Saluran napas dan paru2 terutama diperdarahi oleh sistem arteri-vena pulmonalis dan sistem arteri bronkialis yang
berasal dari aorta. Dari kedua sistem ini perdarahan pada sistem arteri bronkialis lebih sering terjadi.
Penyebab hemoptisis secara umum dapat dibagi menjadi empat, yaitu infeksi, neoplasma, kelainan kardiovaskular dan
hal lain-lain yang jarang kejadiannya. Infeksi adalah penyebab tersering hemoptisis, tuberkulosis adalah infeksi yang
menonjol.
Pada tuberkulosis, hemoptisis dapat disebabkan oleh kavitas aktif atau oleh proses inflamasi tuberkulosis di jaringan
paru. Apabila tuberkulosis berkembang menjadi fibrosis dan perkijuan, dpat terjadi aneurisma arteri pulmonalis dan
bronkiektasis yang akan mengakibatkan hemoptisis pula.
BATUK DAN BATUK DARAH,BAHAN KULIAH PULMONOLOGI ILMU PENYAKIT DALAM, Dr.
Aditiawarman, SpPD
Batuk/batuk darah. Gejala ini sering ditemukan. Batuk terjadi karena adanya iritasi pada bronkus. Batuk ini diperlukan
untuk membuang produk-produk radang keluar dari saluran napas bawah. Karena terlibatnya bronkus pada setiap
penyakit tidak sama, mungkin saja batuk baru ada setelah penyakit TB berkembang dalam jaringan paru yakni setelah
berminggu-minggu atau berbulan-bulan peradangan bermula. Sifat batuk dimulai dari batuk kering (nonproduktif)
kemudian setelah timbul peradangan berubah menjadi produktif (menghasilkan dahak). Keadaan lebih lanjut dapat
berupa batuk darah karena terdapat pembuluh darah kecil yang pecah. Kebanyakan batuk darah pada TB
terjadi pada kavitas, tetapi dapat juga terjadi pada ulkus dinding bronkus. Batuk ini sering sulit dibedakan
dengan batuk karena sakit : pneumonia, asma, bronchitis, alergi, PPOK, dll
Sumber : Buku Ajar IPD jilid 1 edisi VI halaman 869
KLASIFIKASI HEMOPTISIS
Berdasarkan tingkat keparahan/ kuantitas darah
Hemoptisis non masif< 200 mL dalam 24 jam
Hemoptisis massif
100-1000 mL dalam 24 jam*
200-1000 mL dalam 24 jam**
Sekurang2nya 200 mL dalam 24 jam atau sebanyak 50 mL/episode batuk***
2. Mengapa terjadi keringat pada malam hari, nafsu makan turun, BB turun, demam?
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/29530/4/Chapter%20II.pdf
Keringat malam sebenarnya merupakan gejala klinis yang penting pada pasien TB dewasa. Produksi keringat pada
malam hari pada saat tidur nyenyak biasanya disebabkan oleh peningkatan metabolisme basal tubuh (basal metabolic
rate). Pada infeksi TB dewasa terjadi peningkatan tersebut sehingga keluhan keringat malam pasti sering dijumpai
Ada pendapat keringat malam pada pasien tuberkulosis aktif terjadi sebagai respon salah satu molekul sinyal
peptida yaitu tumour necrosis factor alpha (TNF-α) yang dikeluarkan oleh sel-sel sistem imun di mana mereka bereaksi
terhadap bakteri infeksius (M.tuberculosis). Monosit yang merupakan sumber TNF-α akan meninggalkan aliran darah
menuju kumpulan kuman M.tuberculosis dan menjadi makrofag migrasi.
Walaupun makrofag ini tidak dapat mengeradikasi bakteri secara keseluruhan, tetapi pada orang imunokompeten
makrofag dan sel-sel sitokin lainnya akan mengelilingi kompleks bakteri tersebut untuk mencegah penyebaran bakteri
lebih lanjut ke jaringan sekitarnya.TNF-α yang dikeluarkan secara berlebihan sebagai respon imun ini akan
menyebabkan demam, keringat malam, nekrosis, dan penurunan berat badan di mana semua ini merupakan
karakteristik dari tuberkulosis (Tramontana et al, 1995). Demam timbul sebagai akibat respon sinyal kimia yang
bersirkulasi yang menyebabkan hipotalamus mengatur ulang suhu tubuh ke temperatur yang lebih tinggi untuk sesaat.
