PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi Antibiotika
Kata antibiotik berasal dari bahasa yunani yaitu Anti (melawan) dan Biotikos
(cocok untuk kehidupan). Istilah ini diciptakan oleh Selman tahun 1942 untuk
menggambarkan semua senyawa yang diproduksi oleh mikroorganisme yang dapat
menghambat pertumbuhan mikroorganisme lain. Namun istilah ini kemudian digeser
dengan ditemukannya obat antibiotik sintetis.
Penggunaan istilah antimikroba cenderung mengarah ke semua jenis mikroba
dan termasuk didalamnya adalah antibiotik, anti jamur, anti parasit, anti protozoa, anti
virus, dll. Antibiotik berbeda dengan istilah disinfectant karena desifektant membunuh
kuman dengan cara membuat lingkungan yang tidak wajar bagi kuman. Sedangkan
kerja dariantibiotik adalah cenderung bersifat Toksisitas Selektif dan dapat membunuh
kuman tanpa merugikan inang.
Prinsip Penggunaan Antibiotik:
a. Berdasarkan penyebab infeksi: Dari hasil pemeriksaan mikrobiologis, pemberian
antibiotika tanpa pemeriksaan mikrobiologis dapat didasarkan pada educate guess.
b. Berdasarkan faktor pasien: Fungsi ginjal dan hati, riwayat alergi, daya tahan
terhadap infeksi, daya tahan terhadap obat, usia, wanita hamil dan menyusui.
2.2 Turunan Makrolida
2) Gugus keton
3) Satu atau dua gula amin seperti glikosida yang berhubngan dengan cincin lakton
4
4) Gula netral, yang berhubungan dengan gula amino atau pada cincin lakton
5) Gugus dimetilamino pada residu gula, yang menyebabkan sifat basis dari senyawa
dan memungkinkan untuk dibuat bentuk garamnya.
Efek samping: relative rendah seperti gangguan saluran cerna yang ringan(sakit kepala,
mual, pusing dan diare) dan reaksi alergi.
1) Eritromisin stearate
5
karena senyawa tetap aktif secara biologis dan aktivitasanya tidak tergantung pada
proses hidrolisis. Eritromisin adalah senyawa bekteriostatik, efektif terhadap bakteri
Gram-positif yang telah tahan terhadap penisilin, seperti Staphylococcus sp.,
Steptococcus sp., Myoplasma, H influenza.
Absopsi : Dalam cairan tubuh, 70-75% obat terikat oleh protein plasma, kadar plasma
tertinggi dicapai dalam± 2 jam, dengan waktu paru 2-3 jam.
Dosis :
2) Oleandomisin fosfat,
6
Strukturnya terdiri dari aglikon oleandolida, gula amino desosamin dan gula netral L-
oleandrosa. Oleandomisin adalah senyawa bakterostatik, efektif terhadap bakteri
Gram-positif, seperti Streptococcus pyogenus dan S.pneumoniae, digunakan sebagai
obat pengganti eritromisin. Asetilasi 3 gugus hidroksi bebas dari oleandomisin
menghasilkan troleandomisin, yang mempunyai dua keuntungan disbanding
oleandomisin yaitu praktis tidak berasa dan kadar obat dlam darah lebih cepat dan lebih
tinggi.
Struktur: Strukturnya terdiri dari gula amin D-forosamin dan gula netral L-
mikrarosa dan D-mikaminosa. Spiramisin adalah senyawa bakteriostatik, efektif
terhadap Staphylococcus sp., Streptococcus sp., Clostridium sp., Bscillus sp.,
Klebsiella sp., Mycoplasma sp., B.fragilusdan H. influenza.
7
4) Roksitromisin (Abbotic, Rullid),
Adalah analog eritromisin mempunyai aktivitas lebih tinggi dan masa kerja yang
lebih panjang dibanding spiramisin. Efek antibakteri dan kegunaan serupa dengan
spiramisin. Obat diabsorpsi dengan baik oleh saluran cerna (72-85%), dengan
waktu paro biologis ± 10,5 jam.
Dosis oral : 150 mg 2 dd, lebih baik sebelum makan.
5) Azitromisin (Zithromax, Zibramax),
mempunyai stabilitas terhadap asam lambung yang lebih baik dibanding analog
eritromisin yang lain, dan masa kerja yang panjang sehingga hanya digunakan satu
kali sehari.
Dosis : 150 mg 1 dd, selama 5 hari.
8
2. Antibiotik yang bersifat basa, mengandung gugus amino bebas dan juga
menunjukkan bagian struktur yang nonsiklik
3. Antibiotik yang bersifat netral, tidak mempunyai gugus karboksilat dan amino
bebas, karena strukturnya dalam bentuk siklik, atau gugus reaktif di atas
dinetralkan melalui formilasi
2.3.1 Mekanisme Kerja
9
Dosis setempat 20.000 unit/g salep kulit atau mata, diberikan 2-3 kali sehari, dosis
IM 50000-7.500 unit/kg bb 4 dd.
4. Kolistin sulfat, diisolasi dari Bacillus polymyxa var. Colistinus, suatu polipeptida
yang heterogen dengan komponen yang dominan adalah kolistin A. Secara oral
obat tidak diabsorpsi dalam saluran cerna dan untuk pengobatan infeksi usus seperti
disentri basiler, enterokolitis dan gastroenteritis yang disebabkan bakteri Gram-
negatif. Dosis oral: 3-15 mg/kbb/hari, dalam dosis terbagi 3 kali. Dosis IM: 1,25
mg/kgbb 2-4 dd.
2.4 Turunan Linkosamida
Turunan linkosamida adalah antibiotika yang mengandung sulfur, dikarakterisasi oleh
4-alkil asam pipekolat atau asam higrat yang terikat pada alkil 6-amino-α-
tiooktopiranosida melalui sambungan amida. Turunan ini mengandung gugus yang
bersifat basa, yairu N-pirolidin atau N-piperidin, dan dapat membentuk garam yang
mudah larut dalam air.
2.4.1 Mekanisme Kerja
Turunan linkosamida adalah senyawa bakteriostatik tetapi pada kadar Gram-positi dan
bakteri anaerob Gram-negatiyan patogen. Turunan linkosamida menimbulkan efek
samping “antibiotic-associated pseudomembranous colitis” (AAPMC), dengan gejala-
gejala diare, nyeri abdominal, deemam, tinja berlendir dan ada darah kadang-kadang
berakibat fatal.
2.4.2 Contoh Obat
1. Linkomisin HCL, diisolasi dari Bacillus linconensis, efektif terhadap bakteri
Gram-positif, seperti Staphylococcus aureus, Diplococcus pneumonia dan
Leptospira pomona. Dosis oral: 500 mg 3 dd IM atau IV: 600 mg 1 dd.
2. Klindamisin HCL, klindamisin efektif terhadap bakteri gram-positi, seperti
Staphylococcus aureus, Streptococcus viridans, Diplococcus pneumoniae dan
Leptospira pomona, bakteri anaerob Gram- negatif dan bakteri anaerob positif.
Klindamisin dapat digunakan sebagai antimalaria yang disebabkan oleh P.
Alciparum dan P. vivax. Dosis oral: 150-300 mg dd, IM atau IV: 600-1200 mg/hari
dalam dosis terbagi 2- 4kali.
10
2.5 Turunan Polien
Antibiotik turunan polien dihasilkan oleh Streptomyces sp., dikarakterisasi oleh
adanya cincin besar yang mengandung lakton dan ikatan rangkap terkonjugasi.
Antibiotika polien tidak mempunyai aktivitas antibakteri atau antiriketsia, tetapi aktif
terhadap jamur dan yeast.
Contoh antibiotika polien yang banyak digunakan sebagai antijamur adalah amfoterisin
B, kandisidin, dan nistatin.
11
Fosfomisin tidak diberikan secara oral karena dapat mengiritasi lambung, sehingga
pemberian nya dilakukan secara intravena. Waktu paro plasma ± 2 jam setelah
pemberian IV. Toksisitas senyawa relatif rendah.
12
BAB III
PEMBAHASAN
2. ANTIBIOTIK
2.1 Pengertian
Antibiotic berasal dari kata anti: lawan dan bios: mahluk hidup. Jadi antibiotik
adalah senyawa kimia khas yang dihasilkan oleh mikroorganisme hidup,
termasuk turunan dan struktur analognya yang dibuat secara sintetik dan dalam
kadar rendah mampu menghambat proses penting dalam kehidupan suatu
spesies atau mikroorganisme.
1. Antibiotik spektrum luas, yaitu antibiotik yang berefek pada bakteri gram
positif dan gram negatif, contoh: golongan amfenikol, tertrasiklin,
makrolida, aminoglikosida
2. Antibiotik Spektrum sempit, yaitu antibiotik yang hanya berefek pada gram
positif atau gram negatif, contoh : penisilin
1. Bakteriosida
2. Bakteriostatik
13
2.4 Penggolongan Antibiotik Berdasarkan Tempat Kerjanya
1. Antibiotik yang menghambat metabolisme sel.
Antibiotik yang termasuk dalam kelompok ini adalah sulfonamid,
trimetoprim, asam p-aminosalisilat (PAS) dan sulfon. Obat tersebut
menghasilkan efek bakteriostatik, misalnya : trimetoprim menghambat
sintesis enzim dihidrofolat menjadi asam tetrahidrofolat, sulfonamid atau
sulfon membentuk analog asam folat yang non fungsional.
Obat yang termasuk dalam kelompok ini ialah polimiksin, golongan polien,
dan antibiotik kemoterapetik. Polimiksin merusak membran sel setelah
bereaksi dengan fosfat pada fosfolipid membran sel mikroba, polien
bereaksi dengan struktur sterol pada membran sel fagus sehingga
mempengaruhi permeabilitas selektif membran.
14
Beberapa antibiotik seperti itu, tetapi berbeda dengan mekanismenya;
metronidazol dan nitrofurantoin merusak DNA, golongan quinolon
menghambat DNA gyrase, rifampisin menghambat RNA polymerase,
15
A. Antibiotika Beta Laktam
1. Turunan Penisilin
2. Turunan Sefalosporin
a. Sefalosporin klasik
b. Pra- sefalosporin
c. Sefamisin
d. Oksasefem
3. Turunan Beta laktam Nonklasik
a. Turuna asam amidinopenisilat
b. Turunan asam penisilat
c. Karbapenem
d. Oksapenem
e. Turunan beta laktam monosiklik
16
sehingga terjadi hambatan biosintesis pada peptidoglikan, dan
dinding sel menjadi pecah/ lisis sehingga bakteri mati.
