Anda di halaman 1dari 14

TUGAS REVIEW

ADULT LEARNING THEORY MALCOLM KNOWLES


DAFTAR ISI

A. Konsep Umum Andragogi.........................................................................................1


B. Perbandingan Asumsi dan model Pedagogi dan Andragogi......................................2
C. Asumsi Pembelajaran Orang Dewasa........................................................................6
D. Catatan Penulis.........................................................................................................11
A. Konsep Umum Andragogi
Andragogi berasal dari bahasa Yunani aner artinya orang dewasa, dan agogus
artinya memimpin. Istilah lain yang kerap kali dipakai sebagai perbandingan adalah
pedagogi yang ditarik dari kata paid artinya anak dan agogus artinya memimpin.
Maka secara harfiah pedagogi berarti seni dan pengetahuan mengajar anak. Karena
itu, pedagogi berarti seni atau pengetahuan mengajar anak maka apabila memakai
istilah pedagogi untuk orang dewasa jelas kurang tepat, karena mengandung makna
yang bertentangan. Pada konsep lain andragogi seringkali didefinisikan sebagai
pendidikan orang dewasa atau belajar orang dewasa. Definisi pendidikan orang
dewasa merujuk pada kondisi peserta didik orang dewasa baik dilihat dari dimensi
fisik (biologis), hukum, sosial dan psikologis. Istilah dewasa didasarkan atas
kelengkapan kondisi fisik juga usia, dan kejiwaan, disamping itu pula orang dewasa
dapat berperan sesuai dengan tuntutan tugas dari status yang dimilikinya.
Namun, pakar pendidikan orang dewasa yang mengkaji dan mengembangkan
secara konseptual teoritik andragogi adalah Malcolm Knowles (1970). Malcolm
Knowles mendefinisikannya: “andragogi as the art and science to helping adult a
learner”. Pendidikan orang dewasa berbeda dengan pendidikan anak-anak
(pedagogi). Hal ini karena pedagogi berlangsung dalam bentuk identifikasi dan
peniruan, sedangkan andragogi berlangsung dalam bentuk pengembangan diri sendiri
untuk memecahkan masalah. Sehingga, istilah andragogi mulai dirumuskan menjadi
teori baru sejak tahun 1970-an, oleh Malcolm Knowless.
Knowless memperkenalkan istilah tersebut teutama untuk pembelajaran pada
orang dewasa. Malcolm Knowless menyatakan bahwa apa yang kita ketahui tentang
belajar selama ini adalah merupakan kesimpulan dari berbagai kajian terhadap
perilaku kanak-kanak dan binatang percobaan tertentu. Pada umumnya memang, apa
yang kita ketahui kemudian tentang mengajar juga merupakan hasil kesimpulan dari
pengalaman mengajar terhadap kanak-kanak. Sebagian besar teori belajar mengajar
didasarkan pada perumusan konsep pendidikan sebagai suatu proses pengalihan

1
2

kebudayaan. Atas dasar teori-teori dan asumsi itulah tercetus istilah “pedagogi” yang
akar katanya berasal dari bahasa Yunani, paid (kanak-kanak) agogos (memimpin).
Pedagogi dengan demikian berarti memimpin kanak-kanak, atau pendefinisi diartikan
secara khusus sebagai “suatu ilmu dan seni mengajar kanak-kanak”.
Akhirnya pedagogi didefinisikan secara umum sebagai “ilmu dan seni mengajar
anak-anak”. Penggunaan atau penerapan proses pendidikan atas dasar pendekatan
andragogi mulai dikembangkan beberapa waktu terakhir ini terutama bersamaan
dengan berkembangnya konsep pendidikan nonformal di tengah-tengah masyarakat
sebagai model pendidikan alternatif bagi masyarakat tertentu (masyarakat negara
berkembang). Perkembangan teori dan istilah andragogi berkembang dengan pesat di
daratan Eropa, dimana perkembangannya sangat pesat dan dalam banyak hal jauh
melampaui perkembangan yang sama yaitu di Amerika Serikat. Di Eropa, pendekatan
andragogi sudah mulai digunakan dalam penanganan kasus-kasus dalam bidang
pelayanan masyarakat, proses kemasyarakatan kembali, pendidikan luar sekolah,
manajemen personalia, organisasi-organisasi masa, program pembangunan
masyarakat. Dalam keseluruhan proses perkembangan dan pengalaman penerapan
tersebut, ternyata ditemukan banyak bukti yang memperkuat anggapan-anggapan
dasar pendekatan andragogi, sekaligus memperkaya berbagai bentuk metodologi
pendidikan yang didukung oleh perangkat-perangkat teknologi yang lebih berdaya
hasil dan tepat guna.

