Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

METODE PEMBELAJARAN ORANG DEWASA

Disusun Oleh :
IDAWATI (201302094)
SUMIATI (201302106)

Kelas D

FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS INDONESIA TIMUR
MAKASSAR
2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas berkat rahmat dan

karunianya kami dapat menyelesaikan Makalah Pendidikan Orang Dewasa, dengan judul

“Metode Pembelajaran Orang Dewasa”.

Shalawat serta salam semoga selalu tercurah kepada junjungan kita semua yaitu Nabi

Muhammad SAW kepada keluarga, para sahabat, dan para umatnya hingga akhir zaman.

Makalah ini ditulis dari hasil penyusunan data-data sekunder yang penulis peroleh dari

berbagai refrensi, serta infomasi dari media massa, tak lupa penyusun ucapkan terima kasih

kepada dosen matakuliah Tehnologi Pendidikan. Juga kepada rekan-rekan mahasiswa yang telah

mendukung sehingga dapat diselesaikannya Makalah ini.

Penulis harap, dengan membaca makalah ini dapat memberi manfaat bagi kita semua,

dalam hal ini dapat menambah wawasan kita mengenai sejarah penyuluhan di indonesia.

Memang makalah ini masih jauh dari sempurna, maka penulis mengharapkan kritik dan saran

dari pembaca demi perbaikan menuju arah yang lebih baik.

Sengkang,2 November 2020

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I: PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

1.2 RUMUSAN MASALAH

1.3 TUJUAN

BAB II: PEMBAHASAN

2.1 Pengertian anragogy

2.2  Metode pembelajaran orang dewasa

2.3 Model Pembelajaran Orang Dewasa

2.3.1 Model Daur Pengalaman Berstruktur dan Analisis Peran,

2.3.2 Model Latihan Penyelidikan (Inquiry Training Model)

2.3.3 Model Advance Organizer,2.3.4 Pemerolehan Konsep

BAB III.: PENUTUP

KESIMPULAN

DAFTARA PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Salah satu aspek penting dalam pendidikan saat ini yang perlu mendapat perhatian adalah

mengenai konsep pendidikan untuk orang dewasa. Tidak selamanya kita berbicara dan mengulas

di seputar pendidikan murid sekolah yang relatif berusia muda. Kenyataan di lapangan, bahwa

tidak sedikit orang dewasa yang harus mendapat pendidikan baik pendidikan informal maupun

nonformal, misalnya pendidikan dalam bentuk keterampilan, kursus-kursus, penataran dan

sebagainya. Masalah yang sering muncul adalah bagaimana kiat, dan strategi membelajarkan

orang dewasa yang notabene tidak menduduki bangku sekolah. Dalam hal ini, orang dewasa

sebagai siswa dalam kegiatan belajar tidak dapat diperlakukan seperti anak-anak didik biasa

yang sedang duduk di bangku sekolah tradisional. Oleh sebab itu, harus dipahami bahwa, orang

dewasa yang tumbuh sebagai pribadi dan memiliki kematangan konsep diri bergerak dari

ketergantungan seperti yang terjadi pada masa kanak-kanak menuju ke arah kemandirian atau

pengarahan diri sendiri. Kematangan psikologi orang dewasa sebagai pribadi yang mampu

mengarahkan diri sendiri ini mendorong timbulnya kebutuhan psikologi yang sangat dalam yaitu

keinginan dipandang dan diperlakukan orang lain sebagai pribadi yang mengarahkan dirinya

sendiri, bukan diarahkan, dipaksa dan dimanipulasi oleh orang lain. Dengan begitu apabila orang

dewasa menghadapi situasi yang tidak memungkinkan dirinya menjadi dirinya sendiri maka dia

akan merasa dirinya tertekan dan merasa tidak senang. Karena orang dewasa bukan anak kecil,

maka pendidikan bagi orang dewasa tidak dapat disamakan dengan pendidikan anak sekolah.

Perlu dipahami apa pendorong bagi orang dewasa belajar, apa hambatan yang dialaminya, apa

yang diharapkannya, bagaimana ia dapat belajar paling baik dan sebagainya (Lunandi, 1987).

Pemahaman terhadap perkembangan kondisi psikologi orang dewasa tentu saja mempunyai arti

penting bagi para pendidik atau fasilitator dalam menghadapi orang dewasa sebagai siswa.

