Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH

“ Imbuhan ”

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Bahasa Indonesia

Oleh

NAMA : ARDILA

NIM/TM : 15033075/2013

PRODI : PENDIDIKAN FISIKA

NO.ABSEN : 13

Dosen Pembimbing

Ena Noveria, M. Pd

UNIVERSITAS NEGERI PADANG

2017
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang mana telah memberikan


kesempatan kepada penulis dalam menyelesaikan makalah tentang “imbuhan”
sehingga dapat selesai dalam waktu yang telah ditentukan. Sholawat serta salam
senantiasa tercurahkan kepada junjungan Nabi besar Muhamad Saw yang telah
meletakkan fondasi ilmu pengetahuan bagi umat.
Dalam makalah ini, penulis membahas pengertian, fungsi, dan jenis-jenis
imbuhan. Dalam menyelesaikan makalah ini, penulis telah banyak mendapat
bantuan dan masukan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini
penulis ingin menyampaikan terimakasih kepada:
1. Ibu Ena Noveria, M. Pd selaku Dosen mata kuliah bahasa Indonesia
Universitas Negeri Padang yang telah memberikan tugas sehingga
pengetahuan penulis dalam penulisan makalah ini makin bertambah dan
hal itu sangat bermanfaat bagi penyusunan skripsi penulis dikemudian
hari.
2. Pihak-pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah
turut membantu sehingga makalah ini dapat terselesaikan dengan baik
dalam waktu yang tepat.
Penulis menyadari bahwa penyusunan makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan, namun demikian telah memberikan manfaat bagi penulis. Akhir
kata penulis berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Kritik dan
saran yang bersifat membangun akan penulis terima dengan senag hati.

Padang, 22 April 2017

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR........................................................................................... i
DAFTAR ISI.......................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
A.Latar Belakang.........................................................................................1
B. Rumusan Masalah..................................................................................2
C.Tujuan Penulisan......................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Imbuhan...............................................................................3
B. Fungsi Imbuhan......................................................................................4
C. Jenis-jenis Imbuhan................................................................................4
BAB III PENUTUP
A.Kesimpulan.............................................................................................19
B.Saran ......................................................................................................19
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................iii

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
 Bahasa memiliki peranan penting dalam kehidupan, karena selain
digunakan sebagai alat komunikasi secara langsung, bahasa juga dapat digunakan
sebagai alat komunikasi secara tulisan. Pada zaman era globalisasi dan
pembangunan reformasi demokrasi ini, masyarakat dituntut secara aktif untuk
dapat mengawasi dan memahami infrormasi di segala aspek kehidupan sosial
secara baik dan benar. Sebagai bahan pendukung kelengkapan tersebut, bahasa
berfungsi sebagai media penyampaian informasi secara baik dan tepat. Dengan
penyampaian berita atau materi secara tertulis, diharapkan masyarakat dapat
menggunakan media tersebut secara baik dan benar. Dalam memadukan satu
kesepakatan dalam etika berbahasa, disinilah peran aturan baku tersebut di
gunakan. Dalam hal ini kita selaku warga negara yang baik hendaknya selalu
memperhatikan rambu-rambu ketatabahasaan Indonesia yang baik dan benar.
Ejaan Yang Disempurnakan (EYD) adalah sub. materi dalam ketata bahasaan
Indonesia, yang memilik peran yang cukup besar dalam mengatur etika berbahasa
secara tertulis sehingga diharapkan informasi tersebut dapat di sampaikan dan di
pahami secara komprehensif dan terarah. Dalam prakteknya diharapkan aturan
tersebut dapat digunakan dalam keseharian masyarakat sehingga proses
penggunaan tata bahasa Indonesia dapat digunakan secara baik dan benar.
Seringkali sebuah kata dasar atau bentuk dasar perlu diberi imbuhan untuk
dapat digunakan di dalam perturutan. Imbuhan ini dapat mengubah makna, jenis
dan fungsi sebuah kata dasar atau bentuk dasar menjadi kata lain, yang fungsinya
berbeda dengan kata dasar atau bentuk dasarnya. Imbuhan mana yang harus
digunakan tergantung pada keperluan penggunaannya didalam pertuturan. Untuk
keperluan pertuturan itu sering pula sebuah kata dasar atau bentuk dasar yang
sudah diberi imbuhan dibubuhi pula dengan imbuhan lain.

1
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang, maka yang menjadi permasalahan dan
diungkapkan dalam makalah ini adalah:
1. Apa yang dimaksud dengan imbuhan?
2. Apa fungsi dari imbuhan dalam bahasa Indonesia?
3. Apakah jenis-jenis imbuhan dalam bahasa Indonesia?

