Anda di halaman 1dari 33

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas berkat rahmat dan

karunianya kami dapat menyelesaikan Makalah ini dengan judul “Model Pengembangan

Pembelajaran Orang Dewasa”.

Shalawat serta salam semoga selalu tercurah kepada junjungan kita semua yaitu Nabi

Muhammad SAW kepada keluarga, para sahabat, dan para umatnya hingga akhir zaman.

Makalah ini ditulis dari hasil penyusunan data-data sekunder yang penulis peroleh dari

berbagai refrensi, serta infomasi dari media massa, tak lupa penyusun ucapkan terima kasih

kepada dosen mata kuliah Manajemen Pengembangan Pembelajaran. Juga kepada rekan-rekan

mahasiswa yang telah mendukung sehingga dapat diselesaikannya Makalah ini.

Penulis harap, dengan membaca makalah ini dapat memberi manfaat bagi kita semua,

dalam hal ini dapat menambah wawasan kita mengenai sejarah penyuluhan di Indonesia.

Memang makalah ini masih jauh dari sempurna, maka penulis mengharapkan kritik dan saran

dari pembaca demi perbaikan menuju arah yang lebih baik.

Ambon ,20 Maret 2024

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I: PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

1.2 RUMUSAN MASALAH

1.3 TUJUAN

BAB II: PEMBAHASAN

2.1 Pengertian anragogy

2.2 Metode pembelajaran orang dewasa

2.3 Model Pembelajaran Orang Dewasa

BAB III.: PENUTUP

KESIMPULAN

DAFTARA PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Salah satu aspek penting dalam pendidikan saat ini yang perlu mendapat perhatian adalah

mengenai konsep pendidikan untuk orang dewasa. Tidak selamanya kita berbicara dan mengulas

di seputar pendidikan murid sekolah yang relatif berusia muda. Kenyataan di lapangan, bahwa

tidak sedikit orang dewasa yang harus mendapat pendidikan baik pendidikan informal maupun

nonformal, misalnya pendidikan dalam bentuk keterampilan, kursus-kursus, penataran dan

sebagainya. Masalah yang sering muncul adalah bagaimana kiat, dan strategi membelajarkan

orang dewasa yang notabene tidak menduduki bangku sekolah. Dalam hal ini, orang dewasa

sebagai siswa dalam kegiatan belajar tidak dapat diperlakukan seperti anak-anak didik biasa

yang sedang duduk di bangku sekolah tradisional. Oleh sebab itu, harus dipahami bahwa, orang

dewasa yang tumbuh sebagai pribadi dan memiliki kematangan konsep diri bergerak dari

ketergantungan seperti yang terjadi pada masa kanak-kanak menuju ke arah kemandirian atau

pengarahan diri sendiri. Kematangan psikologi orang dewasa sebagai pribadi yang mampu

mengarahkan diri sendiri ini mendorong timbulnya kebutuhan psikologi yang sangat dalam yaitu

keinginan dipandang dan diperlakukan orang lain sebagai pribadi yang mengarahkan dirinya

sendiri, bukan diarahkan, dipaksa dan dimanipulasi oleh orang lain. Dengan begitu apabila orang

dewasa menghadapi situasi yang tidak memungkinkan dirinya menjadi dirinya sendiri maka dia

akan merasa dirinya tertekan dan merasa tidak senang. Karena orang dewasa bukan anak kecil,

maka pendidikan bagi orang dewasa tidak dapat disamakan dengan pendidikan anak sekolah.

Perlu dipahami apa pendorong bagi orang dewasa belajar, apa hambatan yang dialaminya, apa

yang diharapkannya, bagaimana ia dapat belajar paling baik dan sebagainya (Lunandi, 1987).

Pemahaman terhadap perkembangan kondisi psikologi orang dewasa tentu saja mempunyai arti

penting bagi para pendidik atau fasilitator dalam menghadapi orang dewasa sebagai siswa.

Berkembangnya pemahaman kondisi psikologi orang dewasa semacam itu tumbuh dalam teori

yang dikenal dengan nama andragogi. Andragogi sebagai ilmu yang memiliki dimensi yang luas

dan mendalam akan teori belajar dan cara mengajar. Secara singkat teori ini memberikan
dukungan dasar yang esensial bagi kegiatan pembelajaran orang dewasa. Oleh sebab itu,

pendidikan atau usaha pembelajaran orang dewasa memerlukan pendekatan khusus dan harus

memiliki pegangan yang kuat akan konsep teori yang didasarkan pada asumsi atau pemahaman

orang dewasa sebagai siswa.

Kegiatan pendidikan baik melalui jalur sekolah ataupun luar sekolah memiliki daerah

dan kegiatan yang beraneka ragam. Pendidikan orang dewasa terutama pendidikan masyarakat

bersifat non formal sebagian besar dari siswa atau pesertanya adalah orang dewasa, atau paling

tidak pemuda atau remaja. Oleh sebab itu, kegiatan pendidikan memerlukan pendekatan

tersendiri. Dengan menggunakan teori andragogi kegiatan atau usaha pembelajaran orang

dewasa dalam kerangka pembangunan atau realisasi pencapaian cita-cita pendidikan seumur

hidup dapat diperoleh dengan dukungan konsep teoritik atau penggunaan teknologi yang dapat

dipertanggung jawabkan. Salah satu masalah dalam pengertian andragogi adalah pandangannya

yang mengemukakan bahwa tujuan pendidikan itu bersifat mentransmisikan pengetahuan.

Tetapi di lain pihak perubahan yang terjadi seperti inovasi dalam teknologi, mobilisasi

penduduk, perubahan sistem ekonomi, dan sejenisnya begitu cepat terjadi. Dalam kondisi seperti

ini, maka pengetahuan yang diperoleh seseorang ketika ia berumur 21 tahun akan menjadi usang

ketika ia berumur 40 tahun. Apabila demikian halnya, maka pendidikan sebagai suatu proses

transmisi pengetahuan sudah tidak sesuai dengan kebutuhan modern (Arif, 1994).

Oleh karena itu, tujuan dari kajian/tulisan ini adalah untuk mengkaji berbagai aspek yang

mungkin dilakukan dalam upaya membelajarkan orang dewasa (andragogi) sebagai salah satu

alternatif pemecahan kependidikan, sebab pendidikan sekarang ini tidak lagi dirumuskan hanya

sekedar sebagai upaya untuk mentransmisikan pengetahuan, tetapi dirumuskan sebagai suatu

proses pendidikan sepanjang hayat (long life education).

1.2 RUMUSAN MASALAH

1. Apa itu prinsip pembelajaran orang dewasa (Andragogy)?

2. Apa saja Pendekatan, Ruang Lingkup, dan Tujuan pembelajaran orang dewasa ?

3. Apa strategi pembelajaran orang dewasa?

4. Evaluasi Program Pembelajaran Orang Dewasa


5. Metode Pembelajaran orang Dewasa

6. Model pembelajaran orang dewasa

1.3 TUJUAN

Tujuan dari pembuatan makalah ini yaitu untuk mengetahui dan menambah pengetahuan

tentang model pembelajaran apa saja yang sesuai untuk pembelajaran orang dewasa serta

metode apa saja yang bisa diterapkan bagi pembelajaran orang dewasa. Orang dewasa juga

memerlukan pembelajaran, agar orang dewasa tersebut tidak ketinggalan jaman dan bisa

meningkatkan kualitas hidupnya kearah yang lebih maju.

Manfaat dari makalah ini yaitu banyak sekali salah satunya yaitu bisa membantu orang

dewasa dalam memahami materi pembelajaran dan dapat mengajak orang dewasa untuk mau

belajar lagi, karena belajar mempunyai manfaat yang baik seperti bisa meningkatkan kualitas

hidup orang dewasa tersebut dan tidak ketinggalan jaman.


BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian dan Ruang Lingkup Andragogi

2.1.1 Pengertian Andaragogi

Andragogi (andragogy) berasal dari kata Yunani “ aner” atau “andr”, berarti orang

dewasa dan agogi. Agogi (Agogy) berasal dari kata Yunani “Agogus” yang berarti

“memimpim/membimbing”. Agogi berarti “aktivitas memimpin/ membimbing” atau “seni dan

ilmu memimpin/membimbing”, atau “seni dan ilmu mempengaruhi orang lain”. Pedagogi

(pedagogy) berasal dari kata Yunani “Paid” (berati anak) dan “Agogus” (berarti “memimpin”).