Berkembangnya pemahaman kondisi psikologi orang dewasa semacam itu tumbuh dalam teori

yang dikenal dengan nama andragogi. Andragogi sebagai ilmu yang memiliki dimensi yang luas
dan mendalam akan teori belajar dan cara mengajar. Secara singkat teori ini memberikan

dukungan dasar yang esensial bagi kegiatan pembelajaran orang dewasa. Oleh sebab itu,

pendidikan atau usaha pembelajaran orang dewasa memerlukan pendekatan khusus dan harus

memiliki pegangan yang kuat akan konsep teori yang didasarkan pada asumsi atau pemahaman

orang dewasa sebagai siswa.

Kegiatan pendidikan baik melalui jalur sekolah ataupun luar sekolah memiliki daerah

dan kegiatan yang beraneka ragam. Pendidikan orang dewasa terutama pendidikan masyarakat

bersifat non formal sebagian besar dari siswa atau pesertanya adalah orang dewasa, atau paling

tidak pemuda atau remaja. Oleh sebab itu, kegiatan pendidikan memerlukan pendekatan

tersendiri. Dengan menggunakan teori andragogi kegiatan atau usaha pembelajaran orang

dewasa dalam kerangka pembangunan atau realisasi pencapaian cita-cita pendidikan seumur

hidup dapat diperoleh dengan dukungan konsep teoritik atau penggunaan teknologi yang dapat

dipertanggung jawabkan. Salah satu masalah dalam pengertian andragogi adalah pandangannya

yang mengemukakan bahwa tujuan pendidikan itu bersifat mentransmisikan pengetahuan.

Tetapi di lain pihak perubahan yang terjadi seperti inovasi dalam teknologi, mobilisasi

penduduk, perubahan sistem ekonomi, dan sejenisnya begitu cepat terjadi. Dalam kondisi seperti

ini, maka pengetahuan yang diperoleh seseorang ketika ia berumur 21 tahun akan menjadi usang

ketika ia berumur 40 tahun. Apabila demikian halnya, maka pendidikan sebagai suatu proses

transmisi pengetahuan sudah tidak sesuai dengan kebutuhan modern (Arif, 1994).

Oleh karena itu, tujuan dari kajian/tulisan ini adalah untuk mengkaji berbagai aspek yang

mungkin dilakukan dalam upaya membelajarkan orang dewasa (andragogi) sebagai salah satu

alternatif pemecahan kependidikan, sebab pendidikan sekarang ini tidak lagi dirumuskan hanya

sekedar sebagai upaya untuk mentransmisikan pengetahuan, tetapi dirumuskan sebagai suatu

proses pendidikan sepanjang hayat (long life education).

1.2 RUMUSAN MASALAH

1. Mengetahui apa itu pendidikan orang dewasa (Andragogy)

2. Metode pembelajaran orang dewasa

3. Model pembelajaran orang dewasa


1.3 TUJUAN

Tujuan dari pembuatan makalah ini yaitu untuk mengetahui dan menambah pengetahuan

tentang model pembelajaran apa saja yang sesuai untuk pembelajaran orang dewasa serta

metode apa saja yang bisa diterapkan bagi pembelajaran orang dewasa. Orang dewasa juga

memerlukan pembelajaran, agar orang dewasa tersebut tidak ketinggalan jaman dan bisa

meningkatkan kualitas hidupnya kearah yang lebih maju.

Manfaat dari makalah ini yaitu banyak sekali salah satunya yaitu bisa membantu orang

dewasa dalam memahami materi pembelajaran dan dapat mengajak orang dewasa untuk mau

belajar lagi, karena belajar mempunyai manfaat yang baik seperti bisa meningkatkan kualitas

hidup orang dewasa tersebut dan tidak ketinggalan jaman.


BAB II

PEMBAHASAN

2.1 PENGERTIAN ANRAGOGY

Andragogi (andragogy) berasal dari kata Yunani “ aner” atau “andr”, berarti orang

dewasa dan agogi. Agogi (Agogy) berasal dari kata Yunani “Agogus” yang berarti

“memimpim/membimbing”. Agogi berarti “aktivitas memimpin/ membimbing” atau “seni dan

ilmu memimpin/membimbing”, atau “seni dan ilmu mempengaruhi orang lain”. Pedagogi

(pedagogy) berasal dari kata Yunani “Paid” (berati anak) dan “Agogus” (berarti “memimpin”).