C. Tujuan Penulisan

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penulisan makalah


untuk studi kasus ini adalah

1. Untuk mengetahui pengertian dari imbuhan


2. Untuk mengetahui fungsi imbuhan dalam bahasa Indonesia
3. Untuk mengetahui jenis-jenis imbuhan dalam bahasa Indonesia..

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian imbuhan

Menurut Chaer (1994:177), “afiksasi adalah proses pembubuhan afiks


pada sebuah dasar atau bentuk dasar, afiksasi adalah proses penambahan afiks
pada sebuah kata dasar berupa morfem terikat dan dapat ditambahkan pada awal
kata.” Afiksasi ialah proses pembubuhan afiks pada suatu bentuk baik berupa
bentuk tunggal maupun bentuk kompleks untuk membentuk kata. Berdasarkan
beberapa pengertian yang afiksasi yang dikemukakan di atas maka dapat
disimpulkan afiksasi yaitu sebuah proses penambahan afiks di dalam kata dasar
dan penambahan afiks tersebut bisa saja menyebabkan pembubuhan pada kata
dasar.
Afiksasi adalah proses yang mengubah leksem menjadi kata kompleks.
Kridalaksana mendeskripsikan afiksasi sebagai proses atau hasil penambahan
afiks pada dasar. Afiksasi atau pengimbuhan adalah proses pembentukan kata
dengan membubuhkan afiks (imbuhan) pada bentuk dasar, baik bentuk dasar
tunggal maupun kompleks. Afiksasi sebagai proses pembubuhan afiks.
Menurutnya, suatu satuan yang dilekati afiks disebut bentuk dasar. Afiksasi
adalah penggabungan akar kata atau pokok dengan afiks.
Berdasarkan beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa afiksasi
adalah proses pembentukan kata dengan membubuhkan afiks (imbuhan) pada
bentuk dasar, baik bentuk dasar tunggal maupun kompleks untuk membentuk kata
baru dengan arti yang berbeda. Afiks atau imbuhan adalah bunyi yang
ditambahkan pada sebuah kata - entah di awal, di akhir, di tengah, atau gabungan
dari antara tiga itu - untuk membentuk kata baru yang artinya berhubungan
dengan kata yang pertama.

3
B. Fungsi Imbuhan
Pemakaian imbuhan dapat mengubah kelas kata. Kata benda misalnya, setelah
diberi imbuhan bisa menjadi kata kerja, kata sifat, atau kata lainnya.
Contoh:
 batu (benda) : membatu (sifat)
 indah (sifat) :seindah-indahnya (keterangan)
 mandi (kerja) :pemandian (benda)

Fungsi imbuhan adalah:


 Membentuk kata benda, yakni peN-, pe-, per-, ke-, -isme, -wan, -sasi, -tas,
peN-an, pe-an, per-an, dan ke-an. Contoh: pelaut, penyapu, wartawan.
 Membentuk kata kerja, yakni me-, ber-, per-, ter-, di, -kan, ter-kan,dan di-
i. Contohnya: melaut berlayar, terlihat diminum, bawakan, lempari,
menaiki.
 Membentuk kata sifat,yakni –I, -wi,-iah, dan –is. Contohnya: manusiawi,
duniawi, ilmiah, agamis
 Membentuk kata bilangan yakni se- dan ke-. Contohnya: sepuluh dan
kedua.
 Membentuk kata keterangan, se-nya ; -nya ; -an, Contoh: sepertinya,
habis-habisan, seindah-indahnya, dll.

C. Jenis-Jenis Imbuhan
Ditinjau dari posisi terhadap untuk dasarnya imbuhan dibedakan atas 4
macam yaitu:
1. Prefiks (awalan)
a. awalan me-
Awalan me- adalah imbuhan yang produktif, pengimbuhannya
dilakukan dengan cara merangkaikannya dimuka kata yang diimbuhinya.
Awlan ME mempunyai enam macam bentuk yaitu: me-, mem-, men-,
meny-, meng-, dan menge-.
4
1) Me- digunakan pada kata-kata yang mulai dengan konsonan r, l, w.
dan y; serta konsonan sengau m, n, ny, dan ng. umpamanya
terdapat pada kata-kata.
 merasa (me + rasa)
 melihat (me + lihat)
 mewarisi (me + warisi)
 meyakinkan (me + yakinkan)
 memerah (me + merah)
 menanti (me + nanti)
 menyanyi (me + nyanyi)
 menganga (me + nganga)
2) Mem- digunakan pada kata-kata yang dimulai dengan konsonan b,
p, f, dan v. umpamanya seperti terdapat dalam kata-kata:
 membawa (mem + bawa)
 memilih (mem + pilih)
 memfitnah (mem + fitnah)
 memvonis (mem + vonis)
3) Men- digunakan dengan kata-kata yang dimulai dengan konsonan
d dan t. konsonan d tetap diwujudkan; sedangkan konsonan t tidak
diwujudkan, melainkan disenyawakan dengan bunyi asal dari
awalan itu. Contohnya seperti terdapat dalam kata-kata berikut:
 mendengar (me + dengar)
 menarik (me + tarik)
4) Meny- digunakan pada kata- kata yang dimulai dengan konsonan s;
dan konsonan s itu tidak diwujudkan, melainkan disenyawkan
dengan bunyi asal dari awalan itu. Contoh:
 menyingkir (me + singkir)
 menyingkat (me + singkat)