Pedagogi berarti “seni dan ilmu mengajar anak-anak”. John D. Ingalls memberi batasan

pengertian andragogi sebagai :Proses pendidikan membantu orang dewasa menemukan dan

menggunakan penemuan-penemuan dari bidang-bidang pengetahuan yang berhubungan dalam

latar sosial dan situasi pendidikan untuk mendorong pertumbuhan dan kesehatan individu,

organisasi, dan masyarakat. Menurut Knowles (1977:38), “ Andragogy is therefore, the art and

science of helping adults learn”. Andragogi adalah suatu ilmu dan seni dalam membantu orang

dewasa belajar. Dilihat dari segi epistemologi, andragogi berasal dari bahasa Yunani dengan

akar kata:”Aner” yang artinya orang untuk membedakannya dengan “paed” yang artinya anak.

Knowles dalam bukunya “ The modern practice of Adult Education”, mengatakan bahwa semula

ia mendefinisikan andragogi sebagai seni dan ilmu membantu orang dewasa belajar. Kemudian

setelah melihat hasil eksperimen banyak pendidik yang menerapkan konsep andragogi pada

pendidikan anak-anak dan menemukan bahwa dalam situasi-situasi tertentu memberikan hasil

yang lebih baik, Knowles melihat bahwa andragogi sebenarnya merupakan model asumsi yang

lain mengenai pembelajaran yang dapat digunakan di samping model asumsi pedagogi. Ia juga

mengatakan model-model itu berguna apabila tidak dilihat sebagai dikhotomi, tetapi sebagai dua

ujung dari suatu spektrum, dimana suatu asumsi yang realistik pada situasi yang berada di antara

dua ujung tersebut.


Knowles mengajukan asumsi bahwa orang dewasa dapat belajar. Kalaupun ada orang

dewasa yang mengeluh tidak dapat lagi belajar, orang dewasa yang bersangkutan kurang

percaya pada kemampuan dirinya untuk belajar. Menurut hasil penelitian, kemampuan belajar

bagi orang dewasa yang berkurang hanyalah kecepatan belajarnya, bukan daya kecerdasannya.

Kemunduran kecepatan belajar tersebut ada kaitannya dengan pertambahan usia yang

mengakibatkan beberapa unsur fisiologis seperti ketajaman pendengaran dan penglihatan.

Empat konsep yang membedakan pedagogi dan andragogi, menurut Malcolm Knowles :

No Konsep Pedagogi Andragogy

1 Konsep tentang diri Peserta didik digambarkan Si pelajar bukan pribadi yang
peserta didik sebagai seseorang yang bersifat tergantung, tetapi pribadi
tergantung. Masyarakat yang telah masak secara
mengharapkan para guru psikologis. Hubungan pelajar
bertanggung jawab sepenuhnya dengan pengajar merupakan
untuk menentukan apa yang harus hubungan saling membantu
dipelajari, kapan, bagaimana cara yang timbal balik (a helping
mempelajarinya, dan apa hasil relationship)
yang diharapkan setelah selesai

2 Peran pengalaman Pengalaman pelajar masih sangat Pengalaman pelajar orang


terbatas, karena itu dinilai kecil dewasa dinilai sebagai
dalam proses pendidikan. sumber belajar yang kaya.
Komunikasi satu arah dari Multi komunikasi oleh semua
pendidik kepada pelajar. peserta, pengajar maupun
pelajar.

3 Kesiapan belajar Pendidik Pelajar menentukan apa yang


Kesiapan belajar menentukan apa yang akan mereka perlu pelajari
dipelajari, bagaimana dan kapan berdasarkan pada persepsi
belajar.Pembelajar siap belajar mereka sendiri terhadap
apa yang dikatakan guru kepada tuntutan situasi sosial mereka
mereka agar mereka pelajari agar
naik kelas atau lulus

4 Orientasi belajar Pembelajar berorientasi pada Belajar merupakan proses


pelajaran; mereka melihat belajar untuk penemuan masalah dan
sebagai usaha mendapatkan pemecahan masalah pada saat
pelajaran itu juga. Pendekatanya
“problem centered”.

5 Motivasi Pembelajar dimotivasi untuk Motivasi paling potensial


belajar oleh motivator eksternal – orang dewasa adalah internal.
kelas, persetujuan dan
ketidaksetujuan guru, tekanan
orang tua
2.1.2. Proses Lahirnya Andragogi

Proses lahirnya Andragogi menurut Malcolm Knowles adalah: Antara tahun 1929

sampai 1948 di Amerika terbit jurnal American Association For Adult Education,

yaitu sebuah jurnal berkaitan dengan pendidikan orang dewasa.Kemudian pada tahun

1950 para pedagogi mulai menerbitkan tulisan-tulisannya mengenai pendidikan orang

dewasa. Istilah Andragogi pertama kali dikenalkan melalui karya seorang ahli pendidikan

bagi orang dewasa berkebangsan Yugoslavia dalam buku yang berjudul Adult Leadership

tahun 1968. Andragogi juga pertama kali digunakan oleh Alexander Kapp pada tahun

1883 untuk merumuskan konsep -konsep dasar teori pendidikan. Kapp tetap membedakan

antara pengertian social pedagogy yang menyiratkan arti pendidikan orang dewasa dengan

andragogy. Dalam rumusan Kapp “ Social Pedagogy “ merupakan proses pendidikan pemulihan

( remedial) bagi orang dewasa yang cacat. Adapun andragogi justru lebih merupakan

proses pendidikan bagi seluruh orang dewasa, cacat atau tidak cacat secara berkelanjutan.

Pendekatan andragogi mulai berpengaruh dalam dunia pendidikan di Indonesia

sejak munculnya kebutuhan beberapa universitas yang membuka bidang studi pendidikan

luar sekolah di tahun 1980, dari sinilah kemudian mulai beberapa ahli pendidikan

menerjemahkan beberapa buku yang membahas tentang andragogi.

