Anda di halaman 1dari 9

A.

Asumsi pendidikan andragogy


1. Dalam asumsi dasar tentang konsep andragogi dapat disimpulkan sebagai berikut:
a. Andragogy adalah seni dan ilmu mengajar orang dewasa untuk belajar.
b. Andragogi adalah cara membantu orang dewasa belajar sesuai kebutuhannya.
c. Andragogi adalah upaya memotivasi orang dewasa belajar menggunakan pengalamannya
untuk mencapai pengalaman belajar baru.
seni dan ilmu mengajar, cara membantu orang belajar, dan upaya memotivasi orang untuk
belajar menunjukkan perbuatan yang bersifat pendidikan dan pengajaran. Dalam pembahasan
ini kita akan merujuk konsep metode pendidikan dalam al-Qur’an dan metode Nabi
Muhammad saw.Dalam mengajar hadis kepada para sahabat, serta beberapa konsep ijtihad
ulama dalam mempelajri ajaran Islam. Menurut Malcolm Knowles mengemukakan empat
asumsi pokok andragogi
yaitu: konsep tentang peserta didik, fungsi pengalaman peseta didik, kesiapan
belajar dan orientasi belajar.1
2. Andragogi adalah suatu model proses pembelajaran peserta didik yang terdiri atas orang
dewasa. Andragogi disebut juga sebagai teknologi pelibatan orang dewasa dalam
pembelajaran. Proses pembelajaran dapat terjadi dengan baik apabila metode dan teknik
pembelajaran melibatkan peserta didik. Keterlibatan diri (ego peserta didik) adalah kunci
keberhasilan dalam pembelajaran orang dewasa. untuk itu pendidik hendaknya mampu
membantu peserta didik untuk: (a) mendefinisikan kebutuhan belajarnya, (b) merumuskan
tujuan belajar, (c) ikut serta memikul tanggung jawab dalam perencanaan dan penyusunan
pengalaman belajar, dan (d) berpartisipasi dalam mengevaluasi proses dan hasil kegiatan
belajar. Dengan demikian setiap pendidik harus melibatkan peserta didik seoptimal mungkin
dalam kegiatan pembelajaran.2
3. Ada empat asumsi utama yang membedakan andragogi dan pedagogi, yaitu:
a. Perbedaan dalam konsep diri, orang dewasa memiliki konsep diri yang mandiri dan tidak
bergantung bersifat pengarahan diri.
b. Perbedaan pengalaman, orang dewasa mengumpulkan pengalaman yang makin meluas,
yang menjadi sumber daya yang kaya dalam keaddan belajar.
c. Kesiapan untuk belajar, orang dewasa ingin mempelajari bidang permasalahan yang kini
mereka hadapi dan anggap relevan.
d. Perbedaan dalam orientasi ke arah kegiatan belajar,orang dewasa orientasinya berpusat
pada masalah dan kurang kemungkinannya berpusat pada subyek. 3