Pedagogi berarti “seni dan ilmu mengajar anak-anak”. John D. Ingalls memberi batasan

pengertian andragogi sebagai :Proses pendidikan membantu orang dewasa menemukan dan

menggunakan penemuan-penemuan dari bidang-bidang pengetahuan yang berhubungan dalam

latar sosial dan situasi pendidikan untuk mendorong pertumbuhan dan kesehatan individu,

organisasi, dan masyarakat. Menurut Knowles (1977:38), “ Andragogy is therefore, the art and

science of helping adults learn”. Andragogi adalah suatu ilmu dan seni dalam membantu orang

dewasa belajar. Dilihat dari segi epistemologi, andragogi berasal dari bahasa Yunani dengan

akar kata:”Aner” yang artinya orang untuk membedakannya dengan “paed” yang artinya anak.

Knowles dalam bukunya “ The modern practice of Adult Education”, mengatakan bahwa semula

ia mendefinisikan andragogi sebagai seni dan ilmu membantu orang dewasa belajar. Kemudian

setelah melihat hasil eksperimen banyak pendidik yang menerapkan konsep andragogi pada

pendidikan anak-anak dan menemukan bahwa dalam situasi-situasi tertentu memberikan hasil

yang lebih baik, Knowles melihat bahwa andragogi sebenarnya merupakan model asumsi yang

lain mengenai pembelajaran yang dapat digunakan di samping model asumsi pedagogi. Ia juga

mengatakan model-model itu berguna apabila tidak dilihat sebagai dikhotomi, tetapi sebagai dua

ujung dari suatu spektrum, dimana suatu asumsi yang realistik pada situasi yang berada di antara

dua ujung tersebut.


Knowles menegaskan adanya perbedaan antara belajar bagi orang dewasa dengan belajar anak-

anak dilihat dari segi perkembangan kognitif mereka. Menurut Knowles dalam

WWW.DELIVERY.COM (2002) ada empat asumsi utama yang membedakan andragogi dan

pedagogi, yaitu:

a.       Perbedaan dalam konsep diri, orang dewasa memiliki konsep diri yang mandiri dan tidak

bergantung bersifat pengarahan diri.

b.      Perbedaan pengalaman, orang dewasa mengumpulkan pengalaman yang makin meluas, yang

menjadi sumber daya yang kaya dalam keaddan belajar.

c.       Kesiapan untuk belajar, orang dewasa ingin mempelajari bidang permasalahan yang kini

mereka hadapi dan anggap relevan.

d.      Perbedaan dalam orientasi ke arah kegiatan belajar,orang dewasa orientasinya berpusat pada

masalah dan kurang kemungkinannya berpusat pada subyek.

Asumsi asumsi pokok di atas menimbulkan berbagai implikasi yang berkaitan dengan

penerapan strategi pembelajaran. Secara umum strategi pembelajaran orang dewasa lebih

menekankan pada permasalahan yang dihadapi (problem centered orientation). Knowles

mengajukan asumsi bahwa orang dewasa dapat belajar. Kalaupun ada orang dewasa yang

mengeluh tidak dapat lagi belajar, orang dewasa yang bersangkutan kurang percaya pada

kemampuan dirinya untuk belajar. Menurut hasil penelitian, kemampuan belajar bagi orang

dewasa yang berkurang hanyalah kecepatan belajarnya, bukan daya kecerdasannya.

Kemunduran kecepatan belajar tersebut ada kaitannya dengan pertambahan usia yang

mengakibatkan beberapa unsur fisiologis seperti ketajaman pendengaran dan penglihatan.

Empat konsep yang membedakan pedagogi dan andragogi, menurut Malcolm Knowles :
Pedagogi Andragogi

1. Konsep diri (self-cocept) Anak Si pelajar bukan pribadi yang

ialah pribadi yang tergantung. tergantung, tetapi pribadi yang telah

Hubungan pelajar dengan masak secara psikologis. Hubungan

pengajar merupakan hubungan pelajar dengan pengajar merupakan

yang bersifat pengarahan (a hubungan saling membantu yang timbal

directing relationship) balik (a helping relationship)

2. Pengalaman Pengalaman Pengalaman pelajar orang dewasa

pelajar masih sangat terbatas, dinilai sebagai sumber belajar yang

karena itu dinilai kecil dalam kaya. Multi komunikasi oleh semua

proses pendidikan. Komunikasi peserta, pengajar maupun pelajar.

satu arah dari pendidik kepada

pelajar.