1. Turunan Penisilin
17
• Penisilin yang tahan asam, karena ada gugus penarikan elektron , misal
gugus fenoksi yang mencegah penisilin menjadi asam penilat. Contoh:
Penisilin V, Fenetisilin, dan Propisilin K.
• Penisilin dengan spektrum luas, yaitu karena gugus hidrofil, seperti NH2
pada rantai samping sehingga penembusan obat melalui membran terluar
bekteri menjadi lebih besar
• Penisilin yang aktif terhadap bakteri gram positif dan negatif disebabkan
adanya gugus asidik pada rantai samping, seperti COOH, -NHCO-
18
Hal hal yang mempengaruhi stabilitas penisilin
19
Indikasi: Pengobatan jangka pendek infeksi saluran pernafasan bagian atas
& bawah, infeksi saluran kemih, sinusitis, infeksi kulit, otitis media (radang
rongga gendang telinga).
20
21
Contoh Obat Golongan Penisilin
• Benzil Penisilin (Penisilin G)
Indikasi: infeksi tenggorokan, otitis media, endokarditis, penyakit
meningokokus, pnemonia, selulitis, antraks, profilaksis amputasi pada lengan
atau kaki; lihat juga keterangan di atas.
Peringatan: riwayat alergi, hasil tes glukosa urin positif palsu, gangguan fungsi
ginjal.
22
Kontraindikasi: hipersensitivitas (alergi) terhadap penisilin.
Efek Samping: reaksi alergi berupa urtikaria, demam, nyeri sendi, angioudem,
anafilaksis, serum sickness-like reaction; jarang, toksisitas sistem saraf pusat
termasuk konvulsi (terutama pada dosis tinggi atau pada gangguan ginjal berat),
nefritis interstisial, anemia hemolitik, leukopenia, trombositopenia dan
gangguan pembekuan darah; juga dilaporkan diare (termasuk kolitis karena
antibiotik).
Dosis: injeksi intramuskular atau intravena lambat atau infus, 2,4-4,8 g sehari
dalam 4 dosis terbagi, pada infeksi yang lebih berat dapat ditingkatkan jika
perlu (dosis tunggal di atas 1,2 g injeksi intravena saja; lihat keterangan di
bawah. BAYI PREMATUR dan NEONATAL di bawah 1 minggu, 50 mg/kg
bb dalam 2 dosis terbagi; BAYI 1-4 minggu: 75 mg/kg bb/hari, dalam 3 dosis
terbagi; ANAK 1 bulan-12 tahun: 100 mg/kg bb/hari dalam 4 dosis terbagi
• Fenoksimetilpenisilin (Penisilin V)
Indikasi:infeksi pada mulut, tonsilitis, otitis media, erysipelas, selulitis, demam
rematik, profilaksis infeksi pneumokokus
Peringatan: riwayat alergi, hasil tes glukosa urin positif palsu, gangguan fungsi
ginjal.
Kontraindikasi: hipersensitivitas (alergi) terhadap penisilin.
Efek Samping: reaksi alergi berupa urtikaria, demam, nyeri sendi, angioudem,
anafilaksis, serum sickness-like reaction; jarang, toksisitas sistem saraf pusat
termasuk konvulsi (terutama pada dosis tinggi atau pada gangguan ginjal berat),
nefritis interstisial, anemia hemolitik, leukopenia, trombositopenia dan
gangguan pembekuan darah; juga dilaporkan diare (termasuk kolitis karena
antibiotik).
Dosis: 500 mg tiap 6 jam, dapat ditingkatkan hingga 1 g tiap 6 jam pada infeksi
berat. ANAK sampai 1 tahun 62,5 mg, tiap 6 jam dapat ditingkatkan hingga
12,5 mg/kg bb tiap 6 jam pada infeksi berat. ANAK 1-5 tahun: 125 mg, tiap 6
jam dapat ditingkatkan hingga 12,5 mg/kg bb tiap 6 jam pada infeksi berat.
23
ANAK 6-12 tahun: 250 mg tiap 6 jam dapat ditingkatkan hingga 12,5 mg/kg
bb tiap 6 jam pada infeksi berat.
• Flukoksasilin
Indikasi: infeksi karena stafilokokus penghasil penisilinase, termasuk otitis
eksterna; terapi tambahan pada pneumonia, impetigo, selulitis, endokarditis
Peringatan: gangguan hati; risiko kernikterus pada jaundice neonatal jika
diberikan dosis tinggi secara parenteral. Anjuran terkait dengan hepatic
disorders: Pemberian untuk waktu yang lebih dari 2 minggu dan peningkatan
usia merupakan faktor resiko. Perlu diingat hal-hal sebagai berikut:
Flukloksasilin tidak boleh digunakan pada pasien yang memiliki riwayat
disfungsi hati terkait dengan flukloksasilin. Flukloklasilin sebaiknya digunakan
dengan hati-hati pada pasien dengan gangguan hati. Perhatian khusus sebaiknya
dibuat terhadap reaksi hipersensitivitas antibakteri beta-laktam.
Efek Samping: gangguan saluran cerna; sangat jarang, hepatitis dan kolestatik
jaundice.
Dosis: oral: 250-500 mg tiap 6 jam diberikan sekurang-kurangnya 30 menit
sebelum makan; ANAK di bawah 2 tahun, seperempat dosis dewasa; 2–10
tahun, setengah dosis dewasa; Injeksi intramuskular: 250 - 500 mg tiap 6 jam;
ANAK di bawah 2 tahun, ¼ dosis dewasa; 2–10 tahun, ½ dosis dewasa. Injeksi
intravena secara lambat atau infus: 0,25-2 g tiap 6 jam; ANAK di bawah 2
tahun, ¼ dosis dewasa; 2–10 tahun, ½ dosis dewasa; Endokarditis (dalam
kombinasi dengan antibakteri lain), berat badan kurang dari 85 kg, 8 g sehari
dalam 4 dosis terbagi; berat badan lebih dari 85 kg, 12 g sehari dalam 6 dosis
terbagi. Osteomielitis, hingga 8 g sehari dalam 3-4 dosis terbagi.
• Ampisilin
Indikasi: infeksi saluran kemih, otitis media, sinusitis, infeksi pada mulut (lihat
keterangan di atas), bronkitis, uncomplicated community- acquired pneumonia,
infeksi Haemophillus influenza, salmonellosis invasif; listerial meningitis.
Peringatan: riwayat alergi, gangguan ginjal, ruam eritematous umumnya pada
glandular fever, infeksi sitomegalovirus, dan leukemia limfositik akut atau
24
kronik (lihat keterangan di atas). Pemakaian dosis tinggi atau jangka lama dapat
menimbulkan superinfeksi terutama pada saluran pencernaan. Jangan diberikan
pada bayi baru lahir dan ibu yang hipersensitif terhadap penisilin. Pada
penderita payah ginjal, takaran harus dikurangi. Keamanan pemakaian pada
wanita hamil belum diketahui dengan pasti. Hati-hati kemungkinan terjadi syok
anafilaktik.
Kontraindikasi: hipersensitivitas terhadap penisilin.
Efek Samping: mual, muntah, diare; ruam (hentikan penggunaan), jarang
terjadi kolitis karena antibiotik; Dosis: oral: 0,25-1 gram tiap 6 jam, diberikan
30 menit sebelum makan. ANAK di bawah 10 tahun, ½ dosis dewasa. Infeksi
saluran kemih, 500 mg tiap 8 jam; ANAK di bawah 10 tahun, setengah dosis
dewasa. Injeksi intramuskular atau injeksi intravena atau infus, 500 mg setiap
4-6 jam; ANAK di bawah 10 tahun, ½ dosis dewasa; Endokarditis (dalam
kombinasi dengan antibiotik lain jika diperlukan), infus intravena, 2 g setiap 6
jam, ditingkatkan hingga 2 g setiap 4 jam, dalam endokarditis enterokokus atau
jika ampisilin digunakan tunggal; Listerial meningitis (dalam kombinasi
dengan antibiotik lain), infus intravena, 2 g setiap 4 jam selama 10–14 hari;
NEONATAL 50 mg/kg bb setiap 6 jam; BAYI 1-3 bulan, 50-100 mg/kg bb
setiap 6 jam; ANAK 3 bulan – 12 tahun, 100 mg/kg bb setiap 6 jam (maksimal
12 g sehari).
• Amoksisilin
Indikasi: lihat ampisilin; juga untuk profilaksis endokarditis; terapi tambahan
pada listerial meningitis (lihat Tabel 5.1), eradikasi Helicobacter pylori
Peringatan: lihat ampisilin; mempertahankan hidrasi yang tepat pada
pemberian dosis tinggi (terutama selama terapi parenteral).
Efek Samping: lihat ampisilin.
Dosis: oral: 250 mg tiap 8 jam, dosis digandakan pada infeksi berat; ANAK
hingga 10 tahun: 125 - 250 mg tiap 8 jam, dosis digandakan pada infeksi berat.
25
2. Turunan Sefalosporin
• Pada umunya turunan sefalosporin berbeda pada gugus gugus yang terikat pada
posisi 7 atau 3 dari cincin sefem, modifikasi pada c-3 untuk mendapatkan sifat
kimia, c-7 untuk mengubah spektrum aktivitas.
• Aktivitas biologis bergantung pada rantai samping yang terikat pada posisi 7,
subsitusi gugus metoksi seperti sefamisin, meningkatkan ketahanan terhadap
aktivitas enzim betlaktam
26
Streptococcus pyogenes, Streptococcus viridans dan Streptococcus
pneumoniae. Bakteri gram positif yang juga sensitif adalah Streptococcus
anaerob, Clostridium perfringens, Listeria monocytogenes dan
Corynebacterium diphteria. Kuman yang resisten antara lain MRSA,
Staphylococcus epidermidis dan Streptococcus faecalis. Sefaleksin, sefradin,
sefadroksil, aktif pada pemberian per oral. Obat ini diindikasikan untuk infeksi
saluran kemih yang tidak memberikan respons terhadap obat lain atau yang
terjadi selama hamil, infeksi saluran napas, sinusitis, infeksi kulit dan jaringan
lunak.
