Anda di halaman 1dari 18

STEP 7

Morfologi dan Struktur Bakteri


Mycobacterium tuberculosis berbentuk batang lurus atau sedikit melengkung, bakteri gram +, tidak berspora dan
tidak berkapsul. Bakteri ini berukuran lebar 0,3 – 0,6 mm dan panjang 1 – 4 mm. Dinding M. tuberculosis sangat
kompleks dan tebal, terdiri dari lapisan lemak cukup tinggi (60%). Penyusun utama dinding sel M. tuberculosis ialah
asam mikolat, lilin kompleks (complex-waxes), trehalosa dimikolat yang disebut cord factor, dan mycobacterial
sulfolipids yang berperan dalam virulensi. Asam mikolat merupakan asam lemak berantai panjang (C60 – C90) yang
dihubungkan dengan arabinogalaktan oleh ikatan glikolipid dan dengan peptidoglikan oleh jembatan fosfodiester.
Unsur lain yang terdapat pada dinding sel bakteri tersebut adalah polisakarida seperti arabinogalaktan dan
arabinomanan (Lipoarabinomannan). Struktur dinding sel yang kompleks tersebut menyebabkan bakteri M.
tuberculosis bersifat tahan asam, yaitu apabila sekali diwarnai akan tetap tahan terhadap upaya penghilangan zat warna
tersebut dengan larutan asam – alkohol.
Komponen antigen ditemukan di dinding sel dan sitoplasma yaitu komponen lipid, polisakarida dan protein.
Karakteristik antigen M. tuberculosis dapat diidentifikasi dengan menggunakan antibodi monoklonal . unsur unsur
tersebut memberikan mycobacterium dinding sel dengan kadar lemak 60% (kuat, tak tembus, dan hidrofobik)

Karakteristik Mycobacterium Tuberculosis


1. Berbentuk batang
2. Gram positif
3. Agak sulit untuk diwarnai tetapi sekali diwarnai sulit untuk dihapus dengan zat asam (BTA)
4. Memiliki sifat dinding sel yang tebal terdiri dari asam mikolat  oleh karena itu disebut BTA
Asam mikolat membentuk selaput yang tebal mengelilingi bakteri  membuat keluar masuk makanan dihambat
 bakteri dapat tumbuh lambat dan tahan terhadap degradasi enzim lisosom
5. Non motil
6. Aerob obligat
7. Tidak membentuk spora
8. Dinding sel mengandung peptidoglikan, porin, dan protein lain
9. LAM (lipoarabinomannan) membuat mycobacterium kuat, tak tertembus, dan bersifat hidrofobik
1. Mengapa batuk dahak disertai darah?
Bahasa Yunani “haima” (darah) dan “ptysis”(peludahan). Hemoptisis dapat sembuh sendiri tetapi kurang dari 5% dapat
menjadi berat atau masif bahkan mengancam jiwa.
Hemoptisis adalah ekspektorasi darah atau dahak yang mengandung bercak darah dan berasal dari saluran napas
bawah.
Hemoptisis masif adalah batuk darah antara >100 sampai >600 mL dalam waktu 24 jam.
Penting bedakan bahwa darah berasal dari saluran napas dan bukan dari traktus gastrointestinal. Darah yang berasal
dari gastrointestinal berwana hitam kemerahan dan pH-nya asam, sebaliknya pada hemoptisis darah merah terang dan
ph-nya alkali.

Saluran napas dan paru2 terutama diperdarahi oleh sistem arteri-vena pulmonalis dan sistem arteri bronkialis yang
berasal dari aorta. Dari kedua sistem ini perdarahan pada sistem arteri bronkialis lebih sering terjadi.

Penyebab hemoptisis secara umum dapat dibagi menjadi empat, yaitu infeksi, neoplasma, kelainan kardiovaskular dan
hal lain-lain yang jarang kejadiannya. Infeksi adalah penyebab tersering hemoptisis, tuberkulosis adalah infeksi yang
menonjol.

