (Knowles, 1980).

Pendekatan andragogi menekankan pada pengalaman sebagai sumber belajar yang


penting bagi orang dewasa, di mana mereka membawa pengalaman hidup mereka ke dalam
proses pembelajaran. Pendekatan ini juga menghargai partisipasi aktif orang dewasa dalam
merancang tujuan pembelajaran dan metode pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan dan
minat mereka. Dengan demikian, pendekatan andragogi menekankan pada kemandirian
belajar, di mana orang dewasa didorong untuk mengambil peran aktif dalam proses
pembelajaran mereka sendiri. Pendekatan ini juga menekankan pada pembelajaran berbasis
masalah, diskusi, refleksi, dan aplikasi praktis, sehingga pembelajaran menjadi relevan dan
bermakna bagi orang dewasa.

Dalam proses pembelajaran, pendidik dalam hal ini tutor ataupun pamong belajar
harus menciptakan suasana yang kondusif untuk belajar, suasana kondusif yang dimaksud di
sini seperti menampilkan sikap terpuji kepada warga belajar, mengajak warga belajar untuk
serius dalam proses pembelajaran, kemudian mendukung suatu aktivitas ataupun tujuan dari
pembelajaran secara bersama-sama. Selanjutnya, melaksanakan kegiatan belajar dengan
menggunakan metode seperti ada saatnya warga belajar dijadikan sebagai sumber belajar,
kemudian menggunakan metode ceramah, melakukan diskusi bersama, dan memberi
kesempatan kepada warga belajar untuk berdemonstrasi serta tanya jawab, hal ini dilakukan

6
agar kegiatan belajar mengajar berlangsung dengan aman, nyaman, sehingga memicu
semangat warga belajar untuk belajar.

“Dalam pendekatan andragogi sebagai pendidik hendaknya tidak menggurui, kita


harus memanusiakan manusia, sebenarnya orang dewasa ilmunya sudah banyak, tetapi
banyak dari orang dewasa kadang tidak mau memanfaatkannya karna mereka kurang
memahami apa yang mereka miliki. Jadi, Kita harus menggali apa yang mereka miliki
contohnya, misalnya dalam pembelajaran kita hanya mengarahkan mereka untuk belajar tidak
perlu memaksakan mereka untuk belajar layaknya seperti di pendidikan formal”

2.2 Model Pendekatan Andragogi


Model pendekatan andragogi merujuk pada kerangka konseptual atau struktur yang
digunakan dalam pendidikan orang dewasa. Pendekatan ini didasarkan pada pemahaman
tentang karakteristik, kebutuhan, dan preferensi belajar orang dewasa. Model-model ini
dirancang untuk memandu desain pembelajaran yang efektif dan relevan bagi peserta didik
dewasa. Beberapa contoh model pendekatan andragogi meliputi model Knowles, model
problem-solving, model pembelajaran reflektif, dan banyak lagi. Setiap model memiliki
pendekatan dan prinsip unik yang dapat diterapkan dalam merancang dan mengelola program
pendidikan orang dewasa. Adapun model model pendekatan andragogi yaitu sebagai berikut:

1. Model informasi

Peran fasilitator memberikan informasi dan keterampilan biasanya dengan kuliah dan
digunaan latihan. Memberi rangsangan kepada peserta didik agar tidak mempunyai
kesempatan atau hanya mempunyai kesempatan yang sangat terbatas untuk mengembangkan
sesuatu. Peranan peserta didik menyerap informasi seperti karet busa dari pemikiran
fasilitator dan dari bahan bacaan. Penekanan penguasaan bahan pelajaran dan menghafalnya.