4. Pendidikan orang dewasa atau dengan istilah lain Andragogi berasal dari bahasa Yunani
dari kata aner artinya orang dewasa, dan agogos artinya memimpin. Maka secara harfiah
1
Bakri anwar. Fakultas tarbiah dan keguruan universitas alauddin makasar
2
TEORI BELAJAR ANDRAGOGI DAN APLIKAINYA DALAM PEMBELAJARAN Halim K. Malik Fakultas Ilmu
Pendidikan Universitas Negeri Gorontalo
3
Jurnal STRATEGI PEMBELAJARAN PARTISIPATIF BAGI BELAJAR ORANG DEWASA (PENDEKATAN
ANDRAGOGI) Sujarwo
andragogi berarti seni dalam mengajar orang dewasa, berlawanan dengan paedagogi yang
berati seni dan pengetahuan mengajar anak.(Kartini Kartono, 1997;23). Karena pengertian
pedagogi adalah seni atau pengetahuan membimbing atau memimpin atau mengajar anak,
maka apabila menggunakan istilah pedagogi untuk kegiatan pelatihan bagi orang dewasa
jelas tidak tepat, karena mengandung makna bertentangan. Pada awalnya, bahkan hingga
sekarang, banyak praktek proses belajar dalam suatu pelatihan yang ditunjukan kepada orang
dewasa, yang seharusnya bersifat andragogis, dilakukan dengan cara-cara pedagogis. Dalam
hal ini prinsip-prinsip dan asumsi yang berlaku bagi pendidikan anak di anggap dapat
diberlakukan bagi kegiatan pelatihan bagi orang dewasa. 4
5. Pendidikan atau belajar adalah sebagai proses menjadi dirinya sendiri (process of becoming)
bukan proses untuk dibentuk (process of beings haped) menurut kehendak orang lain, maka
kegiatan belajar harus melibatkan individu atau client dalam proses pemikiran apa yang
mereka inginkan, mencari apa yang dapat dilakukan untuk memenuhi keinginan itu,
menentukan tindakan apa yang harus dilakukan, dan merencanakan serta melakukan apa saja
yang perlu dilakukan untuk mewujudkan keputusan itu. Dapat dikatakan disini tugas
pendidik pada umumnya adalah menolong orang belajar bagaimana memikirkan diri mereka
sendiri, mengatur urusan kehidupan mereka sendiri dan mempertimbangkan pandangan dan
interest orang lain. Dengan singkat menolong orang lain untuk berkembang dan matang.
Dalam andragogi, keterlibatan orang dewasa dalam proses belajar jauh lebih besar, sebab
sejak awal harus diadakan suatu diagnosa kebutuhan, merumuskan tujuan, dan mengevaluasi
hasil belajar serta mengimplementasikannya secara bersama-sama. 5

B. Karakteristik belajar orang dewasa


1. Orang dewasa dalam belajar mempunyai ciri atau karakteristik berbeda dengan anak –anak
antara lain karakteristiknya sebagai berikut:
a. Pembelajaran lebih mengarah ke suatu proses pendewasaan,seseorang akan berubah dari
bersifat tergantung menuju ke arah memiliki kemampuan mengarahkan diri sendiri, dan
memerlukan pengarahan diri walaupun dalam keadaan tertentu mereka bersifat tergantung.
b. Karena prinsip utama adalah memperoleh pemahaman dan kematangan diri untuk bisa
survive, maka pembelajaran yang lebih utama menggunakan eksperimen, diskusi, pemecahan
masalah, latihan, simulasi dan praktek lapangan.
c. Orang dewasa akan siap belajar jika materi latihanya sesuai dengan apa yang ia rasakan
sangat penting dalam memecahkan masalah kehidupanya, oleh karena itu menciptakan
kondisi belajar, alat-alat, serta prosedur akan menjadikan orang dewasa siap belajar. Dengan
kata lain program belajar harus disusun sesuai dengan kebutuhan kehidupan mereka yang
sebenarnya dan urutan penyajian harus disesuaikan dengan kesiapan peserta didik

4
Oleh. Sunhaji Doktor Ilmu Pendidikan, Alumnus Universitas Sebelas Maret Surakarta Dosen
Pascasarjana dan Jurusan Tarbiyah STAIN Purwokerto
5
KONSEP DAN METODE PEMBELAJARAN UNTUK ORANG DEWASA (ANDRAGOGI)
Oleh: Drs. Asmin, M. Pd Staf Pengajar Unimed Medan (Sedang mengikuti Program Doktor di PPS UNJ
Jakarta)
d. Pengembangan kemampuan di orientasikan belajar terpusat kepada kegiatanya. Dengan kata
lain cara menyusun pelajaran berdasarkan kemampuan-kemampuan apa atau penampilan
yang bagaimana yang diharapkan ada pada peserta didik (Tisnowati Tamat, 1985 :20-22 ) 6