Pada tuberkulosis, hemoptisis dapat disebabkan oleh kavitas aktif atau oleh proses inflamasi tuberkulosis di jaringan
paru. Apabila tuberkulosis berkembang menjadi fibrosis dan perkijuan, dpat terjadi aneurisma arteri pulmonalis dan
bronkiektasis yang akan mengakibatkan hemoptisis pula.
BATUK DAN BATUK DARAH,BAHAN KULIAH PULMONOLOGI ILMU PENYAKIT DALAM, Dr.
Aditiawarman, SpPD
Batuk/batuk darah. Gejala ini sering ditemukan. Batuk terjadi karena adanya iritasi pada bronkus. Batuk ini diperlukan
untuk membuang produk-produk radang keluar dari saluran napas bawah. Karena terlibatnya bronkus pada setiap
penyakit tidak sama, mungkin saja batuk baru ada setelah penyakit TB berkembang dalam jaringan paru yakni setelah
berminggu-minggu atau berbulan-bulan peradangan bermula. Sifat batuk dimulai dari batuk kering (nonproduktif)
kemudian setelah timbul peradangan berubah menjadi produktif (menghasilkan dahak). Keadaan lebih lanjut dapat
berupa batuk darah karena terdapat pembuluh darah kecil yang pecah. Kebanyakan batuk darah pada TB
terjadi pada kavitas, tetapi dapat juga terjadi pada ulkus dinding bronkus. Batuk ini sering sulit dibedakan
dengan batuk karena sakit : pneumonia, asma, bronchitis, alergi, PPOK, dll
Sumber : Buku Ajar IPD jilid 1 edisi VI halaman 869

KLASIFIKASI HEMOPTISIS
Berdasarkan tingkat keparahan/ kuantitas darah
Hemoptisis non masif< 200 mL dalam 24 jam
Hemoptisis massif
100-1000 mL dalam 24 jam*
200-1000 mL dalam 24 jam**
Sekurang2nya 200 mL dalam 24 jam atau sebanyak 50 mL/episode batuk***
2. Mengapa terjadi keringat pada malam hari, nafsu makan turun, BB turun, demam?

http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/29530/4/Chapter%20II.pdf

Keringat malam sebenarnya merupakan gejala klinis yang penting pada pasien TB dewasa. Produksi keringat pada
malam hari pada saat tidur nyenyak biasanya disebabkan oleh peningkatan metabolisme basal tubuh (basal metabolic
rate). Pada infeksi TB dewasa terjadi peningkatan tersebut sehingga keluhan keringat malam pasti sering dijumpai

Ada pendapat keringat malam pada pasien tuberkulosis aktif terjadi sebagai respon salah satu molekul sinyal
peptida yaitu tumour necrosis factor alpha (TNF-α) yang dikeluarkan oleh sel-sel sistem imun di mana mereka bereaksi
terhadap bakteri infeksius (M.tuberculosis). Monosit yang merupakan sumber TNF-α akan meninggalkan aliran darah
menuju kumpulan kuman M.tuberculosis dan menjadi makrofag migrasi.

Walaupun makrofag ini tidak dapat mengeradikasi bakteri secara keseluruhan, tetapi pada orang imunokompeten
makrofag dan sel-sel sitokin lainnya akan mengelilingi kompleks bakteri tersebut untuk mencegah penyebaran bakteri
lebih lanjut ke jaringan sekitarnya.TNF-α yang dikeluarkan secara berlebihan sebagai respon imun ini akan
menyebabkan demam, keringat malam, nekrosis, dan penurunan berat badan di mana semua ini merupakan
karakteristik dari tuberkulosis (Tramontana et al, 1995). Demam timbul sebagai akibat respon sinyal kimia yang
bersirkulasi yang menyebabkan hipotalamus mengatur ulang suhu tubuh ke temperatur yang lebih tinggi untuk sesaat.

Selanjutnya suhu tubuh akan kembali normal dan panas yang berlebihan akan dikeluarkan melalui keringat. Untuk
lebih jelasnya berikut adalah fase demam. Pertama yaitu fase inisiasi dimana vasokonstriksi kutaneus akan
menyebabkan retensi panas dan menggigil untuk menghasilkan panas tambahan. Ketika set point baru tercapai maka
menggigil akan berhenti. Dengan menurunnya set point menjadi normal, vasodilatasi kutaneus menyebabkan hilangnya
panas ke lingkungan dalam bentuk berkeringat (Young, 1988; Boulant, 1991, Dinarello and Bunn, 1997)

• Pengeluaran keringat melalui kulit terjadi sebagai efek peningkatan suhu yang melewati batas kritis, yaitu
37°C. Peningkatan suhu tubuh sebesar 1°C akan menyebabkan pengeluaran keringat yang cukup banyak sehingga
mampu membuang panas tubuh yang dihasilkan dari metabolisme basal 10 kali lebih besar. Pengeluaran keringat
merupakan salah satu mekanisme tubuh ketika suhu meningkat melampaui ambang kritis akibat inflamasi.
• Pada malam hari juga kuman TBC aktif jadi biasanya serangan untuk kasus TBC kebanyakan malam hari.

