Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH ANDRAGOGI

“PENDEKATAN DALAM PENDIDIKAN ORANG DEWASA”

DOSEN PEMBIMBING :

Dra. Wirdatul Aini, M. Pd

KELOMPOK 3 :
Miegel Febri Exandra
Rahma Deni
Vina Meilana
Tika Aprilia Puspita

PENDIDIKAN LUAR SEKOLAH


FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2019
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur diucapkan kehadirat Allah SWT, yang masih memberikan rahmat dan
karunia-Nya berupa nikmat kesehatan dan kesempatan kepada pemakalah sehingga dapat
menyelesaian tugas mata kuliah Andragogi. Yakni makalah tentang Pendekatan Dalam
Pendidikan Orang Dewasa. Sholawat berangkaian salam tidak lupa kami kirimkan kepada
junjungan alam, yakni Nabi Muhammad SAW yang telah membawa umatnya dari zaman
kebodohan menuju zaman yang berilmu pengetahuan.

Selanjutnya diucapkan terimakasih kepada dosen pembimbing yang telah memberikan


saran, arahan dan bimbingannya dalam menyelesaikan makalah. Pemakalah menyadari dalam
makalah ini masih banyak terdapat kekurangan baik dalam penulisan maupun dalam penyajiannya,
maka pemakalah sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun agar
kedepannya lebih baik lagi. Semoga makalah ini bermanfaat bagi kami khususnya dan pembaca
umumnya.

Padang, 03 November 2019

Pemakalah

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.....................................................................................................................ii

DAFTAR ISI...................................................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN................................................................................................................4

1.1 Latar Belakang...............................................................................................................4


1.2 Rumusan Masalah..........................................................................................................4
1.3 Tujuan............................................................................................................................4

BAB II PEMBAHASAN..................................................................................................................5

2.1 Pendekatan dalam Pendidikan Orang Dewasa...............................................................5

2.1.1 Pendekatan Pemusatan Masalah......................................................................5

2.1.2 Pendekatan Khit-pen di Thailand....................................................................5

2.1.3 Pendekatan Proyektif.......................................................................................6

2.1.4 Pendekatan Apersepsi......................................................................................7

2.1.5 Pendekatan Perwujudan Diri ...........................................................................7

BAB III PENUTUP........................................................................................................................10

3.1 Kesimpulan..................................................................................................................10

3.2 Saran............................................................................................................................10

DAFTAR PUSTAKA................................................................................................................... 11

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dalam kegiatan belajar mengajar sangat diperlukannya interaksi antara pendidik


dan peserta didik yang memiliki tujuan. Agar tujuan dapat ini dapat tercapai sesuai dengan
target dari dari pendidik itu sendiri, maka sangatlah perlu terjadi interaksi positif antara
pendidik dan peserta didik. Dalam interaksi ini, sangat perlu bagi pendidik untuk membuat
interaksi antara kedua belah pihak berjalan dengan menyenangkan dan tidak
membosankan. Hal ini selain agar tercapainya target dari pendidik itu sendiri, peserta didik
juga menjadi senang dalam kegiatan belajar mengajar, serta lebih merasa bersahabat
dengan pendidik yang mengajar.

Sehingga dalam diperlukan pendekatan dalam pembelajaran, pendidik harus pandai


menggunakan pendekatan secara arif dan bijaksana. Pandangan pendidik terhadap peserta
didik akan menentukan sikap dan perbuatan.

B. Rumusan Masalah
1. Apa saja jenis pendekatan dalam pendidikan orang dewasa?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui jenis pendekatan dalam pendidikan orang dewasa.