2. a. Memiliki keahlian dalam mengelola pembelajaran. Fungsi utama dari seorang tutor
(fasilitator) dalam kegiatan yang bersifat andragogi adalah mengatur dan membimbing proses
andragogi itu sendiri, ketimbang mengatur isi pelajaran sebagaimana halnya dalam pedagogi.
Isi kegiatan belajar secara andragogi sangat beraneka ragam tergantung pada sumber-sumber
belajar serta minat atau kebutuhan peserta didik. Sedangkan fasilitator tidak diperlukan
sebagai ahli dalam isi pelajaran, tetapi diperlukan sebagai proses andragogi itu berjalan
secara efektif.
b. Memiliki banyak pengalaman hidup dan mampu membaca situasi. Seorang pelatih harus
mampu membaca situasi perilaku dari peserta pelatihan untuk mengarahkan pada tujuan
tersebut. Hal ini didasari prinsip-prinsip teori perilaku bahwa prinsip yang paling penting dari
teori belajar perilaku ialah perilaku berubah menurut konsekuensi-konsekuensi berlangsung. 7

3. a. perbedaan orientasi terhadap pendidikan dan Belajar


b. akumulasi pengalaman
c. kecenderungan khusus8
4. a. Orang dewasa telah memiliki lebih banyak pengalaman hidup.Menghubungkan
pengalaman-pengalaman dengan konsep-konsep yang ingin dipelajari serta menjadikan
pengalaman sebagai sumber pembelajaran. oleh karena itu metode yang digunakan berfokus
pada diskusi dan aplikasi materi.
b. Orang dewasa memiliki motivasi yang tinggi untuk belajar.Hal ini dikarenakan ingin
mendapat pekerjaan yang lebih baik. Tujuan mereka lebih nyata bahwa apa yang mereka
pelajari haruslah dapat diaplikasikan.
c. Orang dewasa telah memiliki banyak peran dan tanggung jawab.Banyaknya peran dan
tanggung jawab menyebabkan waktu belajar orang dewasa terbatas. Oleh Karen itu,
pendidikan orang dewasa penting untuk dapat memahami persaingan penggunaan waktu.
d. Kurang percaya pada kemampuan diri untuk belajar kembali.Terkadang orang dewasa
enggan untuk melibatkan diri dalam aktivitas dalam pendidikan orangn dewasa mungkin
disebabkan oleh factor fisik atau kepercayaan masyarakat yang keliru.
6
KONSEP PENDIDIKAN ORANG DEWASA Oleh. Sunhaji Doktor Ilmu Pendidikan, Alumnus
Universitas Sebelas Maret Surakarta, Dosen Pascasarjana dan Jurusan Tarbiyah STAIN
Purwokerto

7
Mustofa Kamil, “Teori Andragogi,” dalam Ibrahim, R. Ilmu dan Aplikasi Pendidikan (Bandung:
Imperial Bhakti Utama, 2007),
8
Ilmu dan aplikasi pendidikan, pt. imtina , soedijarto, hal. 384
e.  Orang dewasa lebih beragama dari pada orang dewasa.Setiap individu berbeda dalam
kemampuan serta kesiapannya menghadapip kelompok-kelompok belajar. Hal tersebut dapat
dimanfaatkan dengan pertukaran pengalaman.

