Step 2
A. adult learning
a. apa yang menjadi patokan jika mahasiswa merupakan pembelajar dewasa?
b. Mengapa konsep adult learning diterapkan dalam pembelajar perguruan tinggi
saat pelaksanaan belajar mandiri?
c. Bagaimana cara belajar dengan konsep adult learning jika mahasiswa masih
dibawah umur?
d. apa kekurangan dari konsep adult learning ?
e. apakah ciri-ciri adult learning ?
f. apa perbedaan antara pedagogy dan andragogy ?
g. hal apakah yang menjadi tanggung jawab mahasiswa dalam pembelajaran
dengan cara adult learning?
B. keterampilan belajar
a. bagaimana kita bisa mendapatkan atau mengembangkan soft skill tanpa
mengesanpingkan disciplinary contect?
b. Bagaimana cara kita menerapkan keterampilan belajar sepanjang hayat ?
c. Mengapa kita tidak boleh mengesampingkan disciplinary content dan apa
tujuannya?
d. Apa yang dimaksud dengan deep learning, self assessment , peer learning, peer
assesment, self reflection, collaborative learning, direction learning?
e. Apa ciri-ciri self direction learning?
D. love learning
a. bagaimana cara menumbuhkan cara love learning dan ciri – cirinya?
F. SPICES
a. Jelaskan kelebihan dan kekurangan dari teacher cetered dan student cetered?
b. Apa kelebiahan dan kekurang dari strategi SPICES?
c. Apa yang dimaksud dengan student cetered learning?
d. Bagaimana proses menerapkan student cetered learning?
e. Kegiatan apa saja yang dapat diterapkan?
f. Jelaskan hubungan antara konsep long life learning , adult learner, self
direction learner, independent learner,dan student center approach?
Step 3
A. adult learning
a. apa yang menjadi patokan jika mahasiswa merupakan pembelajar dewasa?
peserta didik (warga belajar) itu adalah sebagai orang dewasa yang
diasumsikan memiliki kemampuan yang aktif dalam merencanakan
arah belajar, memiliki bahan, memikirkan cara terbaik untuk belajar,
menganlisis dan menyimpulkan serta mampu mengambil manfaat dari
belajar atau dari sebuah proses pendidikan.
Gormly dan Brodzinski menyatakan bahwa pada usia 18-24 tahun orang
muda memasuki periode pengambilan keputusan,dapat dianggap sudah
dewasa namun belum mengambil banyak peran orang dewasa. (sumber: B.S
Sidjabat,Ed.D)
Anderson menyimpulkan dalam psychology of development and
personal adjustment 1951
Kematang individu dapat dilihat dari minatnya yang selalu
beorientasi pada tugas-tugas yang dilakukan / dikerjakannya,
dan bukan pada ego.
Tujuan-tujuan yang dikembangkan dalam komsep dirinya jelas
dan selalu memiliki kebiasan kerja yang efisien
Kemampuan dalam mengendalikan perasaan pribadi dalam
pengertian selalu dapat mempertimbangkan pribadinya dalam
bergaul dengan orang lain.
Memiliki pandangan yang objektif dalam setiap keputusan
diambil.
Siap menerima kritikan atau saran untuk peningkatan diri.
Bertanggung jawab atas segala usaha- usaha yang dilakukan.
Secara realitas dapat menyesuaikan diri dalam situasi baru.
Darkerwald dan meriam memandang bahwa seseorang dikatakan
dewasa apabila ia telah melewati masa pendidikan dasar dan telah
memasuki usia kerja,yaitu sejak umur 16 tahun
(sumber : Sudjana, 2005)
b. Mengapa konsep, adult learning diterapkan dalam pembelajar perguruan
tinggi saat pelaksanaan belajar mandiri?
Menurut Drs. Asmin, MPd
1. memungkinkan timbul pertukaran pendapat
2. memungkinkan komunikasi timbal balik
3. mengutamakan peran peserta didik
c. Bagaimana cara belajar dengan konsep adult learning jika mahasiswa masih
dibawah umur?