2.1.3. Asumsi-Asumsi Pokok Teori Belajar Andragogi

Malcolm Knowles dalam mengembangkan konsep andragogi, mengembangkan 5 pokok


asumsi sebagai berikut:
a. Konsep Diri
Asumsinya bahwa kesungguhan dan kematangan diri seseorang bergerak dari
ketergantungan total (realita pada bayi) menuju ke arah pengembangan diri sehingga
mampu untuk mengarahkan dirinya sendiri dan mandiri. Dengan kata lain dapat
dikatakan bahwa secara umum konsep diri anak-anak masih tergantung sedangkan pada
orang dewasa konsep dirinya sudah mandiri. Karena kemandirian inilah orang dewasa
membutuhkan memperoleh penghargaan orang lain sebagai manusia yang mampu
menentukan dirinya sendiri (self determination), mampu mengarahkan dirinya sendiri
(self direction).
Apabila orang dewasa tidak menemukan dan menghadapi situasi dan
kondisi yang memungkinkan timbulnya penentuan diri sendiri dalam suatu
pelatihan, maka akan menimbulkan penolakan atau reaksi yang kurang
menyenangkan. Orang dewasa juga mempunyai kebutuhan psikologis yang dalam
agar secara umum menjadi mandiri, meskipun dalam situasi tertentu boleh jadi ada
ketergantungan yang sifatnya sementara. Hal ini menimbulkan implikasi dalam
pelaksanaan praktek pelatihan, khususnya yang berkaitan dengan iklim dan suasana
pembelajaran dan diagnosa kebutuhan serta proses perencanaan pelatihan.
b. Peran Pengalaman
Asumsinya adalah bahwa sesuai dengan perjalanan waktu seorang
individu tumbuh dan berkembang menuju ke arah kematangan. Dalam
perjalanannya, seorang individu mengalami dan mengumpulkan berbagai
pengalaman pahit-getirnya kehidupan, dimana hal ini menjadikan seorang
individu sebagai sumber belajar yang demikian kaya, dan pada saat yang
bersamaan individu tersebut memberikan dasar yang luas untuk belajar dan
memperoleh pengalaman baru.
c. Kesiapan Belajar
Asumsinya bahwa setiap individu semakin menjadi matang sesuai dengan perjalanan
waktu, maka kesiapan belajar bukan ditentukan oleh kebutuhan atau paksaan akademik
ataupun biologisnya, tetapi lebih banyak ditentukan oleh tuntutan perkembangan dan
perubahan tugas dan peranan sosialnya. Pada seorang anak belajar karena adanya
tuntutan akademik atau biologiknya. Tetapi pada orang dewasa kesiapan belajar
sesuatu karena tingkatan perkembangan mereka yang harus menghadapi dalam
peranannya sebagai pekerja, orang tua atau pemimpin organisasi. Hal ini membawa
implikasi terhadap materi pembelajaran dalam suatu pelatihan tertentu. Dalam hal ini
tentunya materi pembelajaran perlu disesuaikan dengan kebutuhan yang sesuai dengan
peranan sosialnya.
d. Orientasi Belajar
Asumsinya yaitu bahwa pada anak orientasi belajarnya seolah olah sudah
ditentukan dan dikondisikan untuk memiliki orientasi yang berpusat pada materi
pembelajaran (subject matter centered orientation). Sedangkan pada orang dewasa
mempunyai kecenderungan memiliki orientasi belajar yang berpusat pada pemecahan
permasalahan yang dihadapi (problem centered orientation).
Belajar bagi orang dewasa merupakan kebutuhan untuk menghadapi permasalahan
yang dihadapi dalam kehidupan keseharian. Selain itu, perbedaan asumsi ini
disebabkan juga karena adanya perbedaan perspektif waktu. Bagi orang dewasa,
belajar lebih bersifat untuk dapat dipergunakan atau dimanfaatkan dalam waktu segera.
Proses pembelajaran orang dewasa memiliki keunikan. Keunikan tersebut
merupakan karakteristik belajar orang dewasa. Karakteristik belajar orang dewasa,
antara lain:
1. Orang dewasa mempunyai pengalaman-pengalaman yang berbeda-beda.
2. Orang dewasa yang miskin mempunyai tendensi, merasa bahwa dia
tidak dapat menentukan kehidupannya sendiri.
3. Orang dewasa lebih suka menerima saran-saran dari pada digurui.
4. Orang dewasa lebih memberi perhatian pada hal-hal yang menarik bagi
dia dan menjadi kebutuhannya .
5. Orang dewasa lebih suka dihargai dari pada diberi hukuman atau
disalahkan .
6. Orang dewasa yang pernah mengalami putus sekolah, mempunyai
kecenderungan untuk menilai lebih rendah kemampuan belajarnya.
7. Apa yang biasa dilakukan orang dewasa, menunjukkan tahap
pemahamannya
8. Orang dewasa secara sengaja mengulang hal yang sama
9. Orang dewasa suka diperlakukan dengan kesungguhan iktikad yang
baik, adil dan masuk akal
10. Orang dewasa sudah belajar sejak kecil tentang cara mengatur hidupnya.
Oleh karena itu ia lebih suka melakukan sendiri sebanyak mungkin.
11. Orang dewasa menyenangi hal-hal yang praktis.
12. Orang dewasa membutuhkan waktu lebih lama untuk dapat akrab dan
menjalin hubungan dekat dengan teman baru.
e. Motivasi untuk belajar
Motivasi belajar dari orang dewasa muncul dari dalam diri mereka sendiri. Orang
dewasa biasanya mengikuti suatu pembelajaran dikarenakan kebutuhan mereka akan
pembelajaran tersebut, guna meningkatkan pengetahuan dan keahlian mereka dalam suatu
materi atau bidang tertentu. Oleh sebab itu, motivasi belajar orang dewasa sangat tinggi untuk
suatu materi pembelajaran tertentu yang mereka inginkan. Penting halnya untuk mendalami
motivasi belajar mereka terhadap proses pembelajaran. Hal tersebut penting guna untuk
mengingatkan kembali motivasi tersebut ketika berada di tengah-tengah kegiatan
pembelajaran.

2.1.4. Langkah-Langkah Pokok dalam Andragogi

Langkah-langkah pokok untuk mempraktikkan Andragogi adalah sebagai berikut:


a. Menciptakan Iklim Untuk Belajar

b. Menyusun suatu bentuk perencanaan kegiatan secara bersama dan saling membantu
c. Menilai atau mengidentifikasikan minat, kebutuhan dan nilai-nilai.
d. Merumuskan tujuan belajar
e. Merancang kegiatan belajar
f. Melaksanakan kegiatan belajar
g. Mengevaluasi hasil belajar (menilai kembali pemenuhan minat, kebutuhan dan
pencapaian nilai-nilai).
2.2 Prinsip Pembelajaran Orang Dewasa

Dalam kegiatan pendidikan atau belajar, orang dewasa bukan lagi menjadi objek

sosialisasi yang seolah-olah dibentuk dan dipengaruhi untuk menyesuaikan dirinya dengan

keinginan memegang otoritas di atas dirinya sendiri, akan tetapi tujuan kegiatan belajar atau

pendidikan orang dewasa tentunya lebih mengarah kepada pencapaian pemantapan identitas

dirinya sendiri untuk menjadi dirinya sendiri; atau, kalau meminjam istilah Rogers dalam

Knowles (1979), kegiatan belajar bertujuan mengantarkan individu untuk menjadi pribadi atau

menemuan jati dirinya. Dalam hal belajar atau pendidikan merupakan process of becoming a

person. Bukan proses pembentukan atau process of being shaped yaitu proses pengendalian dan

manipulasi untuk sesuai dengan orang lain; atau, kalau meminjam istilah Maslow (1966), belajar

merupakan proses untuk mencapai aktualiasi diri (self-actualization). Self directed learning

memberikan acuan bagaimana peserta didik memiliki inisiatif untuk belajar, menganasilis

kebutuhan belajar sendiri, mencari sumber belajar sendiri, memformulasi tujuan belajar sendiri,

memilih dan mengimplementasikan strategi belajar dan melakukan self-evaluating. Komponen-

komponen tersebut merupakan dimensi bagaimana andragogi membangun karakter kemandirian

dalam diri peserta didik (aoutonomous learning)]

Seperti yang diketahui bahwa pengembangan program pendidikan yang berdasar pada

konsep andragogi dan mengacu pada kemandirian peserta didik, merupakan tekanan khusus

yang seringkali menjadi patokan dan prinsip dasarnya. Oleh karena itu program pendidikan yang

dikembangkan akan lebih fleksibel. Hal ini terlihat dari tujuan yang ingin dicapai selalu

disesuaikan dengan tuntutan kebutuhan yang berkembang pada peserta didik.

Pembelajaran orang dewasa pada prinsipnya dilakukan dan disusun bersama-sama antara

sumber belajar (guru, tutor, pelatih) dan peserta didik (warga belajar, siswa, peserta pelatihan,

dll) ini berlaku sampai tahap evaluasi, di samping itu pula dalam pengembangan pembelajaran

dengan prinsip andragogi peserta didik diberikan kewenangan untuk menyusun, dan

melaksanakan program pembelajaran, serta melakukan evaluasi pada program tersebut secara

mandiri. Prinsip dasar yang dijadikan pegangan adalah mengacu pada konsep “dari, oleh, dan
untuk peserta didik”, sehingga peran sumber belajar (guru, pelatih, pamong, tutor, fasilitator)

bertindak sebagai orang memberikan bimbingan, dorongan atau arahan bila diperlukan. Konsep

ini menunjukkan bahwa peserta didik menyusun program atas dasar aktivitas dan kemampuan

mereka sendiri dengan modal pengetahuan, keterampilan serta sumber yang ada dan dapat

mereka gunakan.

Prinsip lain dari pendidikan orang dewasa adalah lebih banyak menekankan pada

kebutuhan belajar peserta didik dan pada sisi lain lebih banyak menekankan pada pengembangan

ranah afektif dan psikomotor, seperti motivasi, sikap modern, keterampilan (vokasional), dan

keahlian yang berkaitan dengan pekerjaan-pekerjaan tertentu. Di samping itu pula program

pendidikan selain fleksibel cenderung berkaitan erat dengan lapangan pekerjaan dan kehidupan

peserta didik. Dengan berbagai keterampilan dan sikap yang dibina dalam pendidikan dengan

prinsip andragogi, maka peserta didik diharapkan mempunyai sejumlah kemampuan yang

kemudian hari dapat dijadikan modal untuk mengembangkan kehidupannya melalui usaha

secara mandiri, sehingga memperoleh keuntungan yang lebih baik, meliputi keuntungan dalam

aspek ekonomi, sosial maupun budaya

Dalam menggunakan pembelajaran berbasis andragogi perlu memperhatikan prinsip-

prinsip dan strategi pembelajaran orang dewasa. Prinsip-prinsip tersebut adalah sebagai berikut:

1. Orang dewasa memiliki konsep diri. Orang dewasa memiliki persepsi bahwa dirinya

mampu membuat suatu keputusan, dapat menghadapi resiko sebagai akibat keputusan

yang diambil, dan dapat mengatur kehidupannya secara mandiri. Harga diri amat penting

bagi orang dewasa, dan ia memerlukan pengakuan orang lain terhadap harga dirinya.

Perilaku yang terkesan menggurui, cenderung akan ditanggapi secara negatif oleh orang

dewasa. Implikasi praktis dalam pembelajaran, apabila orang dewasa dihargai dan

difasilitasi oleh pendidik, maka mereka akan melibatkan diri secara optimal dalam

pembelajaran. Kegiatan belajarnya akan berkembang ke arah belajar antisipatif

(berorientasi ke masa depan) dan belajar secara partisipatif (bersama orang lain) dengan

berpikir dan berbuat di dalam dan terhadap dunia kehidupannya.