Selanjutnya suhu tubuh akan kembali normal dan panas yang berlebihan akan dikeluarkan melalui keringat. Untuk
lebih jelasnya berikut adalah fase demam. Pertama yaitu fase inisiasi dimana vasokonstriksi kutaneus akan
menyebabkan retensi panas dan menggigil untuk menghasilkan panas tambahan. Ketika set point baru tercapai maka
menggigil akan berhenti. Dengan menurunnya set point menjadi normal, vasodilatasi kutaneus menyebabkan hilangnya
panas ke lingkungan dalam bentuk berkeringat (Young, 1988; Boulant, 1991, Dinarello and Bunn, 1997)
• Pengeluaran keringat melalui kulit terjadi sebagai efek peningkatan suhu yang melewati batas kritis, yaitu
37°C. Peningkatan suhu tubuh sebesar 1°C akan menyebabkan pengeluaran keringat yang cukup banyak sehingga
mampu membuang panas tubuh yang dihasilkan dari metabolisme basal 10 kali lebih besar. Pengeluaran keringat
merupakan salah satu mekanisme tubuh ketika suhu meningkat melampaui ambang kritis akibat inflamasi.
• Pada malam hari juga kuman TBC aktif jadi biasanya serangan untuk kasus TBC kebanyakan malam hari.
Sumber : Mansjoer, A. 2000. Kapita selekta kedokteran. Edisi II. Jakarta : Media Aesculapius FKUI.
DEMAM
Demam timbul sebagai akibat respon sinyal kimia yang bersirkulasi yang menyebabkan hipotalamus mengatur
ulang suhu tubuh ke temperatur yang lebih tinggi untuk sesaat. Selanjutnya suhu tubuh akan kembali normal dan
panas yang berlebihan akan dikeluarkan melalui keringat. Untuk lebih jelasnya berikut adalah fase demam.
Pertama yaitu fase inisiasi dimana vasokonstriksi kutaneus akan menyebabkan retensi panas dan menggigil
untuk menghasilkan panas tambahan Ketika set point baru tercapai maka menggigil akan berhenti Dengan
menurunnya set point menjadi normal terjadi vasodilatasi kutaneus menyebabkan hilangnya panas ke lingkungan
dalam bentuk berkeringat (Young, 1988;Boulant, 1991, Dinarello and Bunn, 1997
Pemeriksaan laboratorium untuk diagnosis dini TB paru saat ini mempunyai keterbatasan, antara lain nilai sensitivitas
pada pemeriksaan mikroskopik BTA yang rendah, metode kultur yang membutuhkan waktu lama, atau metode
molekuler yang memerlukan keahlian khusus. Metode kultur sputum merupakan metode baku emas (gold standard)
untuk diagnosis TB paru. Diagnosis dini dan penangganan yang tepat penting dalam upaya mencegah penyebaran M.
tuberculosis.
Pemeriksaan mikroskopis BTA sudah dikembangkan lebih dari 100 tahun lalu oleh Robert Koch. Keterbatasan metode
ini antara lain memerlukan sedikitnya 10 BTA dalam 1 mL sputum. Hal ini yang menyebabkan hampir 50% kasus TB
paru hasil BTA-nya negatif. Selain itu, terdapat sekitar 30% penderita TB paru yang tidak dapat memproduksi sputum
sehingga hasil pemeriksaan mikroskopik BTA negatif belum menyingkirkan diagnosis TB paru. Hasil pemeriksaan
mikroskopik BTA yang baik sangatlah dipengaruhi oleh kualitas bahan pemeriksaan, ketebalan hapusan dan lamanya
dekolorisasi, jenis kontras pewarnaan yang digunakan, dan personil laboratorium yang terlatih.
Maka dari itu, harus dilakukan pemeriksan sputum sebanya 3 kali supaya hasil yang dikeluarkan pasti.
Gambaran Validitas Pemeriksaan Complex Specific Cocktail Antigen Mycobacterium tuberculosis (ESAT-6, CFP-
10, MPT-64) Metode Rapid Immunochromatography pada Bahan Pemeriksaan Sputum dan Serum Penderita