Sumber : Mansjoer, A. 2000. Kapita selekta kedokteran. Edisi II. Jakarta : Media Aesculapius FKUI.

DEMAM

Demam timbul sebagai akibat respon sinyal kimia yang bersirkulasi yang menyebabkan hipotalamus mengatur
ulang suhu tubuh ke temperatur yang lebih tinggi untuk sesaat. Selanjutnya suhu tubuh akan kembali normal dan
panas yang berlebihan akan dikeluarkan melalui keringat. Untuk lebih jelasnya berikut adalah fase demam.

Pertama yaitu fase inisiasi dimana vasokonstriksi kutaneus  akan menyebabkan retensi panas dan menggigil
untuk menghasilkan panas tambahan  Ketika set point baru tercapai maka menggigil akan berhenti  Dengan
menurunnya set point menjadi normal  terjadi vasodilatasi kutaneus  menyebabkan hilangnya panas ke lingkungan
dalam bentuk berkeringat (Young, 1988;Boulant, 1991, Dinarello and Bunn, 1997

3. Mengapa dilakukan pengulangan pemeriksaan dahak?

Pemeriksaan laboratorium untuk diagnosis dini TB paru saat ini mempunyai keterbatasan, antara lain nilai sensitivitas
pada pemeriksaan mikroskopik BTA yang rendah, metode kultur yang membutuhkan waktu lama, atau metode
molekuler yang memerlukan keahlian khusus. Metode kultur sputum merupakan metode baku emas (gold standard)
untuk diagnosis TB paru. Diagnosis dini dan penangganan yang tepat penting dalam upaya mencegah penyebaran M.
tuberculosis.
Pemeriksaan mikroskopis BTA sudah dikembangkan lebih dari 100 tahun lalu oleh Robert Koch. Keterbatasan metode
ini antara lain memerlukan sedikitnya 10 BTA dalam 1 mL sputum. Hal ini yang menyebabkan hampir 50% kasus TB
paru hasil BTA-nya negatif. Selain itu, terdapat sekitar 30% penderita TB paru yang tidak dapat memproduksi sputum
sehingga hasil pemeriksaan mikroskopik BTA negatif belum menyingkirkan diagnosis TB paru. Hasil pemeriksaan
mikroskopik BTA yang baik sangatlah dipengaruhi oleh kualitas bahan pemeriksaan, ketebalan hapusan dan lamanya
dekolorisasi, jenis kontras pewarnaan yang digunakan, dan personil laboratorium yang terlatih.
Maka dari itu, harus dilakukan pemeriksan sputum sebanya 3 kali supaya hasil yang dikeluarkan pasti.
Gambaran Validitas Pemeriksaan Complex Specific Cocktail Antigen Mycobacterium tuberculosis (ESAT-6, CFP-
10, MPT-64) Metode Rapid Immunochromatography pada Bahan Pemeriksaan Sputum dan Serum Penderita
Tuberkulosis Paru
Hendra Subroto,1 Ida Parwati,2 Dewi Kartika Turbawaty,2 Bachti Alisjahbana3
4. Mengapa didapatkan redup pada apex paru?