B. Perbandingan Asumsi dan model Pedagogi dan Andragogi


Malcolm Knowles dalam publikasinya yang berjudul “The Adult Learner,
Aneglected Species” mengungkapkan teori belajar yang tepat bagi orang dewasa.
Sejak saat itulah istilah “ Andragogi “ makin Konsep Pendidikan Orang Dewasa
Jurnal Kependidikan, Vol. 1 No. 1 Nopember 2013, dimana diperbincangkan oleh
berbagai kalangan khususnya para ahli pendidikan. Pendidikan orang dewasa atau
dengan istilah lain Andragogi berasal dari bahasa Yunani dari kata aner artinya orang
3

dewasa, dan agogos artinya memimpin. Maka secara harfiah andragogi berarti seni
dalam mengajar orang dewasa, berlawanan dengan paedagogi yang berati seni dan
pengetahuan mengajar anak. Karena pengertian pedagogi adalah seni atau
pengetahuan membimbing atau memimpin atau mengajar anak, maka apabila
menggunakan istilah pedagogi untuk kegiatan pelatihan bagi orang dewasa jelas tidak
tepat, karena mengandung makna bertentangan.
Pada awalnya, bahkan hingga sekarang, banyak praktek proses belajar dalam
suatu pelatihan yang ditunjukan kepada orang dewasa, yang seharusnya bersifat
andragogis, dilakukan dengan cara-cara pedagogis. Dalam hal ini prinsip-prinsip dan
asumsi yang berlaku bagi pendidikan anak di anggap dapat diberlakukan bagi
kegiatan pelatihan bagi orang dewasa. Lebih lanjut, John D Ingals, memberikan
batasan bahwa pendidikan orang dewasa adalah suatu cara pendekatan dalam proses
belajar orang dewasa,rumusan ini lebih menekankan kepada tehnik belajar bagi orang
dewasa sehingga orang dewasa sanggup dan mau belajar sesuai dengan tujuan yang
ingin dicapai. Berikut ini di sajikan perbandingan asumsi anatara keduanya.
Perbandingan Asumsi dan model Pedagogi dan Andragogi
NO ASUMSI PEDADGOGI ANDRAGOGI
1 Konsep tentang Peserta didik tergantung pada pada umumnya orang
diri peserta pendidiknya, para guru dewasa secara psikologis
didik bertanggungjawab lebih memerlukan
sepenuhnya untuk pengarahan diri walaupun
menentukan apa yang harus dalam keadaan tertentu
dipelajari,kapan,bagaimana bersifat tergantung
cara mempempelajarinya, dan
apa hasil yang diharapkan
setelah selesai
2 Fungsi pengala Pengalaman dari guru sangat Pengalaman nyata
man peserta besar pengaruhnya, dan tehnik merupakan sumber belajar
didik penyampaianya berupa bagi dirinya, oleh karena
ceramah, tugas baca dan itu metode penyampaianya
penyajian melalui alat ekperimen,percoba an,
pandang dengar diskusi praktek problem
solving
3 Kesiapan Siap selalu belajar untuk masa Dengan belajar diharapkan
4

NO ASUMSI PEDADGOGI ANDRAGOGI


belajar depan, oleh karena itu dapat memecahkan
kegiatan belajar harus masalahnya,maka belajar
diorganisasikan dalam suatu adalah membantu mereka
kurikulum baku dan langkah- menemukan yang perlu
langkah penyajian harius mereka ketahui,program
sama bagi semua orang belajar disusun sesuai
dengan kebutuhan
kehidupan mereka dan
urutan penyajian sesuai
dengan kesiapan peserta
didik
4 Orientasi Ilmu yang dipelajari baru Belajar untuk
belajar akan bermanfaat dikemudian meningkatkan kemampuan
hari, oleh karena itu diri untuk mengembangkan
kurikulum disusun sesuai orientasinyaoleh karena itu
uritan logis orientasi belajar terpusat
pada kegiatannya sesuai
yang diharapkan mereka