2. Orang dewasa memiliki akumulasi pengalaman. Setiap orang dewasa mempunyai

pengalaman situasi, interaksi, dan diri yang berbeda antara seorang dengan yang lainnya

sesuai dengan perbedaan latar belakang kehidupan dan lingkungannya. Pengalaman

situasi merupakan sederet suasana yang dialami orang dewasa pada masa lalu yang dapat

digunakan untuk merespons situasi saat ini. Pengalaman interaksi menyebabkan

pertambahan kemahiran orang dewasa dalam memadukan kesadaran untuk melihat

dirinya dari segi pandangan orang lain. Pengalaman diri adalah kecakapan orang dewasa

pada masa kini dengan berbagai situasi masa lalu. Implikasi praktis dalam pembelajaran,

orang dewasa akan mampu berurun rembug berdasarkan pengalaman yang telah

dimilikinya. Pengalaman biasa dapat dijadikan sumber yang kaya untuk dimanfaatkan

dalam pembelajaran. Orang dewasa mempelajari sesuatu yang baru cenderung dimaknai

dengan menggunakan pengalaman lama. Sejalan dengan itu, peserta didik orang dewasa

perlu dilibatkan sebagai sumber pembelajaran. Pengenalan dan penerapan konsep-konsep

baru akan lebih mudah apabila berangkat dari pengalaman yang dimiliki orang dewasa.

3. Orang dewasa memiliki kesiapan belajar. Kesiapan belajar orang dewasa akan seirama

dengan peran yang ia tampilkan baik dalam masyarakat maupun dalam tugas/pekerjaan.

Implikasinya urutan program pembelajaran perlu disusun berdasarkan urutan tugas yang

diperankan orang dewasa, bukan berdasarkan urutan logis mata pelajaran. Penyesuaian

materi dan kegiatan belajar perlu direlevansikan dengan kebutuhan belajar dan

tugas/pekerjaan peserta didik orang dewasa.

4. Orang dewasa menginginkan dapat segera memanfaatkan hasil belajarnya. Orang dewasa

berpartisipasi dalam pembelajaran, karena ia sedang merespons materi dan proses

pembelajaran yang berhubungan dengan peran dalam kehidupannya. Kegiatan belajarnya

senantiasa berorientasi pada realitas (kenyataan). Oleh karena itu, pembelajaran perlu

mengarah pada peningkatan kemampuan untuk memecahkan masalah yang dihadapinya

dalam kebutuhannya. Implikasi praktisnya, pembelajaran perlu berorientasi pada

pemecahan masalah yang relevan dengan peranan orang dewasa dalam kehidupannya.

Pengalaman belajar hendaklah dirancang berdasarkan kebutuhan dan masalah yang

dihadapi orang dewasa, seperti kebutuhan dan masalah dalam pekerjaan, peranan sosial
budaya, dan ekonomi. Belajar yang berorientasi penguasaan keterampilan (skills)

menjadi motivasi kuat dalam pembelajaran orang dewasa.

5. Orang dewasa memiliki kemampuan belajar. Kemampuan dasar untuk belajar tetap

dimiliki setiap orang sepanjang hayatnya, khususnya orang dewasa. Penurunan

kemampuan belajar pada usia tua bukan terletak pada intensitas dan kapasitas

intelektualnya, melainkan pada kecepatan belajarnya. Implikasi praktisnya, pendidik

perlu mendorong orang dewasa sebagai peserta didik untuk belajar sesuai dengan

kebutuhan belajarnya dan cara belajar yang diinginkan, dipilih, dan ditetapkan oleh

orang dewasa.

6. Orang dewasa dapat belajar efektif apabila melibatkan aktivitas mental dan fisik. Orang

dewasa dapat menentukan apa yang akan dipelajari, dimana, dan bagaimana cara

mempelajarinya, serta kapan melakukan kegiatan belajar. Orang dewasa belajar dengan

melibatkan pikiran dan perbuatan. Implikasi praktisnya, orang dewasa akan belajar

secara efektif dengan melibatkan fungsi otak kiri dan otak kanan, menggunakan

kemampuan intelek dan emosi, serta dengan memanfaatkan berbagai media, metode,

teknik dan pengalaman belajar.

Dalam pendidikan orang dewasa terdapat hubungan timbal balik di dalam interaksi

pembelajaran, di mana hubungan pendidik dan peserta didik adalah hubungan yang saling

membantu. Karena itu dalam prinsip pendidikan orang dewasa, hubungan peserta didik terhadap

pendidik/fasilitatornya tidak terdapat ketergantungan (dependent), terlebih lagi hubungan yang

bersifat memerintah dari pendidik/fasilitator terhadap peserta didik

Dalam prinsip pendidikan orang dewasa, peserta didik mengelompokkan dirinya

berdasarkan minat, bakat, dan kemampuan, di mana pendidik memfasilitasi untuk membantu

peserta didik menentukan kebutuhan belajarnya. Karena itu, dalam pendidikan orang dewasa,

peserta didik ikut serta dilibatkan dalam menentukan perencanaan, proses pembelajaran, dan

evaluasinya. Di samping itu pula, dalam pendidikan orang dewasa, orientasi belajar diarahkan

untuk memecahkan masalah, yakni belajar sambil bekerja pada persoalan sekarang untuk

dipergunakan di masa sekarang juga. Berbeda halnya dengan orientasi belajar pada anak-anak,
seluruh mata pelajaran yang dipelajari oleh peserta didik pada saat sekarang diarahkan untuk

bekal hidup di masa mendatang.

2.3. Pendekatan, dan Tujuan pembelajaran orang dewasa

2.3.1. Pendekatan pembelajaran orang dewasa


Pendekatan pembelajaran orang dewasa (pendekatan andragogi) dibangun di atas beberapa
asumsi, yaitu : Pertama, Orang dewasa memiliki konsep diri sebagai pribadi yang mandiri,
artinya bahwa dia memandang dirinya sudah mampu untuk sepenuhnya mengatur dirinya
sendiri. Kedua, Orang dewasa memiliki banyak (kaya) pengalaman yang cenderung berbeda
sebagai akibat dari latar belakang kehidupannya. Ketiga, Orang dewasa memiliki kesiapan
tertentu (sesuai dengan peran sosialnya) untuk belajar. Keempat, Orang dewasa cenderung untuk
mempunyai perspektif untuk secepatnya mengaplikasikan apa yang mereka pelajari. Kelima,
bagi orang dewasa belajar adalah suatu proses dari dalam (bukan ditentukan kekuatan-kekuatan
dari luar). Semua asumsi tersebut membawa implikasi tertentu yang sangat penting untuk
diperhatikan dalam upaya pembelajaran orang dewasa

2.3.2 Tujuan pembelajaran orang dewasa


Secara umum, pendidikan orang dewasa bertujuan untuk membantu pembelajar dewasa
memiliki pengetahuan, pengalaman dan keterampilan guna meningkatkan kesejahteraan dalam
kehidupannya. Karena itulah kegiatan inti dalam pembelajaran orang dewasa lebih disesuaikan
dengan kebutuhan dan target yang ingin dicapai oleh para pembelajar dewasa untuk keperluan
dalam waktu yang dekat. Biasanya materi dan kegiatan pembelajaran diarahkan untuk kebutuhan
kerja atau yang sesuai dengan jenis pekerjaan yang sedang digeluti.

Pendidikan orang dewasa juga bertujuan untuk membantu pembelajar dewasa memahami
dirinya sendiri, bakatnya, keterbatasannya, dan hubungan interpersonalnya. Melalui aktivitas
pendidikan atau pelatihan, orang dewasa dapat mendeteksi kelebihan dan kekurangan yang
terdapat pada dirinya, sehingga kekurangan yang ada dapat ditambah dengan belajar berbagi
pengalaman bersama orang lain atau meningkatkannya melalui latihan-latihan atau kursus-
kursus. Jenis pendidikan atau pelatihan ini dapat dipilih oleh pembelajar dewasa sesuai dengan
minat dan bakat yang dimiliki.

Selain itu, pendidikan orang dewasa juga berorientasi mengembangkan jiwa dan sikap
kepemimpinan yang terdapat pada setiap pembelajar dewasa. Orang yang berada pada rentang
usia dewasa dikenal sebagai pribadi yang bertanggung jawab, karena keberadaannya tidak dapat
dilepaskan dari tugasnya sebagai pemimpin keluarga, organisasi, atau jabatan tertentu dalam
pekerjaannya. Karena itulah orientasi pendidikan orang dewasa tidak dapat dilepaskan dari
pengembangan sikap kepemimpinan, sehingga proses pembelajarannya diarahkan untuk berpikir
sistemik, mengambil keputusan dan tindakan, mengatur manajemen strategi, memecahkan
masalah (problem solving), dan sebagainya.

