Anda di halaman 1dari 8

Banyak peneliti yang percaya bahwa mengetahui agen penyebab otomikosis sangatlah penting untuk memberikan terapi yang

tepat. Identifikasi spesies penyebab otomikosis juga direkomendasikan dalam pemilihan

antimikosis. Namun sebagian besar meyakini bahwa strategi terpenting dalam terapi ini adalah memilih terapi spesifik untuk otomikosis berdasarkan keampuhan dan sifat obat tanpa mempedulikan agen penyebabnya. Terapi topikal Hingga saat ini tidak pembuktian dari FDA tentang preparat untuk otomikosis. Berbagai macam antimikosis telah digunakan dan dokter berusaha membuktikan agen mana yang paling efektif dalam mengobati kondisi tersebut. Agen antijamur tertentu telah banyak digunakan dalam kurun waktu tertentu, hingga efek samping yang tidak diinginkan terjadi dan muncul obat baru di pasaran. Namun beberapa antijamur masih digunakan hingga saat ini, semisal Nistatin dan golongan Azole. Disamping itu, terapi topikal dengan higien lokal yang baik juga ditekankan dalam terapi otomikosis agar obat ototopikal dapat bekerja dengan sebaik-baiknya setelah pembersihan sekret dan debris. Tabel 2 menunjukkan penelitian tentang penggunaan agen antijamur, dosis yang digunakan, serta keampuhan penggunaan. Azole adalah agen sintetik yang mengurangi konsentrasi ergosterol, yang merupakan sterol alami di dalam membran sitoplasma. Klotrimazol adalah azole topikal yang paling banyak digunakan. Agen ini terbukti paling efektif dalam pengobatan otomikosis, dengan efektivitas sebesar 95-100% dalam kebanyakan penelitian, kecuali pada sebuah penelitian yang melaporkan bahwa angka rata-rata

keefektifannya lebih rendah, yaitu 50%. Klotrimazol memiliki afek antibakterial sehingga menguntungkan pada infeksi campuran bakterial dan jamur. Perlu dipertimbangkan pula ada tidaknya efek ototoksiknya. Belum pernah ada laporan secara klinis tentang efek ototoksis Klotrimazol. Klotrimazol tersedia dalam bentuk bubuk, lotion, dan solution. Ketokonazol dan Flukonazol adalah azole antijamur yang memiliki aktivitas broad spectrum. Kelompok ini efektif dalam pengobatan otomikosis oleh agen penyebab yang paling sering. Ketokonazol memperlihatkan keefektifan sebesar 95-100% dalam pengobatan spesies Aspergilus dan Kandida albikan. Ketokonazol tersedia dalam krem 2 %. Flukonazol topical terbukti efektif dalam 90% kasus. Flukonazol suspensi tersedia dalam 350 mg dan 1400 mg. setelah dicampur ke dalan 24 ml aquabidest, setiap ml suspense mengandung 10 mg atau 40 mg Flukonazol. Mikonazol krem 2% juga menunjukkan rata-rata keefektifan sebesar 90%. Bifonazol adalah agen antijamur yang banyakdigunakan pada tahun 1980an. Potensi antijamur solusio Bifonazol 1% telah terbukti sama dengan klotrimazol dan mikonazol, namun hal ini berbeda pada satu spesies dengan spesies lain. Bifonazol dan derivatnya menghambat pertumbuhan sebagian besar jamur dengan efektivitas mencapai 100 %. Nistatin adalah antibiotik makrolid yang menghambat sintesa sterol pada membrane sitoplasma. Banyak jamur dan ragi yang sensitive terhadap Nistatin, termasuk spesies Kandida. Keuntungan utama dari Nistatin adalah tidak dapat diabsorpsi oleh kulit yang intak. Nistatin tidak tersedia dalam bentuk preparat telinga, namun dapat diolah menjadi solution atau suspensi untuk pengobatan otomikosis. Nistatin dapat diolah menjadi krem,