5. A. Orang dewasa ingin dan berkecenderungan bertindak sesuai dengan keinginan sendiri
apabila mereka semakin matang, walaupun ada saatnya mereka bergantung pada orang lain.
b. Orang dewasa perlu belajar melalui pengalaman.
c. Orang dewasa belajar berdasarkan pemusatan masalah. Orang dewasa sadarakan
kebutuhan pembelajaran secara khusus melalui masalah-masalah kehidupan yang
sebenarnya.
d. Orang dewasa belajar dengan lebih berkesan apabila topic itu bernilai. Orang dewasa
belajar bersungguh-sungguh bagi menguasai suatu pengetahuan ataupun keterampilan bagi
kebutuhan hidup.9
C. Prinsip belajar orang dewasa
1. Prinsip-prinsip mengajar orang dewasa merupakan bagian pokok dalam pendidikan orang
dewasa adalah sebagai berikut:
a. Peserta didik hendaknya mengerti dan menyetujui terhadap tujuan suatu kegiatan pendidikan/
kursus.
b. Peserta didik hendaknya mau untuk belajar
c. Menciptakan situasi yang bersahabat dan tidak formal
d. Penataan ruangan hendaknya menyenangkan para peserta
Selain prinsip-prinsip tersebut di atas, terdapat juga prinsip yang
hampir-hampir mirip dengan prinsip di atas, antara lain:
a. Recency, hukum ini menunjukan bahwa sesuatu yang dipelajari atau diterima pada saat
terakhir adalah yang paling banyak diingat peserta, maka berkaitan dengan materi perlu
adanya ringkasan/ kata kunci dan memberikan review di awal sesi di hari / waktu lain
b. Appropriatenes (kesesuaian), prinsip ini menunjukan perlunyamateri-materi yang sesuai
dengan kebutuhan peserta, termasukmateri-materi baru harus ada keterkaiatnya dengan
materi/pengalaman peserta didik
c. Motivation, prinsip ini peserta hendaknya memiliki rasa keinginan yang dalam, jika fasilitator
tidak menggunakan prinsip ini dan mengabaikan untuk membuat materi yang relevan, maka
akan secara pasti akan kehilangan motivasi
d. Primacy (menarik perhatian di awal sesi),hal-hal yang pertama bagi peserta didik biasanya
dipelajari dengan baik, demikian juga dengan kesan pertama atau serangkaian informasi yang
diperoleh dari pelatih betul-betul sangat penting.
e. Two Way Communication (komunikasi dua arah), prinsip ini menghendaki proses belajar
yang timbal balik, sehingga pembelajaran bukan otoritas fasilitator.

9
Artikel Andragogi-Pembelajaran Orang dewasa oleh Studi ilmu editor
f. Feedback, prinsip ini menghendaki fasilitator perlu mengetahui bahwa peserta mengikuti dan
tetap menaruh perhatian pada apa yang disampaikan, dan juga sebaliknya peserta juga
membutuhkan umpan balik sesuai dengan penampilan / kenerja mereka
g. Active Learning (belajar aktif), prinsip ini menghedndaki peserta akan giat belajar jika
mereka secara aktif terlibat dalm proses pelatihan, sebagaimana kata John Dewy Learning by
doing
h. Muliple –Sense Learning, prinsip ini mengatakan bahwa belajar akan jauh lebih efektif jika
partisipan menggunakan lebih dari kelima indranya.
i. Exercise (latihan), prinsip ini menghendaki perlunya di ualngulang
dalam pelatihan.10
2. 1. Setiap individu hidup dalam dunia pengalaman yang selalu berubah dimana dirinya sendiri
adalah sebagai pusat, dan semua orang mereaksi seperti dia mengalami dan mengartikan
pengalaman itu. Ini berarti bahwa dia menekankan bahwa makna yang datang dari makna
yang dimiliki. Dengan begitu, belajar adalah belajar sendiri dan yang tahu seberapa jauh dia
telah menguasai sesuatu yang dipelajari adalah dirinya sendiri. Dengan hipotesa semacam ini
maka dalam kegiatan belajar, keterlibatan siswa secara aktif mempunyai kedudukan sangat
penting dan mendalam.
2. Seseorang belajar dengan penuh makna hanya apabila sesuatu yang dia pelajari bermanfaat
dalam pengembangan struktur dirinya. Hipotesa ini menekankan pentingnya program belajar
yang relevan dengan kebutuhan siswa, yaitu belajar yang bermanfaat bagi dirinya. Dan
tentunya ia akan mempersoalkan kebiasaan belajar dengan mata pelajaran yang dipaksakan
atas dirinya, sehingga seolah-olah dirinya tidak berarti.
3. Struktur dan organisasi diri kelihatan menjadi kaku dalam situasi terancam, dan akan
mengendorkan apabila bebas dari ancaman. Ini berarti pengalaman yang dianggap tidak
sesuai dengan dirinya hanya dapat diasimilasikan apabila organisasi diri itu dikendorkan dan
diperluas untuk memasukkan pengalaman itu. Hipotesa ini menunjukkan realitas bahwa
belajar kerap kali menimbulkan rasa tidak aman bagi siswa (siswa merasa tertekan). Untuk
itu, dianjurkan pentingnya pemberian iklim yang aman, penerimaan, dan saling bantu dengan
kepercayaan dan tanggung jawab siswa.
4. Perbedaan persepsi setiap siswa diberikan perlindungan. Ini berarti di samping perlunya
memberikan iklim belajar yang aman bagi siswa juga perlu pengembangan otonomi individu
dari setiap siswa. 11
3. Dalam menggunakan pembelajaran berbasis andragogi perlu memperhatikan prinsip-prinsip
dan strategi pembelajaran orang dewasa. Prinsipprinsip tersebut adalah sebagai berikut:

10
KONSEP PENDIDIKAN ORANG DEWASA Oleh. Sunhaji Doktor Ilmu Pendidikan, Alumnus
Universitas Sebelas Maret Surakarta, Dosen Pascasarjana dan Jurusan Tarbiyah STAIN
Purwokerto
11
KONSEP DAN METODE PEMBELAJARAN UNTUK ORANG DEWASA (ANDRAGOGI)
Oleh: Drs. Asmin, M. Pd Staf Pengajar Unimed Medan (Sedang mengikuti Program Doktor di PPS UNJ
Jakarta)
1. Orang dewasa memiliki konsep diri. Orang dewasa memiliki persepsi bahwa dirinya
mampu membuat suatu keputusan, dapat menghadapi resiko sebagai akibat keputusan yang
diambil, dan dapat mengatur kehidupannya secara mandiri. Harga diri amat penting bagi
orang dewasa, dan ia memerlukan pengakuan orang lain terhadap harga dirinya. Perilaku
yang terkesan menggurui, cenderung akan ditanggapi secara negatif oleh orang dewasa.
Implikasi praktis dalam pembelajaran, apabila orang dewasa dihargai dan difasilitasi oleh
pendidik, maka mereka akan melibatkan diri secara optimal dalam pembelajaran. Kegiatan
belajarnya akan berkembang ke arah belajar antisipatif (berorientasi ke masa depan) dan
belajar secara partisipatif (bersama orang lain) dengan berpikir dan berbuat di dalam dan
terhadap dunia kehidupannya.
2. Orang dewasa memiliki akumulasi pengalaman. Setiap orang dewasa mempunyai
pengalaman situasi, interaksi, dan diri yang berbeda antara seorang dengan yang lainnya
sesuai dengan perbedaan latar belakang kehidupan dan lingkungannya. Pengalaman situasi
merupakan sederet suasana yang dialami orang dewasa pada masa lalu yang dapat digunakan
untuk merespons situasi saat ini. Pengalaman interaksi menyebabkan pertambahan kemahiran
orang dewasa dalam memadukan kesadaran untuk melihat dirinya dari segi pandangan orang
lain. Pengalaman diri adalah kecakapan orang dewasa pada masa kini dengan berbagai situasi
masa lalu. Implikasi praktis dalam pembelajaran, orang dewasa akan mampu berurun rembug
berdasarkan pengalaman yang telah dimilikinya. Pengalaman biasa dapat dijadikan sumber
yang kaya untuk dimanfaatkan dalam pembelajaran. Orang dewasa mempelajari sesuatu
yang baru cenderung dimaknai dengan menggunakan pengalaman lama. Sejalan dengan itu,
peserta didik orang dewasa perlu dilibatkan sebagai sumber pembelajaran. Pengenalan dan
penerapan konsep-konsep baru akan lebih mudah apabila berangkat dari pengalaman yang
dimiliki orang dewasa.
3. Orang dewasa memiliki kesiapan belajar. Kesiapan belajar orang dewasa akan seirama
dengan peran yang ia tampilkan baik dalam masyarakat maupun dalam tugas/pekerjaan.
Implikasinya urutan program pembelajaran perlu disusun berdasarkan urutan tugas yang
diperankan orang dewasa, bukan berdasarkan urutan logis mata pelajaran. Penyesuaian
materi dan kegiatan belajar perlu direlevansikan dengan kebutuhan belajar dan
tugas/pekerjaan peserta didik orang dewasa. 12
4. Menurut Mukhlis, prinsip pendidikan orang dewasa juga digunakan sebagai landasan untuk
mengimplementasikan konsep pendidikan kritis yang memiliki identias sebagai berikut:
a). Belajar dari realitas atau pengalaman.
b). Tidak Menggurui. Semua orang yang terlibat dalam proses pendidikan diperlakukan
sama, pendidik adalah sekaligus peserta didik.
c). Dialogis. Proses pendidikan yang berlangsung bukan lagi proses belajarmengajar yang
bersifat satu arah, melainkan proses komunikasi dalam berbagai bentuk kegiatan seperti
diskusi kelompok, bermain peran, dan sebagainya.