Aspek lain dari tujuan pendidikan orang dewasa adalah membantu pembelajar dewasa
mengenali dan memahami urgensi kebutuhan pendidikan seumur hidup (life long education).
Orang dewasa umumnya termotivasi menambah pengetahuan atau keterampilan yang diperlukan
untuk meningkatkan kesejahteraan hidupnya. Terlebih-lebih lagi perlunya penguasaan jenis
keterampilan tertentu untuk menambah gaji atau penghasilan dalam bekerja. Tentu saja hal ini
mendorong orang dewasa untuk mengikuti kegiatan pendidikan nonformal yang berlangsung di
masyarakat. Dengan demikian, pendidikan tetap dibutuhkan oleh orang dewasa sepanjang
kehidupan itu masih di jalaninya.

Di samping itu, pendidikan orang dewasa juga bertujuan membantu pembelajar dewasa
mencapai kemajuan proses pematangan secara intelektual, emosional, dan spiritual. Dalam
mengikuti proses pendidikan, orang dewasa dilatih dan dibiasakan mengembangkan paradigma
berpikir, kesadaran, inisiatif, dan tanggung jawab, kepedulian sosial, dan memiliki karakter
terpuji sebagai makhluk yang memiliki keyakinan kepada Tuhan. Melalui pengetahuan,
pengalaman, dan keterampilan yang diperoleh lewat pendidikan, dapat membantu orang dewasa
untuk melakukan perubahan sosial dalam lingkungan masyarakatnya.

Tujuan lain dari pendidikan orang dewasa adalah melengkapi keterampilan yang
diperlukan untuk menemukan dan memecahkan masalah. Kemampuan untuk menemukan dan
memecahkan masalah merupakan hal yang penting bagi orang dewasa, sebab hal ini berkaitan
dengan kemampuan menyikapi dan mencari solusi dalam persoalan hidup yang dihadapi serta
keterampilan dalam mengambil keputusan dan tindakan yang tepat dan bijaksana. Karena itu,
orientasi pendidikan orang dewasa menekankan pada masalah dan upaya pemecahannya, bukan
berorientasi pada materi pelajaran.

Pada sisi lain, pendidikan yang diselenggarakan untuk orang dewasa juga bertujuan
memberi bantuan agar orang dewasa menjadi individu yang mandiri, bebas, dan otonom. Proses
pembelajaran yang dikembangkan untuk orang dewasa tidak bergantung pada perintah dan
arahan dari pendidik, tetapi dapat dilakukan atas inisiatif pembelajar sendiri, dan peserta didik
diberi kebebasan dalam memilih dan menentukan siapa pendidik atau tenaga pengajar yang
sesuai dengan keinginan mereka. Dengan demikian, pendidikan orang dewasa mengarahkan
peserta didik untuk memiliki hak otonom dalam mengambil sikap dan tindakan.

Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran orang dewasa sekurang-
kurangnya mengarah pada 7 tujuan utama, yaitu:

1. Membantu pembelajar dewasa memiliki pengetahuan, pengalaman dan keterampilan


guna meningkatkan kesejahteraan dalam kehidupannya;
2. Untuk membantu pembelajar dewasa memahami dirinya sendiri, bakatnya,
keterbatasannya, dan hubungan interpersonalnya;
3. Mengembangkan jiwa dan sikap kepemimpinan yang terdapat pada setiap pembelajar
dewasa;
4. Membantu pembelajar dewasa mengenali dan memahami urgensi kebutuhan pendidikan
seumur hidup (life long education).
5. Membantu pembelajar dewasa mencapai kemajuan proses pematangan secara intelektual,
emosional, dan spiritual.
6. Melengkapi keterampilan yang diperlukan untuk menemukan dan memecahkan masalah
7. Memberi bantuan agar orang dewasa menjadi individu yang mandiri, bebas, dan otonom.

2 Swedia Ditujukan kepada pendemokratisan dan menciptakan


norma-norma kehidupan masyarakt yang lebih baik
3 Swiss Ditujukan untuk menciptakan kehidupan masyarakat
lebih berbahagia dan penuh aktivitas
4 Perancis Menekankan kepada pendidikan populer bagi
masyarakat yang dijalankan secara luas
5 Israel Ditujukan untuk mengurangi tantangan antar bangsa
bangsa dan ras dan memerangi atominisasi serta
memberikan kehidupan baru kepada masyarakat
6 Kanada Meningkatkan kebanggaan dan mengembangkan
pengetahuan yang diciptakan oleh bangsa Kanada
7 Amerika Serikat Bersemboyankan kepada pendidikan itu dari, oleh
dan untuk masyarakat
8 India Perbaikan moral, penambahan pengetahuan,
meningkatkan efisiensi dalam bekerja, dan
meningkatkan tingkat hidup masyarakat
9 Thailand Kebutahurufan, pemeliharaan hidup sehat, kontak
sosial dan kebudayaan

2.4. Strategi Pembelajaran Orang Dewasa

Strategi pembelajaran merupakan kegiatan yang dipilih pendidik dalam proses


pembelajaran yang dapat memberikan kemudahan atau fasilitas kepada peserta didik menuju
tercapainya tujuan yang telah ditetapkan. Strategi pembelajaran terdiri atas dua kata, strategi dan
pembelajaran. Istilah strategi (strategy) berasal dari kata kerja dalam bahasa Yunani , “stratego”
yang berarti merencanakan (to plan). Strategi adalah suatu pola yang direncanakan dan
ditetapkan secara sengaja untuk melakukan kegiatan atau tindakan. Strategi mencakup tujuan
kegiatan yang terlibat dalam kegiatan, isi kegiatan, proses kegiatan dan sarana penunjang
kegiatan. Strategi yang diterapkan dalam kegiatan pembelajaran disebut strategi pembelajaran.
Pembelajaran adalah upaya sistematis dalam membantu warga belajar dalam mengembangkan
potensinya secara optimal melalui kegiatan belajar. Strategi pembelajaran mencakup
penggunaan pendekatan, metode dan teknik, bentuk media, sumber belajar, peserta didik, untuk
mewujudkan interaksi edukasi antara pendidik dengan peserta didik dengan lingkungannya.

Tujuan strategi pembelajaran adalah untuk mewujudkan efisiensi, efektivutas dan


produktifitas kegiatan pembelajaran. Isi kegiatan pembelajaran adalah bahan/materi
pembelajaran yang bersumber dari kurikulum yang telah disusun dalam program pembelajaran.
Proses kegiatan pembelajaran merupakan langkah-langkah atau tahapan yang harus dilalui oleh
pendidik dan peserta didik dalam pembelajaran.

Strategi pembelajaran orang dewasa pada pendidikan keaksaraan fungsional terdiri dari
lima langkah kegiatan, yaitu menulis, membaca, berhitung, diskusi dan aksi/penerapan.
Langkah-langkah tersebut, bukan berarti langkah yang baku/kaku atau harus berurutan. Tetapi
bisa saja dilakukan secara acak, misalnya dimulai dari diskusi, kemudian belajar membaca,
menulis dan seterusnya. Hal ini tergantung dari situasi dan kondisi serta kesepakatan di dalam
kelompok belajar. Namun demikian, kebiasaan yang ditemui adalah melalui diskusi terlebih
dahulu baru dilanjutkan dengan kegiatan-kegiatan yang lain. Bisa juga dimulai dari masalah
yang ditemui (aksi) peserta didik, kemudian didiskusikan di kelompok belajar, menulis,
membaca dan seterusnya.

Keefektifan kegiatan belajar, sangat bergantung pada kemampuan tutor dalam


mengarahkan, dan membimbing peserta didik di dalam kegiatan belajarnya. Pengalaman juga
menunjukkan bahwa, kegiatan menulis perlu didahulukan dan pada kegiatan membaca. Karena
melalui kegiatan belajar menulis, peserta didik sedikit demi sedikit langsung belajar membaca.
Sebaliknya apabila peserta didik didahulukan belajar membaca, maka cenderung kurang
terampil dalam hal menulis.