Ada beberapa gambaran radiologi thorax yang khas pada Tuberkulosis paru. Pola kelainan tersebut yaitu kelainan di
apek berupa infiltrat, ditemukan kavitas atau ditemukannya nodul retikuler. Sensitivitas dan spesifisitas foto thorax
dalam mendiagnosis Tuberkulosis yaitu 86% dan 83% apabila ditemukan ketiga pola kelainan diatas. Tuberkulosis
paru minimal ditemukan 1 dari 3 pola kelainan diatas. Gambaran klasik TB paru post primer yaitu kelainan di apek
disebabkan karena tekanan oksigen di apek paru lebih tinggi sehingga bakteri berkembang lebih baik.Ada beberapa
gambaran radiologi thorax yang khas pada Tuberkulosis paru. Pola kelainan tersebut yaitu kelainan di apek berupa
infiltrat, ditemukan kavitas atau ditemukannya nodul retikuler. Sensitivitas dan spesifisitas foto thorax dalam
mendiagnosis Tuberkulosis yaitu 86% dan 83% apabila ditemukan ketiga pola kelainandiatas. Tuberkulosis paru
minimal ditemukan 1 dari 3 pola kelainan diatas. Gambaran klasik TB paru post primer yaitu kelainan di apek
disebabkan karena tekanan oksigen di apek paru lebih tinggi sehingga bakteri berkembang lebih baik.Tempat kelainan
lesi TB paru yang paling dicurigai adalah bagian apek (puncak) paru. Bila dicurigai adanya infiltrat yang agak luas,
maka didapatkan perkusi redup dan auskultasi suara napas bronkial. Akan ditemukan pula suara napas tambahan
berupa ronki basah, kasar dan nyaring. Tetapi infiltrat ini diliputi oleh penebalan pleura, suara napasnya menjadi
vesikule rmelemah. Bila terdapat kavitas yang cukup besar, perkusi memberikan suara hipersonor atau timpani dan
auskultasi memberikan suara amforik.
Uji Diagnostik Gambaran Lesi Foto Thorax pada Penderita dengan Klinis Tuberkulosis Paru Diagnostic Test for
Chest Radiography in Clinical Lung Tuberculose Patients
Ana Majdawati
5. Apa diagnosis dan diagnosis banding dari scenario?
DD : Bronkitis kronik , bronkiektasis,
Diagnosis : TBC karena fx resiko tdk mendapatkan imunisasi BCG sejak lahir, ronchi basah

6. Apa etiologi dan factor resiko pada penyakit di scenario?


Factor resiko : balita (0-11) tida vaksin BCG
Usia >65 tahun
Pasien immunocompremise : HIV, kanker
Etiologi :
m. TBC, m. bovis
7. Bagaimana patofisiologi dari penyakit pada scenario?
8. Apa klasifikasi penyakit pada scenario?

Klasifikasi pasien TB:

Selain dari pengelompokan pasien sesuai definisi tersebut diatas, pasien juga diklasifikasikan menurut :

a. Lokasi anatomi dari penyakit


a. Tuberkulosis paru : Adalah TB yang berlokasi pada parenkim (jaringan) paru. Milier TB dianggap sebagai
TB paru karena adanya lesi pada jaringan paru. Pasien yang menderita TB paru dan sekaligus juga menderita
TB ekstra paru, diklasifikasikan sebagai pasien TB paru.
b. Tuberkulosis ekstraparu: Adalah TB yang terjadi pada organ selain paru, misalnya: pleura, kelenjar limfe,
abdomen, saluran kencing, kulit, sendi, selaput otak dan tulang. Limfadenitis TB dirongga dada (hilus dan atau
mediastinum) atau efusi pleura tanpa terdapat gambaran radiologis yang mendukung TB pada paru, dinyatakan
sebagai TB ekstra paru. Diagnosis TB ekstra paru dapat ditetapkan berdasarkan hasil pemeriksaan
bakteriologis atau klinis. Diagnosis TB ekstra paru harus diupayakan secara bakteriologis dengan ditemukannya
Mycobacterium tuberculosis.

b. Klasifikasi berdasarkan riwayat pengobatan sebelumnya:

1) Pasien baru TB: adalah pasien yang belum pernah mendapatkan pengobatan TB sebelumnya atau sudah pernah
menelan OAT namun kurang dari 1 bulan (˂ dari 28 dosis).

2) Pasien yang pernah diobati TB: adalah pasien yang sebelumnya pernah menelan OAT selama 1 bulan atau lebih (≥
dari 28 dosis). Pasien ini selanjutnya diklasifikasikan berdasarkan hasil pengobatan TB terakhir, yaitu:
a) Pasien kambuh: adalah pasien TB yang pernah dinyatakan sembuh atau pengobatan lengkap dan saat ini
didiagnosis TB berdasarkan hasil pemeriksaan bakteriologis atau klinis (baik karena benar-benar kambuh atau
karena reinfeksi).

b) Pasien yang diobati kembali setelah gagal: adalah pasien TB yang pernah diobati dan dinyatakan gagal pada
pengobatan terakhir.

c) Pasien yang diobati kembali setelah putus berobat (lost to follow-up): adalah pasien yang pernah diobati dan
dinyatakan lost to follow up. (Klasifikasi ini sebelumnya dikenal sebagai pengobatan pasien setelah putus
berobat /default).

d) Lain-lain: adalah pasien TB yang pernah diobati namun hasil akhir pengobatan sebelumnya tidak
diketahui.