3. Kesiapan belajar Pendidik Pelajar menentukan apa yang mereka

menentukan apa yang akan perlu pelajari berdasarkan pada persepsi

dipelajari, bagaimana dan kapan mereka sendiri terhadap tuntutan situasi

belajar. sosial mereka

4. Perspektif waktu dan orientasi Belajar merupakan proses untuk

terhadap belajar. Diajarkan penemuan masalah dan pemecahan

bahan yang dimaksudkan untuk masalah pada saat itu juga.

digunakan di masa yad. Pendekatanya “problem centered”.

Pendekatanya “subject

centered”.
2.2  Metode pembelajaran orang dewasa

            Dalam pembelajaran orang dewasa banyak metode yang diterapkan. Untuk keberhasilan

pembelajaran semacam ini, apa pun metode yang diterapkan seharusnya mempertimbangkan

faktor sarana dan prasarana yang tersedia untuk mencapai tujuan akhir pembelajaran, yaitu agar

peserta didik dapat memiliki suatu pengalaman belajar yang bermutu. Merupakan suatu

kekeliruan besar jika dalam hal ini, pembimbing secara kurang wajar menetapkan pemanfaatan
metode hanya karena faktor pertimbangannya sendiri, yaitu menggunakan metode yang

dianggapnya paling mudah, atau hanya disebabkan oleh keinginannya agar dikagumi oleh

peserta di kelas itu, ataupun mungkin ada kecenderungan hanya menguasai satu metode tertentu

saja (supriadi, 2006). Penetapan pemilihan metode yang tepat seharusnya mempertimbangkan

aspek tujuan yang ingin dicapai, yaitu mengacu pada garis besar program pembelajaran yang

dibagi menjadi dua jenis.

1.      Proses pembelajaran yang dirancang untuk mendorong orang dewasa mampu menata dan

mengisi pengalaman baru dengan berpedoman pada masa lalu yang pernah dialami. Serta

mampu memberi wawasan baru bagi masing-masing individu untuk dapat memanfaatkan apa

yang sudah diketahuinya. Contoh: latihan keterampilan melaui tanya jawab, wawancara,

konsultasi, latihan kepekaan, dan lain-lain,

2.      Proses pembelajaran yang dirsancang untuk meningkatkan transfer pengetahuan baru,

pengalaman baru, dan keterampilan baru sehingga dapat mendorong masing-masing individu

dewasa guna meraih semaksimal mungkin ilmu penetahuan yang diinginkanya, apa yang

menjadi kebutuhanya, serta keterampilan yang diperlukan. Contoh: belajar dengan

menggunakan program komputer yang dibutuhkan di tempat mereka bekerja.

Metode pembelajaran kuliah, seminar/diskusi/ presentasi, praktikum/ studi lapangan,

computer aidedlearning, dan belajar mandiri hasilnya akan kurang optimal jika tidak berfokus

pada kompetensi yang akan dicapai oleh peserta didik. Unsur-unsur lain yang perlu diperhatikan

dalam memilih metode pembelajaran adalah sarana/prasarana, bahan kajian atau materi ajar,

serta tingkat kemampuan mahasiswa. Terdapat beragam model pembelajaran dengan pendekatan

student centre learning yang bisa diaplikasikan seperti small group discussion, role play and

simulation, case study, discovery learning (DL), self directed learning (SDL), cooperative

learning (CL), collaborative learning (CbL), contextual instruction (CI), project based learning

(PjBL), dan problem based learning (PBL).


     Dalam menetukan metode pembelajaran yang sesuai, maka perlu dilakukan kajian mendalam

terhadap kebutuhan peserta didik dengan mengintegrasikan konsep andragogi di atas, berikut ini

uraian ringkas beberapa ciri model pembelajaran di atas.


Model Hal yang Dilakukan Peserta Hal yang Dilakukan

Belajar Didik Pengajar

Small Group   ·   Membentuk kelompok (5-10  ·    Membuat rancangan diskusi.

Discussion orang).
    Menjadi moderator sekaligus

  ·   Memilih bahan diskusi. mengulas hasil diskusi

mahasiswa pada setiap akhir


  ·    Mempresentasikan makalah
sesi.
dan mendiskusikannya di

kelas.