Langkah-langkah yang dilakukan pendidik dalam menerapkan strategi pembelajaran partisipatif


adalah:

1. melakukan asessment kebutuhan belajar, merumuskan tujuan, mengidentifikasi


hambatan, dan menetapkan prioritas yang akan digunakan untuk mengelola kegiatan
pembelajaran.
2. Memilih tema/pokok bahasan dan/atau tugas yang harus dilakukan dalam pembelajaran
dan menentukan indikator pencapaian tujuan pembelajaran.
3. Mengenai dan mengkaji karakteristik peserta didik sebagai bahan masukan dalam
menyusun rencana pembelajaran
4. Mengidentifikasi isi/materi atau bahan pelajaran/rincian tugas pembelajaran.
5. Merumuskan tujuan pembelajaran
6. Merancang kegiatan pembelajaran, dengan memilih metode, media pembelajaran yang
digunakan secara tepat dan pengelolaan waktu.
7. Memilih fasilitas pembelajaran dan sumber bahan yang mendukung proses pembelajaran.
8. Mempersiapkan sistem evaluasi proses dan hasil kegiatan pembelajaran.
9. Mempersiapkan tindak lanjut dari kegiatan pembelajaran yang dilakukan.

Dari paparan diatas kita bisa mengetahui beberapa prinsip dalam penerapan strategi
pembelajaran andragogi di antaranya adalah sebagai berikut.

1. Peserta didik mampu mengikuti pelajaran secara aktif tanpa paksaan.


2. Terciptanya kondisi yang saling membantu, menghargai, dan timbal balik secara positif
di dalam kelas.
3. Muncul semangat kolaborasi.
4. Terciptanya iklim belajar yang kondusif sehingga dapat memfasilitasi peserta didik untuk
belajar secara mandiri. Hal tersebut sangat sesuai dengan konsep pembelajaran andragogi
yang menegaskan bahwa dalam proses pembelajaran harus mendukung gagasan bahwa
orang dewasa itu merupakan sosok mandiri dan bertanggung jawab atas keputusan yang
diambil juga bisa diterapkan dalam menentukan strategi pembelajaran.
5. Menjadikan pengalaman sebagai sumber belajar. Oleh karena itu, proses belajar
menekankan pada pengalaman yang dilalui oleh peserta didik secara individu, melalui
diskusi kelompok, stimulasi, bermain peran, atau demonstrasi di dalam kelas.
6. Kegiatan belajar menekankan aplikasi praktis dari pengalaman yang dilalui peserta didik
dalam menemukan atau menjelaskan suatu konsep atau pengetahuan baru.
7. Materi belajar juga sebisa mungkin dirancang berdasarkan pengalaman dan kondisi para
peserta didik agar proses belajar menjadi lebih mudah dipahami.

2.5. Metode pembelajaran orang dewasa

Dalam pembelajaran orang dewasa banyak metode yang diterapkan. Untuk keberhasilan

pembelajaran semacam ini, apapun metode yang diterapkan seharusnya mempertimbangkan


faktor sarana dan prasarana yang tersedia untuk mencapai tujuan akhir pembelajaran, yaitu agar

peserta didik dapat memiliki suatu pengalaman belajar yang bermutu. Merupakan suatu

kekeliruan besar jika dalam hal ini, pembimbing secara kurang wajar menetapkan pemanfaatan

metode hanya karena faktor pertimbangannya sendiri, yaitu menggunakan metode yang

dianggapnya paling mudah, atau hanya disebabkan oleh keinginannya agar dikagumi oleh

peserta di kelas itu, ataupun mungkin ada kecenderungan hanya menguasai satu metode tertentu

saja (supriadi, 2006). Penetapan pemilihan metode yang tepat seharusnya mempertimbangkan

aspek tujuan yang ingin dicapai, yaitu mengacu pada garis besar program pembelajaran yang

dibagi menjadi dua jenis.

1. Proses pembelajaran yang dirancang untuk mendorong orang dewasa mampu menata

dan mengisi pengalaman baru dengan berpedoman pada masa lalu yang pernah dialami.

Serta mampu memberi wawasan baru bagi masing-masing individu untuk dapat

memanfaatkan apa yang sudah diketahuinya. Contoh: latihan keterampilan melalui tanya

jawab, wawancara, konsultasi, latihan kepekaan, dan lain-lain,

2. Proses pembelajaran yang dirancang untuk meningkatkan transfer pengetahuan baru,

pengalaman baru, dan keterampilan baru sehingga dapat mendorong masing-masing

individu dewasa guna meraih semaksimal mungkin ilmu pengetahuan yang di

inginkanya, apa yang menjadi kebutuhanya, serta keterampilan yang diperlukan. Contoh:

belajar dengan menggunakan program komputer yang dibutuhkan di tempat mereka

bekerja.

Metode pembelajaran kuliah, seminar/diskusi/ presentasi, praktikum/ studi lapangan,

computer aidedl earning, dan belajar mandiri hasilnya akan kurang optimal jika tidak berfokus

pada kompetensi yang akan dicapai oleh peserta didik. Unsur-unsur lain yang perlu diperhatikan

dalam memilih metode pembelajaran adalah sarana/prasarana, bahan kajian atau materi ajar,

serta tingkat kemampuan mahasiswa. Terdapat beragam model pembelajaran dengan pendekatan

student centre learning yang bisa diaplikasikan seperti small group discussion, role play and

simulation, case study, discovery learning (DL), self directed learning (SDL), cooperative
learning (CL), collaborative learning (CbL), contextual instruction (CI), project based learning

(PjBL), dan problem based learning (PBL).

Dalam menentukan metode pembelajaran yang sesuai, maka perlu dilakukan kajian

mendalam terhadap kebutuhan peserta didik dengan mengintegrasikan konsep andragogi di atas,

berikut ini uraian ringkas beberapa ciri model pembelajaran di atas.


Model Hal yang Dilakukan Peserta Hal yang Dilakukan

Belajar Didik Pengajar

Small Group · Membentuk kelompok (5-10 · Membuat rancangan diskusi.

Discussion orang).
Menjadi moderator sekaligus

· Memilih bahan diskusi. mengulas hasil diskusi

mahasiswa pada setiap akhir


· Mempresentasikan makalah
sesi.
dan mendiskusikannya di

kelas.

Simulasi · Mempelajari dan · Merancang situasi/ kegiatan

menjalankan suatu peran yang yang mirip dengan yang

ditugaskan kepadanya. sesungguhnya, bisa berupa


Agar
bermain peran, model
· Mempraktikkan/mencoba
dapat
komputer, atau berbagai
berbagai model (komputer)
latihan simulasi.
yang telah disiapkan.

· Membahas kinerja

mahasiswa

Discovery · Mencari, mengumpulkan, dan · Menyediakan data atau

learning menyusun, informasi yang ada petunjuk (metode) untuk

untuk mendeskripsikan suatu menelusuri suatu pengetahuan

pengetahuan. yang harus dipelajari oleh

mahasiswa.

· Memeriksa dan memberi

ulasan terhadap hasil belajar

mandiri mahasiswa

Self-Direct · Merencanakan kegiatan · Sebagai fasilitator.

Learning belajar, melaksanakan, dan

menilai pengalaman

belajarnya sendiri.
memberikan pengajaran yang optimal, maka kita perlu memahami karakter dari peserta didik

dewasa seperti yang dijelaskan di bawah ini.

1. Orang dewasa mempunyai pengalaman yang berbeda-beda.

2. Orang dewasa lebih suka menerima saran dari pada digurui.

3. Orang dewasa lebih memberikan perhatian pada hal-hal yang menarik bagi mereka dan

menjadi kebutuhanya.

4. Orang dewasa lebih suka dihargai daripada diberi hukuman atau disalahkan.

5. Orang dewasa yang pernah mengalami putus sekolah, mempunyai kecenderungan untuk

menilai lebih rendah kemampuan belajarnya.

6. Orang dewasa secara sengaja mengulang hal yang sama.

7. Orang dewasa suka diperlakukan dengan kesungguhan itikad yang baik, adil, dan masuk

akal.

8. Orang dewasa sudah belajar sejak kecil tentang cara mengatur hidupnya, oleh karena itu,

mereka lebih cenderung tidak mau bergantung pada orang lain.

9. Orang dewasa menyukai hal-hal yang praktis.

10. Orang dewasa membutuhkan waktu lebih lama untuk dapat akrab dan menjalin hubungan

dekat dengan teman baru.

Keberhasilan andragogi juga ditentukan oleh kemampuan pengajar dalam menciptakan

suasana kelas yang kondusif. Keyakinan pengajar akan potensi manusia dan kemampuan semua

peserta didik untuk belajar dan berprestasi merupakan hal yang penting yang perlu diperhatikan.

Pengajar harus memahami bahwa perasaan dan sikap peserta didik akan terlibat dan berpengaruh

kuat pada proses belajarnya. Secara umum karakteristik pengajar pada orang dewasa diantaranya

sebagai berikut.

1. Menjadi bagian dari kelompok yang diajar.

2. Mampu menciptakan iklim yang kondusif untuk belajar mengajar.

3. Mempunyai ras tanggung jawab yang tinggi, pengabdian, dan idealisme untuk kerjanya.

4. Menirukan/mempelajari kemampuan orang lain.


5. Menyadari kelemahan, tingkat keterbukaan, dan kekuatannya. Mereka tahu bahwa kekuatan

yang dimiliki dapat menjadi kelemahan pada situasi tertentu.