Tuberkulosis Paru
Hendra Subroto,1 Ida Parwati,2 Dewi Kartika Turbawaty,2 Bachti Alisjahbana3
4. Mengapa didapatkan redup pada apex paru?
Ada beberapa gambaran radiologi thorax yang khas pada Tuberkulosis paru. Pola kelainan tersebut yaitu kelainan di
apek berupa infiltrat, ditemukan kavitas atau ditemukannya nodul retikuler. Sensitivitas dan spesifisitas foto thorax
dalam mendiagnosis Tuberkulosis yaitu 86% dan 83% apabila ditemukan ketiga pola kelainan diatas. Tuberkulosis
paru minimal ditemukan 1 dari 3 pola kelainan diatas. Gambaran klasik TB paru post primer yaitu kelainan di apek
disebabkan karena tekanan oksigen di apek paru lebih tinggi sehingga bakteri berkembang lebih baik.Ada beberapa
gambaran radiologi thorax yang khas pada Tuberkulosis paru. Pola kelainan tersebut yaitu kelainan di apek berupa
infiltrat, ditemukan kavitas atau ditemukannya nodul retikuler. Sensitivitas dan spesifisitas foto thorax dalam
mendiagnosis Tuberkulosis yaitu 86% dan 83% apabila ditemukan ketiga pola kelainandiatas. Tuberkulosis paru
minimal ditemukan 1 dari 3 pola kelainan diatas. Gambaran klasik TB paru post primer yaitu kelainan di apek
disebabkan karena tekanan oksigen di apek paru lebih tinggi sehingga bakteri berkembang lebih baik.Tempat kelainan
lesi TB paru yang paling dicurigai adalah bagian apek (puncak) paru. Bila dicurigai adanya infiltrat yang agak luas,
maka didapatkan perkusi redup dan auskultasi suara napas bronkial. Akan ditemukan pula suara napas tambahan
berupa ronki basah, kasar dan nyaring. Tetapi infiltrat ini diliputi oleh penebalan pleura, suara napasnya menjadi
vesikule rmelemah. Bila terdapat kavitas yang cukup besar, perkusi memberikan suara hipersonor atau timpani dan
auskultasi memberikan suara amforik.
Uji Diagnostik Gambaran Lesi Foto Thorax pada Penderita dengan Klinis Tuberkulosis Paru Diagnostic Test for
Chest Radiography in Clinical Lung Tuberculose Patients
Ana Majdawati
5. Apa diagnosis dan diagnosis banding dari scenario?
DD : Bronkitis kronik , bronkiektasis,
Diagnosis : TBC karena fx resiko tdk mendapatkan imunisasi BCG sejak lahir, ronchi basah
Selain dari pengelompokan pasien sesuai definisi tersebut diatas, pasien juga diklasifikasikan menurut :
1) Pasien baru TB: adalah pasien yang belum pernah mendapatkan pengobatan TB sebelumnya atau sudah pernah
menelan OAT namun kurang dari 1 bulan (˂ dari 28 dosis).
2) Pasien yang pernah diobati TB: adalah pasien yang sebelumnya pernah menelan OAT selama 1 bulan atau lebih (≥
dari 28 dosis). Pasien ini selanjutnya diklasifikasikan berdasarkan hasil pengobatan TB terakhir, yaitu:
a) Pasien kambuh: adalah pasien TB yang pernah dinyatakan sembuh atau pengobatan lengkap dan saat ini
didiagnosis TB berdasarkan hasil pemeriksaan bakteriologis atau klinis (baik karena benar-benar kambuh atau
karena reinfeksi).
b) Pasien yang diobati kembali setelah gagal: adalah pasien TB yang pernah diobati dan dinyatakan gagal pada
pengobatan terakhir.
c) Pasien yang diobati kembali setelah putus berobat (lost to follow-up): adalah pasien yang pernah diobati dan
dinyatakan lost to follow up. (Klasifikasi ini sebelumnya dikenal sebagai pengobatan pasien setelah putus
berobat /default).
d) Lain-lain: adalah pasien TB yang pernah diobati namun hasil akhir pengobatan sebelumnya tidak
diketahui.
3) Pasien yang riwayat pengobatan sebelumnya tidak diketahui. Adalah pasien TB yang tidak masuk dalam
kelompok 1) atau 2).
5. Bila jar fibrotic sangat luas > setengah jumlah semua jaringan paru -> meningkatkan tekanan arteri pulmonalis
(hipertensi pulmonal) diikuti kor-pulmonal dan gagal jangtung kanan
Dengan tanda2 :
Takipneu
Takikardi
Sianosis
RVH
Right atrial gallop
Murmur graham steel
Bunyi p mengeras
JVP meningkat
Hepatomegaly
Asites
Edema
Px Radiologi :
Lokasi lesi tuberculosis biasanya di apeks paru(segmen apical lobus atas ataua segmen apical lobus bawah) tetapi
dapat juga mengenai lobus bawah(bag. Inferior) atau daerah hilus menyerupai tumor paru.
Gambaran radiologisnya berupa :
Bayangan lesi terletak dilapangan ataas paru atau segmen apical lobus bawah
Bayangan berawan (patchy) atau bercak(nodular)
Adanya cavitas, tunggal atau ganda
Kelainan bilateral , terutama di lapangan atas paru
Adanya kalsiikasi
Bayangan menetap pada foto ulang beberapa minggu kemudian
Bayangan milier
Laboratorium darahrutin (LED normal atau meningkat, limfositosis)
Pemeriksaan Sputum BTA
Px sputum BTA memastikan diagnosis TB paru, namaun Pemeriksaan ini tdk sensitive karena hanya 30-70% pasien
TB yg dapat didiagnosis berddasarka pemeriksaan ini.