2. Model pemecahan masalah

7
Peranan fasilitator memberikan rangsangan, gambaran dan menghidupkan diskusi
mengenai suatu gagasan pokok masalah atau persoalan tertentu. Rangsangan bukan hanya
mengandung sebagai informasi peserta didik mengembangkan pengalaman hidup serta
mengumpulkan keterangan tambahan untuk dapat dipahami pokok masalah atau pokok
persoalannya dengan lebih baik. Peranan peserta didik menganalisis gagasan atau
masalahnya, melalui kepentingannya, mempertimbangkan sebab akibatnya yang mungkin,
memutuskan arah tindakan, menemukan keterampilan dalam pemecahan masalahnya.
Penekanan terhadap penggunaan pemikiran pemikiran peserta didik untuk menelaah dan
memecahkan masalah

3. Model proyektif

Peranan fasilitator memberikan suatu cerita terbuka atau cerita bergambar mengenai
kejadian yang terjadi dalam cerita, berasal dari rancangan kegiatan pembelajaran.
Rangsangan berbagai informasi tentang masalah teknisnya, maupun pengarah-pengarah yang
bersifat nasional dan ekonomis. Informasi yang dibutuhkan oleh peserta didik selanjutnya
dapat diperoleh melalui diskusi, wawancara atau konsultasi dengan para ahli. Peranan peserta
didik mendiskusikan dan dapat menggungkapkan tata nilai dan sebagainya. Penekanan pada
pemahaman masalah secara terpadu dengan perhatian khusus pada pengaruh-pengaruh
tersembunyi pada masalahnya (pengaruh semi kultural dan psikologi).

4. Model ekspresi atau perwujudan diri

Peranan fasilitator memberikan bahan mentah yang dapat dipergunakan oleh peserta
didik untuk menceritakan kejadian atau keadaan yang mengandung masalah. Bahan- bahan
mentah ini mencakup antara lain gambar-gambar tanpa urutan tertentu dan gambar-gambar
yang dapat bergerak. Rangsangan gambar tidak mengandung informasi tertentu. Peserta didik
memanipulasi untuk menggungkapkan arti apa saja yang mereka kehendaki. Peserta didik
mendapatkan pemahaman lebih banyak melalui diskusi, konsultasi, wawancara serta
memperbandingkan bermacam-macam penafsiran terhadap rangsangan yang sama. Peranan
peserta didik mempergunakan mental pengalaman hidupnya sendiri untuk menciptakan suatu
cerita yang dapat didiskusikan peserta didik lainnya. Penekanan pada kepercayaan terhadap
diri sendiri, daya cipta dan kemampuan berkomunikasi serta pada pemecahan masalah
berdasarkan bahan pelajaran yang diambil dari kehidupan para peserta didik.

8
2.3 Strategi Pendekatan Andragogi
Fasilitator mempersiapkan perangkat atau prosedur untuk mendorong dan melibatkan
secara aktif seluruh warga belajar, yang kemudian dikenal dengan pendekatan partisipatif,
dalam proses belajar yang melibatkan elemen-elemen:

1. Menciptakan iklim dan suasana yang mendukung proses belajar mandiri;

2. Menciptakan mekanisme dan prosedur untuk perencanaan bersama dan partisipatif;

3. Diagnosis kebutuhan-kebutuhan belajar yang spesifik Merumuskan tujuan-tujuan program


yang memenuhi kebutuhan-kebutuhan belajar

4. Merencanakan pola pengalaman belajar

5. Melakukan dan menggunakan pengalaman belajar ini dengan metoda dan teknik yang
memadai

6. Mengevaluasi hasil belajar dan mendiagnosis kembali kebutuhan- kebutuhan belajar. Ini
adalah model proses.

Secara lebih detail Strategi Pembelajaran secara umum yang dapat diterapkan di
Pendidikan Orang Dewasa (Andragogi) dapat dilakukan dengan berbagai macam. Gagne dan
Briggs (dalam Sujarwo, 2013) mengemukakan sembilan urutan kegiatan instruksional, yaitu:

1. Memberikan motivasi atau menarik perhatian,

2. Menjelaskan tujuan instruksional kepada peserta didik,

3. Mengingatkan kompetensi prasyarat,

4. Memberi stimulus (masalah, topik, dan konsep),

5. Memberikan petunjuk belajar,

6. Menentukkan penampilan peserta didik,

7. Memberi umpan balik,

8. Menilai penampilan,

9. Menyimpulkan.

9
Pendekatan andragogi melibatkan strategi pembelajaran yang berfokus pada
kebutuhan, pengalaman, dan kesiapan peserta dewasa. Beberapa strategi yang efektif dalam
pendekatan ini meliputi:

1. Pembelajaran berbasis masalah: Memungkinkan peserta dewasa untuk belajar melalui


pemecahan masalah yang relevan dengan kehidupan mereka.
2. Pembelajaran kolaboratif: Mendorong kerja sama antara peserta dewasa dalam
memecahkan masalah, berbagi pengalaman, dan memperluas pemahaman mereka.
3. Pembelajaran reflektif: Memberi kesempatan kepada peserta dewasa untuk
merefleksikan pengalaman, pemahaman, dan perubahan yang terjadi selama proses
pembelajaran.
4. Pembelajaran berbasis pengalaman: Mengintegrasikan pengalaman praktis peserta
dewasa ke dalam proses pembelajaran untuk meningkatkan pemahaman dan relevansi.
5. Pembelajaran mandiri: Memberi kesempatan kepada peserta dewasa untuk mengatur
dan mengelola pembelajaran mereka sendiri sesuai dengan kebutuhan dan preferensi
individu.
6. Pembelajaran berbasis teknologi: Memanfaatkan teknologi untuk memberikan akses
yang lebih luas, sumber daya yang kaya, dan fleksibilitas dalam pembelajaran bagi
peserta dewasa.
7. Pembelajaran berbasis kasus: Menggunakan studi kasus atau situasi nyata untuk
mendorong peserta dewasa dalam menerapkan konsep dan keterampilan yang
dipelajari dalam konteks yang relevan.
8. Pendekatan yang berpusat pada peserta dewasa: Memperhatikan kebutuhan, minat,
dan tujuan individu peserta dewasa dalam merancang dan mengimplementasikan
program pembelajaran.

2.4 Teknik Pendekatan Andragogi


Teknik penyelenggaraan pendidikan berbasis andragogi menurut Abdulhak dalam
Megawati (2013) adalah pendidikan dasar dan pendidikan berkelanjutan. Pendidikan dasar
(adult basic education), yang mempelajari pengetahuan dan keterampilan dasar. Kegiatan
pendidikan ini ditujukan bagi masyarakat yang buta huruf, dan memiliki keterampilan kerja
ang sangat sederhana. Pendekatan dan teknik penyelenggaraannya pendidikan dasar
ditekankan untuk membebaskan buta huruf latin. Kemudian pendidikan dasar ini ditingkatkan
menjadi Program Pemberantasan Buta Huruf Fungsional. Pendidikan berkelanjutan

10
(continuing education) yang mempelajari pengetahuan dan keterampilan lanjutan sesuai
dengan perkembangan kebutuhan belajar pada diri orang dewasa. Pendidikan berkelanjutan
ini ditujukan pada kegiatan pendidikan, untuk memperbaiki dan meningkatkan kemampuan
pengetahuan dan keterampilan, sehingga dapat dijadikan fasilitas dalam peningkatan diri dan
produktivitas kerja. Teknik pendekatan andragogi merujuk pada metode atau cara-cara yang
digunakan dalam proses pembelajaran orang dewasa yang sesuai dengan prinsip-prinsip
andragogi. Teknik ini dirancang untuk memfasilitasi pembelajaran yang efektif dan relevan
bagi peserta didik dewasa.

Secara lebih jelas Hiryanto, (2017) menggambarkan jenis penyelenggaraan


pendidikan berbasis andragogi adalah sebagai berikut:

1. Pendidikan massal (mass education) Aktifitas masyarakat yang terdapat di masyarakat


dengan sasaran individu- individu dan orang dewasa yang mengalami ketelantaran
pendidikan. Contoh: BPPNFI mengadakan pemberantasan buta huruf dengan
menyelenggarakan pembelajaran di daerah-daerah terpencil, dimana masih banyak terdapat
orang dewasa yang masih belum dapat membaca.