12
Djudju Sudjana, “Andragogi Praktis,” dalam R. Ibrahim, Ilmu dan Aplikasi Pendidikan (Bandung:
Imperial Bhakti Utama, 2007), vol. 2,
d). Rangkai-ulang (Rekonstruksi). Mengurai kembali rincian, seperti fakta, unsurunsur,
urutan kejadian, dan sebagainya dari realita tersebut.
e). Ungkapan. Setelah tahap mengalami, tahap berikutnya adalah proses mengungkapkan
dengan cara menyatakan kembali apa yang sudah dialaminya, bagaimana tanggapan, kesan
atas pengalaman tersebut.
f). Kaji-urai (analisis). Mengkaji sebab-sebab dan kemajemukan kaitan-kaitan permasalahan
yang ada dalam realitas tersebut, yakni tatanan, aturan-aturan, sistem yang menjadi akar
permasalahannya.
g). Kesimpulan.
h). Tindakan. Merupakan fase akhir dari proses pendidikan kritis, yakni memutuskan dan
melaksanakan tindakan-tindakan baru yang lebih baik berdasarkan hasil pemahaman atas
realitas tersebut, sehingga sangat memungkinkan untuk menciptakan realitas-realitas baru
yang lebih baik. Langkah ini lebih bisa dimanifestasi dengan cara merencanakan tindakan
dalam penerapan prinsip-prinsip yang telah disimpulkan. 13
5. prinsip pembelajaran yang dikemukakan Knowles sebagai berikut: 1. Menyingkapkan
kemungkinan baru kepada peserta belajar untuk pemenuhan kebutuhan sendiri; 2.
Membantu peserta belajar mengungkapkan aspirasi mereka sendiri; 3. Membantu peserta
belajar mendiagnosis masalah yang dihadapinya; 4. Membantu peserta belajar
mengidentifikasi masalah kehidupan yang diakibatkan oleh kebutuhan belajar mereka; 5.
Mengusahakan kondisi fisik yang kondusif bagi orang dewasa yang belajar; 6. Menerima
dan memperlakukan peserta belajar sebagai manusia yang memiliki harga diri; 7. Berusaha
membina hubungan kepercayaan dan kerja sama di antara sesama peserta belajar; 8.
Menjadi rekan sepembelajaran dalam lingkup semangat gemar meneliti; 9. Melibatkan
peserta belajar untuk saling membantu dalam proses perumusan tujuan belajar; 10. Berbagi
metode yang potensial di antara sesama peserta belajar untuk mencapai tujuan ini. 14
D. Hukum belajar orang dewasa
1. Ada beberapa hukum belajar orang dewasa yaitu :
a. Hukum pengalaman sebelumnya atau law of previous experience. Pembelajaran atau aktivitas
belajar baru harus dikaitkan dengan dan dibangun dari pengalaman pelajar (new learning
should be linked to and build upon the experiences of the learner).
b. Hukum relevansi atau law of relevance. Belajar yang efektif adalah pembelajar yang relevan
dengan kehidupan dan pekerjaan yang akan dimasuki oleh peserta didik setelah memasuki
dunia kerja.
c. Hukum arah-diri atau law of self-direction. Kebanyakan orang dewasa mengarahkan diri
sendiri untuk belajar atau menjadi pelajar sebagai pengarah diri sendiri dalam rangka