Knowles (1970) mengembangkan konsep andragogi atas empat asumsi pokok


yang berbeda dengan pedagogi sebagai berikut:
Pertama, seseorang tumbuh dan matang konsep dirinya bergerak dari
ketergantungan total menuju pengarahan diri sendiri. Atau dapat dikatakan bahwa
anak-anak konsep dirinya masih tergantung, sedang pada orang dewasa konsep
dirinya sudah mandiri, karena konsep dirinya inilah orang dewasa membutuhkan
penghargaan orang lain sebagai manusia yang dapat mengarahkan diri sendiri, apabila
dia Konsep Pendidikan Orang Dewasa Jurnal Kependidikan, Vol. 1 No. 1 Nopember
2013 6 menghadapi situasi dimana dia tidak memungkinkan dirinya menjadi self
directing, maka akan timbul reaksi tidak senang atau menolak.
Kedua, karena sudah matang akan mengumpulkan sejumlah besar pengalaman,
maka dirinya menjadi sumber belajar yang kaya, yang pada waktu yang sama akan
memberikan dia dasar yang luas untuk belajar sesuatu yang baru. Oleh karena itu
dalam andragogi mengurangi metodeceramah, belajar harus banyak berbuat, tidak
cukup hanya dengan mendengarkan dan menyerap. Hal ini selaras dengan prinsip
5

belajar umum yang meyakini bahwa belajar dengan berbuat lebih efektif bila
dibandingkan dengan belajar hanya dengan melihat atau mendengarkan.
Ketiga, Kesiapan belajar mereka bukan semata-mata karena paksaan akademik,
tetapi karena kebutuhan hidup dan untuk melaksanakan tugas peran sosialnya, oleh
karena itu orang dewasa belajar karena membutuhkan tingkatan perkembangan
mereka yang harus menghadapi perananya apakah sebagai pekerja, orang tua,
pemimpin suatu organisasi dan lain-lain.
Keempat, Orangdewasa memiliki kecenderungan orientasi belajar pada
pemecahan masalah kehidupan (problem centeredorientation). Dikarenakan belajar
bagi orang dewasa seolah-olah merupakan kebutuhan untuk menghadapi masalah
hidupnya.
Kematangan dalam kondisi dewasa-matang, dapat ditandai oleh kemampuan
memenuhi kebutuhannya, memanfaatkan pengalamannya dan mengidentifikasi
kesediaan belajar. Ketika kemampuan belajar seputar masalah kehidupannya menjadi
meningkat, maka sikap ketergantungan kepada orang lain akan semakin berkurang.
Orang dewasa yang memiliki konsep diri matang dapat memikul tanggung jawab
kehidupan, menyadari dimana posisi dirinya pada saat itu dan tahu akan kemana
tujuan hidupnya. Disamping itu pula mereka cakap dalam mengambil keputusan dan
mampu berpartisipasi di masyarakat dan akan mampu mengarahkan dirinya, memilih
dan menetapkan pekerjaan yang relevan. Orang dewasa yang betul-betul matang
secara psikologis tidak akan menghindar atau lari dari masalah yang dihadapi.
Dalam dimensi sebagai peserta didik (murid, warga relajar) andragogi, dewasa
dalam banyak hal memiliki beberapa keunggulan-keunggulan. Dari segi konsep diri,
mereka memiliki kematangan psikologis; bertanggung jawab, memiliki hasrat dan
motivasi kuat untuk belajar dan mampu mengarahkan dirinya. Mereka dapat belajar
dan mempelajari sesuatu dalam skala yang lebih luas dan memilih strategi belajar
yang lebih baik, lebih efektif dan lebih terarah dan mampu mengarahkan diri (self
directing). Dari pengalaman belajar, peserta didik dewasa memiliki setumpuk
pengalaman sebagai resource persons and total life impressions dalam kaitannya
6