5
5) Meng- digunakan pada kata- kata yang mulai dengan konsonan k,
g, h, dank kh; serta vocal a, I, u, e, dan o. konsonan k tidak
diwujudkan, tetapidisenyawakan dengan bunyi asal dari awalan
itu.sedangkan konsonan lainnya tetap diwuudkan. Contohnya
seperti :
 mengirim (me + kirim)
 menggali (me + gali)
 menghitung (me + hitung)
 mengkhayal (me + khayal)
 mengambil (me + ambil)
 mengiris (me + iris)
 mengutus (me + utus)
 mengekor (me + ekor)
 mengolah (me + olah)
6) Menge- digunakan pada kata- kata yang hanya bersuku satu.
Contohnya seperti:
 mengetik (me + tik)
 mengebom (me + bom)
Fungsi awalan me- adalah membentuk kata kerja aktif transitif dan
intransitif. Sedangkan makna yang didapat sebagai proses pengimbuhannya antara
lain menyatakan: melakukan, bekerja dengan alat, membuat barang, bekerja
dengan bahan, memakan meminum menghisap, menuju arah, mengeluarkan,
menjadi, menjadikan lebih, menjadi atau berlaku seperti, menjadikan menganggap
atau memberlakukan seperti, dan memperingati.
Adapun aturan dengan menggunakan dengan menggunakan imbuhan me-
nini adalah:
a) untuk mendapatkan makna “melakukan perbuatan yang disebutkan
dasarnya” awaln Me- harus diimbuhkan pada kata dasar kata kerja.
Contoh: ayah membaca Koran. Membaca artinya “melakukan pekerjaan
baca”
6
b) Untuk mendapatkan makna “bekerja dengan alat yang disebutkan kata
dasarnya” awalan me- harus diimbuhkan dengan kata benda yang
menyatakan alat atau perkakas. Contoh: siapa yang sedang menggergaji
itu? Menggergaji artinya “bekerja dengan alat gergaji”
c) untuk mendapatkan makna “membuat baraang yang disebut kata
dasarnya” awalan me- harus diimbuhkan pada kata benda yang
menyatakan hasil olahan atau kerajinan. Contoh: adik menggambar dengan
spidol. Menggambar artinya “membuat gambar”
d) untuk mendapatkan makna “bekerja dengan bahan yang disebut kata
dasarnya” awalan ME- harus diimbuhkan pada kata benda yang
menyatakan bahan. Contoh: siapa yang mengecat rumah ini?. Mengecat
artinya “bekerja dengan cat sebagai dasarnya”
e) untuk mendapatkan makna “mamakan, meminum, dan menghisap” awaln
me harus diimbuhkan pada kata benda yang menyatakan makanan atau
minuman.

b. Awalan di-
Awalan di- tidak mempunyai variasi bentuk. Bentuknya untuk
posisi dan kondisi mana pun sama saja. Hanya perlu diperhatikan adanya
di- sebagai awalan dan di- sebagai kata depan.
a) Di- sebagai awalan dilafalkan dan dituliskan serangkai dengan kata
yang diimbuhinya. Sedangkan di- sebagai kata depan dilafalkan
dan dituliskan terpisah dari kata yang mengikutinya. Contoh:
 Dia ditangkap polisi.(di- sebuah awalan)
 Adik belajar di perpustakaan.(di- sebuah kata depan)
b) Fungsi awalan di- adalah membentuk kata kerja pasif. Maka makna
yang didapat sebagai hasil pengimbuhannya merupakan kebalikan
dari makna kata kerja aktif transitif, yakni kata kerja berawalan
me- yang transitif.

