Anda di halaman 1dari 30

TUGAS : TEKNOLOGI PENDIDIKAN & MEDIA PEMBELAJARAN

METODE PENDIDIKAN ORANG DEWASA (ANDRAGOGI)

KELOMPOK V

1. DEWY AMRIYATI AMRAN (20.1302.023)

2. ANDI ITA PERMATASARI (20.1302.028)

3. NUR HASANAH (20.1302.031)

4. SITTI HAJAR ABDUL RACHMAN (20.1302.032)

5. RAMLAWATI (20.1302.039)

6. FATIMAH SAFARUDIN (20.1302.079)

KELAS B 20

PROGRAM STUDI DIV BIDAN PENDIDIK

FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS INDONESIA TIMUR (UIT)

MAKASSAR

2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat dan

rahmat-Nya kami bisa menyelesaikan bahan ajar kami yang berjudul “Metode Pendidikan

Orang Dewasa (Andragogi)” dalam Mata Kuliah Teknologi Pendidikan & Media

Pembelajaran.

Dalam penulisan Bahan Ajar ini penyusun mendapat bantuan dari berbagai pihak

yang berupa bimbingan, pengarahan maupun dukungan moral yang sangat membantu

penyusun. Untuk itu pada kesempatan ini penyusun mengucapkan terima kasih kepada semua

pihak yang telah membantu hingga terselesaikannya Bahan Ajar ini.

Dalam penyusunan Bahan Ajar ini penyusun berusaha untuk membuat yang terbaik,

akan tetapi dengan keterbatasan yang ada penyusun menyadari dalam Bahan Ajar ini masih

banyak kekurangan. Oleh karena itu, penyusun sangat mengharapkan kritik dan saran yang

bersifat membangun, supaya Bahan Ajar ini menjadi lebih baik. Semoga ini bermanfaat

khususnya bagi penyusun dan umumnya bagi pembaca.

Kendari, 11 Januari 2021

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR…………………………………………………………………. ii

DAFTAR ISI…...……………………………………………………………………… iii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang….……………….………………………………………… 4

B. Rumusan Masalah….………………………...……......…………………… 5

C. Tujuan ……….….……………….………………………………………… 5

D. Manfaat …………….………………………...……......…………………… 6

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian Andragogi.…………………………………………………….. 7

B. Asumsi-asumsi Pokok Teori Belajar Andragogi ………………………….. 8

C. Prinsip Pendidikan Orang Dewasa……………………………………….. 10

D. Metode Pendidikan Orang Dewasa……………………………………….. 11

E. Persamaan dan Perbedaan Andragogi dan Pedagogi………………….….. 16

F. Hal yang harus Diperhatikan Orang Dewasa dalam Pembelajaran……….. 23

G. Bahan/Sarana Belajar dalam Andragogi………………………………….. 26

H. Kelebihan dan Kekurangan Pendekatan Andragogi……………………….. 26

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan……………………………….………………………………… 28

B. Saran………………………………………………………………………… 29

DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Belajar adalah proses menjadi dirinya sendiri (process of becoming

person) bukan proses untuk dibentuk (process of beings haped) menurut

kehendak orang lain, kegiatan belajar harus melibatkan individu atau

client meliputi apa yang mereka inginkan, apa yang dilakukan,

menentukan dan merencanakan serta melakukan tindakan apa saja yang

perlu untuk memenuhi keinginan tersebut. Inti dari pendidikan adalah

membantu orang dalam belajar untuk dapat memikirkan diri mereka

sendiri, mengatur urusan kehidupan mereka sendiri untuk berkembang dan

matang, dengan mempertimbangkan bahwa mereka juga sebagai makhluk

sosial.

Dengan belajar orang dewasa akan mendapatkan pengalaman yang

lebih banyak lagi, sehingga belajar bagi orang dewasa lebih fokus pada

peningkatan pengalaman hidup tidak hanya pada pencarian ijazah saja.

Pengalaman merupakan sumber terkaya dalam pembelajaran sehingga

orang dewasa semakin kaya  akan pengalaman dan termotifasi untuk

melakukan upaya peningkatan hidup.  Sifat belajar orang dewasa bersifat

subjektif dan unik, hal itulah yang membuat orang dewasa untuk semakin

berupaya semaksimal mungkin dalam belajar, sehingga apa yang menjadi

harapan dapat tercapai.

4
Orientasi belajar berpusat pada kehidupan, dengan demikian orang

dewasa belajar tidak hanya untuk mendapatkan nilai yang bangus

akantetapi orang dewasa belajar untuk meningkatkan kehidupannya.

Sehubungan dengan hal tersebut, dalam makalah ini akan disampaikan

lebih jauh mengenai belajar orang dewasa atau yang disebut juga dengan

Andragogi.