dengan orang lain. Mereka dapat menjadi sumber dan bahan belajar yang kaya,
terutama dalam mendukung belajar kelompok serta belajar bersama dengan ahli-ahli.
Sistem pembelajaran pada peserta didik dewasa dapat diarahkan ke dalam berbagai
bentuk kegiatan belajar sesuai dengan kebutuhannya dan kebutuhan sumber serta
bahan belajar, seperti pada: kelompok diskusi, bermain peran, simulasi, pelatihan,
(group discusion, team designing, role playing, simulations, skill practice sessions).
Dari segi kesiapan belajar, orang dewasa memandang bahwa “all living is
learning. Learning is not only preparation for living the very essence of living, the
very essence of living it self”. Setiap peserta didik memiliki pola kesiapan yang
berbeda dengan warga lainnya terutama dalam hal kekuatan motivasi (inner
motivations) seperti: needs for esteem (self esteem), urge to grow, the satisfaction for
accomplishment, the need to know something specific and curiosity to learn”.
Pada umumnya orang dewasa mereka memiliki kemampuan membaca, menulis
dan menghitung dan menguasai kemampuan verbal dan kecakapan mengambil
keputusan yang relevan dengan kebutuhan pribadi dan tuntutan sosialnya. Mereka
merancang dan menetapkan minat dan kebutuhan belajarnya, mendiagnosis
kebutuhannya sesuai tuntutan hidupnya dan lain-lainnya. Pembelajaran dapat
bertindak sebagai nara sumber, pengarah, pembimbing, pemberi fasilitas, atau teman
belajar (resource person, guide, helper, facilitator or partner for the learners).

C. Asumsi Pembelajaran Orang Dewasa


Lindeman dalam Knowles (1973) melakukan identifikasi pada mengapa orang
dewasa masih terus berkembang dan belajar secara kontinyu. Berikut tujuh point
penting alasan pada pembelajaran orang dewasa:
1. Orang dewasa harus mendapatkan pemahaman yang matang tentang diri mereka
sendiri. Hal ini termasuk kebutuhan, motivasi, minat, kapasitas, dan tujuan
mereka, serta memiliki penerimaan diri, harga diri, dan keinginan untuk menjadi
lebih baik.
7

2. Orang dewasa harus mengembangkan sikap penerimaan, cinta, dan penghargaan


terhadap orang lain. Mereka perlu belajar membedakan antara orang dan ide, dan
mengkreasikan suatu ide tanpa merugikan orang lain. Hal ini mengarah pada
konotasi empati dan keinginan untuk membantu orang lain.
3. Orang dewasa harus mengembangkan sikap dinamis terhadap kehidupan. Mereka
harus menerima perubahan, termasuk perubahan pribadi, dan mengembangkan
keterampilan serta memandang setiap pengalaman sebagai sebuah kesempatan
untuk belajar.
4. Orang dewasa harus belajar bereaksi terhadap suatu penyebab, bukan gejala, dari
suatu perilaku. Hal ini meliputi pencarian solusi hingga akar permasalahannya,
bukan pada gejalanya.
5. Orang dewasa harus memperoleh keterampilan yang diperlukan untuk mencapai
potensi mereka. Tujuan pendidikan harus menyediakan keterampilan dan kapasitas
yang diperlukan untuk pertumbuhan manusia sebagai individu dan masyarakat.
6. Orang dewasa harus memahami nilai-nilai penting dalam pengalaman. Hal ini
merujuk pada "warisan pengetahuan", ide, dan budaya mereka serta penghormatan
terhadap nilai-nilai bersama yang ada.
7. Orang dewasa harus memahami masyarakat mereka dan harus terampil dalam
mengarahkan perubahan sosial. Setiap orang dewasa harus memiliki pengetahuan
yang cukup tentang beragam aspek sosial agar menjadi pembelajar yang cerdas,
efektif, dan produktif.

Selanjutnya, Knowles juga melanjutkan pemahaman C. Linderman,


mengungkapkan bahwa kondisi orang dewasa dalam belajar berbeda dengan anak-
anak. Apabila pada anak-anak digunakan istilah “pedagogy” sehingga diartikan
dengan “the art and science of teaching children” atau ilmu dan seni mengajar anak-
anak. Menurut pandangannya, mengapa sampai terjadi perbedaan antara kegiatan
belajar anak-anak dengan orang dewasa, hal tersebut karena orang dewasa memiliki:
1) Konsep diri (The self-concept)
8