3) Pasien yang riwayat pengobatan sebelumnya tidak diketahui. Adalah pasien TB yang tidak masuk dalam
kelompok 1) atau 2).

c. Hasil pemeriksaan uji kepekaan obat


- Mono resistan (TB MR): Mycobacterium tuberculosisresistan terhadap salah satu jenis OAT lini pertama saja.
- Poli resistan (TB PR): Mycobacterium tuberculosisresistan terhadap lebih dari satu jenis OAT lini pertama
selain Isoniazid (H) dan Rifampisin (R) secara bersamaan.
- Multi drug resistan (TB MDR): Mycobacterium tuberculosisresistan terhadap Isoniazid (H) dan Rifampisin
(R) secara bersamaan, dengan atau tanpa diikuti resitan OAT lini pertama lainnya.
- Extensive drug resistan (TB XDR): adalah TB MDR yang sekaligus juga resistan terhadap salah satu OAT
golongan fluorokuinolon dan minimal salah satu dari OAT lini kedua jenis suntikan (Kanamisin, Kapreomisin
dan Amikasin)
- Resistan Rifampisin (TB RR): Mycobacterium tuberculosisresistan terhadap Rifampisin dengan atau tanpa
resistensi terhadap OAT lain yang terdeteksi menggunakan metode genotip (tes cepat molekuler) atau metode
fenotip (konvensional).
d. Status HIV
- Pasien TB dengan HIV positif (pasien ko-infeksi TB/HIV): adalah pasien TB dengan:
a) Hasil tes HIV positif sebelumnya atau sedang mendapatkan ART, atau
b) Hasil tes HIV positif pada saat diagnosis TB.
- Pasien TB dengan HIV negatif: adalah pasien TB dengan:
a) Hasil tes HIV negatif sebelumnya, atau
b) Hasil tes HIV negative pada saat diagnosis TB.
Catatan: Apabila pada pemeriksaan selanjutnya ternyata hasil tes HIV menjadi positif, pasien harus
disesuaikan kembali klasifikasinya sebagai pasien TB dengan HIV positif.
- Pasien TB dengan status HIV tidak diketahui:
adalah pasien TB tanpa ada bukti pendukung hasil tes HIV saat diagnosis TB ditetapkan.
Catatan: Apabila pada pemeriksaan selanjutnya dapat diperoleh hasil tes HIV pasien, pasien harus
disesuaikan kembali klasifikasinya berdasarkan hasil tes HIV terakhir.
9. Apa saja komplikasi pada penderita TBC?
 Komplikasi dini :
 Pleuritis
 Efusi pleura
 Empyema
 Laryngitis
 TB usus
 Poncet”s arthrophaty
 Komplikasi lanjut
 Obstrksi jalan nafas (sindrom obstruksi pasca TB)
 Kerusakan parenkim berat (fibrosis paru)
 Kor-pulmonal
 Amyloidosis paru
 Sindrom gagal nafas dewasa (ARDS)
 TB miliar
 Jamur paru (aspergilosis)
 kavitas
10. Apa saja pemeriksaan penunjangnya?
Px fisik
1. Keadaan umum pasien
 Kurus
 Demam
 Konjungtiva mata anemis
 Kulit pucat
2. Auskultasi : ronki basah, kasar dan nyaring
Nb : bila infiltrat diliputi oleh penebalan pleura suara jadi vesicular melemah
Bila kavitas membesar suara amforik
3. Perkusi : redup
Nb : bila ada kavitas yang membesar jadi hipersonor atau timpani
4. Inspeksi dada
Atrofi dan retraksi otot2 intercosta karena fibrosis yang luas
Paru yg sakit tertinggal saat pernafasan karena TB sampai efusi pleura

