Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas berkat rahmat dan
karunianya kami dapat menyelesaikan Makalah ini dengan judul “Model Pengembangan
Shalawat serta salam semoga selalu tercurah kepada junjungan kita semua yaitu Nabi
Muhammad SAW kepada keluarga, para sahabat, dan para umatnya hingga akhir zaman.
Makalah ini ditulis dari hasil penyusunan data-data sekunder yang penulis peroleh dari
berbagai refrensi, serta infomasi dari media massa, tak lupa penyusun ucapkan terima kasih
kepada dosen mata kuliah Manajemen Pengembangan Pembelajaran. Juga kepada rekan-rekan
Penulis harap, dengan membaca makalah ini dapat memberi manfaat bagi kita semua,
dalam hal ini dapat menambah wawasan kita mengenai sejarah penyuluhan di Indonesia.
Memang makalah ini masih jauh dari sempurna, maka penulis mengharapkan kritik dan saran
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I: PENDAHULUAN
1.3 TUJUAN
KESIMPULAN
DAFTARA PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
mengenai konsep pendidikan untuk orang dewasa. Tidak selamanya kita berbicara dan mengulas
di seputar pendidikan murid sekolah yang relatif berusia muda. Kenyataan di lapangan, bahwa
tidak sedikit orang dewasa yang harus mendapat pendidikan baik pendidikan informal maupun
sebagainya. Masalah yang sering muncul adalah bagaimana kiat, dan strategi membelajarkan
orang dewasa yang notabene tidak menduduki bangku sekolah. Dalam hal ini, orang dewasa
sebagai siswa dalam kegiatan belajar tidak dapat diperlakukan seperti anak-anak didik biasa
yang sedang duduk di bangku sekolah tradisional. Oleh sebab itu, harus dipahami bahwa, orang
dewasa yang tumbuh sebagai pribadi dan memiliki kematangan konsep diri bergerak dari
ketergantungan seperti yang terjadi pada masa kanak-kanak menuju ke arah kemandirian atau
pengarahan diri sendiri. Kematangan psikologi orang dewasa sebagai pribadi yang mampu
mengarahkan diri sendiri ini mendorong timbulnya kebutuhan psikologi yang sangat dalam yaitu
keinginan dipandang dan diperlakukan orang lain sebagai pribadi yang mengarahkan dirinya
sendiri, bukan diarahkan, dipaksa dan dimanipulasi oleh orang lain. Dengan begitu apabila orang
dewasa menghadapi situasi yang tidak memungkinkan dirinya menjadi dirinya sendiri maka dia
akan merasa dirinya tertekan dan merasa tidak senang. Karena orang dewasa bukan anak kecil,
maka pendidikan bagi orang dewasa tidak dapat disamakan dengan pendidikan anak sekolah.
Perlu dipahami apa pendorong bagi orang dewasa belajar, apa hambatan yang dialaminya, apa
yang diharapkannya, bagaimana ia dapat belajar paling baik dan sebagainya (Lunandi, 1987).
Pemahaman terhadap perkembangan kondisi psikologi orang dewasa tentu saja mempunyai arti
penting bagi para pendidik atau fasilitator dalam menghadapi orang dewasa sebagai siswa.
Berkembangnya pemahaman kondisi psikologi orang dewasa semacam itu tumbuh dalam teori
yang dikenal dengan nama andragogi. Andragogi sebagai ilmu yang memiliki dimensi yang luas
dan mendalam akan teori belajar dan cara mengajar. Secara singkat teori ini memberikan
dukungan dasar yang esensial bagi kegiatan pembelajaran orang dewasa. Oleh sebab itu,
pendidikan atau usaha pembelajaran orang dewasa memerlukan pendekatan khusus dan harus
memiliki pegangan yang kuat akan konsep teori yang didasarkan pada asumsi atau pemahaman
Kegiatan pendidikan baik melalui jalur sekolah ataupun luar sekolah memiliki daerah
dan kegiatan yang beraneka ragam. Pendidikan orang dewasa terutama pendidikan masyarakat
bersifat non formal sebagian besar dari siswa atau pesertanya adalah orang dewasa, atau paling
tidak pemuda atau remaja. Oleh sebab itu, kegiatan pendidikan memerlukan pendekatan
tersendiri. Dengan menggunakan teori andragogi kegiatan atau usaha pembelajaran orang
dewasa dalam kerangka pembangunan atau realisasi pencapaian cita-cita pendidikan seumur
hidup dapat diperoleh dengan dukungan konsep teoritik atau penggunaan teknologi yang dapat
dipertanggung jawabkan. Salah satu masalah dalam pengertian andragogi adalah pandangannya
Tetapi di lain pihak perubahan yang terjadi seperti inovasi dalam teknologi, mobilisasi
penduduk, perubahan sistem ekonomi, dan sejenisnya begitu cepat terjadi. Dalam kondisi seperti
ini, maka pengetahuan yang diperoleh seseorang ketika ia berumur 21 tahun akan menjadi usang
ketika ia berumur 40 tahun. Apabila demikian halnya, maka pendidikan sebagai suatu proses
transmisi pengetahuan sudah tidak sesuai dengan kebutuhan modern (Arif, 1994).