ointment, ataupun bubuk. Rata-rata keefektifannya bervariasi dari 50% hingga 80%. Amfoterisin B adalah golongan poligen. Walaupun agen ini telah digantikan oleh yang lebih aman, namun masih digunakan untuk terapi seumur hidup infeksi jamur, tanpa mempedulikan efek sampingnya. Nong pada 1999 melaporkan bahwa Aspergilus dan Kandida albikan sensitive terhadap amfoterisin B, berdasarkan uji sensitifitas antijamur. Tolnaftat bekerja dengan menghancurkan hifa dan menghambat pertumbuhan jamur yang menyebabkan infeksi kulit, termasuk tinea pedis (kaki atlet), tinea kruris, dan ringworm. Obat ini direkomendasikan untuk kasus otomikosis berulang karena sifatnya non ototoksik. Tolfanat tersedia dalam bentuk solusio 1% yang dapat diteteskan ke dalam telinga. Dahulu Merkurokrom digunakan untuk antiseptic topical sebagai pengobatan otomikosis. Seperti mertiolat (timerosal), Merkurokrom tidak lagi direkomendasikan oleh FDA karena mengandung merkuri. Tisner pada tahun 1995melaporkan efektifitas mertiolat (timerosal) dalam pengobatan otomikosis mencapai 93,4 %. Merkurokrom telah digunakan secara spesifik untuk kasus di daerah lembab, dengan efektifitas antara 95,8% dan 100%. Gentian Violet digunakan selama 1 minggu (misalnya sediaan 1 %) dengan melarutkan dalam air. Agen ini telah digunakan sejak 1940an untuk mengobati otomikosis, karena merupakan larutan aniline denan kerja sebagai antiseptic, anti inflamasi, antibacterial, dan antijamur. Agen ini masih digunakan di beberapa negara dan masih direkomendasikan oleh FDA. Keefektifannya dilaporkan mencapai 80%. Pengobatan topical lainnya yang tersedia untuk mengatasi otomikosis meliputi siklopiroks olamin, asam borat, dan 5-fluorositosin. Siklopiroks bekerja dengan

menghancurkan ikatan polivalen (Fe3+ atau Al3+) yang menyebabkan inhibisi enzim terkait logam yang akan mempengaruhi degradsi peroksida di dalam sel jamur. Asam borat merupakan asam lemah yang sering digunakan sebagai antiseptic, dan ansektisida. Asam borat dapat digunakan untuk mengobati anfeksi yeast dan jamur semisal infeksi yeast pada vagina yang disebabkan oleh Kandida albikan. Dapat juga digunakan untuk mencegah penyakit kaki atlet. 5fluorositosin (disebut juga flusitosin) masuk ke dalam sel jamur dan dikonversi menjadi fluorourasil yang selanjutnya bersaing dengan urasil dalam sintesa protein dan RNA jamur. Tabel 3 menunjukkan potensi ototoksik dari beberapa antijamur.

Table 1 Otomikosis: deskripsi agen penyebab yang paling sering serta terapinya. Causal agent Aspergillus (species not specified) Treatment Clotrimazole Ketoconazole Itraconazole Clotrimazole Aspergillus flavus Aspergillus fumigatus Itraconazole, terbinafide Miconazole Amphotericin B Acetic acid Clotrimazole Tolnaftate Aspergillus niger Borneol Tolnaftate Ciclopiroxolamine, boric acid Itraconazole Author Ologe and Nwabuisi [17] Bassiouny et al. [10] Nong et al. [19] Ho et al. [1] Nong et al. [19] Schrader (2003) Karaarslan et al. [24] Dyckhoff et al. [21] Kintzel et al. [26] Jackman et al. [3] Jackman et al. [3] Martin et al. [13] Martin et al. [13] Chang and Li [7] Damato [30] del Palacio et al. [37] Hoshino and Matsumoto [8]

Mercurochrome Boric acid Clotrimazole 5-Fluorocytosine Itraconazole, terbinafide Fluconazole Amphotericin B Thimerosal Aspergillus terreus Candida albicans Lanoconazole Ketoconazole Thimerosal Amphotericin B Clotrimazole

Mgbor and Gugnani [4] Mishra et al. [32] Ozcan et al. [5] Pradhan et al. [15] Than et al. [38] Karaarslan et al. [24] Kurnatowski and Filipiak [2] Ette et al. [27] Tisner et al. [31] Egami et al. [14] Cohen and Thompson [20] Ho et al. [1] Tisner et al. [31] Ette et al. [27] ODay (2004) Jhadav (2003) Schrader (2003) Bassiouny et al. [10] Ologe and Nwabuisi [17] Jackman et al. [3] Martin et al. [13] Nong et al. [19] Kurnatowski and Filipiak [2] Martin et al. [13] Jackman et al. [3] Martin et al. [13] Kurnatowski et al. [2] Bhally et al. [16] Besbes et al. [25]

Itraconazole Fluconazole Tolnaftate Acetic acid Candida parapsilosis Scedosporium apiospermum Scopulariopsis brevicaulis Clotrimazole, tolnaftate Fluconazole Clotrimazole Nystatin