B. RUMUSAN MASALAH

Rumusan masalah dari bahanajar ini adalah sebagai berikut:

1. Apakah pengertian dari andragogi?

2. Apa asumsi-asumsi pokok teori belajar andragogi?

3. Bagaimana prinsip pendidikan orang dewasa?

4. Bagaimana metode pendidikan orang dewasa?

5. Apa persamaan dan perbedaan andragogi dan pedagogi?

6. Apa saja hal yang harus diperhatikan orang dewasa dalam

pembelajaran?

7. Apa saja bahan/sarana belajar dalam andragogi?

8. Apa kelebihan dan kekurangan pendekatan andragogi?

C. TUJUAN

Tujuan dari Bahan ajar ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui pengertian dari andragogy

2. Untuk mengetahui asumsi-asumsi pokok teori belajar andragogy

3. Untuk mengetahui prinsip pendidikan orang dewasa

4. Untuk mengetahui metode pendidikan orang dewasa

5
5. Untuk mengetahui persamaan dan perbedaan andragogi dan pedagogi

6. Untuk mengetahui hal yang harus diperhatikan orang dewasa dalam

pembelajaran

7. Untuk mengetahui bahan/sarana belajar dalam andragogy

8. Untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan pendekatan andragogi

D. MANFAAT

1. Teoritis
Menambah khasanah ilmu pengetahuan tentang pendekatan
Andragogi.
2. Praktis
Bahan referensi untuk mengembangkan pembelajaran khususnya bagi
orang dewasa. Memotivasi orang dewasa untuk terus belajar hingga
akhir hayat.

6
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Andragogi

Andragogi berasal dari bahasa Yunani aner artinya orang dewasa, dan

agogus artinya memimpin. Istilah lain yang kerap kali dipakai sebagai

perbandingan adalah pedagogi yang ditarik dari kata paid artinya anak dan

agogus artinya memimpin. Maka secara harfiah pedagogi berarti seni dan

pengetahuan mengajar anak. Karena itu, pedagogi berarti seni/pengetahuan

mengajar anak maka apabila memakai istilah pedagogi untuk orang dewasa jelas

kurang tepat, karena mengandung makna yang bertentangan. Sementara itu,

menurut (Kartini Kartono, 1997), bahwa pedagogi (lebih baik disebut sebagai

androgogi, yaitu ilmu menuntun/mendidik manusia; aner, andros = manusia;

agoo=menuntun, mendidik) adalah ilmu membentuk manusia; yaitu membentuk

kepribadian seutuhnya, agar ia mampu mandiri di tengah lingkungan sosialnya

(Asmin, 2015). Andragogi secara harfiah menurut Knwles (Sugiyanto, 2003)

dapat diartikan sebagai seni dan ilmu dalam usaha membantu orang dewasa

belajar.

Malcolm Knowles tahun 1970 mempublikasikan karyanya yang berjudul

"The Adult Learner, A Neglected Species" mengungkapkan teori belajar yang

tepat bagi orang dewasa.Andragogi berasal dari bahasa Yunani aner/andr artinya

orang dewasa, dan agogus artinya memimpin/membimbing. Secara harfiah

7
andragogi diartikan sebagai seni dan pengetahuan mengajar orang dewasa.

Namun, karena orang dewasa sebagai individu yang dapat mengarahkan diri

sendiri, maka dalam andragogi yang lebih penting adalah kegiatan belajar dari

siswa bukan kegiatan mengajar guru, sehingga andragogi diartikan sebagai seni

dan pengetahuan membelajarkan orang dewasa. Andragogi merupakan suatu

proses pembelajaran peserta didik yang terdiri atas orang dewasa. Andragogi

disebut juga sebagai teknologi pelibatan orang dewasa dalam pembelajaran.

Proses pembelajaran dapat terjadi dengan baik apabila metode dan teknik

pembelajaran melibatkan peserta didik. Keterlibatan diri (ego peserta didik)

adalah kunci keberhasilan dalam pembelajaran orang dewasa. Untuk itu, pendidik

hendaknya membantu peserta didik untuk:

a. mendefinisikan kebutuhan belajarnya,

b. merumuskan tujuan belajar,

c. ikut serta memikul tanggung jawab dalam perencanaan dan

penyusunan pengalaman belajar, dan

d. berpartisipasi dalam mengevaluasi proses dan hasil kegiatan

belajar.

Dengan demikian setiap pendidik harus melibatkan peserta didik seoptimal

mungkin dalam kegiatan pembelajaran.