Oleh karena itu, tujuan dari kajian/tulisan ini adalah untuk mengkaji berbagai aspek yang
mungkin dilakukan dalam upaya membelajarkan orang dewasa (andragogi) sebagai salah satu
alternatif pemecahan kependidikan, sebab pendidikan sekarang ini tidak lagi dirumuskan hanya
sekedar sebagai upaya untuk mentransmisikan pengetahuan, tetapi dirumuskan sebagai suatu
2. Apa saja Pendekatan, Ruang Lingkup, dan Tujuan pembelajaran orang dewasa ?
1.3 TUJUAN
Tujuan dari pembuatan makalah ini yaitu untuk mengetahui dan menambah pengetahuan
tentang model pembelajaran apa saja yang sesuai untuk pembelajaran orang dewasa serta
metode apa saja yang bisa diterapkan bagi pembelajaran orang dewasa. Orang dewasa juga
memerlukan pembelajaran, agar orang dewasa tersebut tidak ketinggalan jaman dan bisa
Manfaat dari makalah ini yaitu banyak sekali salah satunya yaitu bisa membantu orang
dewasa dalam memahami materi pembelajaran dan dapat mengajak orang dewasa untuk mau
belajar lagi, karena belajar mempunyai manfaat yang baik seperti bisa meningkatkan kualitas
PEMBAHASAN
Andragogi (andragogy) berasal dari kata Yunani “ aner” atau “andr”, berarti orang
dewasa dan agogi. Agogi (Agogy) berasal dari kata Yunani “Agogus” yang berarti
ilmu memimpin/membimbing”, atau “seni dan ilmu mempengaruhi orang lain”. Pedagogi
(pedagogy) berasal dari kata Yunani “Paid” (berati anak) dan “Agogus” (berarti “memimpin”).
Pedagogi berarti “seni dan ilmu mengajar anak-anak”. John D. Ingalls memberi batasan
pengertian andragogi sebagai :Proses pendidikan membantu orang dewasa menemukan dan
latar sosial dan situasi pendidikan untuk mendorong pertumbuhan dan kesehatan individu,
organisasi, dan masyarakat. Menurut Knowles (1977:38), “ Andragogy is therefore, the art and
science of helping adults learn”. Andragogi adalah suatu ilmu dan seni dalam membantu orang
dewasa belajar. Dilihat dari segi epistemologi, andragogi berasal dari bahasa Yunani dengan
akar kata:”Aner” yang artinya orang untuk membedakannya dengan “paed” yang artinya anak.
Knowles dalam bukunya “ The modern practice of Adult Education”, mengatakan bahwa semula
ia mendefinisikan andragogi sebagai seni dan ilmu membantu orang dewasa belajar. Kemudian
setelah melihat hasil eksperimen banyak pendidik yang menerapkan konsep andragogi pada
pendidikan anak-anak dan menemukan bahwa dalam situasi-situasi tertentu memberikan hasil
yang lebih baik, Knowles melihat bahwa andragogi sebenarnya merupakan model asumsi yang
lain mengenai pembelajaran yang dapat digunakan di samping model asumsi pedagogi. Ia juga
mengatakan model-model itu berguna apabila tidak dilihat sebagai dikhotomi, tetapi sebagai dua
ujung dari suatu spektrum, dimana suatu asumsi yang realistik pada situasi yang berada di antara
dewasa yang mengeluh tidak dapat lagi belajar, orang dewasa yang bersangkutan kurang
percaya pada kemampuan dirinya untuk belajar. Menurut hasil penelitian, kemampuan belajar
bagi orang dewasa yang berkurang hanyalah kecepatan belajarnya, bukan daya kecerdasannya.