5. Bila jar fibrotic sangat luas > setengah jumlah semua jaringan paru -> meningkatkan tekanan arteri pulmonalis
(hipertensi pulmonal) diikuti kor-pulmonal dan gagal jangtung kanan
Dengan tanda2 :
 Takipneu
 Takikardi
 Sianosis
 RVH
 Right atrial gallop
 Murmur graham steel
 Bunyi p mengeras
 JVP meningkat
 Hepatomegaly
 Asites
 Edema

Sumber : IPD jilid 1 hal 869

Px Radiologi :
Lokasi lesi tuberculosis biasanya di apeks paru(segmen apical lobus atas ataua segmen apical lobus bawah) tetapi
dapat juga mengenai lobus bawah(bag. Inferior) atau daerah hilus menyerupai tumor paru.
Gambaran radiologisnya berupa :

Bayangan lesi terletak dilapangan ataas paru atau segmen apical lobus bawah
Bayangan berawan (patchy) atau bercak(nodular)
Adanya cavitas, tunggal atau ganda
Kelainan bilateral , terutama di lapangan atas paru
Adanya kalsiikasi
Bayangan menetap pada foto ulang beberapa minggu kemudian
Bayangan milier
Laboratorium darahrutin (LED normal atau meningkat, limfositosis)
Pemeriksaan Sputum BTA
Px sputum BTA memastikan diagnosis TB paru, namaun Pemeriksaan ini tdk sensitive karena hanya 30-70% pasien
TB yg dapat didiagnosis berddasarka pemeriksaan ini.

Tes Mantoux/ Tuberkulin


Dgn menyuntikkan 0,1 cc tuberculin P.P.D (Purified Protein Deritative) intrakutan berkekuatan 5 T.U (Intermediate
strength). Bila ditakutkan raksi hebat dg 5 T.U dapat diberikan dulu 1 atau 2 T.U (first strength). Bila dg 5 T.U masih
memberikan hasil negative dapat diulangi dg 250 T.U (second strength). Bila dg 250 T.U masih memberikan hasil
negative beaarti Tuberkulosis dapat disingkirkan. Umumnya tes Mantoux dg 5 T.U sdh beraarti.

Biasanya hampir seluruh pasien Tuberculosis memeberikan reaksi Mantoux yg positif(99,8%). Kelemahan tes ini jg
terdapat positif palsu yakni pada pemberian BCG atau terinfeksi dg Mycobacterium lain. Negatif palsu lebih banyak
ditemui daripada positif palsu.
Hal2 yg memberikan reaksi Tuberkulin berkurang(negative palsu ) :

Pasien yg baru 2-10 minggu terpajan tuberculosis


Alrgi, penyakit sistemik berat (Sarkoidosis, LE)
Penyakit eksantematous dg panas yg akut : morbili, cacar air, poliomyelitis
Reaksi hipersensivitas menurun pada penyakit limforetikuler (Hodgkin)
Pemberian kortikosteroid yg lama, pemberian obat2 imunosupresi lainnya)
Usia tua, malnutrisi, uremia, penyakit keganasan
(IPD FKUI Jilid II Edisi IV)
Pemeriksaan Penunjang
Laboratorium :
Darah : Hb, Ht, jumlah leukosit, LED (tidak mencerminkan aktivitas TB)
Analisis gas darah : bila ada indikasi
Kimia darah
Faal hati
Faal ginjal
Urin : sedimen uri(hematuria, proteinuria, pyuria)
LCS (liquocerebrospinal/ cairan otak) : none-pandi (protein, glukosa), sel-sel, glukosa, NaCl,dll
Cairan pleura : protein, LDH, glukoa, sel-sel(limfosit)
Tes PPD/tuberculin
Uji serologic
PAP-TB :IgG, sensitivitas/spesifitas tidak tinggi mempunyai nilai patologik bila hasil positif dengan titer 1/10.000.
ingat ada hasil positif palsu.
TB-EIA

Pemeriksaan hispatologik
Pemeriksaan jaringan tubuh (paru,pleura, kelenjar limfe, tulang,dll) yang mengalami proses TB.
Pada TB aktif: ditemukan gambaran tuberkel, reaksi perkejuan, sel datia langhan,dsb
Pada TB sembuh : ditemukan gambaran fibrosis

Pemeriksaan mikrobiologik
Pemeriksaan mikrobiologik biasa :
pulasan langsung dg pengecatan Ziehl Neelsen, Kinyoun Gabett, Tan Thiam Hok
specimen : sputum ( pertama pagi hari), cairan pleura, cairan perikard, LCS, cairan sendi, ascites, cairan lambung
(anak), nanah yg keluar dari flatula, kulit (TB kulit)
Pemeriksaan mikrobiologik Fluorescensi :
sulit, tidak dapat dipakai
kuman BTA lebih jelas : warna kuning jingga terang.