13
Mukhlis, “Pendidikan Pembebasan dalam Pandangan Mansour Fakih” dalam Mukhrizal Arif, dkk,
Pendidikan Pos Modernisme: Telaah Kritis Pemikiran Tokoh Pendidikan (Yogyakarta: Ar-Ruzz Media,
2014)
14
Anisah Basleman dan Syamsu Mappa, Teori Belajar Orang Dewasa (Bandung: Remaja Rosdakarya,
2011),
melakukan perbuatan belajar. Orang dewasa lebih dominan belajar karena kemauannya
sendiri.
d. Hukum harapan atau law of expectations. Reaksi peserta didik terhadap sebuah sesi pelatihan
dibentuk oleh harapan mereka dalam kaitannya dengan konten mata pelajaran, format
pelatihan, peserta dan pelatih atau guru.
e. Hukum citra diri peserta didik atau law of self image. Orang atau siswa dewasa memiliki
pencitraan tertentu tentang dirinya sendiri atau tipe jenis apa dirinya. 15
2. Andragogi memandang, bahwa dalam memacu tumbuhnya dewasa dalam belajar diperlukan
terciptanya belajar sepanjang hayat, terutama dalam pengembangan hasrat, minat,
kebutuhanm motivasi dan kemampuan lainnya.
a. Desire to learn
Seperti diuraikan pada bagian awal buku ini, orang dewasa dalam melakukan kegiatan belajar
didorong oleh beberapa alasan.
b. Ability to learn
Ahli-ahli psikologi kognitif seperti Bruner, Ausabel, Piaget dan lainnya percaya bahwa
kesadaran dalam diri individu memainkan peran penting dalam belajar.
c.Means to learn
Means to learn memberikan dukungan kuat bagi peserta didik dalam menghadapi kehidupan
yang lebih kompleks, belajar dapat dikonsepkan lebih luas lagi sebagai suatu proses
pemenuhan kebutuhan hidup
d. Need to learn
Belajar dalam konsepsi belajar sepanjang hayat merupakan suatu kebutuhan. Dengan alasan
kebutuhan.16
E. Metode belajar orang dewasa
1. Metode ceramah
a. Metode ceramah adalah metode penyampaian materi pelajaran kepada siswa dengan cara
penuturan lisan secara langsung yang didengar oleh peserta didik, baik dalam skala kecil atau
pun jumlah besar.
b. Metode diskusi atau musyawarah adalah salah satu cara yang dapat digunakan dalam
menyelesaikan masalah yang menyangkut untuk kebutuhan dan kepentingan bersama.
Metode diskusi merupakan sebuah metode yang menyajikan pelajaran melalui proses
pemikiran kritis dan teliti tentang suatu masalah tertentu dengan jalan bertukar pikiran.
c. Metode demonstrasi atau eksperimen. Metode demonstrasi adalah metode mengajar dengan
menggunakan media atau alat peraga untuk menjelaskan suatu konsep atau materi pelajaran
tertentu, atau untuk memperlihatkan bagaimana melakukan dan jalannya suatu proses kepada
siswa. Jika demonstrasi penekanannya terletak pada memperagakan bagaimana jalannya
proses tertentu, maka eksperimen adalah melakukan percobaan atau mempraktikkan secara
langsung atau dengan cara meneliti dan mengamati dengan teliti. 17