B. Asumsi-asumsi Pokok Teori Belajar Andragogi

Malcolm Knowles (1970) mengembangkan empat pokok asumsi sebagai

berikut:

8
a. Konsep Diri:kesungguhan dan kematangan diri seseorang bergerak dari

ketergantungan total (realita pada bayi) menuju ke arah pengembangan diri

sehingga mampu mengarahkan dirinya sendiri dan mandiri. Secara umum

konsep diri anak-anak masih tergantung sedangkan orang dewasa konsep

dirinya sudah mandiri. Oleh sebab itu, orang dewasa membutuhkan

penghargaan orang lain, yakni mampu menentukan (Self Determination) dan

mengarahkan dirinya sendiri (Self Direction).

b. Pengalaman: sesuai dengan perjalanan waktu, seorang individu tumbuh dan

berkembang menuju ke arah kematangan serta mengalami dan mengumpulkan

berbagai pengalaman kehidupan, yang menjadikan individu sebagai sumber

belajar, dan pada saat yang bersamaan individu tersebut memberikan dasar

yang luas untuk belajar dan memperoleh pengalaman baru. Oleh sebab itu,

dalam teknologi pelatihan atau pembelajaran orang dewasa, terjadi penurunan

penggunaan teknik transmittal seperti yang dipergunakan dalam pelatihan

konvensional dan menjadi lebih mengembangkan teknik yang bertumpu pada

pengalaman. Dalam hal ini dikenal dengan "Experiential Learning Cycle"

(Proses Belajar Berdasarkan Pengalaman). Hal ini menimbulkan implikasi

terhadap pemilihan dan penggunaan metode dan teknik kepelatihan. Dalam

pelatihan menggunakan diskusi, curah pendapat, kerja laboratori, sekolah

lapang, melakukan praktik dan lain sebagainya, yang dapat melibatkan

partisipasi peserta pelatihan.

c. Kesiapan Belajar: setiap individu semakin matang sesuai dengan perjalanan

waktu, maka kesiapan belajar bukan ditentukan oleh kebutuhan atau paksaan

9
akademik ataupun biologisnya, tetapi lebih banyak ditentukan oleh tuntutan

perkembangan, perubahan tugas dan peranan sosialnya. Pada seorang anak

belajar karena adanya tuntutan akademik atau biologiknya. Tetapi pada orang

dewasa siap belajar sesuatu karena tingkatan perkembangan mereka yang

harus dihadapii dalam peranannya sebagai pekerja, orang tua atau pemimpin

organisasi. Dalam hal ini materi pembelajaran perlu disesuaikan dengan

kebutuhan yang sesuai dengan peranan sosialnya.

d. Orientasi Belajar: pada anak orientasi belajarnya seolah-olah sudah ditentukan

dan dikondisikan untuk memiliki orientasi yang berpusat pada materi

pembelajaran (Subject Matter Centered Orientation). Sedangkan pada orang

dewasa mempunyai kecenderungan memiliki orientasi belajar yang berpusat

pada pemecahan permasalahan yang dihadapi (Problem Centered

Orientation). Belajar bagi orang dewasa merupakan kebutuhan untuk

menghadapi permasalahan yang dihadapi dalam kehidupan keseharian,

terutama berkaitan dengan fungsi dan peranan sosial. Perbedaan asumsi

disebabkan adanya perbedaan perspektif waktu. Bagi orang dewasa, belajar

bersifat dapat dipergunakan atau dimanfaatkan dalam waktu segera.

Sedangkan anak, penerapan yang dipelajari masih menunggu waktu hingga

dia lulus, mendapat sekolah dan sebagainya. Sifat materi pembelajaran atau

pelatihan bagi orang dewasa hendaknya bersifat praktis dan dapat segera

diterapkan dalam keseharian.

C. Prinsip Pendidikan Orang Dewasa

10
Pertumbuan orang dewasa dimulai pertengahan masa remaja (adolescence)

sampai dewasa, setiap individu memiliki kecenderungan tumbuh ke arah

menggerakkan diri sendiri tetapi secara aktual menginginkan orang lain

memandang dirinya sebagai pribadi yang mandiri yang memiliki identitas diri.

Dengan begitu orang dewasa tidak menginginkan orang memandangnya apalagi

memperlakukan dirinya seperti anak-anak. Mengharapkan pengakuan orang lain

akan otonomi dirinya, dan dijamin ketentramannya untuk menjaga identitas

dirinya dengan penolakan dan ketidaksenangan akan setiap usaha orang lain untuk

menekan, memaksa, dan manipulasi tingkah laku yang ditujukan terhadap dirinya.

Tidak seperti anak-anak yang beberapa tingkatan masih menjadi objek

pengawasan, pengendalian orang lain yaitu pengawasan dan pengendalian orang

dewasa yang berada di sekeliling, terhadap dirinya. 