Kemunduran kecepatan belajar tersebut ada kaitannya dengan pertambahan usia yang
Empat konsep yang membedakan pedagogi dan andragogi, menurut Malcolm Knowles :
1 Konsep tentang diri Peserta didik digambarkan Si pelajar bukan pribadi yang
peserta didik sebagai seseorang yang bersifat tergantung, tetapi pribadi
tergantung. Masyarakat yang telah masak secara
mengharapkan para guru psikologis. Hubungan pelajar
bertanggung jawab sepenuhnya dengan pengajar merupakan
untuk menentukan apa yang harus hubungan saling membantu
dipelajari, kapan, bagaimana cara yang timbal balik (a helping
mempelajarinya, dan apa hasil relationship)
yang diharapkan setelah selesai
Proses lahirnya Andragogi menurut Malcolm Knowles adalah: Antara tahun 1929
sampai 1948 di Amerika terbit jurnal American Association For Adult Education,
yaitu sebuah jurnal berkaitan dengan pendidikan orang dewasa.Kemudian pada tahun
dewasa. Istilah Andragogi pertama kali dikenalkan melalui karya seorang ahli pendidikan
bagi orang dewasa berkebangsan Yugoslavia dalam buku yang berjudul Adult Leadership
tahun 1968. Andragogi juga pertama kali digunakan oleh Alexander Kapp pada tahun
1883 untuk merumuskan konsep -konsep dasar teori pendidikan. Kapp tetap membedakan
antara pengertian social pedagogy yang menyiratkan arti pendidikan orang dewasa dengan
andragogy. Dalam rumusan Kapp “ Social Pedagogy “ merupakan proses pendidikan pemulihan
( remedial) bagi orang dewasa yang cacat. Adapun andragogi justru lebih merupakan
proses pendidikan bagi seluruh orang dewasa, cacat atau tidak cacat secara berkelanjutan.
sejak munculnya kebutuhan beberapa universitas yang membuka bidang studi pendidikan
luar sekolah di tahun 1980, dari sinilah kemudian mulai beberapa ahli pendidikan
b. Menyusun suatu bentuk perencanaan kegiatan secara bersama dan saling membantu
c. Menilai atau mengidentifikasikan minat, kebutuhan dan nilai-nilai.
d. Merumuskan tujuan belajar
e. Merancang kegiatan belajar
f. Melaksanakan kegiatan belajar
g. Mengevaluasi hasil belajar (menilai kembali pemenuhan minat, kebutuhan dan
pencapaian nilai-nilai).
2.2 Prinsip Pembelajaran Orang Dewasa
Dalam kegiatan pendidikan atau belajar, orang dewasa bukan lagi menjadi objek
sosialisasi yang seolah-olah dibentuk dan dipengaruhi untuk menyesuaikan dirinya dengan
keinginan memegang otoritas di atas dirinya sendiri, akan tetapi tujuan kegiatan belajar atau
pendidikan orang dewasa tentunya lebih mengarah kepada pencapaian pemantapan identitas
dirinya sendiri untuk menjadi dirinya sendiri; atau, kalau meminjam istilah Rogers dalam
Knowles (1979), kegiatan belajar bertujuan mengantarkan individu untuk menjadi pribadi atau
menemuan jati dirinya. Dalam hal belajar atau pendidikan merupakan process of becoming a
person. Bukan proses pembentukan atau process of being shaped yaitu proses pengendalian dan
manipulasi untuk sesuai dengan orang lain; atau, kalau meminjam istilah Maslow (1966), belajar
merupakan proses untuk mencapai aktualiasi diri (self-actualization). Self directed learning
memberikan acuan bagaimana peserta didik memiliki inisiatif untuk belajar, menganasilis
kebutuhan belajar sendiri, mencari sumber belajar sendiri, memformulasi tujuan belajar sendiri,
Seperti yang diketahui bahwa pengembangan program pendidikan yang berdasar pada
konsep andragogi dan mengacu pada kemandirian peserta didik, merupakan tekanan khusus
yang seringkali menjadi patokan dan prinsip dasarnya. Oleh karena itu program pendidikan yang
dikembangkan akan lebih fleksibel. Hal ini terlihat dari tujuan yang ingin dicapai selalu
Pembelajaran orang dewasa pada prinsipnya dilakukan dan disusun bersama-sama antara
sumber belajar (guru, tutor, pelatih) dan peserta didik (warga belajar, siswa, peserta pelatihan,
dll) ini berlaku sampai tahap evaluasi, di samping itu pula dalam pengembangan pembelajaran
dengan prinsip andragogi peserta didik diberikan kewenangan untuk menyusun, dan
melaksanakan program pembelajaran, serta melakukan evaluasi pada program tersebut secara
mandiri. Prinsip dasar yang dijadikan pegangan adalah mengacu pada konsep “dari, oleh, dan
untuk peserta didik”, sehingga peran sumber belajar (guru, pelatih, pamong, tutor, fasilitator)
bertindak sebagai orang memberikan bimbingan, dorongan atau arahan bila diperlukan. Konsep
ini menunjukkan bahwa peserta didik menyusun program atas dasar aktivitas dan kemampuan
mereka sendiri dengan modal pengetahuan, keterampilan serta sumber yang ada dan dapat
mereka gunakan.
