Anda di halaman 1dari 9

ANDRAGOGI, HEUTAGOGI DAN PARAGOGI

oleh:
DEDE N. ZOHARI, M.Pd
PENGAWAS SMK
ANDRAGOGI, HEUTAGOGI DAN PARAGOGI
•••

Pembelajaran orang dewasa menjadi lebih marak setelah adanya situasi Covid-19,
bukan hanya sekedar sharing informasi yang belakangan banyak dibumbui hoax
tetapi lebih kepada pendekatan ilmiah dimana berbagi informasi dilakukan melalui
teleconfrence menggunakan berbagai aplikasi online. Tidak sedikit guru-guru muda
yang bersemangat berbagi pengetahuan menjadi kecewa karena peserta menjadi
semakin berkurang padahal dia menganggap bahwa ilmu yang akan di tebarkanya
sangat bermanfaat bagi pembelajaran peserta didik pada saat ini. Para guru merasa
sudah tulus ikhlas dalam berbagi pengalaman bahkan dalam setiap pertemuan pun
selalu rendah hati dengan mengucapkan kalimat “Bpk/ibu saya tidak bermaksud
mengajari, ini hanya sekedar berbagi mudah mudahan ada manfaat bagi pendidikan
anak didik kita”.

Fenomana lain adalah kecenderungan para kepala sekolah untuk kompetensi


supervisinya, lebih suka dengan mendelegasikan tugas supervisi kepada guru yang
dianggap sudah pantas. Padahal guru senior sekalipun belum memperoleh konsep,
teori baik tentang metodologi, teknik strategi dan model supervisi bahkan teori
pembelajaran orang dewasa. Sehingga alih alih supervisi sebagai bantuan profesional
malah menjadi rutinitas tanpa makna karena supervisi yang diketahuinya hanya class
visit dengan memeriksa administrasi pembelajaran diawal, observasi pembelajaran
dan mengarahkan pada akhir pertemuan. Permasalahan yang paling substansi pada
supervisi akademik itu sendiri yaitu andragogi malah luput dari perhatian.

Maka pada kesempatan kali ini tidak ada salahnya jika penulis mengajak pembaca
untuk merenung tentang pembelajaran orang dewasa yaitu dengan mencoba
menggali konsep andragogi, heutagogi dan paragogi. Parameter yang digunakan
untuk membedakan ketiga pendekatan tersebut adalah independensi,sumber belajar,
alasan untuk belajar, fokus pembelajaran, motivasi dan peran guru. Diharapkan
setelah menelaah tulisan ini pada setiap vicon yang ditawarkan melalui flyer

1
ANDRAGOGI, HEUTAGOGI DAN PARAGOGI
•••

pesertanya banya, begitu juga guru-guru senior disukai oleh junior pada ketika
memperoleh tugas mensupervisinya.

1. Andragogi
Knowles dalam Aspel (2003: 1) mendefinisikan andragogy sebagai seni dan sains
membantu orang dewasa belajar. Seni berkaitan dengan rasa dan keindahan
dibangun oleh otak kanan sedangkan sains berhubungan dengan logika, pola-pola
tertsruktur dan sistematis, dibangun oleh otak kiri. Kedua bahan dasar pembangun
andragogy ini harus menyatu dalam kaidah bantuan bukan instruksi ataupun transfer
ilmu. Bantuan itu tidak bersifat superior namun inferior, hadir manakala dibutuhkan.
Subjek dari bantuan adalah orang dewasa yaitu orang yang sudah banyak
mengetahui, mengalami, merasakan dan menjalani kehidupan yang tentu saja
berbagai disiplin ilmu pengetahuan sudah disinkronkan dengan karakternya.
Selwa Alkadhi (2004:5)2 mengungkapkan karakteristik bagaimana orang dewasa
belajar yaitu dalam pembelajaran, orang dewasa mengambil tanggung jawab. Dalam
perfektif orang dewasa keberhasilan pembelajaran tidak hanya ditentukan oleh
catatan instruktur saja.
a. independensi,
Orang dewasa memiliki kebebasan secara otonom untuk mengarahkan dirinya dalam
belajar. Orang dewasa menentukan sendiri subjek apa yang dirasa masih kurang
kompeten dan ingin mencapainya dengan cara yang diinginkanya. Karena pada
dirinya sudah jelas motivasi, orientasi belajar, pengalaman yang dimilikinya sebagai
bekal serta kesiapanya sejauh mana.
b. sumber belajar,
Sumber belajar orang dewasa bisa berasal dari pengelamanya atau pengalaman
orang lain. Pada saat ini kalau secara teoritik sangat banyak sumber belajar baik
bacaan ataupun audio visual. Sehingga sering ketika ada acara vicon tentang suatu
tema misalkan narasumber ingin memperkenalkan suatu aplikasi tertentu, maka tidak
sedikit orang dewasa cukup melihat nama aplikasi kemudian secara otodidak