Table 2 Otomikosis: efektifitas terapi topical, ditampilkan dalam persentase


Author Jadhav et al. [6] Piantoni et al. [23] Study design Prospective Prospective Antifungal Clotrimazole Bifonazole Posology 1% solution 4 drops tid _ 1 month 1% solution, once a day P_ 415 days Number of patients 79 23 Efficacy (%) 100 100

Nong et al. [19]

Randomized prospective Miconazole Ketoconazole Clotrimazole Thymol alcohol

Once a day _2 weeks Once a day_ 2 weeks Once a day _ 2 weeks

110

97.6 97.5 90 80 141 39 152 189 51 48 18 96 23 23 24 20 20 40 87 9 15 8 2 1 1 1 96 94.8 93.4 90 86 95 86 89.4 66.6 95.8 75 80 95 72.5 77 100 40 50 50 0 100 100 100 100 90 57 100

Three times per day for 2 weeks 1% cream once a day _ 2 weeks 0.25 mg/ml once a day _ 812 days Not reported 10% ointment _ 710 days

Ologe and Nwabuisi [17] Kley [18] Tisner et al. [31] Than et al. [38] Ho et al. [1]

Prospective Prospective Prospective Prospective Retrospective

Clotrimazole Clotrimazole Thimerosal 5-Fluorocytosine

Cresylate otic Three times per day _ 13 weeks Ketoconazole otic 13 cc one application _ 1 week Aluminium acetate otic 0.5% solution _ 13 weeks Fluconazole 0.2% solution/three times per day _ 21 days

Kurnatowski et al.[2] Prospective Mgbor and Gugnani [4]

Randomized prospective Locacorten-vioform 1% solution every other day _ 710 days Mercurochrome 1% solution every other day _ 710 days Clotrimazole 1% solution every other day _ 710 days

del Palacio et al. [37] Randomized prospective Cyclopirox olamine 11% cream _ 1 week Cyclopirox olamine 1% solution _ 1 week Boric acid 1 week Ozcan et al. [5] Cohen and Thompson [20] Jackman et al. [3] Prospective Prospective Retrospective Boric acid Ketoconazole 4% solution in alcohol Not reported

Acetic acid otic Not reported Clotrimazole Nystatin Aluminium acetate otic Clotrimazole Mercurochrome Miconazole Clotrimazole otic Econazole Miconazole Cyclopirox olamine otic Lanoconazole 0.25 mg/ml 1% solution 0.25% solution 0,14 mg/ml 1% solution 0.14 mg/ml Not reported 0.1 mg/ml

Bhally et al. [16] Mishra et al. [32]

Case report Case report

Dyckhoff et al. [21] Review Bassiouny et al. [10] In vitro

Egami et al. [14]

In vitro

Table 3 Terapi otomikosis serta risiko ototoksisitasnya Antifungal 5-fluorocytosine Acetic acid otic Aluminium acetate otic Amphotericin B Bifonazole Boric Acid Clotrimazole Tested for ototoxicity Not tested Ototoxic Non ototoxic Not tested Not tested Ototoxic Non ototoxic Author Than et al. [38] Jackman et al. [3] Jinn et al. [36] Ho et al. [1] Jackman et al. [3] Nong et al. [19] Piantoni et al. [23] del Palacio et al. [37] Ozcan et al. [5] Bhally et al. [16] Jackman et al. [3] Tom [29] Mgbor and Gugnani [4] Ologe and Nwabuisi [17] Bassiouny et al. [10] Jadhav et al. [6] Ho et al. [1] Bassiouny et al. [10] del Palacio et al. [37] del Palacio et al. [37] Bassiouny et al. [10] Kurnatowski et al. [2] Nong et al. [19] Nong et al. [19] Cohen and Thompson [20] Nong et al. [19] Ho et al. [1] Egami et al. [14]

Cresylate otic Cyclopirox olamine 1% otic Cyclopirox olamine 11% otic Econazole Fluconazole Itraconazole Ketoconazole

Ototoxic Not tested Not tested Not tested Non ototoxic Not tested Non ototoxic

Lanoconazole

Not tested

Locacorten-vioform Mercurochrome 1% Miconazole Nystatin Gentian Violet Thimerosal

Ototoxic Non ototoxic (FDA banned) Non ototoxic Not tested Ototoxic Not tested

Mgbor and Gugnani [4] Mgbor and Gugnani [4] Mishra et al. [32] Bassiouny et al. [10] Dyckhoff et al. [21] Jackman et al. [3] Tom [29] Spandow [35] Tisner et al. [31]

Raymundo Munguia , Sam J. Daniel. Ototopical antifungals and otomycosis: A review. International Journal of Pediatric Otorhinolaryngology (2008) 72, 453 459

Anda mungkin juga menyukai