27
• Sefalosporin generasi kedua: Turunan ini diperkenalkan untuk penggunaan
klinik pada akhir tahun 1970. Spektrum antibakterinya hampir sama dengan
generasi pertama tetapi secara umum turunan ini tahan terhadap beta laktamase,
waktu eliminasinya relatif sama dengan generasi pertama tetapi kemampuan
menembus cairan serebrospinal lebih baik
28
• Sefalosporin generasi ke empat: Turunan ini diperkenalkan pada pengunaan
klinik pada tahun 1995. Spektrum antibakterinya lebih luas dibanding dengan
generasi sebelumnya. Turunan ini aktif terhadan bakteri gram positif dan gram
negatif yang telah resisten, lebih tahan terhadap beta laktamase, dan aktif
terhadap Pseudomonas aeruginosa.
29
Sefalosporin berdasarkan struktur kimia
a. Sefalosporin klasik, yaitu gugus gugus penting yang terikat pada posisi c-
3 dan c-7.
Sifat umum
FARMAKOKINETIK
30
menyebabkan. iritasi local dan nyeri pada pemberian im. Yang
lain secara im atau iv.
Kebanyakan sefalosporin diekskresi dalam bentuk utuh melalui
ginjal, dengan proses sekresi tubuli, kecuali sefoperazon yang
sebagian besar diekskresi melalui empedu.
Probenesid mengurangi ekskresi sefalosporin, kecuali
moksalaktam dan beberapa lainnya. Sefalotin, sefapirin dan
sefotaksim mengalami deasetilasi: metabolit yang aktivitas
antimikrobanya lebih rendah dieksresi melalui ginjal.
31
Data farmakokinetik sefalosporin
a. Sefalosporin klasik, yaitu gugus gugus penting yang terikat pada posisi c-3 dan
c-7.
32
EFEK SAMPING
Reaksi mendadak yaitu anafilaksis dengan spasme bronkus dan urtikaria dapat
terjadi. Reaksi silang umumnya terjadi pada penderita dengan alergi penisilin
berat, sedangkan pada alergi penisilin ringan atau sedang kemungkinannya
kecil.
Sefalosporin merupakan zat yang nefrotoksik, meskipun jauh jkurang toksik
dibandingkan dengan aminoglikosida dan polimiksin. Kombinasi sefalosporin
dengan gentamisin atau tobramisin mempermudah terjadinya nefrotoksisitas.
Diare dapat timbul terutama pada pemberian sefoperazon, mungkin karena
ekskresinya terutama melalui empedu sehingga mengganggu flora normal usus.
33
1. Amdinosilin, senyawa yang tidak tahan terhadap asam dan tidak diabsorbsi di
saluran cerna, sehingga diberikan secara iv/ im. Dosis: 10mg/kg bb setiap 4 jam
untuk infeksi berat.
2. Bakmesilinam dan pivemesilinam adalah ester ganda amdinosilin, mudah
diabsorbsi saluran cerna. Dosis oral: 400mg 3 sampa 4 kali sehari
Turunan Asam penisilinat
Berasal dari modifikasi 6-APA dan digunakan sebagai penghambat enzim
betalaktamase, biasanya diberikan dalam bentuk kombinasi:
1. Sulbaktam, obat ini diberikan secara parenteral karena absorbsi pada
saluran cerna rendah.
2. Pivsulbaktam, dapat diberikan per oral.
Karbapenem
Atom S pada cincin tiazolin diganti dengan ikatan gugus rangkap dua
dan gugus metilen sehingga menunjang pengikatan dengan enzim
sehingga aktivitas antibakteri meningkat.
34
Turunan Beta Laktam Monosiklik
• Azetreonam
Indikasi: infeksi Gram negatif, termasuk Pseudomonas aeruginosa,
Hemophilus influenzae dan Neisseria. meningitides.
Peringatan: alergi terhadap antibiotik beta-laktam, ganguan fungsi hati,
pada gangguan fungsi ginjal dosis perlu disesuaikan.
Kontraindikasi: alergi terhadap aztreonam, wanita hamil atau
menyusui.
Efek Samping: mual, muntah, diare, kram abdomen, gangguan
pengecapan, ulkus mulut, ikterus dan hepatitis, gangguan darah
(trombositopenia dan netropenia), urtikaria dan ruam.
Dosis: injeksi intramuskuler atau injeksi intravena selama 3-5 menit
atau infus intravena. 1 g tiap 8 jam atau 2 g tiap 12 jam untuk infeksi
berat. Dosis lebih dari 1g hanya diberikan secara intravena. BAYI di
atas 1 minggu: 30 mg/kg bb, intravena tiap 8 jam. ANAK di atas 2 tahun
atau infeksi berat, 50 mg/kg bb tiap 6-8 jam, maksimum 8 g per
35
hari.Infeksi saluran kemih, 0,5-1 g tiap 8-12 jam. Gonore dan sistitis, 1
g dosis tunggal.
• Doripenem
Indikasi: Infeksi pada dewasa: pneumonia nosokomial/termasuk
pneumonia dengan ventilator; infeksi intra abdominal dengan
komplikasi.
Peringatan: Hipersensitif terhadap antibakteri golongan beta laktam,
kehamilan, menyusui, perlu penyesuaian dosis untuk pasien gagal
ginjal.
Interaksi: Penggunaan bersama asam valproat harus disertai monitoring
konsentrasi asam valproat dalam serum. Tidak dianjurkan penggunaan
bersama Probenesid karena bisa terjadi penurunan klirens ginjal
Doripenem.
Kontraindikasi: hipersensitif.
Efek Samping: sakit kepala, diare, mual, pruritus, infeksi vulvomikosis,
kenaikan enzim hati, ruam, flebitis.
Dosis: Pneumonia nosokomial termasuk penumonia dengan ventilator:
500 mg tiap 8 jam diberikan dengan infus intravena selama 1 atau 4 jam.
Komplikasi infeksi intraabdominal, 500 mg tiap 8 jam diberikan dengan
infus intravena selama 1 jam. Lama pengobatan biasanya 5-14 hari
tergantung pada tempat dan beratnya infeksi serta respons klinis pasien.
Tidak dianjurkan untuk anak di bawah 18 tahun karena data keamanan
dan efektivitas belum mencukupi. Tidak dianjurkan untuk pasien yang
sedang menjalani hemodialisa.
• Meropenem
Indikasi: infeksi gram positif dan Gram negatif, aerobik dan anaerobik.
Peringatan: hipersensitivitas terhadap penisilin, sefalosporin dan
antibiotik beta-laktam lainnya. Gangguan fungsi hati, fungsi ginjal,
wanita hamil atau menyusui.
Kontraindikasi: hipersensitif terhadap meropenem.
36
Efek Samping: mual, muntah, diare, nyeri perut, gangguan uji fungsi
hati, trombositopenia, uji Coombs positif, eosinofilia, netropenia, sakit
kepala, parestesia, reaksi lokal.
Dosis: injeksi intravena, 500 mg tiap 8 jam. Dapat ditingkatkan dua kali
lipat pada infeksi nosokomial (pneumonia, peritonitis, septikemia dan
infeksi pada pasien dengan netropenia). ANAK 3 bulan sampai 12
tahun, 10-20 mg/kg bb tiap 8 jam. Berat badan lebih dari 50 kg diberikan
dosis DEWASA.Meningitis, 2 g tiap 8 jam. ANAK 40 mg/kg bb tiap 8
jam.Infeksi saluran napas bawah kronik pada fibrosis kistik, 2 g tiap 8
jam. ANAK 4-12 tahun, 25-40 mg/kg bb tiap 8 jam
37
BAB VI
KESIMPULAN
1) Pada antibiotik golongan Makrolida dihasilkan oleh Streptomyces sp. Contoh
Obatnya adalah Erithromisin Stearate, Oleandomisin Fosfat, Spiramisin,
Roksitromisin, Azitromisin.
2) Dan golongan polipeptida berasal dari Bacillus sp. Dan Streptomyces sp. Contoh
Obatnya adalah Tirotrisin, Basitrasin, Polimiksin B Sulfat dan Kolistin.
3) Sedangkan pada golongan Linkosamida diisolasi dari Bacillus Lincozensis. Contoh
obatnya adalah Linkomisin HCl dan Klindamisin HCl.
4) Pada golongan Polien, Ansamisin, Antrasiklin dan Fosfomisin dihasilkan oleh
Streptomyces sp.
38
BAB 1
PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
Agar mahasiswa mampu memahami tentang diuretika, penggolongan diuretika,
mekanisme kerja diuretika dan nama obat yang termasuk kedalam diuretika.
39
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian
Diuretika adalah senyawa yang dapat meningkatkan volume urine. Diuretika bekerja
terutama dengan meningktakan ekresi ion-ion Na+, Cl- atau HCO3- yang merupakan
elektrolit utama dalam cairan luar sel. Diuretika juga merupakan absorpsi kembali
elektrolit di tubulus renalis dengan melibatkan proses pengangkutan aktif. Diuretika
terutama digunakan untuk mengurangi sembab (edema) yang disebabkan oleh
meningkatnya jumlah cairan luar sel, pada keadaan yang berhubungan dengan
kegagalan jantung kongestif, kegagalan ginjal, oligourik, sirosis hepatik, keracunan
kehamilan,glaukoma, hiperkalsemi, diabetes insipidus, dan sembab yang disebabkan
oleh penggunaan jangka panjang kortikosteroid atau estrogen. Diuretika juga
digunakan sebagai penunjang pada pengobatan hipertensi.
Berdasarkan efek yang dihasilkan diuretika dibagi menjadi tiga kelompok, yaitu:
1. Diuretika yang hanya meningkatkan ekskresi air dan tidak mempengaruhi kadar
elektrolit tubuh
2. Diuretika yang dapat meningkatkan ekskresi Na+ (Natriuretik)
3. Diuretika yang dapat meningkatkan ekskresi Na+ dan Cl- (Saluretik)
Urin di ekresikan oleh ginjal. Unit fungsional dari ginjal adalah nefron, yang terdiri
dari glumerulus, tubulus proksimalis dan distalis, loop of hanle dan saluran pengumpul.