7
Contoh: Kata kerja transitif kata kerja pasif Berawalan me-
berawalan di-
 membaca – dibaca
 menulis – ditulis

c. Awalan per-
Awalan per- mempunyai tiga macam bentuk, yaitu per-, pe-, dan
pel-per digunakan pada kata-kata yang tidak dimulai dengan konsonan r,
seperti: peristri, percepat, dan perketat.PE digunakan pada kata-kata yang
dimulai dengan konsonan r, seperti peringan dan perendah.PEl digunakan
pada kata ajar, menjadi pelajar. Tidak ada contoh lain.Fungsi awalan PER
adalah membentuk kata kerja perintah, yang dapat digunakan dalam:
a) Kalimat perintah
Contoh: persingkat saja acaranya!Pensempit dulu masalahnya!
b) Kalimat yang predikatnya berbentuk : (aspek)+pelaku+kata kerja,
Contoh: penjagaan akan saya perketet nentimalam
c) Keterangan tambahan pada subjek atau objek yang berbentuk: yang+
aspek+pelaku+kata kerja.
Contoh: saluran yang telah kami perdalam telah dangkal lagi.
Adapun aturan pengimbuhan dengan awalan per- antara lain:
 Jadikan lebih
 Anggap sebagai
 Bagi
Untuk mendapatkan makna “jadikan lebih” awalan PER- harus
diimbuhkan pada kata sifat. Contoh: pertegas aturannya! Pertegas artinya
“jadikan tegas”Untuk mendapatkan makna “jadikan atau anggap sebagai”
awalan PER- harus diimbuhkan pada beberapa kata benda, yang dikenal
dengan sifatnya. Contoh: jangan kalian perbudak anak-anak itu Perbudak
artinya “jadikan atau anggap sebagai budak”

8
Untuk mendapatkan makna “jadikan atau bagi” awalan PER- harus
diimbuhkan pada beberapa kata bilangan.
Contoh: uang sebanyak ini kita perdua saja Perdua artinya “jadikan dua”

2. Infiks (sisipan)
Sisipan ini tidak mempunyai variasi bentuk, dan ketiganya merupakan
imbuhan yang tidak produktif. Artinya tidak digunakan lagi untuk membentuk
kata-kata baru.
Pengimbuhannya dilakukan dengan cara menyisipkan diantara
konsonandan volal suku pertama pada sebuah kata dasar. Contoh : -el + tapak
– telapak, -er + gigi – gerigi, -em + tali – temali.
Arti yang yang dikandung oleh ketiga sisipan itu adalah:
a) Menyatakan banyak dan bermacam- macam.
b) Menyatakan intensitas.
c) Menyatakan yang melakukan yang disebut kata dasar.
 Untuk mendapatkan makna “bermacam-macam” sisipan ini harus
diimbuhkan pada kata benda tertentu, contohnya yaitu: temali, gerigi.
 Untuk mendapatkan makna “intensitas” sisipan ini harus diimbuhkan
pada kata benda tertentu, contohnya seperti: gemetar, gemuruh.
 Untuk mendapatkan makna “yang melakukan” sisipan ini harus
diimbuhkan pada kata kerja tertentu, contohnya seperti: pelatuk,
telapak, dan telunjuk. Karena sisipan ini tidak produktif lagi, maka
penggunaanya terbatas pada contoh yang sudah ada saja

3. Sufiks (akhiran)
a. Akhiran -kan
Akhiran –kan tidak mempunyai variasi bentuk. Jadi untuk situasi
dan kondisi mana pun bentuknya sama. Pengimbuhan dilakukan dengan
cara merangkaikannya dibelakang kata yang diimbuhinya.

9
Fungsi akhiran –kan adalah membentuk kata kerja transitif, yang
dapat digunakan dalam kalimat perintah, kalimat pasif yang predikatnya
berbentuk (aspek)+pelaku+kata kerja, dan subjek menjadi sasaran
perbuatan dan pada keterangan tambahan pada subjek atau objek yang
berbentuk yang+(aspek)+pelaku+kata kerja.
Pembentukan kata dengan akhiran –kan akan memberikan makna
sebagai berikut :
a) Untuk mendapatkan makna “sebabkan jadi” akhiran –kan harus
diimbuhkan pada :
 Kata sifat, contoh : tenangkan dulu anak-anak itu! Tenangkan
artinya “jadikan tenang”
 Kata kerja yang menyatakan keadaan, contoh : hubungan
telepon telah mereka putuskan Putuskan artinya “jadikan
putus”
 Beberapa kata benda yang memiliki sifat khusus, contoh :
daerah itu harus kita hutankan kembali Hutankan artinya
“jadikan hutan”
b) Untuk mendapatkan makna “sebabkan jadi berada” akhiran –kan harus
diibuhkan pada kata benda yang menyatakan tempat. Contoh :
Pinggirkan dulu mobil itu! Pinggirkan artinya “jadikan berada
dipinggir”
c) Untuk mendapatkan makna “lakukan…” akhiran –kan harus
diimbuhkan pada kata kerja yang menyatakan tindakan. Contoh :
Lemparkan bola itu kesini! Lemparkan artinya “lakukan lempar akan
bola”
d) Untuk mendapatkan makna “lakukan untuk orang lain” akhiran -kan
harus diimbuhkan pada kata kerja yang kata dasarnya sudah transitif.
Contoh :Tolong ambilkan buku itu! Ambilkan artinya “ambil untuk
orang lain”