Dalam kegiatan pendidikan atau belajar, orang dewasa bukan lagi menjadi

obyek sosialisasi yang seolah-olah dibentuk dan dipengaruhi untuk menyesuaikan

dirinya dengan keinginan memegang otoritas di atas dirinya sendiri, akan tetapi

tujuan kegiatan belajar atau pendidikan orang dewasa tentunya lebih mengarah

kepada pencapaian pemantapan identitas dirinya sendiri untuk menjadi dirinya

sendiri; atau, kalau meminjam istilah Rogers (Knowles, 1979), kegiatan belajar

bertujuan mengantarkan individu untuk menjadi pribadi atau menemuan jati

dirinya. Dalam hal belajar atau pendidikan merupakan process of becoming a

person. Bukan proses pembentukan atau process of being shaped yaitu proses

pengendalian dan manipulasi untuk sesuai dengan orang lain; atau, kalau

11
meminjam istilah Maslow tahun 1966 (Asmin, 2015), belajar merupakan proses

untuk mencapai aktualiasi diri (self-actualization) (Asmin, 2015).

Dalam kegiatan pendidikan/belajar, orang dewasa bukan lagi menjadi objek

sosialisasi yang dibentuk dan dipengaruhi untuk menyesuaikan dirinya, akan

tetapi tujuan kegiatan belajar/pendidikan orang dewasa mengarah kepada

pencapaian pemantapan identitas diri untuk menjadi dirinya sendiri. Menurut

Rogers (Knowles, 1979), kegiatan belajar bertujuan mengantarkan individu untuk

menjadi pribadi/menemuan jati dirinya. Dalam hal belajar/pendidikan merupakan

process of becoming a person. Bukan proses pembentukan atau process of being

shaped yaitu proses pengendalian dan manipulasi untuk sesuai dengan orang lain,

sesuai dengan Maslow (1966), belajar merupakan proses untuk mencapai

aktualiasi diri (self-actualization) (Asmin, 2015).

Sedangkan menurut Lindeman (1926) terdapat lima prinsip belajar teori

belajar orang dewasa:

9. Orang dewasa termotivasi belajar apabila “belajar” tersebut dapat memenuhi

kebutuhan dan minatnya, oleh karena itu titik berangkat pembelajaran orang

dewasa adalah menemukan kebutuhan dan minat warga belajar.

10. Orientasi belajar orang dewasa adalah berpusat pada kehidupan(life centere),

oleh karena itu unit pembelajaran orang dewasa harus terkait dengan

kehidupan, bukan pelajaran.

11. Pengalaman adalah sumber belajar yang paling baik bagi orang dewasa,

sehingga metode menggunakan pengalaman dan analisis pengalaman.

12
12. Orang dewasa mempunyai kebutuhan yang dalam untuk mengarahkan diri

sendiri(self directing) oleh karena itu pengalaman adalah guru dalam

pembelajaran dengan mengambangkan pengetahuan.

13. Perbedaan individu antara orang dewasa semakin bertambah sejalan dengan

bertambahnya usia, olehkarena itu gaya belajar, waktu, tempat dan kecepatan

belajar harus di ijinkan/ditolelir.

D. Metode Pendidikan Orang Dewasa

Metode pendidikan bagi orang dewasa merupakan suatu cara praktis yang

dilakukan oleh seorang fasilitator agar usaha pengajaran yang dilakukan dapat

berhasil. Suatu metode dalam pembelajaran menjadi lebih penting karena hal

tersebut dapat mengarahkan kearah pembelajaran lebih progresif sekaligus dapat

memahami berbagai bentuk dan karakter setiap peserta didiknya. Adapaun

beberapa metode yang dapat digunakan dalam pendidikan orang dewasa sangat

beragam, diantaranya:

1. Metode partisipatif, dalam metode ini memiliki prinsip perencanaan sebagai

berikut:

a. Perencanaan hubungan dengan masyarakat, antara lembaga pendidikan dan

masyarakat perlu ada hubungan yang harmonis, saling kerjasama, saling

memberi dan saling menerima.

b. Partisipan, pihak yang layak diikutsertakan dalam perencanaan pendidikan

harus menuhi syarat yaitu tertarik akan masalah pendidikan, mau belajar dari

ahli perencana pendidikan, memiliki kemampuan intelektual sebagai

13
perencana, paham masalah pendidikan, merupakan anggota kelompok yang

dapat bekerja efektif.

c. Teknik kerja kelompok.

d. Pembuatan program.

e. Pengambilan keputusan, dalam hal ini yang berwenang mengambil

keputusan adalah manajer tertinggi, tim manajer atau pejabat lain yang

ditunjuk.

2. Metode demonstrasi, metode ini adalah salah satu metode dalam pendidikan

orang dewasa yang sangat sering digunakan dalam sebuah praktek. Metode

demonstrasi tidak seharusnya digunakan dalam setiap situasi, oleh karenanya

perlu memperhatikan pula tingkat kemampuan subyek atau sasaran bagi

peserta pendidik tersebut. Adapun langkah-langkah dalam metode demonstrasi

antara lain:

a. Merencanakan, yang harus dilakukan dalam merencanakan demonstrasi

yaitu menentukan masalah yang akan dipecahkan, tentukan keterampilan

yang akan diajarkan, kumpulkan informasi tentang keterampilan tersebut.