6. Dapat melihat permasalahan dan menentukan pemecahannya.

7. Peka dan mengerti perasaan orang lain melalui pengamatan.

8. Mengetahui bagaimana menyakinkan dan memperlakukan orang lain.

9. Selalu optimis dan mempunyai itikad baik terhadap orang lain.

10. Menyadari bahwa “perannya bukan mengajar, tetapi menciptakan iklim untuk belajar.”

11. Menyadari bahwa segala sesuatu mempunyai segi positif dan negatif.

2.6. Model Pembelajaran Orang Dewasa

Dalam pembelajaran orang dewasa mengacu pada karakteristik yang melekat sebagai

pelajar. Berbagai model pembelajaran yang sesuai untuk digunakan, diantaranya model

pembelajaran:

2.6.1 Model Daur Pengalaman Berstruktur dan Analisis Peran,

Yaitu model pembelajarn analisis dan partisipatif. Dengan beberapa tahap, yaitu

pengenalan dan penghayatan,mengungkapkan, pengolahan, hingga penyimpulan cara

pemecahan masalah, kebutuhan peningkatan mutu program, dan kemampuan menurut pelajar.

Merujuk pada model pembelajaran ini untuk analisis peran peserta dapat menggunakan

metode ATMAP (Arah, Terapan, Masalah dan Peran). ATMAP yaitu upaya peningkatan

kemampuan analisis dan sekaligus penghayatan peserta terhadap perannya dalam

menyelenggarakan program dalam masyarakat. Aplikasinya berupa:

a. Arah program dan arah tugas

b. Terapan program dan tugas

c. Masalah terapan program dan terapan tugas

d. Alternatif Pemecahan masalah terapan Program dan Terapan tugas

e. Peran petugas

2.6.2 Model Latihan Penyelidikan (Inquiry Training Model)

Pada model latihan ini meliputi lima fase yaitu :


a. Menghadapi pelajar untuk berkonfrontasi dengan situasi teka teki .

b. Fase operasi pengumpulan data untuk verifikasi hakikat objek. Kondisi, miliki dan

situasi masalah yang dikumpulkan dari pelajar.

c. Operasi pengumpulan data untuk eksperimentasi meliputi : mengisolasi variable dan

kondisi melalui eksperimentasi, mengajukan hipotesis untuk menguji hubungan kausal

melalui eksperimen, dimulai dan melanjutkan kegiatan sebelumnya. Mengajarkan

bagaimana membuat perencanaan sistematis.

d. Mengumpulkan informasi dengan data dan menjelaskan masalah yang ada dengan tepat.

e. Pengajar dan pelajar bekerjasama menganalisis setiap strategi

2.6.3 Model Advance Organizer,

Yaitu diberikan pengenalan materi terlebih dahulu sebelum memberikan tugas

pembelajaran yang tingkat abstraksinya lebih tinggi. Hal ini untuk menjelaskan,

mengintegrasikan dan menghubungkan materi dalam tugas pembelajaran dengan materi yang

telah dipelajari.

Advance Organizer umumnya didasarkan pada konsep dan aturan disiplin. Dan dikaitkan

dengan materi yang bersifat actual (kurang abstrak) terlebih dahulu. Model ini juga digunakan

untuk menyiapkan perspektif baru.

Beberapa fase dalam penerapan Advance Organizer, yaitu :

a. Penyajian advance organizer meliputi kegiatan :

● Menjelaskan tujuan pembelajaran

● Menyajikan model pembelajaran, mencakup : identifikasi batasan atribut, pemberian

contoh, dan menyediakan berbagai konteks.

b. Penyajian Materi tugas pelajaran :

● Menyusun urutan materi pelajaran

● Memberikan perhatian pada pelajar

● Menyiapkan bahan belajar yang bersifat eksplisit

c. Memperkuat organisasi kognitif


● Menggunakan prinsip-prinsip rekonsiliasi secara terintegrasi

● Mengintensifkan pembelajaran penerimaan aktif

● Berpikir kritis terhadap pengetahuan yang dipelajari.

2.6.4 Pemerolehan Konsep

Yaitu model pembelajaran mencakup penganalisaan proses berpikir dan diskusi mengenai

atribut perolehan konsep.

2.7. Evaluasi Program pembelajaran Orang Dewasa

Evaluasi pendidikan orang dewasa adalah proses menentukan kekuatan atau nilai

pekerjaan pendidik atau pembimbing pendidikan orang dewasa. Evaluasi adalah suatu cara

mengukur hasil kegiatan pendidikan. Berdasarkan tingkat formalitasnya, evaluasi dapat dibagi

menjadi tiga tingkat yaitu:

a. evaluasi informal,

b. evaluasi semiformal, dan

c. evaluasi formal atau penelitian ilmiah.

Evaluasi berdasarkan tujuannya dapat dibagi menjadi

a. evaluasi normatif,

b. evaluasi sumatif.

Suatu evaluasi mempunyai beberapa manfaat, yakni:

a. menentukan patokan awal,

b. mengetahui keberhasilan suatu kegiatan,

c. mencek secara periodik efektifitas suatu program,

d. memberikan rasa aman kepada pelaksana tugas,

e. memberi bukti konkret kepada pihak yang terkait,

f. meningkatkan profesionalisme kepada penerima evaluasi.


1. Persepektif evaluasi dalam proses belajar

Disekolah-sekolah formal evalausi belajar diadakan melalui ulangan-ulangan,

ujian-ujian, tentemen-tentemen. Guru memberi angka pada hasil ulangan dan ujian

murid, dan guru dapat merasa ia sudah menjalankan tugasnya.

Pada pendidikan orang dewasa cara evaluasi demikian tidak dapat dijalankan.

Sebab dalam pendidikan orang dewasa evaluasi demikian tidak tepat. Bedanya

pendidikan orang dewasa dengan pendidikan konvesional adalah, bahwa dalam

pendidikan orang dewasa tidak ada unsur paksaan. Orang dewasa dapat dipaksa untuk

masuk ruangan, teteapi tidak dapat dipaksa untuk belajar. Pembimbing dalam

pendidikan orang dewasa harus mampu memenuhi kebutuhan orang dewasa itu, dan

mampu membangkitkan keinginan belajar orang dewasa.

Jika tidaklah cukup untuk menilai belajarnya orang dewasa dengan cara ulangan

dan ujian sebagai ukuran berhasil atau gagalnya program pendidikan itu.

Dalam pendidikan orang dewasa metode evaluasinya harus mencerminkan

kehendak bebas yang sama seperti proses belajarnya itu sendiri. Dengan kata lain,

metode evaluasinya harus datang dari orang yasng belajar, bukan dipaksakan dari luar.

Secara singkatnya, orang dewasa harus pula belajar menilai sendiri suksesnya dan

kegagalannya. Apa yang harus diketahui orang dewasa adalah : apakah proses belajarnya

menghasilkan suatu perubahan dalam dirinya. Ia pula yang menilai apakah proses belajar

itu terjadi karena adanya berkala, karena situasi belajar yang dialaminya, karena metode

dipakai, karena pembimbing yang dipakai.

Dari pada istilah ”ujian” atau ”test” bagi orang dewasa lebih tepat digunakan uji-

diri ( self-examination). Dalam uji diri mereka akan merenungkan:

a. Sejauh mana aku memperkaya khasanah pengetahuanku dan informasi yang

dapat diandalkan ?

b. Sejauh mana aku lebih mampu menerapkan konsep-konsep baru?


c. Sejauh mana aku lebih mampu dalam keterampilan yang berguna? Entah itu

keterampilan mempergunakan komputer atau keterampilan berkomunikasi.

d. Sejauh mana aku lebih mampu menarik generalisasi dari pengolahan suatu

pengalaman ? entah itu pengalaman buatan ruang dan situasi belajar maupun

pengalaman hidup sehari-hari.

e. Sejauh mana aku memiliki hasrat untuk berubah? Baik sikap dalam arti

tanggapan terhadap suatu rangsangan, maupun sikap dasar yang pada umumnya

lebih bersifat menetap dan tidak mudah berubah.

f. Sejauh mana metode pendidikan, peran pembingbing dan situasi belajar

membantu dan menghambat proses belajrku.

2. Tujuan Evaluasi

Tujuan evaluasi antara lain:

1. Untuk menentukan seberapa dekat peserta didik secara individual dan keseluruhan kelas

telah mencapai tujuan umum yang telah ditentukan

2. Untuk mengukur tingkat perkembangan telah dicapai oleh peserta didik dalam waktu

tertentu .