10
e) Untuk mendapatkan makna “bawa masuk ke…” akhiran –kan harus
digunakan pada beberapa kata benda yang menyatakan ruang atau
wadah. Contoh :Asramakan saja anak-anak itu.

Catatan :
Akhiran –kan lazim digunakan bersama dengan awalan me- sehingga
menjadi me-kan yang digunakan dalam kalimat aktif transitif atau juga
dengan awalan di- sehingga menjadi di-kan yang digunakan dalam kalimat
pasif transitif.

b. Akhiran –i
Akhiran –i tidak mempunyai variasi bentuk, jadi untuk kondisi dan
situasi mana saja bentuknya sama saja. Pengimbuhannya dilakukan
dengan cara merangkaikannya dibelakang kata yang diimbuhinya. Perlu
diperhatikan kata-kata yang berakhir dengan fonem /i/ tidak dapat diberi
akhiran –i.
Pembubuhan kata dengan akhiran –I ini akan memberikan makna
antara lain yang menyatakan :
a) Untuk mendapatkan makna berkali-kali akhiran –I harus diimbuhkan
ada kata kerja yang menyatakan tindakan. Contoh : Pencuri itu mereka
pukuli sampai babak belur. Pukuli artinya (pekerjaan) memukul
dilakukan berkali-kali.
b) Untuk mendapatkan makna “tempat” akhiran –I harus diimbuhkan
pada kata kerja yang menyatakan tempat. Contoh : Jangan duduki
kursi itu. Duduki artinya “duduk di kursi.
c) Untuk mendapatkan makna “merasa sesuatu pada” akhiran –I harus
diimbuhkan pada kata kerja yang menyatakan sikap batin. Contoh :
Hormatilah gurumu! Hormati artinya “merasa hormat pada gurumu.

11
d) Untuk mendapatkan makna “memberi atau membubuhi” akhiran –I
harus diimbuhkan pada kata benda yang menyatakan benda yang dapat
diberikan. Contoh : Tolong nasihati anak-anak itu! Nasihati artinya
“memberi nasihat pada anak-anak itu.
e) Untuk menanyakan makna “menjadi atau menganggap“ akhiran –I
harus diimbuhkan pada beberapa kata benda tertentu yang dikenal
dengan sifat khasnya. Contoh : Jangan kalian budaki anak itu! Budaki
artinya “anggap sebagai budak”
f) Untuk mendapatkan makna “sebabkan jadi” akhiran –I harus
dibubuhkan pada kata sifat. Contoh : Lengkapi dulu syarat-syaratnya!
Lengkapi artinya “jadikan lengkap pada”
Catatan :
Akhiran –i lazim digunakan bersama dengan awalan me sehingga
menjadi me-i yaitu yang digunakan dalam kalimat aktif transitif atau
juga dengan awalan di- sehingga menjadi di-i yaitu yang digunakan
dalam kalimat pasif transitif.

c. Akhiran –an
Akhiran –an tidak mempunyai variasi bentuk. jadi untuk situasi
dan kondisi mana pun bentuknya tetap –an. pengimbuhannya dilakukan
dengan cara merangkaikannya dibelakang kata yang diimbuhinya. Fungsi
akhiran –an adalah membentuk kata benda. sedangkan makna yang
didapat sebagai hasil pengimbuhan dengan akhiran –an itu antara lain :
a) Untuk mendapatkan makna “hasil” akhiran –an harus digunakan pada
kata kerja tertentu. Contoh : Tulisan adik sudah bagus. Tulisan artinya
“hasil dari pekerjaan menulis”
b) Untuk mendapatkan makna “alat” akhiran –an harus diimbuhkan pada
beberapa kata kerja. Contoh : Keranjangnya ada tetapi pikulannya
tidak ada. Pikulan artinya “alat untuk memikul.