b. Mempersiapkan demonstrator, yang harus dilakukan yaitu mempersiapkan

semua alat, mengadakan latihan untuk mempraktekkan keterampilan,

persiapkan ruang yang luas, memilih lokasi yang strategis, demonstrator

harus mengetahui materi.

c. Mempersipakan pengamat

d. Evaluasi

14
3. Metode diskusi. Metode diskusi merupakan metode yang sangat efektif jika

peserta yang terlibat hanya sedikit. Penggunaan metode diskusi untuk

kelompok yang semisal berjumlah 10 orang atau lebih memerlukan

perencanaan yang cermat dan pimpinan diskusi yang kompeten. Diskusi

merupakan kelompok sebagai pertemuan atau percakapan antara dua orang

atau lebih yang membahas topik tertentu yang menjad pusat perhatian. Dalam

diskusi kelompok, anggota kelompok menunjuk moderator (pimpinan diskusi)

yang menentukan tujuan dan agenda yang harus ditaati.

4. Metode pelatihan, metode pelatihan adalah salah satu metode dalam

pendidikan orang dewasa atau dalam pertemuan yang biasa digunakan dalam

meningkatkan pengetahuan, keterampilan, dan mengubah sikap peserta dengan

cara yang spesifik. Metode pelatihan memiliki prosedur rancangan yaitu:

a. Identifikasi kebutuhan, yang dimaksud kebutuhan disini yaitu kebutuhan

akan pendidikan orang dewasa dari berbagai pihak yang perlu diidentifikasi

secara cermat.

b. Identifikasi sasaran, maksud sasaran di sini adalah perilaku peserta yang

diharapkan setelah mengikuti pelatihan.

c. Identifikasi sumber, perlu dianalisis somber-sumber yang diperlukan baik

yang sudah tersedia maupun yang masih diusahakan. Sumber yang

dimaksud di sini seperti dana, penceramah, fasilitator, alat, perlengkapan

d. Identifikasi hambatan yaitu mengidentifikasi yang sudah ada yang mungkin

timbul pada waktu pelatihan dilaksanakan.

15
e. Seleksi, seleksi yang harus dilakukan yaitu dengan mempertimbangkan

sumber daya, hambatan, kelebihan dan kelemahan masing-masing

alternatif serta sasaran yang ingin dicapai.

E. Persamaan dan Perbedaan Andragogi dan Pedagogi

Asumsi dasar menurut Knowles (1993):

Asumsi Dasar
Tentang Pedagogi Andragogi
Konsep diri peserta Pribadi yang bergantung Semakin mengarahkan

didik kepada gurunya diri (self-directing)


Pengalaman peserta Masih harus dibentuk Sumber yang kaya

didik daripada digunakan untuk belajar bagi diri

sebagai sumber belajar sendiri dan orang lain


Kesiapan belajar Seragam (uniform) Berkembang dari tugas

peserta didik sesuai tingkat usia dan hidup & masalah

kurikulum
Oriensi dalam belajar Orientasi bahan ajar Orientasi tugas dan

(subject-centered) masalah (task or

problem centered)
Motivasi bbelajar Dengan pujian, hadiah, Oleh dorongan dari

dan hukuman dalam diri sendiri

16
(internal incentives,

curiosity)

Knowles (1993) melihat perbedaan proses pembelajaran orang dewasa

dengan anak-anak dalam tujuh aspek utama, yaitu suasana, perencanaan, diagnosa

kebutuhan, penentuan tujuan belajar, rumusan rencana belajar, kegiatan belajar

dan evaluasinya.

                                                     UNSUR-UNSUR PROSES
Suasana Tegang, rendah dalam Santai, mempercayai,

mempercayai, formal, saling menghargai,

dingin, kaku, lambat, informal, hangat,

orientasi otoritas guru, kerjasama, mendukung.

kompetitif dan sarat

penilaian.
Perencanaan Utamanya oleh guru Kerjasama peserta didik

dengan fasilitator
Diagnosa Utamanya oleh guru Bersama-sama: pengajar

kebutuhan dan peserta didik.


Penetapan tujuan Utamanya oleh guru Dengan kerjasama dan

perundingan
Desain rencana
1.        Rencana bahan ajar oleh
1.        Perjanjian belajar

belajar guru (learning contracts)

2.        Penuntun belajar (course


2.        Projek belajar (learning

syllabus) dibuat guru. projects)

3.        Sekuens logis (logical


3.        Urutan belajar atas dasar

17
sequence) pembelajaran kesiapan (sequenced by

oleh guru. readiness)


Kegiatan belajar 1.        Teknik penyajian
1.        Projek untuk penelitian

(transmittal techniques) (inquiry projects)

2.        Tugas bacaan (assigned


2.        Projek untuk dipelajari

readings) (learning projects)

3.        Tehnik pengalaman

(experiential techniques)
Evaluasi belajar         Oleh guru 1.        Oleh peserta didik

        Berpedoman pada norma berdasarkan evidensi

(on a curve) yang dipelajari oleh

        Pemberian angka rekan-rekan, fasiltator,

ahli. (by learner-

collected evidence

validated by peers,

facilitators, experts).