Biasanya hampir seluruh pasien Tuberculosis memeberikan reaksi Mantoux yg positif(99,8%). Kelemahan tes ini jg
terdapat positif palsu yakni pada pemberian BCG atau terinfeksi dg Mycobacterium lain. Negatif palsu lebih banyak
ditemui daripada positif palsu.
Hal2 yg memberikan reaksi Tuberkulin berkurang(negative palsu ) :
Pemeriksaan hispatologik
Pemeriksaan jaringan tubuh (paru,pleura, kelenjar limfe, tulang,dll) yang mengalami proses TB.
Pada TB aktif: ditemukan gambaran tuberkel, reaksi perkejuan, sel datia langhan,dsb
Pada TB sembuh : ditemukan gambaran fibrosis
Pemeriksaan mikrobiologik
Pemeriksaan mikrobiologik biasa :
pulasan langsung dg pengecatan Ziehl Neelsen, Kinyoun Gabett, Tan Thiam Hok
specimen : sputum ( pertama pagi hari), cairan pleura, cairan perikard, LCS, cairan sendi, ascites, cairan lambung
(anak), nanah yg keluar dari flatula, kulit (TB kulit)
Pemeriksaan mikrobiologik Fluorescensi :
sulit, tidak dapat dipakai
kuman BTA lebih jelas : warna kuning jingga terang.
USG : bila diperlukan untuk mendeteksi efusi pleura cairan sangat sedikit
CT scanning dada : hanya bial diperlikan, untuk mendeteksi kelainan (penebalan pleura, efusi pleura, massa dalam
paru)
Uji faal paru : apabila ada indikasinya.
(Buku Ajar Ilmu Penyakit Paru jil.2, 1997. dr. Pasiyan R, bag. IPD UNDIP)
Terapi TB standar
Pasien baru
Pasien dengan riwayat pengobatan TB lini pertama
Pasien multi drug resisten
OAT Kategori 2
Kategori -2 Paduan OAT ini diberikan untuk pasien BTA positif yang pernah diobati sebelumnya (pengobatan ulang)
yaitu:
a) Pasien kambuh.
b) Pasien gagal pada pengobatan dengan paduan OAT kategori 1 sebelumnya.
c) Pasien yang diobati kembali setelah putus berobat (lost to follow-up).
Bagaimana pencegahan agar terhindar dari TBC?
12.
Derajat kesehatan dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu lingkungan, perilaku, pelayanan kesehatan dan keturunan.
Faktor paling besar yang mempengaruhi derajat kesehatan adalah faktor lingkungan dan perilaku masyarakat sendiri
yang dapat merugikan kesehatan.
Penyakit tuberkulosis merupakan penyakit berbasis lingkungan. Faktor risiko penularan tuberkulosis adalah
faktor lingkungan dan faktor perilaku
FAKTOR LINGKUNGAN FAKTOR PERILAKU
Ventilasi Kebiasaan merokok
Kepadatan hunian Meludah di sembarang tempat
Suhu Membuang dahak di sembarang tempat
Pencahayaan Batuk/bersin tidak menutup mulut
kelembapan Kebiasaan tidak membuka jendela
Risk Factor and Potential of Transmission of Tuberculosis in Kendal District, Central Java . Agustina Ayu Wulandari,
Nurjazuli, M. Sakundarno Adi
13. Apa intervensi yang harus dilakukan oleh perawat?
Mengkaji tingkat pengetahuan pasien dan keluarga
Menjelaskan patofisologi yang berhub dg anatomi dan fisiologi
Menggambarkan tanda dan gejala dengan cara tepat
Identifikasi kemungkinan penyebab
Gambarkan proses penyakit dengan cara tepat
Sediakan informasi kepada pasien tentang kondisi
Menyediakan informasi bagi keluarga tentang kemajuan pasien
Diskusikan pasien pilihan terapi atau penganganan
Mendukung pasien untuk mengeksplorasi atau second opini dengan cara tepat
Eksplor sumber dukungan dengan tepat
14. Sebutkan pola persepsi manajemen kesehatan?
Kaji sehat dan sakit pada pasien : berupa pemeriksaan fisik
Pengetahuan status kesehatan pasien saat ini
Perlindungan thd sehat (diet, olahraga, manajemen stress, factor ekonomi)
Pemeriksaan diri sendiri
Perilaku mengatasi masalah kesehatan
Data pemeriksaaan fisik berkaitan
Pasien dengan penyakit aktif harus diisolasi untuk mencega penyebaran penyakit
Departemen kesehatan umum mencegah penyebaran TB
Paien yang terdilusi membutuhkan terapi kondisi medis lain termasuk subtansi penyalahgunaan zat dan
infeksi HIV dam memerlukan dukungan nutrisi.