Proses pengangkutan elektrolit dalam nefron yang dipengaruhi oleh diuretika, diuretika
mempengaruhi proses fisiologis dalam pengangkutan elektrolit yaitu pada filtrasi
glomerulus, absorpsi kembali ditubulus atau loop of hanle dan sekresi di tubulus
40
2.2 Penggolongan Diuretika
Secara umum Diuretika dibagi menjadi 7 kelompok yaitu Diuretika Osmotik, Diuretika
Pembentuk Asam, Diuretika Merkuri Organik, Diuretika Penghambat Karbonik
Anhidrase, Diuretika Turunan Tiazida, Diuretika Hemat Kalium, Diuretika loop
1. Diuretika Osmotik
Diuretika osmotik adalah senyawa yang dapat meningkatkan ekskresi urin dengan
mekanisme kerja berdasarkan perbedaan tekanan osmosa. Diuretika osmotik adalah
natriuretik, dapat meningkatkan ekskresi natrium dan air. Efek samping : gangguan
keseimbangan elektrolit, dehidrasi, mata kabur. Nyeri kepala dan takikardia.
contoh: Manitol, glukosa, sukrosa, dan urea.
41
2. Diuretika Pembentuk Asam
Diuretika pembentuk asam adalah senyawa anorganik yang dapat menyebabkan
urin bersifat asam dan mempunyai efek diuretik. Senyawa golongan ini efek
diuretiknya lemah dan menimbulkan asidosis hiperkloremik sistemik. Efek
samping yang ditimbulkan antara lain adalah iritasi lambung, penurunan nafsu
makan, mual,asidosis dan ketidak normalan fungsi ginjal.
Contoh: amonium klorida, amonium nitrat dan kalsium klorida.
Mekanisme kerja
Kelebihan ion Cl – dalam urin akan mengikat ion Na+ membentuk garam NaCl dan
kemudian diekresikan bersama-sama dengan sejumlah ekivalen air dan terjadi
diuresis.
Penggunaan amonium klorida dalam sediaan tunggal kurang efektif karena setelah
1-2 hari, tubuh ( ginjal ) mengadakan kompensasi dengan memproduksi amonia,
yang akan menetralkan kelebihan asam, membentuk NH4+, yang segera
berinteraksi dengan ion Cl- membentuk NH4Cl dan kemudian diekresikan,
sehingga efek diuretiknya akan menurun secara drastis. Oleh karena itu di klinik
biasanya digunakan bersama-sama dengan diuretika lain, seperti turunan merkuri
organik. Dosis oral untuk diuretika : 1-1,5 g 4 dd.
NH4Cl lebih sering digunakan sebagai ekspektoran dalam campuran obat batuk,
karena dapat meningkatkan sekresi cairan saluran nafas sehingga mudah
dikeluarkan.
42
3. Tidak mempengaruhi metabolisme karbohidrat dan asam urat.
Efek iritasi setempat besar dan menimbulkan nekrosis jaringan. Diuretika merkuri
organik menimbulkan reaksi sistemik yg berat sehingga sekarang jarang digunakan
sebagai obat diuretika.
Mekanisme kerja
Diuretika merkuri organik mengandung ion merkuri, yang dapat berinteraksi
dengan gugus SH enzim ginjal (Na, K-dependent ATP-ase) yang berperan pada
produksi energi yang diperlukan untuk absorpsi kembali elektrolit dalam membran
tubulus, sehingga enzim menjadi tidak aktif. Akibatnya absorpsi kembali ion-ion
Na+ dan Cl- di tubulus menurun, kemudian dikeluarkan bersama-sama dengan
sejumlah ekivalen air sehingga terjadi efek diuresis.
Mekanisme kerja
Karbonik anhidrase adalah metaloenzim yang berperan dalam pembentukan asam
karbonat, sebagai hasil reaksi antara air dan gas asa arang. Asam karbonat yg
terbentuk kemudian terdisosiasi menjadi H+ dan HCO3- .
Ion H+ inilah yang
digunakan sebagai pengganti ion-ion Na+ dan K+ yg diabsorpsi kembali dalam
tubulus renalis.
43
2. Pemasukan gugus metil pada asetazolamid dapat meningkatkan aktivitas obat
dan memperpanjang masa kerja obat.
Contoh : asetazolamid(diamox,glaupak), metazolamid,
Etokzolamid dan diklorfenamid
Turunan ini sering di kombinasi dengan obat-obat hipertensi, seperti reserpin dan
hidralazin, untuk pengobatan hipertensi karena menimbulkan efek potensiasi.
Efek samping : hipokalemi, gangguan keseimbangan elektrolit dan menimbulkan
penyakit pirai yang akut
Mekanisme kerja
Diuretika turunan tiazida mengandung gugus sulfamil sehingga dapat menghambat
enzim karbonik anhidrase. Juga diketahui bahwa efek saluretiknya terjadi karena
adanya pemblokan proses pengangkutan aktif ion klorida dan absorpsi kembali ion
yang menyertainya pada loop of henle, dengan mekanisme yang belum jelas,
kemungkinan karena peran dari prostaglandin. Turunan tiazid juga menghambat
enzim karbonik anhidrase ditubulus distalis tetapi efeknya relatif lemah.
Contoh : hidroklortiazid (HCT), bendroflumetiazid, xipamid, indapamid,
klopamid, klortalidon
44
6. Diuretika Hemat Kalium
Diuretika Hemat Kalium adalah senyawa yang mempunyai aktivitas natriuretik
ringan dan dapat menurunkan sekresi ion H+ dan K+. Senyawa tersebut bekerja
pada tubulus distalis dengan cara memblok penukaran ion Na+ dengan ion H+ dan
K+,menyebabkan retensi ion K+ dan meningkatkan sekresi ion Na+ dan air.
Aktivitas diuretiknya relatif lemah, biasanya diberikan bersama-sama dengan
diuretika turunan tiazida. Kombinasi ini mengutungkan karena dapat mengurangi
sekresi ion K+ sehingga menurunkan terjadinya hipokalemi dan menimbulkan efek
aditif.
Efek samping: hiperkalemi, dapat memperberat penyakit diabet dan pirai serta
menyebabkan gangguan pada saluran cerna.
Mekanisme kerja
Diuretika hemat kalium bekerja pada saluran pengumpul, dengan mengubah
kekuatan pasif yang mengontrol pergerakan ion-ion, memblok absorpsi kembali
ion Na+ dan ekrsresi ion K+ sehingga meningkatkan ekskresi ion Na+ dan Cl-
dalam urin.
7. Diuretika loop
Diuretika loop merupakan senyawa saluretik yang sangat kuat, aktivitasnya jauh
lebih besar dibanding turunan tiazida dan senyawa saluretik lain. Turunan ini dapat
memblok pengangkutan aktif NaCl pada loop of henle sehingga menurunkan
absorpsi kembali NaCl dan meningkatkan ekskresi NaCl lebih dari 25%.
45
Mekanisme kerja
1. Penghambatan enzim Na+ -K+ ATP-ase
2. Penghambatan atau pemindahan siklik-AMP
3. Penghambatan glikolisis
Efek samping : hiperurisemi, hiperglikemi, hipotensi, hipokalemi, hipokloremik
alkalosis, kelainan hematologis dan dehidrasi.
46
BAB III
KESIMPULAN
3.1 Kesimpulan
Diuretika adalah senyawa yang dapat meningkatkan volume urine. Diuretika bekerja
terutama dengan meningktakan ekresi ion-ion Na+, Cl- atau HCO3- yang merupakan
elektrolit utama dalam cairan luar sel. Diuretika juga merupakan absorpsi kembali
elektrolit di tubulus renalis dengan melibatkan proses pengangkutan aktif. Diuretika
terutama digunakan untuk mengurangi sembab (edema) yang disebabkan oleh
meningkatnya jumlah cairan luar sel, pada keadaan yang berhubungan dengan
kegagalan jantung kongestif, kegagalan ginjal, oligourik, sirosis hepatik, keracunan
kehamilan,glaukoma, hiperkalsemi, diabetes insipidus, dan sembab yang disebabkan
oleh penggunaan jangka panjang kortikosteroid atau estrogen.
Secara umum Diuretika dibagi menjadi 7 kelompok yaitu Diuretika Osmotik, Diuretika
Pembentuk Asam, Diuretika Merkuri Organik, Diuretika Penghambat Karbonik
Anhidrase, Diuretika Turunan Tiazida, Diuretika Hemat Kalium, Diuretika loop
47
BAB I
PENDAHULUAN
I.2Tujuan
48
BAB II
PEMBAHASAN
A. Kardiotonik
Obat yang dapat meningkatkan kekuatan kontraksi jantung dan menunjukkan
efek penting pada eksitabilitas, automatisitas, dan kecepatan konduksi jantung.
Ada 3 hipotesis tentang mekanisme kerja glikosida jantung
1. Mempengaruhi pergerakan ion NA dan K dalam melewati membrane
miokardial segingga sel kehilangan ion K
2. Bekerja secara langsung pada protein kontraktil, yaitu pada aktin dan myosin
dari miokardial
3. Meningkatkan kadarnion Ca dalam sel dengan melepaskan kation tersebut dari
tempat ikatannya dan meningkatkan emasukan ion melalui membrane sel.
49
Contoh obat golongan obat kardiotonik:
1. Turunan Kardenolida
a. Digitoksin , untuk pengobatan payah jantung kongestif dan takiaritmia
supraventricular. Absorpsi obat dalam sal cerna cukup baik, 90% terikat
oleh protein plasma.
b. Digoksin , absorpsi obat dalam sal cerna cukup baik, 20-30% terikat oleh
protein plasma dan 50-75% dieksresikan dalam bentuk tak berubah melalui
urin. Mula kerja obat cepat dengan masa kerja yang relative singkat.
c. Lanatosid C, absorpsi dalam sal cerna rendah. Digunakan untuk keadaan
darurat pada payah jantung kongestif akut.
50
hubungan struktur dan aktivitas obat
2. Perangsang β-Adrensreseptor
a. Oksifedrin, mekanisme kerja nya yaitu memperbaiki mikrosirkulasi
miokardial, fungsi ventricular kiri dan mengurangi konsumsi oksigen.
51
c. Sulmazol, mempunyai efek inotropic positif dan vasodilator. Efek
sampung lebih ringan.