4
BAB II

PEMBAHASAN

1. PENDEKATAN DALAM PENDIDIKAN ORANG DEWASA:


A. Pendekatan Pemusatan Masalah
Suatu kurikulum (pada pendidikan orang dewasa lebih tepat dipakai rancangan
kegiatan) yang berpusat pada masalah, mengarahkan pengalaman belajar pada kehidupan
para peserta didik sehari-hari, dan akan mempunyai manfaat secara langsung. Orang
dewasa biasanya mereka akan belajar apabila mereka dihadapkan pada masalah atau
motivasi belajar akan muncul apabila ada persoalan yang dihadapi. Contoh: di suatu desa
atau wilayah banyak penduduk yang dijangkiti demam berdarah, kemudian orang dewasa
akan berusaha memecahkan masalah yang dihadapi masyarakat atau warga akan belajar
kenapa terjadi demam berdarah, serta upaya yang dilakukan dalam mengatasi
berjangkitnya demam berdarah.
Dalam pendekatan pemusatan pada masalah, diskusi kelompok dan berpikir sangat
dipentingkan, pada diskusi kelompok akan terjadi keikutsertaan atau keterlibatan peserta
didik, sehingga terjadi hubungan-hubungan saling percaya antara peserta didik dengan
fasilitator, begitu juga sesama peserta didik.

B. Pendekatan Khit-pen di Thailand


Konsep Khit-pan ini dilakukan dalam program pendidikan luar sekolah di Thailand,
dan konsep Khit-pan ini dapat pula diterapkan pada pendidikan orang dewasa di Indonesia.
Khit-pan ini berarti dapat berfikir secara rasional dan kritis, pada akhirnya menuju
pemecahan masalah. Seseorang yang mengalami Khit-pan akan mampu mendekati
masalah sehari-hari secara sistematis. Ia akan mampu menelaah penyebab masalahnya, ia
akan mampu menelaah penyebab masalahnya, ia akan mampu mengumpulkan informasi
untuk pengambilan tindakan yang harus diambil, dalam rangka pemecahan masalah.
Konsep Khit-pan didasari filsafat Budha. Pertama; hidup adalah penderitaan,
kedua; penderitaan dapat diatasi, ketiga; untuk mengatasi, maka sumber penderitaan harus
diidentifikasikan dan kemudian baru mencari cara pemecahan yang baik.

5
Sehubungan dengan konsep Khit-pan, maka pengembangan kegiatan pembelajaran
dengan menggunakan 4 strategi, yaitu:
a. Sebelum merancang kegiatan pembelajaran dilakukan lebih dahulu identifikasi
kebutuhan warga belajar dalam mencari kebutuhan belajar digunakan baseline survey.
b. Merencanakan satuan pelajaran dan proses diskusi, sehingga setiap pertemuan
memberikan kesempatan untuk berlatih dalam pemecahan masalah. Melalui
pertemuan-pertemuan peserta didik mengembangkan kemampuan kritis tentang
keadaan dalam kehidupannya sehari-hari, dimana mereka telah mempunyai
pengalaman yang dapat mereka sumbangkan dalam diskusi tersebut.
c. Banyak menggunakan gambar atau perangsang diskusi, dan berfungsi sebagai alat
untuk mempraktekkan teknik atau keterampilan memecahkan masalah. Tugasnya
adalah menciptakan bahan-bahan belajar yang merangsang untuk mengembangkan
pola pikir yang rasional dan kritis.
d. Kurikulum disusun secara luwes untuk mengakomodasi keanekaragaman peserta didik.
Hal ini memungkinkan kepada tutor untuk menerapkan dan menyesuaikan program
belajarnya dengan keadaan lingkungan setempat dan menyesuaikan dengan minat
peserta didik serta dimasukkannya masalah-masalah baru yang diidentifikasikan oleh
peserta didik selama proses belajar berlangsung, suasana belajar diatur secara luwes.
Peraturan-peraturan di dalam kelas untuk orang dewasa lebih longgar dari pada
peraturan-peraturan yang berlaku pada sekolah-sekolah formal biasa. Tempat belajar
tidak harus di dalam ruangan dan juga di rumah penduduk, dibalai desa, dan
sebagainya. Cara duduk peserta didik tidak diatur seperti di dalam kelas, sehingga
pendidik dapat saling tatap muka.