2. Pendidikan masyarakat (community education) Gerakan pendidikan yang ditujukan pada


persekutuan-persekutuan hidup agar mereka memiliki pandangan, sikap, kebiasaan dan
kemampuan tertentu. Hal ini diselenggarakan dengan melalukan penyuluhan dan
penyempurnaan lembaga yang prosesnya melalui pembelajaran, misalnya gerakan koperasi

3. Pendidikan dasar (fundamental education) Gerakan pendidikan yang ditujukan untuk


meningkatkan Perikehidupan masyarakat di bidang sosial ekonomi melalui Pendidikan
minimum. Agar masyarakat dewasa lebih mampu menyesuaikan diri dan mengembangkan
lingkungan hidup dan menjaganya.

4. Penyuluhan (Extension) Gerakan pendidikan, bimbingan dan penyuluhan kepada


masyarakat yang dilakukan oleh lembaga pendidikan tinggi bekerjasama dengan instansi
pemerintahan yang relevan. Pelaksanaanya melalui penyuluhan dan bimbingan, baik secara
individu juga kelompok.

5. Pengembangan Masyarakat (community development) Untuk menjelaskan usaha, proses,


gerakan yang dimaksudkan agar masyarakat sebagai suatu system sosial dapat berkembang
menjadi mampu menolong diri sendiri untuk meningkatkan kualitas hidupnya di bidang

11
ekonomi dan sosial. Dilakukan dalam bentuk bimbingan persuasive secara perorangan dan
kelompok.

6. Masyarakat belajar (learnig society) Kenyataanya warga masyarakat aktif menggali


pengalaman belajar disemua segi kehidupan. Melakukan aktifitas apapun dan mencari
pengetahuan yang bersumber dari mana pun merupakan bagian dari pembelajaran.

7. Pendidikan seumur hidup (lifelong education) Kenyataannya, dan atas kesadaran kita, asas
dan harapan baru bahwasanya proses dan kebutuhan pendidikan berlangsung sepanjang hidup
manusia. Manusia perlu mencari pengetahuan, pengalaman dan pemikiran baru di sepanjang
hayat hidupnya. Dalam hal ini, pendidikan tidak mengenal usia dan kata terlambat untuk
belajar.

PERMASALAHAN TERKAIT PENDEKATAN,MODEL, TEKNIK, DAN STRATEGI


ANDRAGOGI

Ada seorang profesional berusia 35 tahun yang ingin memperluas pengetahuannya


dalam bidang manajemen proyek. Daripada mengikuti kursus tradisional di mana dia hanya
akan menjadi peserta pasif, dia memilih untuk menggunakan pendekatan andragogi.Dia
memulai dengan melakukan evaluasi diri untuk mengidentifikasi kebutuhan belajarnya,

12
memperhatikan bahwa dia memiliki pengalaman kerja yang luas tetapi kurang memiliki
pengetahuan khusus dalam manajemen proyek.

Penyelesaian:

Dia mencari sumber belajar yang sesuai dengan gaya belajarnya, memilih kombinasi
dari buku-buku teks, kursus online interaktif, dan kelas workshop langsung yang dipimpin
oleh praktisi industri.Selama proses belajar, dia berpartisipasi aktif dalam diskusi online,
bertukar pengalaman dengan rekan-rekan sesama profesional, dan menerapkan konsep yang
dipelajarinya langsung dalam proyek-proyek kecil di tempat kerjanya. Dia juga mencari
mentor yang dapat memberikan panduan dan umpan balik yang berharga. Seiring waktu, dia
memperluas pengetahuannya, meningkatkan keterampilannya dalam manajemen proyek, dan
akhirnya berhasil meraih sertifikasi yang diakui secara internasional dalam bidang tersebut.

Melalui pendekatan andragogi, dia dapat dilibatkan dalam pembelajaran yang


berpusat pada pengalaman dan kebutuhannya sendiri. Ini mungkin melibatkan program
pelatihan yang menyesuaikan materi dengan tantangan spesifik yang dihadapinya tersebut,
Pendekatan andragogi membantu dia untuk memanfaatkan pengalaman dan motivasinya
sendiri dalam proses pembelajaran, sehingga memungkinkannya untuk mencapai tujuannya
dengan lebih efektif. Pendekatan ini memungkinkan dia untuk merasakan relevansi langsung
dari pembelajaran dengan situasi kerja sehari-hari mereka, sehingga meningkatkan motivasi
dan efektivitas pembelajaran.

BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Orang dewasa tidak ingin diajar tapi ingin belajar, dan orang dewasa tidak ingin
digurui tapi ingin berguru, oleh karena itu proses belajar orang dewasa lebih cenderung

13
bersifat mandiri. Adapun beberapa prinsip belajar orang dewasa yaitu: 1. Nilai manfaat Orang
dewasa akan belajar dengan baik, jika semua hal yang ia pelajari memiliki nilai manfaat
untuk dirinya. 2. Sesuai dengan pengalamanOrang dewasa akan belajar dengan baik, jika
semua hal yang dipelajari itu sesuai atau sejalan dengan pengetahuan dan pengalaman yang
dimilikinya. 3. Masalah sehari-hariOrang dewasa akan belajar dengan baik, jika materi yang
dipelajari itu berpusat di sekitar permasalahan sehari-hari dan ia memiliki kesempatan untuk
memperaktekan, menyelesaikan masalah dengan banyak cara. 4. Praktis Orang dewasa akan
belajar dengan baik, jika semua hal yang dipelajari bersifat praktis dan mudah diaplikasikan.
Ini berarti sesuatu yang sulit enggan untuk dipelajari. 5. Sesuai kebutuhan Orang dewasa
akan belajar dengan baik, jika semua hal yang ia pelajari sesuai dengan kebutuhannya.

Setiap orang memiliki kebutuhan dan jika kebutuhan tersebut dapat terpenuhi dengan
cara belajar, maka ia akan sangat bersemangat dalam belajar. Menarik Orang dewasa akan
belajar dengan baik, jika semua hal yang dipelajarinya itu menarik baginya. Jika materi
belajar itu mudah dan merupakan sesuatu yang baru, maka orang dewasa akan dengan senang
hati mengikuti proses belajar. Berpartisipasi secara aktif orang dewasa akan belajar dengan
baik, jika semua hal ikut ambil bagian secara penuh. Suatu proses belajar yang kurang
melibatkan peserta didik akan kurang menarik dan membuat jenuh pesertanya.

3.2 Saran
Sebagai penulis, menyadari bahwa makalah ini banyak kesalahan dan sangat jauh dari
kata sempurna. Adapun nantinya penulis akan segera melakukan perbaikan susunan makalah
ini dengan menggunakan sumber dan kritik yang bisa membangun dari para pembaca. Oleh
karena itu, penulis menerima kritik dan saran tentang pembahasan makalah tersebut. Setelah
membaca makalah tersebut diharapkan pembaca mampu memahami pendekatan, Model,
Teknik, dan Strategi Andragogi, dan dapat menerapkannya di dalam kehidupan.

14
DAFTAR PUSTAKA

548-Article Text-1385-1-10-20180127. (n.d.).

Destiani, T., Arbarini, M., Shofwan, I., & Sekolah, P. L. (2023). Pendekatan Andragogi dalam
Pembelajaran seTARA Daring pada Program Pendidikan Kesetaraan. Jurnal Cendekiawan
Ilmiah PLS, 8. https://doi.org/10.37058/jpls.v8i1

Hasibuan, J., Saragih, C. A., Pakpahan, J., Gultom, M., & Sagala, M. S. (2022). Analisis
Penerapan Pembelajaran Andragogi di PKBM Hanuba Medan. Diklus: Jurnal Pendidikan
Luar Sekolah, 6(2), 138–149. https://doi.org/10.21831/diklus.v6i2.49967

15
Ndraha, E. D., Simamora, S., Anastasya, A., Wahyuni, H., Saragih, P. A., Anjani, P., & Siregar, W.
H. (2022). Analisis Penerapan Pendekatan dan Masalah Andragogi di PKBM Cahaya Binjai.
Diklus: Jurnal Pendidikan Luar Sekolah, 6(2), 174–191.
https://doi.org/10.21831/diklus.v6i2.49473

Jubaidah Hasibuan, dkk. 2023. ANDRAGOGI dalam perspektif pendidikan masyarakat. Eureka
Media Aksara, No 225/JTE/2021

16

Anda mungkin juga menyukai