Prinsip lain dari pendidikan orang dewasa adalah lebih banyak menekankan pada
kebutuhan belajar peserta didik dan pada sisi lain lebih banyak menekankan pada pengembangan
ranah afektif dan psikomotor, seperti motivasi, sikap modern, keterampilan (vokasional), dan
keahlian yang berkaitan dengan pekerjaan-pekerjaan tertentu. Di samping itu pula program
pendidikan selain fleksibel cenderung berkaitan erat dengan lapangan pekerjaan dan kehidupan
peserta didik. Dengan berbagai keterampilan dan sikap yang dibina dalam pendidikan dengan
prinsip andragogi, maka peserta didik diharapkan mempunyai sejumlah kemampuan yang
kemudian hari dapat dijadikan modal untuk mengembangkan kehidupannya melalui usaha
secara mandiri, sehingga memperoleh keuntungan yang lebih baik, meliputi keuntungan dalam
prinsip dan strategi pembelajaran orang dewasa. Prinsip-prinsip tersebut adalah sebagai berikut:
1. Orang dewasa memiliki konsep diri. Orang dewasa memiliki persepsi bahwa dirinya
mampu membuat suatu keputusan, dapat menghadapi resiko sebagai akibat keputusan
yang diambil, dan dapat mengatur kehidupannya secara mandiri. Harga diri amat penting
bagi orang dewasa, dan ia memerlukan pengakuan orang lain terhadap harga dirinya.
Perilaku yang terkesan menggurui, cenderung akan ditanggapi secara negatif oleh orang
dewasa. Implikasi praktis dalam pembelajaran, apabila orang dewasa dihargai dan
difasilitasi oleh pendidik, maka mereka akan melibatkan diri secara optimal dalam
(berorientasi ke masa depan) dan belajar secara partisipatif (bersama orang lain) dengan
pengalaman situasi, interaksi, dan diri yang berbeda antara seorang dengan yang lainnya
situasi merupakan sederet suasana yang dialami orang dewasa pada masa lalu yang dapat
dirinya dari segi pandangan orang lain. Pengalaman diri adalah kecakapan orang dewasa
pada masa kini dengan berbagai situasi masa lalu. Implikasi praktis dalam pembelajaran,
orang dewasa akan mampu berurun rembug berdasarkan pengalaman yang telah
dimilikinya. Pengalaman biasa dapat dijadikan sumber yang kaya untuk dimanfaatkan
dalam pembelajaran. Orang dewasa mempelajari sesuatu yang baru cenderung dimaknai
dengan menggunakan pengalaman lama. Sejalan dengan itu, peserta didik orang dewasa
baru akan lebih mudah apabila berangkat dari pengalaman yang dimiliki orang dewasa.
3. Orang dewasa memiliki kesiapan belajar. Kesiapan belajar orang dewasa akan seirama
dengan peran yang ia tampilkan baik dalam masyarakat maupun dalam tugas/pekerjaan.
Implikasinya urutan program pembelajaran perlu disusun berdasarkan urutan tugas yang
diperankan orang dewasa, bukan berdasarkan urutan logis mata pelajaran. Penyesuaian
materi dan kegiatan belajar perlu direlevansikan dengan kebutuhan belajar dan
4. Orang dewasa menginginkan dapat segera memanfaatkan hasil belajarnya. Orang dewasa
senantiasa berorientasi pada realitas (kenyataan). Oleh karena itu, pembelajaran perlu
pemecahan masalah yang relevan dengan peranan orang dewasa dalam kehidupannya.
dihadapi orang dewasa, seperti kebutuhan dan masalah dalam pekerjaan, peranan sosial
budaya, dan ekonomi. Belajar yang berorientasi penguasaan keterampilan (skills)
5. Orang dewasa memiliki kemampuan belajar. Kemampuan dasar untuk belajar tetap
kemampuan belajar pada usia tua bukan terletak pada intensitas dan kapasitas
perlu mendorong orang dewasa sebagai peserta didik untuk belajar sesuai dengan
kebutuhan belajarnya dan cara belajar yang diinginkan, dipilih, dan ditetapkan oleh
orang dewasa.