Pemeriksaan biakan kuman


Media
Lowenstein Jensen, pH 7, kuman tumbuh mulai minggu ke3-8
Kudoh, pH 6, kuman tumbuh dan berkembang lebih baik (media lebih asam)
Serum darah atau lilin paraffin, pemeriksaan biakan dengan cara “slight culture”, butuh waktu 1-2 minggu.
Hasil biakan diidentifikasikan kumannya dengan pengecatan dengan cara-cara diatas.

Pemeriksaan dg cara BACTEC


Prinsip : mendeteksi pertumbuhan kuman (yang dibiakkan) dengan metode radiometric.
Hasil positif diperoleh dala waktu 7-10 hari
Akurasi hasil cukup baik
Dapat dipakai untuk uji resisitensi kuman BTA terhadap OAT

Pemeriksaan dg cara “DNA Probe”


Dasar :mengidentifikasi kuman BTA lewat sifat-sifat DNA. Kuman TB, dengan DNA yang khas , tidak dipunyai
oleh bakteri lain. Bagian ikatan tersebut diberi label (radioisotop) kemudian diuji “gen probe”
Hanya dapat dipakai untuk uji diagnostic dan bukan untuk resistensi kuman TB
Waktu : kurang lebih 24jam sudah ada hasil
Sensitifitas dan spesifisitas : 95-100%
Ada 2 cara :
- DNA hybridisation probe
- DNA amflification

Pemeriksaan “Polymerase Chain Reaction (PCR)”


Suatu pendeteksian kuman BTA dengan jalan analisis DNA dari kuman BTA
Dasar caranya : DNA amplification
Butuh waktu beberapa jam (alatnya bekerja secara otomatis)
Baik untuk kepentingan diagnostic maupun uji resistensi kuman BTA.
Pemeriksaan radiologik
X foto dada :
PA, lateral, top lordotic
Atas indikasi: lateral decubitis
Tomografi, fluoroscopi(kalau diperlukan)
Lain-lain
Bronkospi (bila ada indikasi)

USG : bila diperlukan untuk mendeteksi efusi pleura cairan sangat sedikit
CT scanning dada : hanya bial diperlikan, untuk mendeteksi kelainan (penebalan pleura, efusi pleura, massa dalam
paru)
Uji faal paru : apabila ada indikasinya.
(Buku Ajar Ilmu Penyakit Paru jil.2, 1997. dr. Pasiyan R, bag. IPD UNDIP)

11. Apa saja terapi yang digunakan pada penderita TBC?


Pengobatan TB Paru Dewasa
1. Tahap Intensif ( selama 2 bulan )
a. Menghancurkan dengan segera populasi kuman yang bertumbuh aktif dalam jumlah besar.
b. Membuat lesi menjadi steril secara cepat dan menyeluruh dengan “initial intensive
chemotherapy”atau“initial killing phase”
c. Mencegah timbulnya resistensi kuman.
2. Tahap Lanjutan (Selama 4 bulan )
a. Menghancurkan kuman pada saat pertumbuhan intermiten yang tiba-tiba.
b. Fase kedua ini adalah fase sterilisasi (“sterilizing phase”)
c. Mencegah dan mengurangi angka kekambuhan.

Terapi TB standar
 Pasien baru
 Pasien dengan riwayat pengobatan TB lini pertama
 Pasien multi drug resisten

Paduan OAT lini pertama dan peruntukannya.


a. Kategori-1 (2HRZE/ 4H3R3)
Paduan OAT ini diberikan untuk pasien baru:
• Pasien baru TB paru BTA positif.
• Pasien TB paru BTA negatif foto toraks positif
• Pasien TB ekstra paru
• Kategori -2 (2HRZES/ HRZE/ 5H3R3E3)
Paduan OAT ini diberikan untuk pasien BTA positif yang telah diobati sebelumnya:
1. Pasien kambuh
2. Pasien gagal
3. Pasien dengan pengobatan setelah putus berobat (default)
Evaluasi pengobatan TB?
OAT Kategori 1

OAT Kategori 2
Kategori -2 Paduan OAT ini diberikan untuk pasien BTA positif yang pernah diobati sebelumnya (pengobatan ulang)
yaitu:
a) Pasien kambuh.
b) Pasien gagal pada pengobatan dengan paduan OAT kategori 1 sebelumnya.
c) Pasien yang diobati kembali setelah putus berobat (lost to follow-up).
Bagaimana pencegahan agar terhindar dari TBC?
12.