2.        Referensinya

berdasarkan criteria

(criterion referenced)

No Asumsi Pedagogik Andragogi


1 Kosep Peserta didik digambarkan Adalah suatu hal yang

tentang diri sebagai seseorang yang wajar apabila dalam suatu

peserta bersifat tergantung. proses pendewasaan,

18
didik Masyarakat mengharapkan seseorang akan berubah

para guru bertanggung dari bersifat tergantung

jawab sepenuhnya untuk menuju ke arah memiliki

menentukan apa yang kemampuan mengarahkan

harus dipelajari, kapan, diri sendiri, namun setiap

bagaimana cara individu memiliki irama

mempelajarinya, dan apa yang berbeda-beda dan

hasil yang diharapkan juga dalam dimensi

setelah selesai kehidupan yang berbeda-

beda pula. Dan para guru

bertanggungjawab untuk

menggalakkan dan

memelihara kelangsungan

perubahan tersebut. Pada

umumnya orang dewasa

secara psikologis lebih

memerlukan penga- rahan

diri, walaupun dalam

keadaan tertentu mereka

bersifat tergantung.
2 Fungsi Di sini pengalaman yang Di sini ada anggapan

Pengalama dimiliki oleh peserta didik bahwa dalam

n peserta tidak besar nilainya, perkembangannya

didik mungkin hanya berguna seseorang membuat

19
untuk titik awal. semacam alat

Sedangkan penglaman penampungan (reservoair)

yang sangat besar pengalaman yang

manfaatnya adalah kemudian akan merupakan

pengalaman-pengalaman sumber belajar yang sangat

yang diperoleh dari bermanfaat bagi diri

gurunya, para penulis, sendiri mau pun bagi

produsen alat-alat peraga orang lain. Lagi pula

atau alat-alat audio visual seseorang akan

dan pengalaman para ahli menangkap arti dengan

lainnya. Oleh karenanya, lebih baik tentang apa

teknik utama dalam yang dialami daripada

pendidikan adalah teknik apabila mereka

penyampaian yang berupa: memperoleh secara pasif,

ceramah, tugas baca, dan oleh karena itu teknik

penyajian melalui alat penyampaian yang utama

pandang dengar. adalah eksperimen,

percobaan-percobaan di

laboratorium, diskusi,

pemecahan masalah,

latihan simulasi, dan

praktek lapangan.
3 Kesiapan Seseorang harus siap Seseorang akan siap

belajar mempelajari apapun yang mempelajari sesuatu

20
dikatakan oleh masyarakat, apabila ia merasakan

dan hal ini menimbulkan perlunya melakukan hal

tekanan yang cukup besar tersebut, karena dengan

bagi mereka karena adanya mempelajari sesuatu itu ia

perasaan takut gagal, anak- dapat memecahkan

anak yang sebaya diaggap masalahnya atau dapat

siap untuk mempelajari hal menyelesaikan tugasnya

yang sama pula, oleh sehari-hari dengan baik.

karena itu kegiatan belajar Fungsi pendidik di sini

harus diorganisasikan adalah menciptakan

dalam suatu kurikulum kondisi, menyiapkan alat

yang baku, dan langkah- serta prosedur untuk

langkah penyajian harus membantu mereka

sama bagi semua orang. menemukan apa yang

perlu mereka ketahui.

Dengan demikian program

belajar harus disusun

sesuai dengan kebutuhan

kehidupan mereka yang

sebenarnya dan urutan-

urutan penyajian harus

disesuaikan dengan

kesiapan peserta didik.


4 Orientasi Peserta didik menyadari Peserta didik menyadari

21
belajar bahwa pendidikan adalah bahwa pendidikan

suatu proses penyampaian merupakan suatu proses

ilmu pengetahuan, dan peningkatan

mereka memahami bahwa pengembangan

ilmu-ilmu tersebut baru kemampuan diri untuk

akan bermanfaat di mengembangkan potensi

kemudian hari. Oleh yang maksimal dalam

karena itu, kurikulum hidupnya. Mereka ingin

harus disusun sesuai mampu menerapkan ilmu

dengan unit-unit mata dan keterampilan yang

pelajaran dan mengikuti diperolehnya hari ini untuk

urutan-urutan logis ilmu mencapai kehidupan yang

tersebut , misalnya dari lebih baik atau lebih

kuno ke modern atau dari efektif untuk hari esok.

yang mudah ke sulit. Berdasarkan hal tersebut di

Dengan demikian, orientasi atas, belajar harus disusun

belajar ke arah mata ke arah pengelompokan

pelajaran. Artinya jadwal pengembangan

disusun berdasarkan kemampuan. Dengan

keterselesaian nya mata- demikian orientasi belajar

mata pelajaran yang telah terpusat kepada

ditetapkan. kegiatannya. Dengan kata

lain, cara menyusun

22
pelajaran berdasarkan

kemampuan-kemampuan

apa atau penampilan yang

bagaimana yang diharap

kan ada pada peserta didik.