6. Orang dewasa dapat belajar efektif apabila melibatkan aktivitas mental dan fisik. Orang
dewasa dapat menentukan apa yang akan dipelajari, dimana, dan bagaimana cara
mempelajarinya, serta kapan melakukan kegiatan belajar. Orang dewasa belajar dengan
melibatkan pikiran dan perbuatan. Implikasi praktisnya, orang dewasa akan belajar
secara efektif dengan melibatkan fungsi otak kiri dan otak kanan, menggunakan
kemampuan intelek dan emosi, serta dengan memanfaatkan berbagai media, metode,
Dalam pendidikan orang dewasa terdapat hubungan timbal balik di dalam interaksi
pembelajaran, di mana hubungan pendidik dan peserta didik adalah hubungan yang saling
membantu. Karena itu dalam prinsip pendidikan orang dewasa, hubungan peserta didik terhadap
berdasarkan minat, bakat, dan kemampuan, di mana pendidik memfasilitasi untuk membantu
peserta didik menentukan kebutuhan belajarnya. Karena itu, dalam pendidikan orang dewasa,
peserta didik ikut serta dilibatkan dalam menentukan perencanaan, proses pembelajaran, dan
evaluasinya. Di samping itu pula, dalam pendidikan orang dewasa, orientasi belajar diarahkan
untuk memecahkan masalah, yakni belajar sambil bekerja pada persoalan sekarang untuk
dipergunakan di masa sekarang juga. Berbeda halnya dengan orientasi belajar pada anak-anak,
seluruh mata pelajaran yang dipelajari oleh peserta didik pada saat sekarang diarahkan untuk
Pendidikan orang dewasa juga bertujuan untuk membantu pembelajar dewasa memahami
dirinya sendiri, bakatnya, keterbatasannya, dan hubungan interpersonalnya. Melalui aktivitas
pendidikan atau pelatihan, orang dewasa dapat mendeteksi kelebihan dan kekurangan yang
terdapat pada dirinya, sehingga kekurangan yang ada dapat ditambah dengan belajar berbagi
pengalaman bersama orang lain atau meningkatkannya melalui latihan-latihan atau kursus-
kursus. Jenis pendidikan atau pelatihan ini dapat dipilih oleh pembelajar dewasa sesuai dengan
minat dan bakat yang dimiliki.
Selain itu, pendidikan orang dewasa juga berorientasi mengembangkan jiwa dan sikap
kepemimpinan yang terdapat pada setiap pembelajar dewasa. Orang yang berada pada rentang
usia dewasa dikenal sebagai pribadi yang bertanggung jawab, karena keberadaannya tidak dapat
dilepaskan dari tugasnya sebagai pemimpin keluarga, organisasi, atau jabatan tertentu dalam
pekerjaannya. Karena itulah orientasi pendidikan orang dewasa tidak dapat dilepaskan dari
pengembangan sikap kepemimpinan, sehingga proses pembelajarannya diarahkan untuk berpikir
sistemik, mengambil keputusan dan tindakan, mengatur manajemen strategi, memecahkan
masalah (problem solving), dan sebagainya.
Aspek lain dari tujuan pendidikan orang dewasa adalah membantu pembelajar dewasa
mengenali dan memahami urgensi kebutuhan pendidikan seumur hidup (life long education).
Orang dewasa umumnya termotivasi menambah pengetahuan atau keterampilan yang diperlukan
untuk meningkatkan kesejahteraan hidupnya. Terlebih-lebih lagi perlunya penguasaan jenis
keterampilan tertentu untuk menambah gaji atau penghasilan dalam bekerja. Tentu saja hal ini
mendorong orang dewasa untuk mengikuti kegiatan pendidikan nonformal yang berlangsung di
masyarakat. Dengan demikian, pendidikan tetap dibutuhkan oleh orang dewasa sepanjang
kehidupan itu masih di jalaninya.
Di samping itu, pendidikan orang dewasa juga bertujuan membantu pembelajar dewasa
mencapai kemajuan proses pematangan secara intelektual, emosional, dan spiritual. Dalam
mengikuti proses pendidikan, orang dewasa dilatih dan dibiasakan mengembangkan paradigma
berpikir, kesadaran, inisiatif, dan tanggung jawab, kepedulian sosial, dan memiliki karakter
terpuji sebagai makhluk yang memiliki keyakinan kepada Tuhan. Melalui pengetahuan,
pengalaman, dan keterampilan yang diperoleh lewat pendidikan, dapat membantu orang dewasa
untuk melakukan perubahan sosial dalam lingkungan masyarakatnya.
Tujuan lain dari pendidikan orang dewasa adalah melengkapi keterampilan yang
diperlukan untuk menemukan dan memecahkan masalah. Kemampuan untuk menemukan dan
memecahkan masalah merupakan hal yang penting bagi orang dewasa, sebab hal ini berkaitan
dengan kemampuan menyikapi dan mencari solusi dalam persoalan hidup yang dihadapi serta
keterampilan dalam mengambil keputusan dan tindakan yang tepat dan bijaksana. Karena itu,
orientasi pendidikan orang dewasa menekankan pada masalah dan upaya pemecahannya, bukan
berorientasi pada materi pelajaran.
Pada sisi lain, pendidikan yang diselenggarakan untuk orang dewasa juga bertujuan
memberi bantuan agar orang dewasa menjadi individu yang mandiri, bebas, dan otonom. Proses
pembelajaran yang dikembangkan untuk orang dewasa tidak bergantung pada perintah dan
arahan dari pendidik, tetapi dapat dilakukan atas inisiatif pembelajar sendiri, dan peserta didik
diberi kebebasan dalam memilih dan menentukan siapa pendidik atau tenaga pengajar yang
sesuai dengan keinginan mereka. Dengan demikian, pendidikan orang dewasa mengarahkan
peserta didik untuk memiliki hak otonom dalam mengambil sikap dan tindakan.