Pada konteks andragogi, dewasa berarti individu yang memiliki pandangan


positif tentang dirinya sebagai sasaran belajar (peserta didik). Penerimaan diri
berakar pada pengalaman keberhasilan ekstensif sebelumnya.
2) Pengalaman hidup (The role of the learner’s experience)
Dewasa berarti terbuka kepada pengalaman yang telah dipelajarinya, memiliki
curiosity, tolerance of ambiguity, preference of complexity and even playfulnees,
juga mempunyai motif untuk memasuki kegiatan baru. Konsepsi tersebut dapat
memberikan sesuatu yang memuat konstruk-konstruk yang lebih spesifik dalam
mempelajari pengalaman-pengalaman.
3) Kesiapan belajar (Readiness to learn)
Dalam prosesnya, dewasa juga berarti kemampuan memanfaatkan
bantuan/pertolongan dan nasehat orang lain sambil mempertimbangkan
kepentingan dan tujuan belajarnya, serta mampu mendiagnosisi hal-hal yang
akan digunakan untuk memulai suatu pembelajaran.
4) Orientasi belajar (Orientasion to learning)
Dewasa berarti memiliki kemampuan mendiagnosis kebutuhan belajar,
menetapkan tujuan pribadi secara wajar sesuai kebutuhan tersebut dan
merancang strategi yang efektif untuk merealisasikan tujuan belajar.
5) Kebutuhan pengetahuan (The need to know)
Dewasa berarti terbuka kepada pengalaman baru, serta mampu melibatkan diri
dalam berbagai kegiatan belajar dan menetapkan tujuan
6) Motivasi (Motivation)
Dewasa berarti orang yang memiliki motivasi intrinsik, dimana motivasi tersebut
dapat bertahan dalam menyelesaikan tugas-tugas belajar tanpa ada tekanan
eksternal dalam bentuk hadiah, sanksi atau hukuman (rewards, sanctions or
punishment). Orang dewasa dapat meneruskan kegiatan belajar, serta mampu
menunda atau menghentikan kepentingan lain demi kelanjutan kegiatan
belajarnya.
9

Selama karirnya, Knowles mengidentifikasi hasil yang diinginkan dari suatu


pembelajaran orang dewasa. Proses andragogi mengandung tujuh unsur pertanyaan
yang harus dijawab oleh pendidik. Tujuh pertanyaan yang dimaksud adalah:
1) prosedur apakah yang paling menghasilkan suasana yang mendorong belajar,
2) prosedur apakah yang dapat digunakan untuk membawa partisipan terlibat
dalam perencanaan,
3) prosedur apakah yang dapat digunakan untuk membantu peserta didik
mengidentifikasi kebutuhan belajarnya secara realistis dan bertanggung jawab,
4) prosedur apakah yang dapat digunakan untuk membawa warga belakar
menerjemahkan kebutuhan yang telah didiagnosis ke dalam tujuan belajar,
5) prosedur apakah yang dapat digunakan untuk membantu peserta didik
mengidentifikasi sumber-sumber belajar dan mengembangkan strategi
pemanfaatannya guna mencapai tujuan belajar,
6) bagaimana membantu peserta didik membuat rencana tujuan belajar, dan
7) bagaimana melibatkan peserta didik di dalam penilaian belajar mereka

Implikasi dari pertanyaan-pertanyaan itu akan mengacu pada langkah-langkah


belajar untuk pendidikan orang dewasa. Implikasi yang dimaksud adalah bagaimana
menyelenggarakan pembelajaran yang kondusif yang dibutuhkan oleh orang dewasa
dalam proses belajarnya. Langkah-langkah itu yaitu:
1) menciptakan iklim untuk belajar,
2) menyusun suatu bentuk perencanaan kegiatan secara bersama dan saling
membantu,
3) menilai atau mengidentifikasikan minat, kebutuhan dan nilai-nilai,
4) merumuskan tujuan belajar,
5) merancang kegiatan belajar,
6) melaksanakan kegiatan belajar dan
7) mengevaluasi hasil belajar (menilai kembali pemenuhan minat, kebutuhan, dan
penacpaian nilai-nilai).
10