12
c) Untuk mendapatkan makna “benda atau hal yang dikenal pekerjaan”
akhiran –an harus diimbuhkan pada beberapa kata kerja. Contoh :
Makanan ini lezat sekali Makanan artinya “sesuatu yang dimakan”
d) Untuk mendapatkan makna “tempat” akhiran –an harus diimbuhkan
pada beberapa kata kerja. Contoh : Di tengah sawah itu ada kubangan
kerbau. Kubangan artinya “tempat kerbau berkubang.
e) Untuk mendapatkan makna “tiap-tiap” akhiran –an harus digunakan
pada kata benda yang menyaakan waktu atau satuan ukuran. Contoh :
Majalah bulanan ini terbit di Jakarta. Bulanan artinya terbit tiap-tiap
bulan.
f) Untuk mendapatkan makna :mengandung banyak hal yang disebut kata
dasarnya” akhiran –an harus diimbuhkan pada kata benda tertentu.
Contoh : Ayah sudah ubanan Ubanan artinya “banyak ubannya
g) Untuk mendapatkan makna “himpunan bilangan atau jumlah” akhiran
–an harus digunakan pada kata bilangan. Contoh : Yang diundang
banyak tetapi yang dating hanya belasan orang. Belasan artinya
“himpunan yang jumlahnya sebelas sampai Sembilan belas”
h) Untuk mendapatkan makna “bersifat yang disebut kata dasarnya”
akhiran –an harus digunakan pada beberapa kata sifat. Contoh : Dia tak
mau membeli barang murahan Murahan artinya “harganya murah”.

d. Akhiran -nya
Akhiran -nya tidak mempunyai variasi bentuk. Jadi untuk situasi
dan kondisi mana pun bentuknya tetap. Pengimbuhannya dilakukan
dengan cara merangkaikannya dibelakang kata yang diimbuhkan. Dalam
bahasa Indonesia perlu diperhatikan adanya dua macam –nya.
 -nya sebagai ganti orang ketiga tunggal yangberlaku objek atau
pemilik. Contoh : saya minta tolong kepadanya
 -nya sebagai akhiran. Contoh : turunnya harga beras
menggembirakan rakyat.
13
Penggunaan akhiran –nya untuk mendapatkan fungsi-fungsi
tersebut adalah sebagai berikut :
a) Untuk membentuk kata benda akhiran –nya harus diimbuhkan pada
beberapa kata kerja yang menyatakan keadaan atau kata sifat. Contoh :
Tenggelamnya kapal Tampomas banyak menelan korban.
b) Untuk memberi penekanan pada bagian kalimat akhiran –nya harus
diimbuhkan pada kata benda. Contoh : Saya ingin mandi, airnya tidak
ada.
c) Untuk membentuk kata keterangan akhiran –nya harus diimbuhkan
pada beberapa kata tertentu. Contoh : Agaknya dia tidak akan dating.

4. Konfiks (imbuhan terbagi)


a. Imbuhan Gabung ber-kan
Imbuhan gabung ber-kan adalah awalan ber- dan akhiran -kan yang
secara bersama-sama digunakan pada sebuah kata dasar. Pengimbuhannya
dilakukan secara bertahap. Mula-mula diberi awalan ber- kemudian diberi
akhiran -kan.
Fungsi imbuhan ber-kan adalah bentuk kata kerja intasitif yang
dilengkapi dengan sebuah pelengkap sedangkan makna yang didapat
sebagai hasil pengimbuhan itu adalah menyatakan menjadikan yang
disebut pelenglkapnya sebagai yang disebut kata dasarnya. Contoh:
pemuda-pemuda pada waktu itu berani melawan belanda wlaupun hanya
bersenjatakan bamboo runcing. Bersenjatakan artinya “menjadiakan
bamboo runcing sebagai senjata”

b. Imbuhan gabung ber-an


Yang dimaksud dengan gabungan ini adalah awalan ber akhiran -
an yang digunakan secara bersama-sama pada sebuah kata dasar. Cara
mengimbuhkannya dilakukan sekaligus.