C. Pendekatan Proyektif
Pendekatan proyektif yaitu membelajarkan warga belajar melalui cerita pendek dan
sandiwara. Setelah cerita dimainkan, warga belajar berdiskusi tentang perilaku beberapa
tokoh dalam cerita pendek atau sandiwara tersebut. Radio dapat juga dipakai didalam
kegiatan pembelajaran pada orang dewasa. Berita yang disampaikan melalui siaran radio
dapat merangsang warga belajar untuk memberikan komentar berdasarkan pengalamannya
sendiri.

6
D. Pendekatan Apersepsi
Pendekatan appersepsi-interaksi dimulai dengan mengidentifikasi tema-tema
masalah kehidupan sehari-hari warga belajar. Bahan-bahan belajar yang didasarkan pada
tema-tema itu, kemudian disiapkan dalam lembaran-lembaran lepas berbentuk folder
empat halaman, dengan gambar/foto yang merangsang dihalaman mukanya. Di halaman
dalam berisi cerita terbuka mengenai masalah tertentu.
Dalam mempergunakan setiap unit pengajaran pertama peserta didik
menghubungkan pengalaman dan perasaannya dengan gambar/foto yang ada di folder
(appersepsi) kemudian warga belajar membahas dalam suatu diskusi mengenai isi folder
tersebut (interaksi) guru berfungsi sebagai fasilitator, yaitu membantu peserta didik
mencari kemungkinan-kemungkinan dalam pemecahan masalah yang dibicarakan dalam
diskusi. Dalam situasi inilah peserta didik saling mendorong untuk mempertimbangkan
berbagai pemecahan masalah yang mungkin dipecahkan, sering pula hasil diskusi itu
menjadi dasar timbulnya kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan di luar ruang kelas, metode
ini mendorong warga belajar berpikir sendiri, serta menyelesaikan cerita itu dengan khayal.

E. Pendekatan Perwujudan Diri (Self Actualization Approach)


Pendidikan perwujudan diri sendiri dipergunakan oleh Maslow untuk
menggambarkan kemanusiaan yang untuk pendekatan perwujudan diri mempunyai 4 ciri
utama, yaitu:
a. Proses yang berpusat pada peserta didik
Pendekatan perwujudan diri dimulai dari suatu kepercayaan yang kuat akan
kemampuan individu, untuk menata kembali kehidupannya sendiri, asumsi yang
mendasar adalah kesempatan-kesempatan untuk penemuan diri sendiri (Self
Discovery) dapat mengembangkan kemampuan diri sendiri. Dalam hal ini, fungsi
fasilitator terutama adalah menciptakan kesempatan-kesempatan untuk melibatkan
peserta didik sebagai pribadi yang utuh dalam proses pembelajaran. Fasilitator harus
dapat mengembangkan kemampuan peserta didik. Fasilitator harus mempunyai
kemampuan untuk mendengarkan pendapat-pendapat peserta didik, tidak mendominasi