15
Sutomo, Hikmat dan Tumpal, Modul Pelatihan Dan Pedoman Praktis Perencanaan Partisipatif,
16
Jurnal Oleh Mustofa Kamil
17
KONSEP PENDIDIKAN ORANG DEWASA Oleh. Sunhaji Doktor Ilmu Pendidikan, Alumnus
Universitas Sebelas Maret Surakarta, Dosen Pascasarjana dan Jurusan Tarbiyah STAIN
2. metode pembelajaran untuk orang dewasa adalah luwes, terbuka, dan partisipatif. Luwes
adalah dapat dimodifikasi dalam penggunaannya. Terbuka maksudnya dapat menerima
masukan untuk perubahan dan pengembangan metode. Partisipatif berarti bahwa peserta
didik diikutsertakan dalam perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi pembelajaran. Model
pembelajaran yang dipandang cocok dengan karakteristik metode pembelajaran adalah model
pembelajaran partisipatif. Dalam andragogi, pembelajaran partisipatif adalah upaya pendidik
melibatkan peserta pelatihan dalam perencanaan, pelaksanaan, dan penilaian. Pembelajaran
partisipatif didasari oleh prinsip-prinsip: (1) berdasarkan kebutuhan belajar (learning-needs
based), (2) berorientasi pada pencapaian tujuan (goals and objectives oriented), (3) berpusat
pada peserta pelatihan (participants centered), dan (4) Belajar berdasarkan pengalaman atau
mengalami (experiential learning).18
3. Pembelajaran berbasis masalah merupakan sebuah pendekatan pembelajaran yang
menyajikan masalah kontekstual sehingga merangsang peserta didik untuk belajar. Dalam
kelas yang menerapkan pembelajaran berbasis masalah, peserta didik bekerja dalam tim
untuk memecahkan masalah dunia nyata (real world). Pembelajaran Berbasis Proyek
(Project Based Learning=PBL) adalah metoda pembelajaran yang menggunakan
proyek/kegiatan sebagai media. Peserta didik melakukan eksplorasi, penilaian, interpretasi,
sintesis, dan informasi untuk menghasilkan berbagai bentuk hasil belajar. 19
4. 1) menciptakan iklim untuk belajar, 2) menyusun suatu bentuk perencanaan kegiatan secara
bersama dan saling membantu, 3) menilai atau mengidentifikasikan minat, kebutuhan dan
nilai-nilai, 4) merumuskan tujuan belajar, 5) merancang kegiatan belajar, 6) melaksanakan
kegiatan belajar dan 7) mengevaluasi hasil belajar (menilai kembali pemenuhan minat,
kebutuhan, dan penacpaian nilai-nilai). Dengan ketujuh langkah tersebut, maka andragogy
dapat dipandang sebagai suatu model sistem belajar “feed back loop” (gelung umpan balik).
Dalam pengertian ini andragogi dapat dipandang sebagai suatu proses perkembangan yang
berkelanjutan untuk belajar orang dewasa. 20

Purwokerto
18
Djudju Sudjana, “Andragogi Praktis,” dalam R. Ibrahim, Ilmu dan Aplikasi Pendidikan (Bandung:
Imperial Bhakti Utama, 2007), vol. 2,
19
IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN ORANG DEWASA PADA MAHASISWA PENDIDIKAN LUAR
SEKOLAH FKIP UNTIRTA Irwan Djumena University of Sultan Ageng Tirtayasa
20
Jurnal Oleh Mustofa Kamil

Anda mungkin juga menyukai