F. Hal yang harus Diperhatikan Orang Dewasa dalam Pembelajaran

Proses belajar berlangsung sepanjang  hayat (long life education). Namun,

terdapat korelasi negatif antara pertambahan usia dengan kemampuan belajar

orang dewasa. Setiap individu orang dewasa, semakin bertambah usia, akan

semakin sukar belajar (karena semua aspek kemampuan fisik semakin menurun).

Misalnya daya ingat, kekuatan fisik, kemampuan menalar, berkonsentrasi, dan

lain-lain, semuanya memperlihatkan penurunan sesuai pertambahan usia.

Menurut Lunandi (1987), kemajuan pesat dan perkembangan tidak

diperoleh dengan menantikan pengalaman melintasi hidup saja. Kemajuan yang

seimbang dengan perkembangan zaman harus dicari melalui pendidikan.

Verner dan Davidson (Lunandi, 1987) berpendapat terdapat enam faktor

yang secara psikologis dapat menghambat keikutsertaan orang dewasa dalam

suatu program pendidikan:

1. Dengan bertambah usia, titik dekat penglihatan/titik terdekat yang dapat

dilihat secara jelas bergerak semakin jauh. Pada usia 20 tahun seseorang dapat

melihat jelas suatu benda pada jarak 10 cm. Sekitar usia 40 tahun titik dekat

penglihatan sudah menjauh sampai 23 cm.

23
2. Dengan bertambah usia, titik jauh penglihatan/titik terjauh yang dapat dilihat

secara jelas mulai berkurang, semakin pendek. Kedua faktor ini perlu

diperhatikan dalam pengadaan dan pengunaan bahan serta alat pendidikan.

3. Semakin bertambah usia, semakin besar jumlah penerangan yang diperlukan

dalam situasi belajar. Seseorang usia 20 tahun memerlukan 100 Watt cahaya,

pada usia 40 tahun diperlukan 145 Watt, dan pada usia 70 tahun seterang 300

Watt baru cukup untuk dapat melihat dengan jelas.

4. Semakin bertambah usia, persepsi kontras warna cenderung ke arah merah

daripada spektrum. Disebabkan oleh menguningnya kornea/lensa mata,

sehingga cahaya yang masuk agak terasing. Akibatnya kurang dapat

membedakan warna-warna lembut. Untuk itu, digunakan warna-warna cerah

yang kontras sebagai alat peraga.

5. Pendengaran/kemampuan menerima suara berkurang. Pada umumnya

seseorang mengalami kemunduran dalam membedakan nada secara tajam

pada setiap dasawarsa dalam hidupnya. Pria cenderung lebih cepat mengalami

kemunduran daripada wanita.

Hal yang perlu diperhatikan orang dewasa dalam situasi belajar:

1. Terciptanya proses belajar adalah suatu proses pengalaman yang diwujudkan

oleh setiap individu orang dewasa. Proses pembelajaran orang dewasa

berkewajiban memotivasi/mendorong mencari pengetahuan yang lebih tinggi.

2. Setiap individu orang dewasa belajar secara efektif bila mampu menemukan

makna pribadi bagi dirinya dan memandang makna yang baik berhubungan

dengan keperluan pribadinya.

24
3. Kadangkala proses pembelajaran orang dewasa kurang kondusif, dikarenakan

belajar diorientasikan terhadap perubahan tingkah laku, sedangkan perubahan

perilaku saja tidak cukup, jika perubahan tidak mampu menghargai budaya

bangsa yang harus dipelihara, di samping metode berpikir tradisional yang

sukar diubah.

4. Proses pembelajaran orang dewasa merupakan hal unik dan khusus serta

bersifat individual. Setiap individu orang dewasa memiliki kiat dan strategi

memperlajari dan menemukan pemecahan masalah yang dihadapi dalam

pembelajaran. Dengan adanya peluang mengamati kiat dan strategi individu

lain dalam belajar, diharapkan dapat memperbaiki dan menyempurnakan

caranya sendiri dalam belajar, sebagai upaya koreksi yang lebih efektif.

5. Faktor pengalaman masa lampau berpengaruh pada setiap tindakan yang

dilakukan, pengalaman yang baik perlu digali dan ditumbuhkembangkan ke

arah yang lebih bermanfaat.