B. Obat Aritmia
52
d. Lidokain HCl
2. Senyawa pemblok β adrenergic, memblok β- adrenoreseptor jantung sehingga
menghambat respons katekolamin pada miokardial.
a. Asebutolol
b. Alprenolol
c. Atenolol
d. Lopresor
e. Nadolol
3. Obat yang memperpanjang potensial kerja, menekan sinus atrial dan fungsi
atrioventrikular nodal dengan meningkatkan waktu konduksi sinoatrial dan
waktu rekoveri sinus nodal, meningkatkan periode refraktori atrial, dan
memperlambat konduksi atrioventrikular nodal.
a. Amiodaron HCl : sebagai antiangina karena dapat meningkatkan aliran
darah coroner, mengurangi konsumsi oksigen miokardial dan mengontrol
keluaran jantung.
b. Bretilium tosilat : sebagai antiaritmia karena dapat memperpanjang periode
refraktori efektif relative sehingga memperpanjang potensial kerja.
a. Diltiazem HCl
b. Felodipin
c. Nifedipin
d. Amlodipin
53
54
C. Obat Antihipertensi
55
e. Senyawa pemblok α-adrenergik, contoh doksazosin mesilat, prazosin HCl,
terazosin dan bunazosin HCl.
f. Senyawa penghambat monoamin oksidase, contoh pargilin HCl.
2. Senyawa penekan simpatetik
a. Vasodilator arteri, contoh Hidralazin dan dihidralazin sulfat`
b. Hidralazin dan dihidralazin sulfat, contoh Hidralazin dan dihidralazin
sulfat`
3. Antagonis angiotensin (penghambat angiotensin-converting enzyme,
penghambat ACE), contoh Kaptopril, enapril maleat, lisinopril dihidrat,
perindropril, kuinapril, benazepril dan delapril.
4. Antagonis kalsium selektif, contoh diltiazem, felodipin, nikardipin, mifedipin,
nimodipin dan verapami.
5. Diuretika, contoh hidroklorotiazid, bendroflumetiazid, politiazid, klortalidon,
indapamid dan xypamid.
Beberapa mekanisme kerja obat antihipertensi yaitu bekerja pada saraf, pada
vaskular dan pada humoral.
56
b. Senyawa dengan efek sentral dan perifer yaitu Mengosongkan katekolamin,
norepinefrin dan serotonin dari tempat penyimpanan pada saraf perifer dan
pusat simpatetik, contoh reserpin
57
2. Mekanisme kerja antihipertensi pada vaskular
a. Senyawa pemblok β-adrenergik yaitu dengan cara memblok efek ransangan
β-reseptor sehingga mengurangi daya tahan vaskular perifer, contoh
asebutolol, atenolol, metoprolol, nadolol, oksprenolol, dan pindolol.
b. Senyawa pemblok α-adrenergik yaitu dengan cara memblok efek ransangan
α-reseptor sehingga mengurangi daya tahan vaskular perifer, contoh
doksazosin mesilat, prazosin, terazosin dan bunazosin.
58
d. Vasodilator vena dan arteriola yaitu merelaksasi otot polos vena dan
arteriola sehingga terjadi vasodilatasi buluh vena dan arteri perifer, contoh
natrium nitroprusid.
59
b. Senyawa antagonis reseptor AT1 angiotensin II yaitu Obat tidak bekerja
sebagai penghambat ACE dan tidak mempengaruhi kecepatan kontraksi
jantung. Obat ini bekerja sebagai antagonis reseptor AT1 angiotensin II,
memblok jalur sintesis angiotensin II, menurunkan kadar rennin,
angiotensin II dan aldosteron dalam plasma sehingga terjadi penurunan
tekanan darah, contoh losartan, ibesartan, kandesartan, dan valsartan.
D. Obat Antiangina
60
• β-bloker efektif untuk meringankan angina klasik, terhadap angina varian
efeknya tidak teratur. Pada pengobatan jangka panjang β-bloker dapa
menurunkan kematian akibat serangan jantung akut.
• Berdasarkan keselektifan terhadap jantung β – blocker dibagi menjadi 2
kelompok, yaitu :
1. Selektif memblok reseptor β1 (contoh : asebutolol, atenolol, dan
metoprolol tartrat)
2. Bekerja memblok reseptor β1 dan β2 (contoh : alprenolol, karteolol,
propanolol, nadolol dan pindolol)
3. Antagonis kalsium membran
Antagonis kalsium membran menghambat secara selektif pemasukan
ion kalsium luar sel ke dalam membran sel miokardial, melalui saluran
membran. Golongan ini efektif untuk pengobatan angina pektoris karena stres
dan angina varian. Beberapa diantaranya juga digunakan untuk pengobatan
aritmia jantung tertentu dan hipertensi. Efek samping : takikardia, sakit kepala,
lesu, lelah, mual, pusing, hipotensi dan gangguan lambung.
Mekanisme kerja : dapat menimbulkan efek oleh interaksinya dengan
reseptor khas. Kerja utamanya adalah menghambat pemasokan ion kalsium luar
sel, melalui saluran membran kalsium, ke dalam sel. Karena ion kalsium
mempunyai peran penting dalam memelihara fungsi jantung dan jaringan otot
polos vaskular. Mekanisme kerja yang lain adalah menghalangi secara selektif
penyebab vasokonstriksi dengan menghalang postsinaptik reseptor β2 dalam
buluh vaskular.
E. Vasodilator
61
Berdasarkan pengobatan vasodilator koroner dibagi 2:
62
g. Meso- inositol heksanikotinat vasodilator untuk pengobatan gangguan
buluh perifer ringan.
h. Nikotinil alkohol vasodilator digunakan untuk pengobatan gangguan
peredaran pada buluh perifer dans elebral.
F. Obat Antilipemik
63
Struktur turunan asam klofibrat
3. Kopolimer
Mekanisme kerja : mengikat asam empedu dalam usus kecil dan mencegah
absorbsi kembali asam tersebut dari peredaran enterohepatik, akibatnya
64
kecepatan biosintesis hepatik asam empedu dan kolesterol meningkat sehingga
kadar lemak sterol (kolesterol) menjadi turun.
Contoh : Resin Kolestiramin dan Kolestipol
Struktur kimia :
4. Serat
Serat adalah senyawa dgn berat molekul tinggi, digunakan sebagai
antihioerlipidemia karena mempunyai sifat melarutkan asam empedu dan sterol
netral pada saluran usus.
5. Penghambat HMG-CoA Reduktase
Lovastatin, Simastatin dan Mevastatin adalah pra-obat, dalam tubuh segera
terhidrolisis menghasilkan senyawa aktif yang dapat menghambat secara
bersaing.
65
Struktur lovastatin
66
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Obat kardiovaskular adalah senyawa yang digunakan untuk mencegah atau
mengobati penyakit kardiovaskular.
Obat kardiovaskular berdasarkan efek farmakologis,;
1. kardiotonik,
2. obat antiaritmia
3. obat antihipertensi
4. obat antiangina,
5. vasodilator
6. obat antilipemik.
67
BAB I
PENDAHULUAN
sederhana seperti penggunaan bahan bahan alami tanaman dan hewan yang direbus
atau digiling tetap masih dipakai. Salah satu orang yang mulai meneliti kandungan zat
obat dari tanaman adalah Paracelsus (1541-1493 SM) yang telah mencoba membuat
yang bekerja keras dalam hal pengobatan ini, seperti Hippocrates (459-370 SM) yang
lebih dari 200 jenis tumbuhan. Selain itu, Ibnu Sina (980-1037) juga telah menulis buku
tentang metode pengumpulan dan penyimpanan tumbuhan obat serta cara pembuatan
sediaan obat. Masih banyak ilmuan ilmuan lain seperti Johann Jakob Wepfer (1620-
1695), Oswald Schiedeberg (1838- 1921) yang terus berupaya mengembangkan dan
menemukan obat obat baru. Pada tahun 1804, F.W.Sertuerner (1783- 1841)
mempelopori isolasi zat aktif dan memurnikannya dan secara terpisah dilakukan
sintesis secara kimia. Sejak saat itu mulai berkembang obat sintetik untuk berbagai
jenis penyakit. Saat sekarang bisa kita lihat hasil kerja keras para ilmuan obat obatan
ini dengan banyaknya jenis jenis dan bentuk obat untuk pengobatan berbagai macam
penyakit.
68
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Obat
Obat adalah suatu bahan kimia yang dapat mempengaruhi organisme hidup dan
Obat adalah suatu bahan kimia tetapi tidak semua bahan kimia adalah obat. Dengan
cara ekstraksi dari beberapa jenis tanaman, biakan mikroorganisme tertentu atau
melalui proses sintentik, banyak bahan kimia yang telah dapat dipakai sebagai obat.
Senyawa-senyawa kimia yang digunakan untuk obat ada yang berkhasiat sebagai
yang rendah), analgetik (menekan atau mengurangi rasa sakit tanpa menghilangkan
normal), hipnotik (obat tidur yang dalam dosis pengobatan dapat mempermudah atau
sedatif (menenangkan pikiran gelisah atau rasa takut), antiinflamasi (melawan atau
69
2.1.1 Sejarah Obat
Kebanyakan obat yang digunakan dimasa lalu adalah obat yang berasal dari
pengalaman dengan berbagai macam daun atau akar tumbuhan untuk mengobati
Tidak semua obat dimulai sebagai anti penyakit, adapula yang awalnya
digunakan sebagai kosmetik atau racun untuk membunuh musuh. Misalnya, strychnine
dan kurare mulanya digunakan sebagai racun panah pada penduduk pribumi Afrika dan
Amerika Selatan. Obat kanker nitrogen-mustard juga semula digunakan sebagai gas-
Obat alami yang digunakan dari hasil rebusan atau ekstrak dengan aktivitas dan
efek yang sering kali berbeda-beda tergantung dari asal tanaman dan cara
pembuatannya. Kondisi ini dianggap kurang memuaskan sehingga para ahli mulai
menghasilkan serangkaian zat kimia yang terkenal diantaranya yaitu efedrin dari
tanaman Ma Huang, kini dari kulit pohon kina dan masih banyak penemuan-penemuan
sederhana seperti penggunaan bahan bahan alami tanaman dan hewan yang direbus
70
atau digiling tetap masih dipakai. Salah satu orang yang mulai meneliti kandungan zat
obat dari tanaman adalah Paracelsus (1541-1493 SM) yang telah mencoba membuat
yang bekerja keras dalam hal pengobatan ini, seperti Hippocrates (459-370 SM) yang
lebih dari 200 jenis tumbuhan. Selain itu, Ibnu Sina (980-1037) juga telah menulis buku
tentang metode pengumpulan dan penyimpanan tumbuhan obat serta cara pembuatan
sediaan obat. Masih banyak ilmuan ilmuan lain seperti Johann Jakob Wepfer (1620-
1695), Oswald Schiedeberg (1838- 1921) yang terus berupaya mengembangkan dan
menemukan obat obat baru. Pada tahun 1804, F.W.Sertuerner (1783- 1841)
mempelopori isolasi zat aktif dan memurnikannya dan secara terpisah dilakukan
sintesis secara kimia. Sejak saat itu mulai berkembang obat sintetik untuk berbagai
jenis penyakit. Saat sekarang bisa kita lihat hasil kerja keras para ilmuan obat obatan
ini dengan banyaknya jenis jenis dan bentuk obat untuk pengobatan berbagai macam
penyakit.