2
ANDRAGOGI, HEUTAGOGI DAN PARAGOGI
•••

mempelajari sendiri dihubungkan dengan pekerjaanya. Begitu juga seorang supervisor


jika supervisee nya memang mahir dalam bidang IT tidak perlu diajari cukup difasilitasi,
dipersuasi dan di motivasi untuk mempelajari aplikasi tersebut maka supervisee akan
bertanggung jawab belajar dengan sendirinya.
c. alasan untuk belajar,
Orang dewasa hanya akan belajar jika menurut pengalamanya memerlukan ilmu
pengetahuan atau keterampilan yang akan diajarkan oleh instruktur. Jika menurut
pengalamanya tidak diperlukan secara praktis untuk efektifitas dan efisiensi, tentu saja
tidak akan mau belajar materi tersebut. Jadi perlu menyampaikan banyak untung rugi
terhadap suatu materi yang akan disampaikan.
d. fokus pembelajaran,
Pembelajaran orang dewasa berupa penugasan atau berpusat pada masalah,
masalah-masalah yang diberikan sangat erat kaitanya dengan kepentingan
keseharian pekerjaan orang dewasa.
e. motivasi dan peran instruktur
Motivasi muncul dari dalam diri yang diakibatkan dari peningkatan harga diri dan
pengakuan akan hadir dari kesuksesan penampilan. Dengan demikian pada
pembelajaran orang dewasa bukan tidak perlu banyak pujian dan pembangkitan
motivasi secara verbal namun lebih kepada pemberian kesempatan agar yang
bersangkutan bisa lebih sering menampilkan performance terbaiknya sehingga
dengan sendirinya terbangun motivasi yang kuat.

2. Heutagogi
Muiz (2007:12)3 mengungkapkan bahwa Heutagogi adalah self determined learning
atau pembelajaran yang ditentukan sendiri. Heutagogi merupakan perluasan dari
metode pembelajaran andragogi dan pedagogi. Dalam Heutagogy, pelajar adalah
agen utama dalam perolehan pengetahuan dan orang yang tepat untuk memulai
proses pembelajaran. Kata kunci yang paling cocok untuk menjelaskan heutagogi
adalah belajar melalui pengalaman sendiri.

3
ANDRAGOGI, HEUTAGOGI DAN PARAGOGI
•••

Senada dengan Muis, Hase, S. and Kenyon, C. (2000) menyampaikan bahwa :


“Heutagogy is the study of self-determined learning … It is also an attempt to challenge some
ideas about teaching and learning that still prevail in teacher centred learning and the need
for, as Bill Ford (1997) eloquently puts it ‘knowledge sharing’ rather than ‘knowledge hoarding’.
In this respect heutagogy looks to the future in which knowing how to learn will be a
fundamental skill given the pace of innovation and the changing structure of communities and
workplaces.”

Atau kira kira terjemahan bebasnya adalah “Heutagogy adalah studi tentang belajar yang
ditentukan sendiri, Hal ini merupakan upaya untuk menentang beberapa gagasan tentang
pengajaran dan pembelajaran yang masih berpusat pada guru, sebagaimana yang
dikatakan Bill Ford (1997) yang mengungkapkan bahwa pembelajaran harus lebih kepada
'berbagi pengetahuan' daripada 'transfer pengetahuan'. Dalam hal ini Heutagogi melihat ke
masa depan di mana mengetahui cara belajar akan menjadi keterampilan mendasar
mengingat laju inovasi dan perubahan struktur komunitas dan tempat kerja."
Pada masa Covid-19 ini maraknya vicon merupakan sarana berbagi antara satu guru
dengan guru lainya yang biasanya masing masing sudah terhimpun dalam komunitas
komunitas tertentu. Pembicaraan cenderung musiman dalam arti ramainya sosial
masyarakat sedang dimana ke arah itulah berbagai sharing diarahkan misalnya
pembelajaran daring saat covid-19 ini menjadi trend yang tidak bisa dipungkiri.
Pendidika ramai membicarakan berbagai aplikasi pembelajaran berbasis daring.
Dengan banyaknya flyer yang beredar pendidik yang akan menerima sharing
menentukan konten apa yang disukai dan diikuti dalam acara vicon yang dipelopori
oleh seamolec pada awal mulanya itu.
Kondisi demikian seharusnya manjadi sama dengan paradigma supervisi yang
dilaksanakan oleh guru senior kepada juniornya. Beberapa guru senior sebaiknya selain
mengusai seluruh model atau metode supervisi juga memiliki kepakaran pada satu
atau dua jenis metode supervsisi untuk kemudian sharing secara terjadwal melalui FGD
dengan rekan supervisor lainya.
a. Keterikatan ,
Pembelajar Heutagogi bebas, mereka meindentifikasi potensi pengalaman baru
sebagai hal yang biasa, mereka dapat mengelola pembelajaranya sendiri.
Sesungguhnya pembelajar akan sangat tertarik kepada sesuatu yang baru,