6. Belajar adalah suatu transformasi ilmu pengetahuan dan merupakan proses

pengembangan intelektualitas seseorang. Pemaksimalan hasil belajar dicapai

apabila setiap individu dapat memperluas jangkauan pola berpikirnya

G. Bahan/Sarana Belajar dalam Andragogi

Menurut Edgar Dale (Arif, 1994: 79) dalam dunia pendidikan, penggunaan

bahan/sarana belajar seringkali menggunakan prinsip Kerucut Pengalaman, yang

membutuhkan bahan dan sarana belajar, seperti buku teks, bahan belajar yang

dibuat sendiri oleh fasilitator, dan alat pandang dengar.

25
Dapat disimpulkan bahwa pada ceramah, peserta hanya mendengarkan.

Fungsi berbicara hanya sedikit terjadi pada waktu tanya jawab. Untuk metode

diskusi bicara dan mendengarkan berjalan seimbang. Dalam pendidikan dengan

cara demonstrasi, peserta sekaligus mendengar, melihat dan berbicara. Pada saat

latihan praktis peserta dapat mendengar, berbicara, melihat dan mengerjakan

sekaligus, sehingga dapat diperkirakan menjadi paling efektif.

H. Kelebihan dan Kekurangan Pendekatan Andragogi

Kegiatan pendidikan jalur sekolah/luar sekolah memiliki daerah dan

kegiatan yang beraneka ragam. Pendidikan orang dewasa terutama pendidikan

masyarakat bersifat nonformal sebagian besar dari siswa/pesertanya adalah orang

dewasa, paling tidak pemuda/remaja. Kegiatan pendidikan memerlukan

pendekatan tersendiri. Dengan menggunakan teori andragogi kegiatan/usaha

pembelajaran orang dewasa dalam kerangka pembangunan/realisasi pencapaian

cita-cita pendidikan seumur hidup dapat diperoleh dengan dukungan konsep

teoritik/penggunaan teknologi yang dapat dipertanggung jawabkan.

Andragogi memiliki kelemahan, salah satunya adalah bahwa bagaimana

mungkin seorang siswa yang tidak terlalu memahami tentang luasnya ilmu

kemudian dibebaskan memilih apa yang mereka sukai. Seolah sistem Andragogi

hanya sebagai suatu sistem yang mengembirakan siswanya saja dan melupakan

tujuan sebenarnya sebuah pendidikan. Jika sebuah ilmu tidak diminati oleh siswa,

tentu saja ilmu tersebut akan hilang. Dan siswa dibiarkan memilih jika ada

persyaratan kemampuan yang memang semestinya dimiliki seandainya siswa mau

belajar ilmu tertentu. Tidak mungkin siswa SD dibiarkan memilih mata pelaharan

26
Integral Diferensial sebelum mereka menguasai dulu perkalian, jumlah, kurang

bagi, dll.

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

27
Pembelajaran orang dewasa adalah pembelajaran memahami orang dewasa

dalam belajar dengan kondisi optimal. Proses belajar bagi orang dewasa

memerlukan kehadiran orang lain yang berperan sebagai pembimbing belajar

bukan cenderung digurui, orang dewasa ingin belajar bukan berguru. Orang

dewasa tumbuh sebagai pribadi dan memiliki kematangan konsep diri, mengalami

perubahan psikologis dan ketergantungan yang terjadi pada masa kanak-kanak

menjadi kemandirian untuk mengarahkan diri sendiri, sehingga proses

pembelajaran orang dewasa harus memperhatikan karakteristik orang dewasa.

Sehubungan dengan hal tersebut, orang dewasa dapat dibelajarkan lebih aktif

apabila mereka merasa ikut dilibatkan dalam aktivitas pembelajaran, terutama

apabila mereka dilibatkan memberi sumbangan pikiran dan gagasan yang

membuat mereka merasa berharga dan memiliki harga diri di depan sesama

temannya. Dengan katta lain, orang dewasa akan belajar lebih baik apabila

pendapat pribadinya dihormati, dan akan lebih senang jika diberi kesempatan

untuk menyumbangkan pemikirannya.

B. Saran

Kami sebagai penulis membutuhkan saran dan kritik dari pembaca untuk

membangun serta memperbaiki Bahan Ajar kami, karena tanpa adanya saran dan

28
kritik kami sebagai penulis tidak bisa melihat kekurangan dari Bahan Ajar ini.

Kami mengucapkan terima kasih kepada pembaca atas kritik dan sarannya.

29
DAFTAR PUSTAKA

Dikutip dari: http://denisayudhap.blogspot.com/2017/01/makalah-pendekatan-

andragogi.html

Asmin. 2015. “Konsep dan Metode Pembelajaran untuk Orang Dewasa

(Andragogi)”. Jurnal. Unimed Medan.

Febrian Kristiana, Ika. 2015. “Hubungan Antara Persepsi terhadap Pendekatan

Andragogi dalam Pembelajaran dengan Efikasi Diri Pengambilan Keputusan

Karir pada Mahasiswa”. Seminar Nasional. Fakultas Psikologi, Universitas

Diponegoro.

Anda mungkin juga menyukai