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran orang dewasa sekurang-
kurangnya mengarah pada 7 tujuan utama, yaitu:
Strategi pembelajaran orang dewasa pada pendidikan keaksaraan fungsional terdiri dari
lima langkah kegiatan, yaitu menulis, membaca, berhitung, diskusi dan aksi/penerapan.
Langkah-langkah tersebut, bukan berarti langkah yang baku/kaku atau harus berurutan. Tetapi
bisa saja dilakukan secara acak, misalnya dimulai dari diskusi, kemudian belajar membaca,
menulis dan seterusnya. Hal ini tergantung dari situasi dan kondisi serta kesepakatan di dalam
kelompok belajar. Namun demikian, kebiasaan yang ditemui adalah melalui diskusi terlebih
dahulu baru dilanjutkan dengan kegiatan-kegiatan yang lain. Bisa juga dimulai dari masalah
yang ditemui (aksi) peserta didik, kemudian didiskusikan di kelompok belajar, menulis,
membaca dan seterusnya.
Dari paparan diatas kita bisa mengetahui beberapa prinsip dalam penerapan strategi
pembelajaran andragogi di antaranya adalah sebagai berikut.
Dalam pembelajaran orang dewasa banyak metode yang diterapkan. Untuk keberhasilan
peserta didik dapat memiliki suatu pengalaman belajar yang bermutu. Merupakan suatu
kekeliruan besar jika dalam hal ini, pembimbing secara kurang wajar menetapkan pemanfaatan
metode hanya karena faktor pertimbangannya sendiri, yaitu menggunakan metode yang
dianggapnya paling mudah, atau hanya disebabkan oleh keinginannya agar dikagumi oleh
peserta di kelas itu, ataupun mungkin ada kecenderungan hanya menguasai satu metode tertentu
saja (supriadi, 2006). Penetapan pemilihan metode yang tepat seharusnya mempertimbangkan
aspek tujuan yang ingin dicapai, yaitu mengacu pada garis besar program pembelajaran yang
1. Proses pembelajaran yang dirancang untuk mendorong orang dewasa mampu menata
dan mengisi pengalaman baru dengan berpedoman pada masa lalu yang pernah dialami.
Serta mampu memberi wawasan baru bagi masing-masing individu untuk dapat
memanfaatkan apa yang sudah diketahuinya. Contoh: latihan keterampilan melalui tanya
inginkanya, apa yang menjadi kebutuhanya, serta keterampilan yang diperlukan. Contoh:
bekerja.
computer aidedl earning, dan belajar mandiri hasilnya akan kurang optimal jika tidak berfokus
pada kompetensi yang akan dicapai oleh peserta didik. Unsur-unsur lain yang perlu diperhatikan
dalam memilih metode pembelajaran adalah sarana/prasarana, bahan kajian atau materi ajar,
serta tingkat kemampuan mahasiswa. Terdapat beragam model pembelajaran dengan pendekatan
student centre learning yang bisa diaplikasikan seperti small group discussion, role play and
simulation, case study, discovery learning (DL), self directed learning (SDL), cooperative
learning (CL), collaborative learning (CbL), contextual instruction (CI), project based learning
Dalam menentukan metode pembelajaran yang sesuai, maka perlu dilakukan kajian
mendalam terhadap kebutuhan peserta didik dengan mengintegrasikan konsep andragogi di atas,
Discussion orang).
Menjadi moderator sekaligus
kelas.
· Membahas kinerja
mahasiswa
mahasiswa.
mandiri mahasiswa
menilai pengalaman
belajarnya sendiri.
memberikan pengajaran yang optimal, maka kita perlu memahami karakter dari peserta didik
3. Orang dewasa lebih memberikan perhatian pada hal-hal yang menarik bagi mereka dan
menjadi kebutuhanya.
4. Orang dewasa lebih suka dihargai daripada diberi hukuman atau disalahkan.
5. Orang dewasa yang pernah mengalami putus sekolah, mempunyai kecenderungan untuk
7. Orang dewasa suka diperlakukan dengan kesungguhan itikad yang baik, adil, dan masuk
akal.
8. Orang dewasa sudah belajar sejak kecil tentang cara mengatur hidupnya, oleh karena itu,
10. Orang dewasa membutuhkan waktu lebih lama untuk dapat akrab dan menjalin hubungan
suasana kelas yang kondusif. Keyakinan pengajar akan potensi manusia dan kemampuan semua
peserta didik untuk belajar dan berprestasi merupakan hal yang penting yang perlu diperhatikan.
Pengajar harus memahami bahwa perasaan dan sikap peserta didik akan terlibat dan berpengaruh
kuat pada proses belajarnya. Secara umum karakteristik pengajar pada orang dewasa diantaranya
sebagai berikut.