Simulasi   ·   Mempelajari dan   ·  Merancang situasi/ kegiatan

menjalankan suatu peran yang yang mirip dengan yang

ditugaskan kepadanya. sesungguhnya, bisa berupa

bermain peran, model


  ·  Mempraktikkan/mencoba
komputer, atau berbagai
berbagai model (komputer)
      latihan simulasi. Aga
yang telah disiapkan.
r
  ·     Membahas kinerja

mahasiswa

Discovery   ·   Mencari, mengumpulkan, dan  ·   Menyediakan data atau

learning menyusun, informasi yang ada petunjuk (metode) untuk

untuk mendeskripsikan suatu menelusuri suatu pengetahuan

pengetahuan. yang harus dipelajari oleh

mahasiswa.

  ·    Memeriksa dan memberi

ulasan terhadap hasil belajar

mandiri mahasiswa

Self-Direct   ·    Merencanakan kegiatan  ·  Sebagai fasilitator.

Learning belajar, melaksanakan, dan

menilai pengalaman

belajarnya sendiri.

Cooperative   ·   Membahas dan  ·   Merancang dan memantau

learning menyimpulkan masalah/ tugas proses belajar dan hasil belajar


dapat memberikan pengajaran yang optimal, maka kita perlu memahami karakter dari peserta

didik dewasa seperti yang dijelaskan di bawah ini.

1. Orang dewasa mempunyai pengalaman yang berbeda-beda.

2. Orang dewasa lebih suka menerima saran dari pada digurui.

3. Orang dewasa lebih memberikan perhatian pada hal-hal yang menarik bagi mereka dan

menjadi kebutuhanya.

4. Orang dewasa lebih suka dihargai daripada diberi hukuman atau disalahkan.

5. Orang dewasa yang pernah mengalami putus sekolah, mempunyai kecenderungan untuk

menilai lebih rendah kemampuan belajarnya.

6. Orang dewasa secara sengaja mengulang hal yang sama.

7. Orang dewasa suka diperlakukan dengan kesungguhan itikad yang baik, adil, dan masuk

akal.

8. Orang dewasa sudah belajar sejak kecil tentang cara mengatur hidupnya, oleh karena itu,

mereka lebih cenderung tidak mau bergantung pada orang lain.

9. Orang dewasa menyukai hal-hal yang praktis.

10. Orang dewasa membutuhkan waktu lebih lama untuk dapat akrab dan menjalin hubungan

dekat dengan teman baru.

Keberhasilan andragogi juga ditentukan oleh kemampuan pengajar dalam menciptakan

suasana kelas yang kondusif. Keyakinan pengajar akan potensi manusia dan kemampuan semua

peserta didik untuk belajar dan berprestasi merupakan hal yang penting yang perlu diperhatikan.

Pengajar harus memahami bahwa perasaan dan sikap peserta didik akan terlibat dan berpengaruh

kuat pada proses belajarnya. Secara umum karakteristik pengajar pada oarang dewasa

diantaranya sebagai berikut.

1. Menjadi bagian dari kelompok yang diajar.

2. Mampu menciptakan iklim yang kondusif untuk belajar mengajar.

3. Mempunyai ras tanggung jawab yang tinggi, pengabdian, dan idealisme untuk kerjanya.

4. Menirukan/mempelajari kemampuan orang lain.


5. Menyadari kelemahan, tingkat keterbukan, dan kekuatannya. Mereka tahu bahwa kekuatan

yang dimiliki dapat menjadi kelemahan pada situasi tertentu.

6. Dapat melihat permasalahan dan menetukan pemecahannya.

7. Peka dan mengerti perasan orang lain melalui pengamatan.

8. Mengetahui bagaimana menyakinkan dan memperlakukan orang lain.

9. Selalu optimis dan mempunyai itikad baik terhadap orang lain.

10. Menyadari bahwa “perannya bukan mengajar, tetapi menciptakan iklim untuk belajar.”

11. Menyadari bahwa segala sesuatu mempunyai segi positif dan negatif.

2.3 Model Pembelajaran Orang Dewasa

Dalam pembelajaran orang dewasa mengacu pada karakteristik yang melekat sebagai

pelajar. Berbagai model pembelajaran yang sesuai untuk digunakan, diantaranya model

pembelajaran:

2.3.1 Model Daur Pengalaman Berstruktur dan Analisis Peran,

Yaitu model pembelajarn analisis dan partisipatif. Dengan beberapa tahap, yaitu

pengenalan dan penghayatan,mengungkapkan, pengolahan, hingga penyimpulan cara

pemecahan masalah, kebutuhan peningkatan mutu program, dan kemampuan menurut pelajar.