Jurnal uad.co.id
Belajarnya sama seperti mahasiswa yang lainnya
d. apa kekurangan dari konsep adult learning ?
peluang untuk bersosialisasi dengan mahasiswa kelompok lain terbatas
peluang bertatap muka dengan dosen lebih sedikit
menuntut dislipin tinggi dan kemandirian belajar yang tinggi
memerlukan bimbingan dan tutorial yang intensif
membuat mahasiswa terlena atau keblabasan
(zulkabir,2005)
pebedaan cara belajar dari yang bisa diterapkan karena disini dosen
perlu membantu mahasiswa dalam proses belajar dengan
mempertimbangkan keunikan dan perbedaan mahasiswa
adanya perbedaan karakter dalam kelompok /grup belajar
(Sumber : A.Suhaena, 2000)
e. apakah ciri-ciri adult learning ?
orang dewasa mempunyai ciri khusus dalam melaksanakan pembelajaran
yaitu:
memungkinkan timbul pertukaran pendapat
memungkinkan komunikasi timbal balik
suasana belajar yang diharapkan adalah suasana belajar yang
menyenangkan dan menantang
orang dewasa akan belajar jika pendapatnya dihormati
megutamakan peran peserta didik
orang dewasa belajar jika mengetahui kekurangan dan kelebihannya
( soedomo,pendidikan luar sekolah ke arah pengembangan sistem
belajar masyarakat,(Jakarta,1989)
pembelajaran lebih mengarah kesuatu proses pendewasan
pemeblajar lebih utama menggunakn eksperimen, diskusi,
pemmecahan maalah, pelatihan, simulasi, dan praktek lapangan
memciptakan kondisi belajar, alat-alat serta prosedur akan menjadikan
orang dewasa siap belajar dengan kata lain program belajat harus
disusun sesuai kebutuhan hidup mereka
pengembangan kemampaun dan orientasikan terpusat pada kegiatannya
( Sumber: Sunhaji, 2013. Jurnal kependidikan, konsep pendidikan
dewasa,vol 1 )
f. apa perbedaan antara pedagogy dan andragogy ?
sasaran andragogi orang dewasa dimasyarakat, sarasan pedagogi anak-
anak disekolah
orang dewasa dimasyarakat dianggap sebagai “ gelas yang sudah
berisi”
( pengetahuan, pengalaman, status sosial, dll), sedangkan anak-anak
dianggap sebagai gelas yang masih kosonng.
Pada andragogi diciptakan suasana hubungan sama status antara
fasilitator dan peserta, sedangakan pada pedagogi terpolakan hubunagn
guru yang mengetahui segalanya dan berkausa denagan murud yang
tidak tahu apa-apa dan harus menerima.
Pada andragogi diciptakan proses saling membelajarkan diri, pada
pedagogi tercipta proses belajar dari guru .
Pada andragogi peserta mutlak harus aktif berpartisipasi, pada
pedagogi murid lebih banyak menerima.
( Zaenudin Arif,(1984),Andragogi, Bandung, Angaksa)
Andragogy
Orang dewasa perlu tahu mengapa mereka perlu belajar.
Peserta didik dewasa menerapkan konsep diri untuk
bertanggung jawab atas pembelajaran mereka sendiri.
Pengalaman hidup beragam pelajar dewasa melayani sebagai
sumber daya yang kaya di lingkungan belajar.
Kesiapan peserta didik untuk belajar terkait dengan situasi
kehidupan nyata.
Orientasi orang dewasa terhadap pembelajaran berbeda dari
anak dan kemungkinan besar kehidupan atau tugas terpusat.
Motivasi orang dewasa-belajar sebagian besar berasal dari
motivator internal termasuk promosi, perubahan pekerjaan,
dan kualitas hidup (Sumber: Knowles, 1990)
Pedagogy
B. keterempilan belajar
a. bagaimana kita bisa mendapatkan atau mengembangkan soft skill tanpa
mengesampingkan disciplinary content?