14
Dalam hal ini perlu diingat ada kata-kata yang berimbuhan ber-an
tetapi pengimbuhannya dilakukan tidak sekaligus melainkan bertahap.
Umpamanya pada kata atur, mula-mula diimbuhkan akhiran an sehingga
menjadi aturan, kemudian diimbuhkan pula awalan BER sehingga menjadi
beraturan.
Fungsi imbuhan gabung ber-an adalah membentuk kata kerja
intransitive, sedangkan makna yang diperoleh sebagai proses
pengimbuhannya adalah:
 Banyak serta tidak teratur
 Saling atau tidak berbalasan
 Saling berada di
Aturan pengimbuhan dengan imbuha ber-an adalah sebagai berikut
a) Untuk mendapatkan makna “ banyak serta tidak teratur” imbuhan ber-
an harus diimbuhkan pada kata kerja yang menyatakan gerak. Contoh:
mereka berlarian kesana –sini untuk menyelamaykan diri Berlarian
artinya “banyak yang berlari dan larinya tidak teratur”
b) Untuk mendapatkan makna “saling atau berbalasan” imbuhan
gabungan ber-an harus diimbuhkan pada kata kerja tertentu. Contoh:
kedua jalan itu berpotongan dibalik bukit itu, Berpotongan artinya “
saling memotong”
c) Untuk mendapatkan makna “ saling berada di” imbuhan gabungan ber-
an harus diimbuhkan pada beberapa kata kerja yang menyatakan letak
atau jarak. Contoh: kami duduk bersebelahan didalam kereta pai itu.
Bersebelahan artinya “saling berada disebelahnya.

c. Imbuhan gabung per-kan


Imbuhan Gabung PER-kanadalah awalan PER dan akhiraan KAN
yang digunalkan secara bersama-sama pada sebuah klata dasar.
Pengimbuhan dilakukan secara serentak.

15
Imbuhan gabung PER-kan berfungsi membentuk kata kerja yang
digunakan:
a) Dalam kalimat predikatnya berpola aspek + pelaku + kata kerja.
Contoh: masalah itu akan kita berdebatkan lagi minggu depan
b) Sebagai keterangan tambahan pada subjek atau objek yang berpola:
yang + aspek + pelaku + kata kerja. Contoh: tarian yang sudah mereka
pertunjukan akan di ulangoi lagi.
c) Dalam kalimat perintah. Contoh: persiapkan dulu bahan-bahannya
Aturan dalam imbuhan gabungan per-an, yaitu:
a. Untuk mendapatkan makna “jadikan bahan” imnbuhan gabungan
PER-kan harus diimbuhkan pada kata kerja tertentu. Contoh:
jangan perdebatkan lagi masalah itu! Perdebatkan artinya “jadikan
bahan p[erdebatan”
b. Untuk mendapatkan makana “jadikan supaya” imbuhangabungan
PER-kan harus diimbuhkan pada beberapa kata sifat tertentu.
Contoh: bahan-bahannya akan segera kami persiapkan. Persiapkan
artinya “jadilkan supaya siap”
c. Untuk mendapatkan makna lakukan imbuhan gabung PER-kan
harus diimbuhkan pada beberapa kata kerja tertentu. Contoh:
pertahankan benteg ini sekuat tenaga kalian. Pertahankan artinya
“lakukan pertahanan”
d. Untuk mendapatkan makna “jadikan me” imbuhan gabung per-kan
harus diimbuhkan pada beberapa kata kerja tertentu. Contoh: nanti
akan kami perlihatkan kepadamu. Perlihatkan artinya “jadikan
orang lain melihat”
e. Untuk mendapatkan makana “jadikan ber” imbuhan gabung per-
kan harus diimbuhkan pada kata kerja tertentu. Contoh: akan kita
perhubungkan daerah-daerah itu dengan jalan-jalan baru.
Perhubungkan artinya “jadikan berhubungan”

16
d. Imbuhan gabung per-i
Imbuhan ini dilakukan bersama-sama pada sebuah kata dasar
pengimbuhannya dilakukan secara serentak. Mana yang didapat sebagai
hasil pengimbuhan dengan imbuhan per-i antara lain lakukan supaya jadi
dan lakukan yang disebut kata dasarnya pada objeknya.
a) Untuk mendapatkan makana “supaya jadi” imbuhan gabung per-i
harus diimbuhkan pada kata sifat tertentu. Contoh: mereka kami
perlengkapi dengan alat-alat pertanian. Perlengkapi artinya “lakukan
supaya lengkap”
b) Untuk mendapatkan makana “lakukan yang disebut kata dasarnya pada
objeknya” imbuhan gabung per-i harus diimbuhkan pada kata kerja
tertentu. Contoh: jangan kamu perturuti terus permintaannya Perturuti
artinya “lakukan agar permintaanya terturuti”

