BAB I
PENDAHULUAN
Page 1
ANTIBIOTIK TOPIKAL
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Antibiotik berasal dari bahasa latin yang terdiri dari anti = lawan, bios =
hidup, adalah zat-zat yang dihasilkan oleh mikroba terutama bakteri dan fungi yang
dapat menghambat pertumbuhan atau membasmi mikroba jenis lain, sedang
toksisitasnya terhadap manusia relatif kecil. Antibiotik pertama kali ditemukan oleh
sarjana Inggris dr.Alexander Fleming (Penisilin) pada tahun 1928. Tetapi penemuan
ini baru dikembangkan dan digunakan dalam terapi di tahun 1941 oleh dr. Florey.
Kemudian banyak zat dengan khasiat antibiotik diisolir oleh peneliti lain diseluruh
dunia, namun toksisitasnya hanya beberapa saja yang dapat digunakan sebagai obat.
2,3
Page 2
ANTIBIOTIK TOPIKAL
asam folat dari para amino benzoic acid (PABA) yang mekanismenya
digangggu oleh antibiotic. Contoh : sulfonamida, trimetoprim, paminosalisilat acid (PAS) dan sulfon.
Page 3
ANTIBIOTIK TOPIKAL
Page 4
ANTIBIOTIK TOPIKAL
yang bersifat self-limited dan biasanya muncul pada pasien usia awal dewasa. 6
Antibiotik topikal yang dapat mengurangi jumlah mikroba dalam folikel yang
berperan yang berperan dalam folikel yang berperan dalam etiopatogenesis
Akne Vulgaris, misalnya Oksitetrasiklin 1%, Eritromisin 1% dan Klindamisin
Sulfat 1%.7
Efikasi antibiotik topikal pada pengobatan akne vulgaris dan rosasea
berhubungan langsung dengan efek antibiotik, dan diduga beberapa antibiotik
topikal memiliki efek anti-inflamasi dengan menekan neutrophil chemotactic
factor atau melalui mekanisme lain. Banyak hal yang harus dipertimbangkan
Page 5
ANTIBIOTIK TOPIKAL
Page 6
ANTIBIOTIK TOPIKAL
3. Metronidazol
Metronidazol, suatu topikal nitroimidazol, saat ini tersedia dalam
bentuk gel, lotio, dan krim 0,75%, serta sebagai krim 1% untuk pengobatan
topikal pada rosasea. Pada konsentrasi ringan, obat dipakai 2 kali sehari,
sedangkan pada konsentrasi yang lebih tinggi obat dipakai sekali sehari.
Metronidazol oral memiliki aktifitas broad-spectrum untuk berbagai organisme
protozoa dan organisme anaerob. Mekanisme kerja metronidazol topikal di
kulit belum diketahui; diduga efek antirosasea berhubungan dengan
kemampuan obat sebagai antibiotik, antioksidan dan anti-inflamasi.1
4. Asam Azelaic
Asam Azelaic adalah suatu asam dikarboksilik yang ditemukan pada
makanan (sereal whole-grain dan hasil hewan). Secara normal terdapat pada
plasma manusia (20-80 ng/mL), dan pemakaian topikal tidak mempengaruhi
angka ini secara bermakna. Mekanisme kerja obat ini adalah menormalisasi
proses keratinisasi (menurunkan ketebalan stratum korneum, menurunkan
jumlah dan ukuran granul keratohialin, dan menurunkan jumlah filagrin.1
Dilaporkan bahwa secara in vitro, terdapat aktifitas terhadap
Propionibacterium acnes dan Staphylococcus epidermidis, yang mungkin
berhubungan dengan inhibisi sintesis protein bakteri (tempat yang pasti sampai
saat ini belum diketahui). Pada organisme aerobik terdapat inhibisi enzim
oksidoreduktif. Pada bakteri anaerobik terdapat inhibisi pada enzim
oksidoreduksi (seperti tyrosinase, mitochondrial enzymes of the respiratory
chain, 5-alpha reductase, dan DNA polymerase). Pada bakteri anaerob, terdapat
gangguan proses glikolisis. Asam Azelaic digunakan terutama untuk
pengobatan akne vulgaris, dan ada yang menyarankan digunakan untuk
hiperpigmentasi (misalnya melasma), meskipun FDA tidak menyetujui indikasi
ini. Asam Azelaic tersedia dalam sediaan krim 20%.1
Page 7
ANTIBIOTIK TOPIKAL
5. Sulfonamid (Sulfasetamid)
Sulfasetamid merupakan Sulfonamid topikal yang digunakan untuk
pengobatan Akne Vulgaris dan Rosasea. Pada umumnya, Sulfonamid bekerja
sebagai antibakteri dengan cara menjadi kompetitor bagi PABA (Paraaminobenzoid acid) dalam pembentukan asam folat pada bakteri tersebut. Akan
tetapi mekanisme kerja Sulfasetamid pada pengobatan Rosasea masih belum
dapat diketahui hingga saat ini. Sulfasetamid tersedia dalam bentuk lotion
berkonsentrasi 10%, sedangkan Sulfasetamid 5% tersedia dalam bentuk jel,
krim, suspense, dan masker wajah.1
2.6.2
Page 8
ANTIBIOTIK TOPIKAL
Impetigo dengan lesi terbatas, yang disebabkan oleh S.aureus dan S.pyogenes.