3. Mempunyai ras tanggung jawab yang tinggi, pengabdian, dan idealisme untuk kerjanya.
10. Menyadari bahwa “perannya bukan mengajar, tetapi menciptakan iklim untuk belajar.”
11. Menyadari bahwa segala sesuatu mempunyai segi positif dan negatif.
Dalam pembelajaran orang dewasa mengacu pada karakteristik yang melekat sebagai
pelajar. Berbagai model pembelajaran yang sesuai untuk digunakan, diantaranya model
pembelajaran:
Yaitu model pembelajarn analisis dan partisipatif. Dengan beberapa tahap, yaitu
pemecahan masalah, kebutuhan peningkatan mutu program, dan kemampuan menurut pelajar.
Merujuk pada model pembelajaran ini untuk analisis peran peserta dapat menggunakan
metode ATMAP (Arah, Terapan, Masalah dan Peran). ATMAP yaitu upaya peningkatan
e. Peran petugas
b. Fase operasi pengumpulan data untuk verifikasi hakikat objek. Kondisi, miliki dan
d. Mengumpulkan informasi dengan data dan menjelaskan masalah yang ada dengan tepat.
pembelajaran yang tingkat abstraksinya lebih tinggi. Hal ini untuk menjelaskan,
mengintegrasikan dan menghubungkan materi dalam tugas pembelajaran dengan materi yang
telah dipelajari.
Advance Organizer umumnya didasarkan pada konsep dan aturan disiplin. Dan dikaitkan
dengan materi yang bersifat actual (kurang abstrak) terlebih dahulu. Model ini juga digunakan
Yaitu model pembelajaran mencakup penganalisaan proses berpikir dan diskusi mengenai
Evaluasi pendidikan orang dewasa adalah proses menentukan kekuatan atau nilai
pekerjaan pendidik atau pembimbing pendidikan orang dewasa. Evaluasi adalah suatu cara
mengukur hasil kegiatan pendidikan. Berdasarkan tingkat formalitasnya, evaluasi dapat dibagi
a. evaluasi informal,
a. evaluasi normatif,
b. evaluasi sumatif.
ujian-ujian, tentemen-tentemen. Guru memberi angka pada hasil ulangan dan ujian
Pada pendidikan orang dewasa cara evaluasi demikian tidak dapat dijalankan.
Sebab dalam pendidikan orang dewasa evaluasi demikian tidak tepat. Bedanya
pendidikan orang dewasa tidak ada unsur paksaan. Orang dewasa dapat dipaksa untuk
masuk ruangan, teteapi tidak dapat dipaksa untuk belajar. Pembimbing dalam
pendidikan orang dewasa harus mampu memenuhi kebutuhan orang dewasa itu, dan
Jika tidaklah cukup untuk menilai belajarnya orang dewasa dengan cara ulangan
dan ujian sebagai ukuran berhasil atau gagalnya program pendidikan itu.
kehendak bebas yang sama seperti proses belajarnya itu sendiri. Dengan kata lain,
metode evaluasinya harus datang dari orang yasng belajar, bukan dipaksakan dari luar.
Secara singkatnya, orang dewasa harus pula belajar menilai sendiri suksesnya dan
kegagalannya. Apa yang harus diketahui orang dewasa adalah : apakah proses belajarnya
menghasilkan suatu perubahan dalam dirinya. Ia pula yang menilai apakah proses belajar
itu terjadi karena adanya berkala, karena situasi belajar yang dialaminya, karena metode
Dari pada istilah ”ujian” atau ”test” bagi orang dewasa lebih tepat digunakan uji-
dapat diandalkan ?
d. Sejauh mana aku lebih mampu menarik generalisasi dari pengolahan suatu
pengalaman ? entah itu pengalaman buatan ruang dan situasi belajar maupun
e. Sejauh mana aku memiliki hasrat untuk berubah? Baik sikap dalam arti
tanggapan terhadap suatu rangsangan, maupun sikap dasar yang pada umumnya
2. Tujuan Evaluasi
1. Untuk menentukan seberapa dekat peserta didik secara individual dan keseluruhan kelas
2. Untuk mengukur tingkat perkembangan telah dicapai oleh peserta didik dalam waktu
tertentu .
4. Untuk membrerikan informasi yang bermanfaat bagi peserta didik, instruktur dan
masyarakat.