Merujuk pada model pembelajaran ini untuk analisis peran peserta dapat menggunakan

metode ATMAP (Arah, Terapan, Masalah dan Peran). ATMAP yaitu upaya peningkatan

kemampuan analisis dan sekaligus penghayatan peserta terhadap perannya dalam

menyelenggarakan program dalam masyarakat. Aplikasinya berupa:

 Arah program dan arah tugas

 Terapan program dan tugas

 Masalah terapan program dan terapan tugas

 Alternatif Pemecahan masalah terapan Program dan Terapan tugas

 Peran petugas

2.3.2 Model Latihan Penyelidikan (Inquiry Training Model)

meliputi lima fase yaitu :


 Menghadapi pelajar untuk berkonfrontasi dengan situasi teka teki .

 Fase operasi pengumpulan data untuk verifikasi hakikat objek. Kondisi, miliki dan situasi

masalah yang dikumpulkan dari pelajar.

 Operasi pengumpulan data untuk eksperimentasi meliputi : mengisolasi variable dan kondisi

melalui eksperimentasi, mengajukan hipotesis untuk menguji hubungan kausal melalui

eksperimen, dimulai dan melanjutkan kegiatan sebelumnya. Mengajarkan bagaimana

membuat perencanaan sistematis.

 Mengumpulkan informasi dengan data dan menjelaskan masalah yang ada dengan tepat.

 Pengajar dan pelajar bekerjasama menganalisis setiap strategi

2.3.3 Model Advance Organizer,

yaitu diberikan pengenalan materi terlebih dahulu sebelum memberikan tugas

pembelajaran yang tingkat abstraksinya lebih tinggi. Hal ini untuk menjelaskan,

mengintegrasikan dan menghubungkan materi dalam tugas pembelajaran dengan materi yang

telah dipelajari.

Advance Organizer umumnya didasarkan pada konsep dan aturan disiplin. Dan dikaitkan

dengan materi yang bersifat actual (kurang abstrak) terlebih dahulu. Model ini juga digunakan

untuk menyiapkan perspektif baru.

Beberapa fase dalam penerapan Advance Organizer, yaitu :

 Penyajian advance organizer meliputi kegiatan :

 Menjelaskn tujuan pembelajaran

 Menyajikan model pembelajaran, mencakup : identifikasi batasan atribut, pemberian

contoh, dan menyediakan berbagai konteks.

o Penyajian Materi tugas pelajaran :

  Menyusun urutan materi pelajaran

  Memberikan perhatian pada pelajar

  Menyiapkan bahan belajar yang bersifat eksplisit

o   Memperkuat organisasi kognitif


  Menggunakan prinsip-prinsip rekonsiliasi secara terintegrasi

  Mengintensifkan pembelajaran penerimaan aktif

  Berpikir kritis terhadap pengetahuan yang dipelajari.

2.3.4 Pemerolehan Konsep

Yaitu model pembelajaran mencakup penganalisaan proses berpikir dan diskusi mengenai

atribut perolehan konsep. 


BAB III

PENUTUP

KESIMPULAN

Strategi pembelajaran dapat ditinjau dari ilmu, seni dan keterampilan yang digunakan

pendidik dalam membantu (memotivasi, membimbing, membelajarkan dan memfasilitasi)

peserta didik dalam belajar. Di samping itu strategi pembelajar dapat dimaknai sebagai prosedur

pembelajaran dalam mengelola secara sistematis kegiatan pembelajaran dari beberapa

komponen pembelajaran (materi pembelajaran, peserta didik, waktu, alat, bahan, metode

pembelajaran, sistem evaluasi) dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Strategi

pembelajaran orang dewasa (andragogi) merupakan prosedur yang dilakukan dalam membantu

orang dewasa dalam belajar. Dalam belajar, orang dewasa telah memiliki konsep diri yang harus

dihargai, memiliki pengalaman yang dapat dijadikan sumber belajar, orientasi belajar diarahkan

pada upaya pemenuhan kebutuhan dan peningkatan peran dan status sosial dalam masyarakat.
DAFTARA PUSTAKA

http://manggari9g-19.blogspot.com/2013/12/model-pembelajaran-orang-dewasa.html

Atwi Suparman. 1996. Desain Instruksional. Jakarta:PAU-PPAI Universitas Terbuka

Sudjana. 2005. Strategi Pembelajaran. Bandung: Falah Production

Anda mungkin juga menyukai