Dengan ketujuh langkah tersebut, maka andragogi dapat dipandang sebagai


suatu model sistem belajar “feed back loop” (gelung umpan balik). Dalam pengertian
ini andragogi dapat dipandang sebagai suatu proses perkembangan yang
berkelanjutan untuk belajar orang dewasa. Fungsi utama dari seorang tutor
(fasilitator) dalam kegiatan yang bersifat andragogi adalah mengatur dan
membimbing proses andragogi itu sendiri, ketimbang mengatur isi pelajaran
sebagaimana halnya dalam pedagogi. Isi kegiatan belajar secara andragogi sangat
beraneka ragam tergantung pada sumbersumber belajar serta minat atau kebutuhan
peserta didik. Sedangkan fasilitator tidak diperlukan sebagai ahli dalam isi pelajaran,
tetapi diperlukan sebagai proses andragogi itu berjalan secara efektif. Karena itu
diharapkan agar fasilitator dapat mengetahui sedikit banyak mengenai isi
pengetahuan.
Oleh karena itu, andragogi sebagai kegiatan pendidikan yang berkelanjutan bagi
orang dewasa merupakan: 1) cara untuk belajar secara langsung dari pengalaman, 2)
suatu proses pendidikan kembali yang dapat mengurangi konflik-konflik sosial
melalui kegiatan-kegiatan antara pribadi dalam kelompok belajar, 3) suatu proses
diarahkan sendiri, dimana kita secara terus menerus dapat menilai kembali kebutuhan
belajar kita yang timbul dari tuntutan situasi yang selalu berubah, 4) Dengan
demikian, kalau ditarik pengertiannya sejalan dengan pedagogi, maka andragogi
secara harfiah dapat diartikan sebagai ilmu dan seni membantu/membimbing orang
dewasa belajar. Namun karena orang dewasa sebagai individu yang sudah mandiri
dan mampu mengarahkan dirinya sendiri, maka dalam andragogi yang terpenting
dalam proses interaksi belajar adalah kegiatan belajar mandiri yang bertumpu kepada
peserta didik itu sendiri dan bukan seperti seorang guru mengajarkan sesuatu kepada
murid-muridnya.
11

D. Catatan Penulis
Secara ilmiah menurut hemat penulis tidak jelas apakah karya Knowles
merupakan teori atau sekumpulan asumsi tentang belajar, atau model pengajaran, atau
seperangkat pedoman untuk praktik pembelajaran. Namun, pada hakikatnya Knowles
terfokus pada deskripsi pembelajar dewasa. Penulis juga dapat menyimpulkan bahwa
Knowles menjelaskan secara riil, pembelajaran orang dewasa selalu terkait dengan
harapan, tujuan dan kemandirian proses pemahaman dan penemuan masalah serta
pemecahan masalah (problem finding and problem solving), baik berhubungan
dengan masalah kekinian maupun masalah kehidupan di masa depan.
Secara alamiah, orang dewasa memiliki kemampuan menetapkan tujuan belajar,
memahami sumber belajar yang dibutuhkan, merancang strategi belajar dan
mengevaluasi kemajuan terhadap pencapain tujuan pembelajaran tersebut secara
mandiri. Proses dan aktivitasnya dideskripsikan sebagai self directed learning atau
self directed education atau self teaching, learning projects or major learning efforts,
yang mana berarti pembelajaran yang dilakukan sendiri dan untuk tujuan
pengembangan diri sendiri.
Dari perspektif waktu dan orientasi belajar, orang dewasa memandang belajar
itu sebagai suatu yang mengacu pada tugas atau masalah kehidupan (task or problem
oriented). Sehingga orang dewasa akan belajar mengorganisir pengalaman hidupnya,
baik proses pembelajaran, tujuan pembelajaran, sasaran pembelajaran serta kaitan
antara andragogi dengan masalah ekonomi, sosial, budaya dan politik serta dalam
kemandirian sebagai makhluk hidup.
12

DAFTAR PUSTAKA

Brookfield, S. D. 2003. "Pedagogy and andragogy." In Encyclopedia of distributed


learning, by K. Rudestam, R. Silverman & S. Taira A. DiStefano. CA: Sage.
Brookfield, S. 1985. "The continuing educator and self-directed learning in the
community." In New Directions for Continuing Education, by S. Brookfield,
25. San Francisco: Jossey-Bass.
Knowles, Malcolm. 1973. "A Theory of Adult Learning: Adragogy." In The Adult
Learner, by Malcolm Knowles, 27-65. Houston: Gulf Publishing Company.
—. 1973. The Adult Learner: A Neglected Species. Texas: Gulf Publishing Company.

Anda mungkin juga menyukai