Pengembangan soft skill berhubungan erat dengan kecerdasan emosi
(EQ). Ada dua hal utama yang berkaitan dengan kecerdasan emosi,
yaitu mengenali dan mengelola emosi. Jika kita sudah mengenal emosi
diri kita dengan baik, maka kita dapat mengelolanya dengan mudah,
sehingga kecerdasan emosi mudah pula untuk dibangun dan
dikembangkan. Berikut ini langkah-langkah yang dapat dilakukan
untuk mengembangkan kecerdasan emosi:
1. Mengatur Emosi
Diri kita adalah tuan dari emosi kita (I Am the Master of My
Emotion), sehingga kita bisa mengatur menjadi seperti apapun
bentuk emosi kita. Oleh karena itu, agar emosi tetap berada di level
yang baik/positif, maka kita harus pandai-pandai memilih informasi
yang kita terima. Informasi yang dirasa dapat mengganggu diri kita
sebaiknya ditelaah terlebih dahulu.
2. Mengkomunikasikan Diri dengan Baik
Terkadang orang lain bisa salah persepsi jika kita keliru
mengkomunikasikan diri kita. Oleh karena itu komunikasi yang baik
akan menghasilkan emosi yang baik pula, yang akan berguna untuk
rencana hidup kita.
3. Mengubah Pandangan Terhadap Sesuatu
Setiap orang mempunyai pandangan dan sikap tersendiri terhadap
sesuatu. Terkadang pandangan dan sikap mereka berbeda dengan
pandangan kita. Perbedaan inilah yang menuntut kita untuk mau
melihat suatu hal dari kacamata oranglain dengan mengajukan
pertanyaan yang tepat.
4. Selalu Berinteraksi dengan Orang Lain
Berinteraksi dengan orang lain memberi kesempatan kepada kita
untuk memahami diri sendiri atas tanggapan orang lain terhadap
sikap dan perilaku yang kita tampilkan. Dari tanggapan orang lain
tersebut, kita bisa belajar sikap dan perilaku yang harus kita
tampilkan pada situasi dan kondisi tertentu.
Kata Arti
b. dalam self direction learning apa saja yang harus diputuskan oleh mahasiswa?
Mengaktifkan prior knowledge, elaborasi, dan belajar kontekstual,
Mengintegrasikan pengetahuan dasar dalam menyelesaikan masalah
klinis,
Meningkatkan motivasi diri sendiri.
[Lestari & Widjajakusumah, 2009, Penelitian: Students’ Self-directed
Learning Readiness, Percepton Towards Student-Centered Learning
and Predisposition Towards Student-centered Behaviour]
D. love learning
a. bagaimana cara menumbuhkan love learning dan ciri – cirinya?
Menumbuhkan rasa senang membaca dari berbagai sumber untuk
menambah wawasan
Belajar dengan antusias
Kenali cara belajar kita
Meningkatkan minat terhadap pembelajaran.
[Ifrod Maksum, 2009, Cara Meningkatkan Motivasi Siswa Dalam
Belajar]
Ciri-ciri : 1. Tidak menyadari dan mempersoalkan waktu
Menunjukan ras ingin tahu dan selalu penasaran
Jarang mengedipkan mata
Selalu melakukan research dan banyak
mengerjakan soal
(Sumber: Rosa Diana, 2015)
E. belajar sepanjang hayat
a. mengapa belajar sepanjang hayat merupakan salah satu inti dari pendidikan di
perguruan tinggi?
Karena belajar sepanjang hayat merupakan suatu tindakan belajar
dimana kita dituntut belajar selama kita masih hidup,dan belajar
sepanjang hayat ini timbul karena berbagai faktor diantaranya yakni
majunya ilmu dan tegnologi,produk2 tegnologi yang perlu dipelajari,
alat kerja berbasis tegnologi, serta perubahan social yan cepat akibat
adanya iptek. Sehingga kita diharuskan menerapkan konsep belajar
sepanjang hayat di perguruan tinggi guna menunjang penyesuaian diri
dengan tuntutan bidang kerja kita (dalam arti bahwa ilmu pengetahuan
setiap saat akan berubah,maka kita diwajibkan mengikuti perubahan
ilmu tersebut terutama yang berkaitan dengan profesi kita kelak nanti
Sumber:
(http://staffnew.uny.ac.id/upload/132049754/pendidikan/Pendidikan+S
epanjang+Hayat+(Lifelong+Education).pdf)
Mind mapping
Deep learning
Collaborative
mahasiswa learning
Self assesment
Peer learning
Self reflection
Adult learning