3. Untuk menentukan efektifitas bahan, metode, dan kegiatan pengajaran.

4. Untuk membrerikan informasi yang bermanfaat bagi peserta didik, instruktur dan

masyarakat.

Prinsip evaluasi digunakan untuk meningkatkan mutu pelaksana evaluasi antara lain:

a. mengembangkan sikap kritis,

b. mengenal bias pribadi,

c. melakukan observasi silang untuk menentukan seberapa jauh konsistennya masalah itu,

d. cek lebih jauh untuk menentukan apakah ada perilaku basa-basi,

e. pertimbangkan penyebab lain yang mungkin ada,

f. berhati-hati untuk tidak hanya membaca observasi yang kita harapkan saja dan

mengabaikan interpretasi yang masuk akal,

g. dalam mengevaluasi hasil atau produk perilaku, gunakan kriteria untuk menilainya,
h. cek lebih jauh untuk menentukan apakah hasil atau produk yang diklaim seseorang

benar-benar hasil orang itu,

i. kenali bahwa banyak perilaku yang saling menutupi satu sama lain,

j. pastikan apakah bukti yang kita amati adalah benat-benar bukti yang sebenarnya,

k. hindari tergesa-gesa membuat kesimpulan, hendaknya hati-hati dan secermat mungkin.

3. Proses Evaluasi

Evaluasi demikian hendaknya berlangsung dari hari ke hari sepanjang program pendidikan

berjalan. Beberapa cara diuraikan dibawah ini untuk melakukan evaluasi dalam pendidikan

orang dewasa, dan cara-cara lain masih dapat dikembangkan secara kreatif oleh masing-masing

pembimbing.

a. Umpan balik. Tiap-tiap peserta secara bergantian mengemukaakan pikiran dan

perasaannya mengenai pelajaran hari itu. Apabila ada peserta yang belum siap atau

belum bersedia menegungkapkan umpan baliknya, ia dibebaskan. Lebih baik kalau

semua peserta dapat mengungkapkan isi hatinya.

b. Refleksi. Dengan meminta kesunyian selama lima menit, masing-masing peserta dapat

merenungkan arti hari itu bagi dirinya dan apa yang telah dipelajarinya. Setelah selesai

merenungkan, masing-masing peserta dapat mengungkapkan refleksinya. Refleksi

bersifat subjektif yang khas pribadi, maka tidak ditanggapi oleh pembimbing maupun

sesama peserta, apa lagi dibantah.

c. Diskusi kelompok. Para peserta dapat dibagi dalam kelompok kecil agar lebih mudah

dan lebih bebas berbicar. Secara informal para peserta itu memperbincangkan evaluasi

masing-masing,lalu menuangkannya dalam sebuah laporan.

d. Questionnaire. Formulir pertanyaan dapat disiapkan dan dibagikan kepada semua peserta

untuk diisi. Ada yang menganggap cara ini kurang efektif dibandingkan dengan tiga jenis

terdahulu. Namun apabila pertanyaan-pertanyaan disusun secara pandai, maka banyak

keterangan dapat diperoleh, dan peserta mendapatkan tuntutan nyata dalam mengevaluasi

dirinya. Formulir pertanyaan dapat disusun dalam ratusaun variasi, sesuai dengan tujuan

pendidikan, komposisi peserta, selera penyusun dan sebagainya.

e. Tim pengelola. Cara evaluasi proses belajar yang serba guna adalah dengan membentuk

tim pengelola (management team). Dari antara peserta dibentuk sebuah tim yang yang
terdiri dari satu orang moderator, satu atau dua orang pencatat, dan satu dua orang

evaluator. Tim inilah yang diharpakan mengatur lancarnya acara, membuat laporan

singkat padat, dan menyusun evaluasi dari acara saharian. Tim pengelola dipegang

bergantian tiap hari oleh peserta lain, sedapat mungkin agar semua peserta mendapat

giliran.

Dengan menjalankan tugas-tugas tersebut serta berlangsungnya program, para

peserta mendapatkan kesempatan untuk meningkatkan keterampilannya dalam

pengelolaan program, pencatatan dan penilaian. Pengalaman tersebut lebih-lebih terasa

bermanfaat, karena tim harus menyiapakan laporannya dalam waktu singkat untuk

dibacakan pada pagi berikutnya di hadapan seluruh peserta. Manfaat lain ialah, bahwa

disamping diktat-diktat, kerja keras yang dibuat pembimbingnya, diperoleh pula catatan

tentang jalannya program secara lebih lengkap, termasuk hasil-hasil diskusi menurut

tangkapatan peserta yang bertugas sebagai pencatat. Loreksi bila perlu dilakukan, dan

kekurangan-kekurangan dapat dilengkapi. Membuat evaluasi adalah keterampilan yang

tidak mudah. Perlu ketajaman observasi, kecermatan penilaian dan keberanian untuk

menuangkan secara jujur.

Prosedur evaluasi pendidikan orang dewasa menurut Morgan, et al. (1976)

terdiri atas lebih kurang tujuh langkah. Ketujuh langkah tersebut tidak selalu diambil

dalam setiap mengevaluasi metode, mata pelajaran, atau pencapaian peserta didik.

Ketujuh langkah tersebut yaitu:

a. mengecek tujuan,

b. memeriksa apa yang dilakukan untuk mencapai tujuan,

c. mengumpulkan bukti,

d. menentukan sumber bukti,

e. menentukan alat untuk memperoleh bukti,

f. menganalisis bukti, dan

g. menggunakan hasil.

Pendekatan evaluasi secara konvensional (pedagogi) kurang efektif untuk diterapkan

bagi orang dewasa. Untuk itu pendekatan ini tidak cocok dan tidaklah cukup untuk
menilai hasil belajar orang dewasa. Ada beberapa pokok dalam melaksanakan evaluasi

hasil belajar bagi orang dewasa yakni:

a. Evaluasi hendaknya berorientasi kepada pengukuran perubahan perilaku setelah

mengikuti proses pembelajaran / pelatihan.

b. Sebaiknya evaluasi dilaksanakan melalui pengujian terhadap dan oleh peserta

belajar itu sendiri (Self Evaluation).

c. Perubahan positif perilaku merupakan tolok ukur keberhasilan.

d. Ruang lingkup materi evaluasi "ditetapkan bersama secara partisipatif" atau

berdasarkan kesepakatan bersama seluruh pihak terkait yang terlibat.

e. Evaluasi ditujukan untuk menilai efektifitas dan efisiensi penyelenggaraan

program pendidikan yang mencakup kekuatan maupun kelemahan program.

f. Menilai efektifitas materi yang dibahas dalam kaitannya dengan perubahan sikap

dan perilaku

BAB III

PENUTUP

KESIMPULAN

Strategi pembelajaran dapat ditinjau dari ilmu, seni dan keterampilan yang digunakan

pendidik dalam membantu (memotivasi, membimbing, membelajarkan dan memfasilitasi)

peserta didik dalam belajar. Di samping itu strategi pembelajaran dapat dimaknai sebagai

prosedur pembelajaran dalam mengelola secara sistematis kegiatan pembelajaran dari beberapa

komponen pembelajaran (materi pembelajaran, peserta didik, waktu, alat, bahan, metode
pembelajaran, sistem evaluasi) dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Strategi

pembelajaran orang dewasa (andragogi) merupakan prosedur yang dilakukan dalam membantu

orang dewasa dalam belajar. Dalam belajar, orang dewasa telah memiliki konsep diri yang harus

dihargai, memiliki pengalaman yang dapat dijadikan sumber belajar, orientasi belajar diarahkan

pada upaya pemenuhan kebutuhan dan peningkatan peran dan status sosial dalam masyarakat.
DAFTARA PUSTAKA

Arif, Zainudin. (1990). Andragogi. Bandung: Angkasa

Atwi Suparman. 1996. Desain Instruksional. Jakarta:PAU-PPAI Universitas Terbuka

Budiwan, J. (2018). Pendidikan Orang Dewasa (Andragogy). QALAMUNA-Jurnal Pendidikan, Sosial,

dan Agama, 10(2), 107-135.

Hamzah B .Uno (2008). Model Pembelajaran ( Menciptakan Proses Belajar Mengajar Yang

Kreatif dan Efektif). Penerbit PT Bumi Aksara. Jakarta

Sudjana. 2005. Strategi Pembelajaran. Bandung: Falah Production

https://getcourse.id/insights/andragogi

http://manggari9g-19.blogspot.com/2013/12/model-pembelajaran-orang-dewasa.html

https://staffnew.uny.ac.id/upload/132304795/penelitian/Makalah-

Strategi+Pembelajaran+Orang+dewasa+(Repaired).pdf

Anda mungkin juga menyukai