71
6. Penggolongan obat berdasarkan daya kerja atau terapi
2.2 Diabetes
"pancuran air", dan mellitus, "rasa manis"). Diabetes mellitus umum dikenal
(peningkatan kadar gula darah) yang terus-menerus dan bervariasi, terutama setelah
terjadi karena defisiensi insulin atau resistensi insulin. DM adalah keadaan dimana
tubuh tidak menghasilkan atau memakai insulin sebagaimana mestinya. Manusia perlu
makan. Makanan itu dapat terdiri dari karbohidrat, protein dan lemak. Glukosa adalah
unit satuan karbohidrat yang terkecil. Dalam tubuh manusia, glukosa dipergunakan
untuk membentuk energi. Jika kadar glukosa berlebih maka tugas insulin untuk
menyimpan kelebihan gula dalam darah ke bentuk cadangan di hati, otot dan organ
lainnya.
Insulin adalah hormon yang membawa glukosa darah ke dalam sel-sel, dan
kelebihan glukosa dalam tubuh manusia tidak akan menimbulkan penyakit. Tapi jika
kadar insulin rendah, atau insulin tidak diproduksi maka ini dapat menyebabkan kadar
glukosa menumpuk dalam darah atau yang lebih dikenal dengan Sakit gula.
Kadar glukosa darah yang tinggi mengganggu sirkulasi dan dapat merusak saraf.
72
Berakibat: nyeri pada tungkai, kebutaan, gagal ginjal dan kematian.
Diabetes mellitus adalah suatu kondisi yang menyebabkan gula darah naik ke
tingkat berbahaya dimana glukosa darah puasa nilainya lebih dari 126 miligram per
desiliter (mg/dL). Sebagian besar makanan yang dimakan akan dicerna tubuh dan
dirubah menjadi glukosa, atau gula yang kemudian akan digunakan tubuh anda untuk
energi. Pankreas, organ didekat lambung, menghasilkan hormon yang disebut insulin.
Hormon ini diperlukan jaringan tubuh untuk dapat menggunakan gula atau glukosa
sebagai bahan bakar dasar. Peran Insulin adalah untuk mengambil gula dari darah dan
memasukkannya ke dalam sel. Ketika tubuh tidak memproduksi insulin yang cukup
dan/atau tidak efisien menggunakan insulin yang dihasilkan, kadar gula akan terus
meningkat didalam darah. Ketika hal ini terjadi, muncul dua masalah yaitu:
1. Dalam waktu cepat sel-sel tubuh akan kekurangan energi dan kelaparan karena gula
2. Seiring waktu, kadar glukosa darah tinggi dapat merusak beragam organ seperti
Ada dua jenis utama diabetes: diabetes tipe 1 dan diabetes tipe 2. Kedua jenis
diabetes ini dapat diwariskan dalam gen, sehingga riwayat keluarga dengan diabetes
tersebut.
Diabetes tipe 1. Pada diabetes tipe 1, produksi insulin oleh pankreas sedikit atau
tidak ada sama sekali. Tanpa insulin, tubuh tidak mampu untuk mengambil glukosa
73
dalam darah darah dan memasukkannya kedalam sel untuk bahan bakar tubuh. Orang
dengan diabetes tipe 1 akan terus membutuhkan suntikan insulin seumur hidupnya.
Oleh karena itu, diabetes tipe ini juga disebut sebagai diabetes tergantung (insulin-
diabetes karena penyakit ini biasanya terdiagnosa pada anak-anak dan dewasa. Namun,
penyakit ini bisa menyerang pada usia berapa pun dan mereka yang memiliki sejarah
Diabetes Tipe 2. Diabetes tipe 2 adalah bentuk paling umum dari diabetes.
Secara historis, diabetes tipe 2 biasanya terdiagnosis pada orang dewasa setengah baya.
banyak remaja dan dewasa berpeluang terkena diabetes tipe 2. Hal ini berhubungan
dengan meningkatnya angka kejadian obesitas dan kurangnya aktivitas fisik yang
Diabetes tipe 2 dapat terjadi ketika tubuh sering mengalami kadar gula darah
yang tinggi, misalnya akibat konsumsi makanan berlebih dan kurang berolahraga.
Sebagai respon, pankreas kemudian memproduksi insulin dalam jumlah banyak diluar
kemampuan normalnya untuk menurunkan kadar gula darah. Jika hal tersebut
efektivitas penggunaan insulin menurun dan sel-sel pankreas pun secara bertahap
74
Berikut gejala diabetes yang khas. Namun, beberapa orang dengan diabetes tipe
Berat badan menurun meskipun Anda makan lebih (terjadi karena atrofi otot karena
glukosa yang tidak bisa masuk kedalam otot, umumnya pada tipe 1)
Kesemutan, nyeri, atau mati rasa di tangan / kaki (umumnya pada tipe 2)
2.3.1 Insulin
Insulin adalah pengobatan yang dilakukan pada penderita untuk pertama kali.
asam amino pada insulin hewan, insulin manusia, dan analog insulin manusia. Insulin
dapat diekstraksi dari pankreas babi atau pankreas sapi dan dimurnikan dengan
kristalisasi, tetapi insulin dari pankreas sapi sekarang jarang digunakan. Insulin untuk
bakteri atau ragi atau semisintetik dengan modifikasi enzimatik insulin babi.
imunologis terhadap kerja insulin tidak lazim terjadi. Secara teori sediaan insulin yang
75
sesuai dengan insulin manusia kurang imunogenik, tetapi hal ini tidak terbukti dalam
uji klinik. Insulin dirusak oleh enzim dalam saluran cerna oleh karena itu harus
diberikan melalui injeksi atau inhalasi; rute subkutan memberi hasil yang baik pada
semua kondisi. Insulin biasanya disuntikkan pada lengan atas, paha, glutea atau perut.
hipertrofi lemak yang dapat dikurangi dengan menyuntikkan di daerah yang berbeda.
Alergi lokal jarang terjadi. Insulin diperlukan oleh semua pasien dengan ketoasidosis
Kondisi lemah
Ketonuria
Jika keadaan memburuk, dapat terjadi muntah dan pasien dapat dengan cepat
mengalami ketoasidosis. Insulin dibutuhkan oleh hampir semua pasien anak penderita
diabetes. Juga dibutuhkan oleh pasien diabetes tipe 2 jika cara lain gagal
mengendalikan DM dan digunakan sementara oleh pasien yang sakit atau akan
menjalani operasi. Wanita hamil dengan diabetes tipe 2 sebaiknya diobati dengan
untuk mengatur kadar gula darah tetap baik sehingga membuat pasien nyaman dan
menghindari hipoglikemia, diperlukan kerja sama yang baik antara pasien dan dokter
76
dibutuhkan dan kombinasi yang tepat harus ditentukan untuk tiap pasien. Untuk pasien
insulin soluble 3 kali sehari dan insulin kerja sedang pada malam hari. Untuk pasien
yang tidak terlalu parah, pengobatan biasanya dimulai dengan campuran insulin kerja
singkat dan sedang (biasanya 30% insulin soluble dan 70% insulin isophane) diberikan
2 kali sehari; 8 unit dua kali sehari untuk pasien rawat jalan. Proporsi sediaan insulin
kerja singkat dapat ditingkatkan pada pasien dengan hiperglikemia postprandial yang
berat.
Dosis insulin disesuaikan untuk setiap individu, dengan cara meningkatkan dosis
1. Insulin kerja singkat (short-acting): mula kerja relatif cepat, yaitu insulin soluble,
insulin seng;
3. Insulin kerja panjang dengan mula kerja lebih lambat: misalnya suspensi insulin
seng.
Lama kerja untuk tiap tipe insulin bervariasi pada tiap individu sehingga perlu dinilai
secara individual.
Insulin kerja singkat dikombinasi dengan insulin kerja sedang: dua kali sehari
(sebelum makan);
77
Insulin kerja singkat dikombinasi dengan insulin kerja sedang: sebelum makan pagi
Insulin kerja singkat: sebelum makan malam Insulin kerja sedang: malam sebelum
tidur;
Insulin kerja singkat: 3 kali sehari (sebelum makan pagi, makan siang dan makan
malam) dikombinasi dengan insulin kerja sedang: pada waktu sebelum tidur malam;
Insulin kerja sedang dengan atau tanpa insulin kerja singkat: cukup sekali sehari
sebelum makan pagi atau sebelum tidur malam untuk beberapa pasien dengan
hipoglikemik oral.
trauma bedah, pubertas dan selama kehamilan trimester 2 dan 3. Kebutuhan mungkin
menurun pada pasien dengan gangguan fungsi ginjal (lampiran 3) atau gangguan fungsi
hati dan pada beberapa pasien gangguan endokrin (misalnya Addison’s disease,
hipopituarism) atau celiac disease. Selama menyusui, dosis insulin perlu disesuaikan,
pada wanita hamil kebutuhan insulin sebaiknya sering dinilai ulang oleh dokter
Insulin bekerja dengan memudahkan pemasukan glukosa, asam amino dan ion-
ion terutama Ca++ dengan mempengaruhi proses didalam sel. Mekanisme kerjanya
masih belum begitu jelas meskipun diketahui bahwa insulin pada tingkat molekul dapat
berinteraksi dengan reseptor khas pada permukaan membran sel, mengatur sintesis dan
78
aktivitas beberapa enzim dan merangsang sintesis protein dan ARN pada beberapa
jaringan.
asam amino yang satu (A) dengan struktur sentral helix rantai asam amino lainnya (B).