Edukasi bagi pasien TB dan keluarganya


1. Mengupayakan posisi aliran udara ke kamar penderita TB tidak berhadapan dengan posisi keberadaan seseorang
2. Mengupayakan ruangan masuk sinar matahari
3. Upayakan aliran udara yang masuk ruangan merupakan udara segar, berasal dari taman, ruangan terbuka yang
bebas polusi
4. Pisahkan ruang tidur untuk sementara waktu
5. Gunakan masker bila ingin bersama keluarga, untuk meminimalkan kemungkinan tertularnya anggota keluarga
lain
6. Bila ada anggota keluarga yang menderita batuk lebih dari 3 minggu, yang tidak sembuh dengan pengobatan
biasa, segera periksakan ke dokter
7. Edukasi dan promosikan pada pasien, keluarganya dan sebagai masyarakat secara keseluruhan akan kepatuhan
berobat, dan menerapkan pola hidup sehat

Derajat kesehatan dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu lingkungan, perilaku, pelayanan kesehatan dan keturunan.
Faktor paling besar yang mempengaruhi derajat kesehatan adalah faktor lingkungan dan perilaku masyarakat sendiri
yang dapat merugikan kesehatan.

Penyakit tuberkulosis merupakan penyakit berbasis lingkungan. Faktor risiko penularan tuberkulosis adalah
faktor lingkungan dan faktor perilaku
FAKTOR LINGKUNGAN FAKTOR PERILAKU
Ventilasi Kebiasaan merokok
Kepadatan hunian Meludah di sembarang tempat
Suhu Membuang dahak di sembarang tempat
Pencahayaan Batuk/bersin tidak menutup mulut
kelembapan Kebiasaan tidak membuka jendela

Sumber : Jurnal Kesehatan Lingkungan Indonesia Vol. 14 No.1 / April 2015

Risk Factor and Potential of Transmission of Tuberculosis in Kendal District, Central Java . Agustina Ayu Wulandari,
Nurjazuli, M. Sakundarno Adi
13. Apa intervensi yang harus dilakukan oleh perawat?
 Mengkaji tingkat pengetahuan pasien dan keluarga
 Menjelaskan patofisologi yang berhub dg anatomi dan fisiologi
 Menggambarkan tanda dan gejala dengan cara tepat
 Identifikasi kemungkinan penyebab
 Gambarkan proses penyakit dengan cara tepat
 Sediakan informasi kepada pasien tentang kondisi
 Menyediakan informasi bagi keluarga tentang kemajuan pasien
 Diskusikan pasien pilihan terapi atau penganganan
 Mendukung pasien untuk mengeksplorasi atau second opini dengan cara tepat
 Eksplor sumber dukungan dengan tepat
14. Sebutkan pola persepsi manajemen kesehatan?
 Kaji sehat dan sakit pada pasien : berupa pemeriksaan fisik
 Pengetahuan status kesehatan pasien saat ini
 Perlindungan thd sehat (diet, olahraga, manajemen stress, factor ekonomi)
 Pemeriksaan diri sendiri
 Perilaku mengatasi masalah kesehatan
 Data pemeriksaaan fisik berkaitan
 Pasien dengan penyakit aktif harus diisolasi untuk mencega penyebaran penyakit
 Departemen kesehatan umum mencegah penyebaran TB
 Paien yang terdilusi membutuhkan terapi kondisi medis lain termasuk subtansi penyalahgunaan zat dan
infeksi HIV dam memerlukan dukungan nutrisi.

Kapan pasien harus rawat inap atau rawat jalan?

Asuhan keperawatan pada pasien TB rawat inap?

Obat TB, resistensi, bagaimana agar pasien patuh minum obat?

Sifat kuman TB?

Bagaimana pasien TB yang tidak mendapat terapi?

Anda mungkin juga menyukai