4
ANDRAGOGI, HEUTAGOGI DAN PARAGOGI
•••

menantang dan memberikan sudut pandang lain dari pengalaman yang sudah
diperolehnya. Oleh karen itu pada pendidikan dan latihan sejatinya di setiap awal
sebelum dimulai ada istilah Training Need Assesment (TNA) yaitu untuk mengetahui
apa yang sudah dipelajari, apa yang belum pernah dipelajari serta apa saja yang
dirasa sangat perlu untuk dipelajari saat itu. Dari TNA tersebut kemudia di rekapitulasi
konten apa yang paling banyak dibutuhkan oleh peserta Diklat. Tanpa ada TNA Diklat
terhadap orang dewasa akan hambar dan cenderung formalitas.
b. sumber belajar,
Alternatif Sumber belajar pada Heutagogi diberikan oleh instruktur namun pembelajar
yang menentukan jalan mencapai tujuan pembelajaran melalui negosiasi. Seperti
halnya pada Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan (PKB) seorang guru yang
sudah mengetahui dimana kekuranganya dan sekolah menyediakan fasilitas
pemenuhan tersebut seperti buku di perpustakaan, laboratorium komputer, Wifi, guru
senior pembimbing, IHT/Workshop namun seharusnya guru yang bersangkutan yang
menentukan dengan jalan apa akan memperoleh kompetensi yang dirasa masih
kurang. Pada saat ini ketika ada IHT/Workshop seluruh guru harus mengikuti tidak peduli
apakah guru tersebut pada tingkatan mana pemahamanya terhadap materi Diklat
tersebut.
c. alasan untuk belajar,
Pembelajaran tidak penting direncanakan secara linerar, pembelajaran tidak penting
juga didasarkan kepada kebutuhan namun lebih kepada identifikasi potensi situasi
baru. Sangat beda pada pembelajaran paedagogi pembelajaran difokuskan pada
konten yang akan dikaji sehingga segala sesuatu cenderung selalu dikembalikan
kepada rencana pembelajaran yang berbasis pada pencapaian kompetensi. Namun
pada Heutagogi pembelajaran lebih mengalir, fokusnya justru dicari selama awal
pembelajaran dengan mengidentifikasi situasi yang paling baru, lebih praktis, lebih
efisien sebagai pengalaman baru.
d. fokus pembelajaran,

5
ANDRAGOGI, HEUTAGOGI DAN PARAGOGI
•••

Pembelajar dapat memecahkan masalah pembelajaran secara proaktif. Pembelajar


menggunakan pengalamanya sendiri dan pengalaman orang lain serta
pengolahanya melalui refleksi, telaah lingkungan, interaksi sosial dan proaktif sebaik
mungkin untuk memecahkan berbagai persoalan. Pada intinya pembelajar tidak
hanya an sich mempelajari konten materi pembelajaran namun dari perenungan dan
interaksi dengan pembelajar yang lain diolah bersama pengalamanya sehari hari akan
mengasilkan berbagai ilmu dan pengetahuan serta pengalaman baru yang tentunya
bermanfaat dalam pemecahan berbagai persoalan.
e. motivasi dan peran instruktur
Efikasi diri, pengetahuan bagaimana belajar, kreatifitas, kemampuan untuk
menggunakan kualitas terkini untuk bekerjasama dengan orang lain. Efikasi Diri
adalah suatu keyakinan atau kepercayaan diri individu mengenai kemampuannya
untuk mengorganisasi, melakukan suatu tugas, mencapai suatu tujuan,
menghasilkan sesuatu dan mengimplementasi tindakan untuk mencapai
kecakapan tertentu. Semakin tinggi efikasi diri seseorang semakin tinggi juga
motivasi untuk mempelajari sesuatu dengan syarat seluruh kepentinganya akan
terpenuhi dengan pembelajaran tadi. Permasalahanya bagaiman instruktur bisa
menstimulasi agar potensi pembelajar bisa terpantik.