e. Imbuhan me-kan
Imbuhan me- -kan adalah awalan me- dan akhiran –kan yang
digunakan secara bersama-sama pada sebuah kata dasar atau sebuah
bentuk dasar. Pengimbuhannya dilakukan secara bertahap, mula-mula
pada sebuah kata dasar atau sebuah bentuk dasar diimbuhkan akhiran –
kan. Setelah itu diimbuhkan awalam me-. Contohnya pada kata dasar baca
mula-mula diimbuhkan akhiran –kan sehingga menjadi bacakan. Setelah
itu diimbuhkan awalam me- sehingga menjadi membacakan.
Fungsi imbuhan gabung me- -kan adalah membentuk kata kerja
aktif transitif. Sedangkan makna yang didapat sebagai hasil
pengimbuhannya, antara lain menyatakan:
1) Menyebabkan jadi yang disebut kata dasarnya
2) Melakukuan sesuatu untuk orang lain
3) Menjadikan berada di…
4) Melakukan yang disebut bentuk dasar

17
f. Imbuhan gabung me- i
Imbuhan gabung me- -i adalah awalan me- dan akhiran –i yang
digunakan bersama-sama pada sebuah kata dasar atau sebuah bentuk
dasar. Pengimbuhannya dilakukan secara bertahap. Mula-mula pada
sebuah kata dasar atau sebuah bentuk dasar diimbuhkan akhiran –i setelah
itu diimbuhkan awalam me-. Contohnya pada kata dasar tanam
diimbuhkan akhiran –i sehingga menjadi Tanami. Setelah itu diimbuhkan
pula awalan me- sehingga menjadi menanami. fungsi imbuhan gabung me-
-i adalah membentuk kata kerja transitif aktif. Sedangkan makna yang
didapat sebagai hasil pengimbuhan, antara lain menyatakan:
1. membuat jadi yang disebut kata dasarnya pada
2. memberi atau membubuhi pada
3. melakukan pada
4. melakukan berulang-ulang
5. merasa pada
Aturan dalam memaknai imbuhan gabung me-i, yaitu:
a) untuk mendapatkan makna ‘membuat jadi yang yang disebut kata
dasar pada objeknya’ imbuhan gabung me- -i harus digunakan pada
kata sifat.Contoh: Bulan menerangi bumi. Menerangi artinya
‘membuat jadi terang pada (bumi)’.
b) Untuk mendapatkan makna ‘memberi atau membubuhi yang disebut
kata dasarnya pada objeknya’ imbuhan gabung me- -i harus
diimbuhkan pada kata benda yang menyatakan zat, atau bahan.
Contoh:Siapa yang menggarami laut? Menggarami artinya ‘memberi
atau membubuhi garam pada (laut).
c) Untuk mendapatkan makna ‘melakukan atau berbuat sesuatu pada atau
di’imbuhan gabung me- -i harus diimbuhkan pada kata kerja tertentu.
Contoh:Mereka menanami halaman rumahnya dengan berbagai
tanaman hias. Menanami artinya ‘melakukan pekerjaan tanam
di(halaman rumah).
18
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Kesimpulan dari makalah ini adalah:
1. Afiks atau imbuhan adalah bunyi yang ditambahkan pada sebuah kata -
entah di awal, di akhir, di tengah, atau gabungan dari antara tiga itu -
untuk membentuk kata baru yang artinya berhubungan dengan kata yang
pertama.
2. Fungsi imbuhan, yaitu: membentuk kata benda, kata kerja, kata sifat dan
kata bilangan
3. Imbuhan yang ada dalam bahasa Indonesia adalah : sufiks (akhiran)
prefiks (awalan) Infiks (sisipan), dan kunfiks (imbuhan gabung)

B. Saran

Demikian makalah yang bisa penulis susun, penulis menyadari


penyusunan makalah ini masih banyak kekurangan dan jauh dari kata sempurna.
Untuk itu kritik dan saran yang membangun sangat penulis harapkan demi
perbaikan penyusunan makalah yang lebih baik. Penulis berharap semoga
makalah ini bermanfaat bagi pembaca. Amin..

19
DAFTAR PUSTAKA

Chaer,Abdul. 1998. Tata Bahasa Praktis Bahasa Indonesia. Jakarta: Rineka cipta
Haryatmo, Sri. Buku Panduan Mata Kuliah Bahasa Indonesia. Universitas Negeri
Yogyakarta : 2009.
Kusn, Santoso. 2010. Problematika Bahasa Indonesia Sebuah Analisis Praktis
Bahasa Baku. Jakarta: Rineka Cipta.
Sugono Dendi.1991. Bahasa Indonesia Dengan Benar. Jakarta: PT. Priastu.

iii

Anda mungkin juga menyukai