7
pemikiran-pemikiran mereka, atau mendukung prakarsa-prakarsa mereka, apapun
prakarsa yang mereka cetuskan asal sesuai dengan norma-norma yang ada.
b. Belajar sesama teman dalam kelompok (Peer Learning)
Proses mewujudkan diri sendiri, dimulai dengan mengadakan hubungan saling
mempercayai antara fasilitator dengan peserta didik. Rasa saling mempercayai antara
fasilitator dengan peserta didik, merupakan persyaratan untuk mutlak diperlakukan,
untuk menggerakkan proses pertumbuhan kelompok. Tanpa adanya saling percaya
antara fasilitator dengan peserta didik, sulit didapatkan tingkat keikutsertaan yang
tinggi. Fasilitator harus menganggap peserta didiknya itu sebagai teman sejawat,
setaraf dengan dirinya menciptakan suasana saling menerima dalam melaksanakan
pengalaman belajar. Fasilitator dituntut harus jujur dalam berhubungan dengan peserta
didik dan konsekuen dalam usaha membantu peserta didik memainkan peranannya.
c. Membantu timbulnya konsep diri yang positif
Konsep diri yang positif adalah cara pandang seseorang tentang dirinya sendiri
secara positif, dan sampai seberapa jauh ia memandang dirinya sebagai pembawa
perubahan. Pendekatan perwujudan diri sependapat pula dengan anggapan bahwa
perubahan yang efektif itu, jika dinilai dari dalam diri seseorang, karena hal ini akan
menimbulkan kemampuan-kemampuan memperoleh sikap positif, serta menimbulkan
kepercayaan pada diri sendiri yang lebih besar. Karena itu peningkatan perwujudan diri
akan memberikan rangsangan-rangsangan yang mendorong prakarsa peserta didik.
Setiap kali peserta didik merasa cukup berani untuk mengambil prakarsa yang
konstruktif, dan bukan hanya mengambil tanggapan dan saran-saran dari fasilitator, hal
ini bagi mereka tidak hanya akan mendapat manfaat bagi perkembangan diri peserta
didik. Pendekatan perwujudan diri akan memberikan kesempatan kepada peserta didik
untuk mengalami penilaian dan penghargaan terhadap diri mereka dari orang lain, serta
berusaha pula untuk menyatakan pendapat yang menyimpang dari pandangan sesama
peserta didik.
d. Daya khayal yang berdaya cipta
Pendekatan perwujudan diri menekankan kreativitas, yaitu penggunaan daya
khayal yang melampaui batas-batas analisis fakta yang rasional. Banyak program-

8
program dan kegiatan belajar yang dirancang untuk membantu peserta didik yang
motivasinya rendah dengan penekanan pada pemecahan masalah.
Daya cipta dalam usaha-usaha pembangunan di daerah pedesaan sangat perlu
dirangsang. Masyarakat pedesaan tradisional cenderung untuk mengadakan
penyesuaian diri daripada melakukan inovasi, dengan mengikuti tata cara yang
tradisional, maka seseorang mendapatkan rasa aman, meskipun dengan cara-cara
tersebut tidak memberikan pemecahan yang memuaskan, bagi pembangunan akan
terhambat jika daya cipta dan daya pandang masyarakat tidak dihidupkan.

9
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Pendekatan dalam pendidikan orang dewasa adalah suatu ancangan atau
kebijaksanaan dalam memulai serta melaksanakan pembelajaran orang dewasa yang
memberi arah dan corak kepada metode pengajarannya dan didasarkan pada asumsi yang
berkaitan. Fungsi pendekatan bagi suatu pengajaran adalah sebagai pedoman umum dalam
menyusun langkah-langkah nmetode pengajaran yang akan dilakukan.
Ada beberapa pendekatan dalam pendidikan rang dewasa yang diharapkan
pendidik dapat memecahkan masalah dalam kegiatan belajar mengajar diantaranya
Pendekatan Pemusatan Masalah, Pendekatan Khit-pen di Thailand, Pendekatan Proyektif,
Pendekatan Apersepsi dan Pendekatan Perwujudan Diri.

B. Saran
Demikian tugas makalah Pendekatan Dalam Pendidikan Orang Dewasa yang telah
kami susun untuk memenuhi tugas mata kuliah Andragogi. Harapan kami semoga dengan
adanya makalah yang telah kami susun ini kita dapat mengambil pelajaran berharga.
Kritik dan saran sangatlah kami harapkan dari para pembaca, teman-teman, dan
dosen-dosen, khususnya dosen mata kuliah Andragogi dalam penyusunan makalah
kelompok ini terdapat kesalahan, kami selaku penyusun mohon maaf dan mengucapkan
banyak-banyak terima kasih. Kesalahan semata-mata hanya milih kami, dan kesempurnaan
hanya milik Allah SWT.

10
DAFTAR PUSTAKA

Solfema, dkk. 2012. Perangkat Pembelajaran Andragogi. Padang: Universitas Negeri Padang.

11

Anda mungkin juga menyukai