3. Paragogy
Menurut Joseph Cornelli dan Charless Jefrey Danoff, Paragogi berasal dari para
diartikan alongside atau disamping dan gogy dari kata agogos yang berarti leading
atau memimpin. Secara tersurat keduanya mengatakan bahwa: “Peer learning is an
educational practice in which students interact with other students to attain
educational goals.” Dalam terjemahan bebasnya dapat diartikan bahwa
Pembelajaran sebaya adalah praktik pendidikan di mana siswa berinteraksi dengan
siswa lain untuk mencapai tujuan pendidikan.”

6
ANDRAGOGI, HEUTAGOGI DAN PARAGOGI
•••

Menurut Vygotsky dalam Amin terdapat lima prinsip dalam paragogy ini yaitu: hak
bicara, hak didengarkan, hak mendengar, hak kerjasama dalam pilihan proliferasi dan
hak memimpin bersama dalam pengambilan keputusan.
a. Keterikatan,
Pembelajaran melalui paragogi mimiliki derajat kebebasan yang besar. Tidak ada
istilah guru dan siswa tapi lebih kepada partner sebaya. Pembelajaran melalui
paragogi adalah meta-learning setelah selesai percakapan seseorang boleh jadi
tidak merasa sudah belajar dan memperoleh banyak pengetahuan namun pada
bawah sadarnya sudah terkonstruk konsep konsep baru.
b. sumber belajar,
Sumber belajar bisa dari berbagai hal yang disepakati atau tidak disepakati
c. alasan untuk belajar,
Seseorang melakukan pembelajaran melalui peer to peer tidak harus berdasarkan
skenario sangat boleh jadi untuk orang dewasa karena kepentingan yang sama atau
diawali dari diskusi yang intesif jika pembelajaran paragogi dilakukan dalam suatu
komunitas yang lebih besar bisa dikarenakan on scenario dan mengacu pada suatu
tujuan pembelajaran tertentu.
d. fokus pembelajaran,
Fokus pembelajaran bisa ditentukan oleh instruktur atau bisa karena maksud kedua
orang yang sedang belajar dan mengalir saja bahkan sering berpindah dari suatu
topik ke topik lain.
e. motivasi dan peran instruktur
Peran instruktur pada pembelajaran peer to peer learning jika dalam bentuk banyak
pasangan maka sebatas konten dan tujuan pembelajaran sedangkan jika sepasang
saja tidak ada yang berlaku satu instruktur dan yang satu lagi siswa tetapi keduanya
dalam keadaan yang setara.

7
ANDRAGOGI, HEUTAGOGI DAN PARAGOGI
•••

Kesimpulan

Andragogi merupakan pembelajaran orang dewasa yang akan belajar jika tertarik
dengan sesuatu yang sesuai dengan kebutuhanya secara bebas dan bertanggung
jawab bahkan terhadap proses pembelajaran itu sendiri. Motivasi pembelajar akan
bangkin manakala pembelajar dapat menampilkan performance yang terbaik.
Heutagogi merupakan pembelajaran yang ditentukan sendiri oleh pembelajar baik
korten cara dan keberhasilan, sedangkan Paragogi adalah pembelajaran antara dua
pembelajar atau peer to peer. Ketiga pembelajaran yaitu andragogi, heutagogi dan
paragogi baik untuk digunakan dalam pembelajaran orang dewasa dengan
menggunakan berbagai aplikasi yang sedang trend saat ini.

Referensi

Aspell.D.D (2003). Andragogy: Adult Learning. San Antonio, TX, Texas: University of
Texas. Unpubllished paper

Alkadhi Selwa. Learning Theory: Adult Education. Andragogy. California State


University Monterey Bay.

Amin. 2019.Heutagogy vs Paragogy.


https://padlet.com/embi_mohamedami/egw27daqnhzv

Cornelli Joseph, Charless Jeffrey Danoff. Paragogy: Synergizing individual and


organizational learning. Knowledge Media Institute, The Open University. UK.

Anda mungkin juga menyukai