tetapi pada penderita immunocompromised terapi yang diberikan harus secara
sistemik untuk mencegah komplikasi serius. Pada tahun 1987 dilaporkan
resistesi Mupirosin karena pemakaian antibiotik topical untuk Methicillinresistant S.aureus (MRSA).1
Penelitian
terakhir
di
Tennessee
Veterans
Aggairs
Hospital
Basitrasin menghambat
Page 9
ANTIBIOTIK TOPIKAL
Page 10
ANTIBIOTIK TOPIKAL
Page 11
ANTIBIOTIK TOPIKAL
6. Nitrofurazon
Nitrofurazon atau Furacin adalah derivate dari Nitrofuran yang
digunakan dalam penatalaksanaan pasien luka bakar. Mekanisme kerja dari
Nitrofurazon adalah menghambat aktivitas enzim yang berperan dalam
degradasi glukosa dan piruvat baik secara aerob maupun anaerob. Nitrofurazon
tersedia dengan konsentrasi 0.2% dalam bentuk krim, solusio dan juga dalam
bentuk
pembalut
luka.
Nitrofurazon
sangat
baik
aktivitasnya
pada
Page 12
ANTIBIOTIK TOPIKAL
Page 13
ANTIBIOTIK TOPIKAL
BAB III
KESIMPULAN
Antibiotika dapat didefinisikan sebagai suatu subgroup dari antiinfeksi
yang merupakan suatu derivate dari sumber bakteri dan digunakan untuk
mengobati infeksi yang disebabkan oleh bakteri lainnya. Antibiotik bekerja
melalui 5 mekanisme mayor. Penggunaanya sendiri dapat disesuaikan
berdasarkan daya kerja, luas aktivitas maupun cara pemakaiannya.
Antibiotik topikal memegang peranan penting pada penanganan kasus
di bidang kulit. Pemakaian antibiotik topikal dapat sebagai terapi pada infeksi
bakteri dan juga profilaksis contohnya pada tindakan bedah minor. Pengobatan
topikal untuk akne antara lain : Eritromisin, Clindamisin, Metronidazole, Asam
azelaic. Pengobatan Topikal pada infeksi bakteri superfisial adalah Mupirosin,
Basitrasin, Polimiksin B. Adapula Aminoglikosida Topikal, yaitu : Neomisin,
Gentamisin.
Antibiotik
Lainnya
yaitu
Gramisidin,
Kloramfenikol,
Page 14
ANTIBIOTIK TOPIKAL
DAFTAR PUSTAKA
1. W, Mark, Bonner. M, Paul, Benson. D, William, James. 2008. Topical
Antibiotics, FitzPatricks Dermatology in General Medicine 7 th ed. New
York : McGraw Hill. Editor : Wolff, Klaus. Glodsmith, Lowell A. Katz,
Stephen I. Glichrest, Barbara A. Paller, Amy S. Leffel, David J
2. Schwart R, Al Mutairi N. 2010. Topical Antibiotic in
Dermatology; an update. Review article. Volume 17, No.1.
The Gulf Journal of Dermatology and Venereology
3. Setiadi R, Vincent H.S. 2003. Pengantar Antimikroba.
Farmakologi dan Terapi. Jakarta: Gaya baru
4. Suhariyanto, Bambang. 2011. Antibiotik Topikal Untuk Penyakit Kulit
pada Wisatawan. Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin, Fakultas
Kedokteran Universitas Jember.
5. Gelmetti, carlo. 2008. Local Antibiotics In Dermatology. Journal
Dermatologic Therapy, Vol. 21. United States
6. Zaenglein, Andrea L. Graber, Emmy M. Thiboutot, Diane M. Strauss,
John S. 2008. Acne Vulgaris and Acneiformis Eruption, FitzPatricks
Dermatology In General Medicine. 7th ed. New York: McGraw Hill.
Editor : Wolff, Klaus. Glodsmith, Lowell A. Katz, Stephen I. Glichrest,
Barbara A. Paller, Amy S. Leffel, David J
7. Wasitaatmadja, Sjarif M. 2007. Akne, Erupsi Akneiformis, Rosasea dan
Rinofima. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Jakarta: Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia. Editor : Djuanda, Adi. Hamzah,
Mochtar. Aisah, Siti.
Page 15