Rantai A terdiri dari 21 asam amino dan rantai B terdiri dari 30 asam amino. Total
menurunkan kadar gula darah dan diberikan secara oral. Obat antidiabetes juga
merupakan obat yang digunakan untuk mengatur diabetes mellitus, suatu penyakit
dimana terdapat kerusakan sebagian atau keseluruhan dari sel beta pankreas untuk
menghasilkan insulin yang cukup, salah satu hormon yang diperlukan untuk mengatur
79
kadar glukosa. Dalam beberapa kasus, terdapat beberapa bukti bahwa penyakit ini
mencerna glukosa yang terdapat dalam sirkulasi darah. Oleh karena itu, glukosa yang
sebagian besar diperoleh dari makanan yang dikonsumsi, dan secara normal dieliminasi
dan disimpan di jaringan, kadarnya meningkat dalam darah dan ginjal tidak mampu
memprosesnya.
jika pasien gagal memberikan respon terhadap setidaknya 3 bulan diet rendah
karbohidrat dan energi disertai aktivitas fisik yang dianjurkan. Obat tersebut sebaiknya
digunakan untuk meningkatkan efek diet dan aktivitas fisik yang cukup, bukan
menggantikannya.
Pada pasien yang tidak cukup terkontrol dengan diet dan obat hipoglikemik oral,
insulin dapat ditambahkan pada dosis pengobatan atau sebagai pengganti terapi oral.
Jika insulin ditambahkan pada terapi oral, insulin biasanya diberikan pada waktu akan
tidur sebagai insulin isophane; tetapi jika insulin menggantikan obat oral, biasanya
diberikan sebagai injeksi insulin bifasik dua kali sehari (atau insulin isophane dicampur
dengan insulin soluble). Peningkatan berat badan dan dapat menjadi komplikasi terapi
insulin, tetapi peningkatan berat badan mungkin dapat dikurangi jika insulin diberikan
Antidiabetik oral mungkin berguna untuk yang alergi insulin atau tidak mau
80
Sulfonilurea dan Biguanid. Pemakaian klinis OAD harus didahului dengan
kehamilan dan diabetes berat disertai komplikasi mutlak memerlukan insulin dan tidak
dapat ditolong dengan OAD. Harus berhati-hati pula, bila penderita mempunyai fungsi
2.3.1 Sulfonilurea
hanya jika masih ada aktivitas sel beta pankreas; pada pemberian jangka lama
sulfonilurea juga memiliki kerja di luar pankreas. Semua golongan sulfonilurea dapat
menyebabkan hipoglikemia, tetapi hal ini tidak biasa terjadi dan biasanya menandakan
Sulfonilurea digunakan untuk pasien yang tidak kelebihan berat badan, atau yang
tidak dapat menggunakan metformin. Pemilihan sulfonilurea diantara obat yang ada
ditentukan berdasarkan efek samping dan lama kerja, usia pasien serta fungsi ginjal.
hipoglikemia; oleh karena itu untuk pasien lansia obat tersebut sebaiknya dihindari dan
dianjurkan.
81
Sulfonilurea dapat menyebabkan gangguan fungsi hati, yang mungkin
menyebabkan jaundice kolestatik, hepatitis dan kegagalan fungsi hati meski jarang.
Dapat terjadi reaksi hipersensitifitas, biasanya pada minggu ke 6-8 terapi, reaksi yang
terjadi berupa alergi kulit yang jarang berkembang menjadi eritema multiforme dan
1. Tolbutamid (Rastinon)
Tolbutamide adalah obat yang digunakan dengan pola makan dan olahraga yang
sesuai untuk mengontrol gula darah tinggi pada orang dengan diabetes tipe 2. Obat ini
juga dapat digunakan bersama obat-obatan diabetes lain. Mengontrol gula darah yang
anggota gerak, dan masalah fungsi seksual. Kontrol diabetes yang sesuai dapat juga
mengurangi risiko Anda terkena serangan jantung atau stroke. Tolbutamide termasuk
dalam kelas obat-obatan yang dikenal sebagai sulfonylureas. Obat ini bekerja dengan
cara menyebabkan pelepasan insulin tubuh alami dan dapat membantu mengembalikan
2. Klorpropamid (Diabenese)
82
Cl SO2 NH C NH CH2CH2CH3
gula dalam darah. Obat ini membantu pankreas dalam memproduksi insulin. Obat
diperlukan. Tambahan obat ini terhadap diet yaitu untuk menurunkan gula darah pada
pasien yang menderita NIDDM (diabetes melitus yang tidak bergantung pada insulin)
Gliclazide adalah obat anti diabetes mellitus tipe 2 yang termasuk ke dalam
golongan sulfonilurea. Obat ini juga bermanfaat untuk mencegah penumpukan lemak
di arteri. Gliclazide menurunkan kadar gula darah dengan cara mengikat secara selektif
reseptor sulfonilurea (SUR 1) pada permukaan sel beta pankreas. Mekanisme ini
membuat gliclazide mampu memblokir sebagian potassium chanels antara sel-sel beta
dari pulau langerhans pada organ pankreas. Dengan menghalangi potassium channels,
channels. masuknya kalsium mendorong pelepasan insulin dari sel beta. Seperti
adalah untuk pengobatan diabetes mellitus tipe 2 pada orang dewasa jika diet, latihan
83
fisik dan penurunan berat badan saja tidak cukup mampu mengontrol kadar gula darah
cukup kuat. Glibenkamid adalah obat yang digunakan pada pasien diabetes tipe 2 untuk
mengendalikan kadar gula (glukosa) darah yang tinggi. Pada diabetes tipe 2, tubuh
tidak bisa berfungsi dengan baik dalam menyimpan gula berlebih yang ada di aliran
darah. Glibenkamid menurunkan kadar gula darah dengan cara merangsang tubuh
mengendalikan kadar gula di dalam darah agar tidak terlalu tinggi. Kondisi pada saat
tubuh tidak bisa cukup menghasilkan insulin atau tidak mampu menggunakan insulin
Kadar gula yang terlalu tinggi bisa menyebabkan kerusakan ginjal, kebutaan,
gangguan saraf, amputasi, atau gangguan gairah seksual. Bahkan, risiko serangan
jantung dan stroke juga meningkat jika diabetes tidak ditangani dengan baik. Sebagian
orang yang memiliki kadar gula darah tinggi bisa mengendalikannya dengan cara
mengubah menu makanan mereka. Tapi pada sebagian orang lainnya, obat antidiabetes
5. Glipizid (Minidiab)
84
Glipizid merupakan turunan sulfonylurea dengan efek antidiabetes yang kuat
dicapai 30 menit setelah cepat dalam saluran cerna, kadar obat dalam darah
6. Glikuidon (Glurenorm)
R SO2 NH C NH R'
85
R SO2 NH C NH R'
R= gugus alifatik (asetil, amino, kloro, metil, metiltio dan triofluorometil) akan
berpengaruh terhadap massa kerja obat dan meningkatkan aktivitas hipoglikemik. Bila
senyawa awal. Ini merupakan antidiabetes oral generasi kedua. Diduga hal ini
disebabkan oleh fungsi jarak khas antara atom N substituen dengan atom N
R’= gugus alifatik lain yang berpengaruh terhadap sikap lipofil senyawa.
R’= etil, senyawa aktivitasnya lemah dan bila senyawa mengandung 3-6 atom C,
lebih.
R’ dapat pula berupa gugus alisiklik atau cincin heterosiklik yang terdiri dari 5-7
atom. Bila berupa gugus aril, senyawa menimbulkan toksisitas cukup besar. Beberapa
gugus atau atom pada struktur umum dapat diganti dengan gugus atau atom
isosteriknya.
2.3.2 Biguanid
menimbulkan efek samping yang cukup serius yaitu asidosis laktat maka sejak tahun
86
1977 ditarik dari peredaran. Metformin satu-satunya golongan biguanid yang tersedia,
mempunyai mekanisme kerja yang berbeda dengan sulfonilurea, keduanya tidak dapat
penggunaan glukosa di jaringan. Karena kerjanya hanya bila ada insulin endogen, maka
hanya efektif bila masih ada fungsi sebagian sel islet pankreas. Metformin merupakan
obat pilihan pertama pasien dengan berat badan berlebih dimana diet ketat gagal untuk
mengendalikan diabetes, jika sesuai bisa juga digunakan sebagai pilihan pada pasien
dengan berat badan normal. Juga digunakan untuk diabetes yang tidak dapat
NH NH
H
R CH2 N C N C NH2
R'
Mekanisme kerja obat golongan biguanid ini ialah menurunkan produksi glukosa
di hati dan memperbaiki ambilan glukosa di jaringan perifer. Obat ini juga dapat
87
Metformin memiliki subsituen 2 metil memberikan lipofilitas lebih rendah
daripada rantai sisi feniletil di phenformin, sehingga metformin memiliki sifat yang
kurang non polar dibanding phenformin. Pada phenformin memiliki 10 atom karbon
yang mengikat fenil dan etil. Buformin memiliki 6 atom carbon dan mengikat metil
dan etil. Metformin memiliki 4 atom karbon dan mengikat 2 metil. Bila diurutkan mulai
dari senyawa polar hingga non polar, yaitu metformin, buformin dan phenformin.
2.3.3 Inhibitor-Glukosidase
gula di usus namun obat ini tidak mempengaruhi ambilan glukosa maupun sekresi
insulin. Biasanya obat ini diberikan setelah makan. Efek samping yang timbul akibat
penggunaan obat ini adalah mengakibatkan diare, tinja yang dikeluarkan lembek, perut
88
2.3.3.2 Mekanisme Kerja dan Target Molekuler Obat
oligosakarida, pada dinding usus halus. Inhibisi kerja enzim ini secara efektif dapat
Secara struktural miglitol berbeda dengan acarbose miglitol 6 kali lebih kuat
sasaran dari baik acarbose maupun miglitol adalah α-glukosidase : sucrose, maltase,
glycoamylase, dextranase, dan isomaltase (hanya miglitol) dan memiliki sedikit efek
pada amylase-α (hanya acarbose) atau pada glukosidase –b (hanya miglitol), yang
memecah gula yang pada posisi beta seperti seperti laktosa. Miglitol lebih kuat dari
telah dijelaskan diatas. Sedangkan pada acarbose tidak terdapat paranitrofenol, namun
hanya terdapat banyak gugus –OH pada hampir tiap atom C sehingga acarbose lebih
acarbose lebih polar dari miglitol sehinga acarbose memiliki masa kerja obat leih cepat.