Prinsip evaluasi digunakan untuk meningkatkan mutu pelaksana evaluasi antara lain:
c. melakukan observasi silang untuk menentukan seberapa jauh konsistennya masalah itu,
f. berhati-hati untuk tidak hanya membaca observasi yang kita harapkan saja dan
g. dalam mengevaluasi hasil atau produk perilaku, gunakan kriteria untuk menilainya,
h. cek lebih jauh untuk menentukan apakah hasil atau produk yang diklaim seseorang
i. kenali bahwa banyak perilaku yang saling menutupi satu sama lain,
j. pastikan apakah bukti yang kita amati adalah benat-benar bukti yang sebenarnya,
3. Proses Evaluasi
Evaluasi demikian hendaknya berlangsung dari hari ke hari sepanjang program pendidikan
berjalan. Beberapa cara diuraikan dibawah ini untuk melakukan evaluasi dalam pendidikan
orang dewasa, dan cara-cara lain masih dapat dikembangkan secara kreatif oleh masing-masing
pembimbing.
perasaannya mengenai pelajaran hari itu. Apabila ada peserta yang belum siap atau
b. Refleksi. Dengan meminta kesunyian selama lima menit, masing-masing peserta dapat
merenungkan arti hari itu bagi dirinya dan apa yang telah dipelajarinya. Setelah selesai
bersifat subjektif yang khas pribadi, maka tidak ditanggapi oleh pembimbing maupun
c. Diskusi kelompok. Para peserta dapat dibagi dalam kelompok kecil agar lebih mudah
dan lebih bebas berbicar. Secara informal para peserta itu memperbincangkan evaluasi
d. Questionnaire. Formulir pertanyaan dapat disiapkan dan dibagikan kepada semua peserta
untuk diisi. Ada yang menganggap cara ini kurang efektif dibandingkan dengan tiga jenis
keterangan dapat diperoleh, dan peserta mendapatkan tuntutan nyata dalam mengevaluasi
dirinya. Formulir pertanyaan dapat disusun dalam ratusaun variasi, sesuai dengan tujuan
e. Tim pengelola. Cara evaluasi proses belajar yang serba guna adalah dengan membentuk
tim pengelola (management team). Dari antara peserta dibentuk sebuah tim yang yang
terdiri dari satu orang moderator, satu atau dua orang pencatat, dan satu dua orang
evaluator. Tim inilah yang diharpakan mengatur lancarnya acara, membuat laporan
singkat padat, dan menyusun evaluasi dari acara saharian. Tim pengelola dipegang
bergantian tiap hari oleh peserta lain, sedapat mungkin agar semua peserta mendapat
giliran.
bermanfaat, karena tim harus menyiapakan laporannya dalam waktu singkat untuk
dibacakan pada pagi berikutnya di hadapan seluruh peserta. Manfaat lain ialah, bahwa
disamping diktat-diktat, kerja keras yang dibuat pembimbingnya, diperoleh pula catatan
tentang jalannya program secara lebih lengkap, termasuk hasil-hasil diskusi menurut
tangkapatan peserta yang bertugas sebagai pencatat. Loreksi bila perlu dilakukan, dan
tidak mudah. Perlu ketajaman observasi, kecermatan penilaian dan keberanian untuk
terdiri atas lebih kurang tujuh langkah. Ketujuh langkah tersebut tidak selalu diambil
dalam setiap mengevaluasi metode, mata pelajaran, atau pencapaian peserta didik.
a. mengecek tujuan,
c. mengumpulkan bukti,
g. menggunakan hasil.
bagi orang dewasa. Untuk itu pendekatan ini tidak cocok dan tidaklah cukup untuk
menilai hasil belajar orang dewasa. Ada beberapa pokok dalam melaksanakan evaluasi
f. Menilai efektifitas materi yang dibahas dalam kaitannya dengan perubahan sikap
dan perilaku
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Strategi pembelajaran dapat ditinjau dari ilmu, seni dan keterampilan yang digunakan
peserta didik dalam belajar. Di samping itu strategi pembelajaran dapat dimaknai sebagai
prosedur pembelajaran dalam mengelola secara sistematis kegiatan pembelajaran dari beberapa
komponen pembelajaran (materi pembelajaran, peserta didik, waktu, alat, bahan, metode
pembelajaran, sistem evaluasi) dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Strategi
pembelajaran orang dewasa (andragogi) merupakan prosedur yang dilakukan dalam membantu
orang dewasa dalam belajar. Dalam belajar, orang dewasa telah memiliki konsep diri yang harus
dihargai, memiliki pengalaman yang dapat dijadikan sumber belajar, orientasi belajar diarahkan
pada upaya pemenuhan kebutuhan dan peningkatan peran dan status sosial dalam masyarakat.
DAFTARA PUSTAKA
Hamzah B .Uno (2008). Model Pembelajaran ( Menciptakan Proses Belajar Mengajar Yang
https://getcourse.id/insights/andragogi
http://manggari9g-19.blogspot.com/2013/12/model-pembelajaran-orang-dewasa.html
https://staffnew.uny.ac.id/upload/132304795/penelitian/Makalah-
Strategi+Pembelajaran+Orang+dewasa+(Repaired).pdf