89
2.4 Hipertensi
darah melebihi normal (tekanan sistolik lebih dari 140 mmHg dan tekanan diastolik
dan mortalitas akibat TD tinggi. Ini berarti TD harus diturunkan serendah mungkin
yang tidak mengganggu fungsi ginjal, otak, jantung, maupun kualitas hidup, sambil
darah tingggi hingga mencapai tekanan darah normal. Dikenal lima kelompok obat lini
pertama (first line drug) yang digunakan untuk pengobatan awal hipertensi yaitu :
2.5.1 DIURETIK
garam yang tersimpan di alam tubuh. Pengaruhnya ada dua tahap yaitu :
(1) Pengurangan dari volume darah total dan curah jantung; yang menyebabkan
90
(2) Ketika curah jantung kembali ke ambang normal, resistensi pembuluh darah perifer
juga berkurang.
Furosemide
uresix.
sulfamoylbenzoic acid
turunan asam antranilat. Obat Furosemid bekerja pada glomerulus ginjal untuk
menghambat penyerapan kembali zat natrium oleh sel tubulus ginjal. Furosemid akan
tekanan darah normal. Setelah pemakaian oral furosemid akan diabsorpsi sebagian
secara cepat dengan awal kerja obat terjadi dalam ½ sampai 1 jam, dengan lama kerja
yang pendek berkisar 6 sampai 8 jam, kemudian akan diekskresikan bersama dengan
91
urin dan feses. Dengan cara kerjanya tersebut obat furosemid dapat digunakan untuk
(2) hambatan sekresi renin di sel jukstaglomeruler ginjal dengan akibat penurunan
Angiotensin II;
(3) efek sentral yang mempengaruhi aktivitas saraf simpatis, perubahan pada
Metoprolol
Kontraindikasi : bradikardia sinus, blok jantung tingkat II dan III, syok kardiogenik,
92
Efek samping : lesu, kaki dan tangan dingin, insomnia, mimpi buruk, diare
Inhibitor)
dan pada saat yang bersamaan meningkatkan jumlah bradikinin. Hasilnya berupa
Lisinopril.
Lisinopril
mekanisme fisiologik yang spesifik yaitu pada sistem renin angiotensin aldosteron.
Awal kerja Lisinopril di dapat setelah 2 jam setelah meminum obat tersebut/peroral,
dan efek maksimal dicapai setelah 7 jam. Dari penelitian diketahui penghentian
93
penggunaan lisinopril tidak serta merta akan membuat peningkatan tekanan darah.
hiperuresemia akibat penggunaan tiazid. Sediaan paling umum dari lisinopril adalah
tablet 5 mg dan 10 mg
Pengaruhnya lebih spesifik pada Angiotensin II dan mengurangi atau sama sekali tidak
ada produksi ataupun metabolisme bradikinin. Contoh antihipertensi dari golongan ini
Zolosartan.
Mekanisme kerja : antagonis kalsium menghambat influks kalsium pada sel otot
polos pembuluh darah dan miokard. Di pembuluh darah, antagonis kalsium terutama
resistensi perifer ini sering diikuti efek takikardia dan vasokonstriksi, terutama bila
pada jantung.19 Contoh antihipertensi dari golongan ini adalah Amlodipine, Diltiazem,
Verapamil, Nifedipine.18,19
94
BAB III
PEMBAHASAN
Obat adalah suatu bahan kimia yang dapat mempengaruhi organisme hidup dan
Diabetes mellitus umum dikenal sebagai kencing manis: Adalah penyakit yang
95
dan bervariasi, terutama setelah makan. Diabetes mellitus merupakan kelainan
metabolisme yang kronis dan terjadi karena defisiensi insulin atau resistensi insulin.
Dalam tubuh manusia, glukosa dipergunakan untuk membentuk energi. Jika kadar
glukosa berlebih maka tugas insulin untuk menyimpan kelebihan gula dalam darah ke
Insulin adalah hormon yang membawa glukosa darah ke dalam sel-sel, dan
kelebihan glukosa dalam tubuh manusia tidak akan menimbulkan penyakit. Tapi jika
kadar insulin rendah, atau insulin tidak diproduksi maka ini dapat menyebabkan kadar
glukosa menumpuk dalam darah atau yang lebih dikenal dengan Sakit gula. Kadar
glukosa darah yang tinggi mengganggu sirkulasi dan dapat merusak saraf. Berakibat:
Hormon ini diperlukan jaringan tubuh untuk dapat menggunakan gula atau
glukosa sebagai bahan bakar dasar. Peran Insulin adalah untuk mengambil gula dari
darah dan memasukkannya ke dalam sel. Ketika tubuh tidak memproduksi insulin yang
cukup dan/atau tidak efisien menggunakan insulin yang dihasilkan, kadar gula akan
Ada dua jenis utama diabetes: diabetes tipe 1 dan diabetes tipe 2. Diabetes tipe
1. Pada diabetes tipe 1, produksi insulin oleh pankreas sedikit atau tidak ada sama
sekali. Tanpa insulin, tubuh tidak mampu untuk mengambil glukosa dalam darah darah
dan memasukkannya kedalam sel untuk bahan bakar tubuh. Orang dengan diabetes tipe
1 akan terus membutuhkan suntikan insulin seumur hidupnya. Oleh karena itu, diabetes
tipe ini juga disebut sebagai diabetes tergantung (insulin-dependent diabetes). Diabetes
96
tipe 1 sebelumnya dikenal sebagai juvenile diabetes karena penyakit ini biasanya
terdiagnosa pada anak-anak dan dewasa. Namun, penyakit ini bisa menyerang pada
usia berapa pun dan mereka yang memiliki sejarah keluarga itu sangat beresiko.
Diabetes Tipe 2. Diabetes tipe 2 adalah bentuk paling umum dari diabetes.
Secara historis, diabetes tipe 2 biasanya terdiagnosis pada orang dewasa setengah baya.
banyak remaja dan dewasa berpeluang terkena diabetes tipe 2. Hal ini berhubungan
dengan meningkatnya angka kejadian obesitas dan kurangnya aktivitas fisik yang
merupakan faktor risiko diabetes tipe 2. Terdapat beberapa tanda dan gejala diabetes,
diantaranya :
Berat badan menurun meskipun Anda makan lebih (terjadi karena atrofi otot karena
glukosa yang tidak bisa masuk kedalam otot, umumnya pada tipe 1)
Kesemutan, nyeri, atau mati rasa di tangan / kaki (umumnya pada tipe 2)
Insulin
Insulin adalah pengobatan yang dilakukan pada penderita untuk pertama kali.
97
umumnya imunogenik pada manusia tetapi resistensi imunologis terhadap kerja insulin
tidak lazim terjadi. Secara teori sediaan insulin yang sesuai dengan insulin manusia
kurang imunogenik, tetapi hal ini tidak terbukti dalam uji klinik. Insulin dirusak oleh
enzim dalam saluran cerna oleh karena itu harus diberikan melalui injeksi atau inhalasi;
untuk mengatur kadar gula darah tetap baik sehingga membuat pasien nyaman dan
menghindari hipoglikemia, diperlukan kerja sama yang baik antara pasien dan dokter
asam amino yang satu (A) dengan struktur sentral helix rantai asam amino lainnya (B).
Rantai A terdiri dari 21 asam amino dan rantai B terdiri dari 30 asam amino. Total
menurunkan kadar gula darah dan diberikan secara oral. Obat antidiabetes juga
merupakan obat yang digunakan untuk mengatur diabetes mellitus, suatu penyakit
dimana terdapat kerusakan sebagian atau keseluruhan dari sel beta pankreas untuk
menghasilkan insulin yang cukup, salah satu hormon yang diperlukan untuk mengatur
kadar glukosa. Obat antidiabetik oral digunakan untuk pengobatan diabetes melitus
98
Pada pasien yang tidak cukup terkontrol dengan diet dan obat hipoglikemik oral,
insulin dapat ditambahkan pada dosis pengobatan atau sebagai pengganti terapi oral.
Jika insulin ditambahkan pada terapi oral, insulin biasanya diberikan pada waktu akan
tidur sebagai insulin isophane; tetapi jika insulin menggantikan obat oral, biasanya
diberikan sebagai injeksi insulin bifasik dua kali sehari (atau insulin isophane
a. Sulfonilurea
hanya jika masih ada aktivitas sel beta pankreas; pada pemberian jangka lama
pasien yang tidak kelebihan berat badan, atau yang tidak dapat menggunakan
menimbulkan hipoglikemia; oleh karena itu untuk pasien lansia obat tersebut
- Tolbutamide
kebutaan, masalah saraf, kehilangan anggota gerak, dan masalah fungsi seksual.
Kontrol diabetes yang sesuai dapat juga mengurangi risiko Anda terkena serangan
99
jantung atau stroke. Obat ini bekerja dengan cara menyebabkan pelepasan insulin tubuh
alami dan dapat membantu mengembalikan respon tubuh yang sesuai terhadap insulin.
- Klorpropamid
Obat ini membantu pankreas dalam memproduksi insulin. Tambahan obat ini
terhadap diet yaitu untuk menurunkan gula darah pada pasien yang menderita NIDDM
(diabetes melitus yang tidak bergantung pada insulin) yang hiperglikemianya tidak
- Gliclazide
Obat ini juga bermanfaat untuk mencegah penumpukan lemak di arteri. Gliclazide
menurunkan kadar gula darah dengan cara mengikat secara selektif reseptor
sulfonilurea (SUR 1) pada permukaan sel beta pankreas. Mekanisme ini membuat
gliclazide mampu memblokir sebagian potassium chanels antara sel-sel beta dari pulau
- Glibenklamid
Glibenkamid menurunkan kadar gula darah dengan cara merangsang tubuh untuk
- Glipizid
dicapai 30 menit setelah cepat dalam saluran cerna, kadar obat dalam darah
100
R= gugus alifatik (asetil, amino, kloro, metil, metiltio dan triofluorometil) akan
berpengaruh terhadap massa kerja obat dan meningkatkan aktivitas hipoglikemik. Bila
senyawa awal. Ini merupakan antidiabetes oral generasi kedua. Diduga hal ini
disebabkan oleh fungsi jarak khas antara atom N substituen dengan atom N
R’= gugus alifatik lain yang berpengaruh terhadap sikap lipofil senyawa.
R’= etil, senyawa aktivitasnya lemah dan bila senyawa mengandung 3-6 atom C,
lebih.
R’ dapat pula berupa gugus alisiklik atau cincin heterosiklik yang terdiri dari 5-7
atom. Bila berupa gugus aril, senyawa menimbulkan toksisitas cukup besar. Beberapa
gugus atau atom pada struktur umum dapat diganti dengan gugus atau atom
isosteriknya.
101
102