Disusunoleh:
1. Dini Maretha Putri 080611815200
2. Reza Ardian 080613815200
3. Ria Nanda Dwi Utami 08061381520061
4. Ines Medya Wati 08061281419043
Dosenpemimbing:
Dr. Budi Untari, M. Si, Apt
Makalah ini dibuat bertujuan untuk menambah pengetahuan dan informasi pembaca
mengenai antibiotic, penggolongan dan hubungan struktur antibiotik dengana ktivitasnya.
Kami berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca. Makalahini kami sadari
masih jauh dari kesempurnaan, oleh sebab itu kritik dan saran yang bersifat membangun
sangat kami harapkan. Atas perhatiannya kami ucapkan terimakasih.
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
BAB II
ISI
Sumber antibiotika :
1. Actinomycetales ( 58% )
2. Jamur ( 18% )
3. Tanaman tinggi ( 12% )
4. Eubacteriales ( 7% )
5. Binatang ( 2% )
6. Pseudomonales ( 1% )
7. Ganggang atau lumut ( 1% )
2.2 Penggolongan Antibiotik
2.2.1Antibiotik Beta-laktam
Golongan Penisilin
1. Penisilin G
Sifat : Potensi benzylphenicilin tidak kurang dari 1090 dan tidak lebih dari 1272
unit benzylphenicilin tiap mg.;Pemeriaan serbuk hablur, putih:tidak
berbau.;Sukar larut dalam air, agak sukar larut dalam etanol.
Aktifitas : Benzilpenisilin merupakan salah satu antibiotik berspektrum sempit.
Menghambat sintesis dinding sel bakteri selama terjadinya aktifitas
penggandaan diri bakteri, yang akan mengakibatkan kematian dinding sel
bakteri dan berefek juga sebagai bakterisidal pada bakteri yang sensitif.
2. Penisilin V
Sifat : Ampisilin berbentuk anhidrat atau trihidrat mengandung tidak kurang dari
900 g tiap milligram C16H19N3O4S dihitung terhadap zat anhidrat.;Secara
komersial, sediaan ampisilin tersedia dalam bentuk trihidrat untuk sediaan
oral dan garam natrium untuk sediaan injeksi. ;Potensi ampisilin trihidrat dan
natrium penisilin dihitung berdasarkan basis anhidrous. Ampisilin trihidrat
berwarna putih, praktis tidak berbau , serbuk kristal, dan larut dalam air.
Ampisilin trihidrat mempunyai kelarutan dalam air sekitar 6 mg/mL pada
suhu 200C dan 10 mg/mL pada suhu 40 0C.;Ampisilin sodium berwarna
hampir putih, praktis tidak berbau, serbuk kristal, serbuk hidroskopis, sangat
larut dalam air, mengandung 0.9% natrium klorida. ;Pelarutan natrium
ampicilin dengan larutan yang sesuai, maka 10 mg ampicilin per mL
memiliki pH 8-10.;Jika dilarutkan secara langsung ampisillin trihidrat oral
suspensi memiliki pH antara 5-7.5
Aktifitas : Ampisilin tahan-asam dan lebih luas spektrum kerjanya, yang meliputi
banyak kuman gram-negatif yang hanya peka terhadap pen-G dalam dosis i.v
tinggi. Kuman gram-negatif memiliki membran fosfolipid di bagian luar
yang dapat menghindari akses obat ke dinding sel, tapi ampisilin dapat
melewatinya melalui pori-pori. Ampisilin efektif terhadap E. coli, H.
influenza, Salmonella dan beberapa suku Proteus. Khasiatnya terhadap
kuman gram-positif lebih ringan daripada pen-G.
4. Amoksisilin
Sifat : Serbuk hablur, putih, praktis tidak berbau, sukar larut dalam air dan metanol,
tidak larut dalam benxena, karbon tetraklorida, dan kloroform
Aktifitas : Antibakteri spektrum luas yang bersifat bakterisid, efektif terhadap bakteri
gram positif dan beberapa gram-negatif yang patogen. Bakteri patogen yang
sensitif terhadap amoxicillin adalah Staphylococcus, Streptococcus,
Enterecoccus, S.pneumoniae, N.gonorrhoeae, H.influenza, E.coli dan
P.mirabilis. Amoksisilin kurang efektif terhadap spesies shigella dan
bakteri penghasil beta-laktamase.
Golongan Sefalosporin
1. Sefadroksil
Sifat : Serbuk putih/hampir putih, larut dalam air, sangat larut dalam etanol 96%
Struktur :
Aktivitas : Bersifat bakterisid dengan jalan menghambat sintesis dinding sel bakteri,
aktif terhadap Streptococcus beta-hemolytic, Staphylococcus aures,
Streptococcus pneumoniae, E.coli, Proteus mirabilis, Klebsiella sp dan
Moraxella catarrhalis.
2. Sefuroksim
Struktur :
Sifat : Serbuk putih atau hampir putih. Sedikit larut dalam air dan alkohol; larut
dalam aseton, dalam etil asetat, dan metil alkohol. Simpan dalam wadah
kedap udara. Lindungi dari cahaya
Aktifitas : Spektrum luas golongan sefalosporin, resisten terhadap beta-laktamase.
Digunakan untuk infeksi dengan bakteri gram-negatif dan gram-positif,
gonore, dan Haemophilus. Bersifat bakterisida. Cefuroxime efektif terhadap
bakteri berikut: aerobik Mikroorganisme Gram-positif: Staphylococcus
aureus, Streptococcus pneumoniae, Streptococcus pyogenes.
Mikroorganisme Aerobik Gram-negatif: Escherichia coli, Haemophilus
influenzae (termasuk beta-laktamase-memproduksi strain), Haemophilus
parainfluenzae, Klebsiella pneumoniae, Moraxella catarrhalis (termasuk
beta-laktamase-memproduksi strain), Neisseria gonorrhoeae (termasuk beta-
laktamase-memproduksi strain). Spirochetes: Borrelia burgdorferi.
3. Seftriakson
3-{[(2-methyl-5,6-dioxo-1,2,5,6-tetrahydro-1,2,4-triazin-3-yl)sulfanyl]
methyl}-8-oxo-5-thia-1-azabicyclo[4.2.0]oct-2-ene-2-carboxylic acid
Struktur :
Sifat : Serbuk kristal putih kekuningan-oranye. Bebas larut dalam air; sangat sedikit
larut dalam alkohol; sedikit larut dalam metil alkohol. PH dari larutan 10%
dalam air adalah antara 6,0 dan 8,0. Simpan dalam wadah kedap udara.
Aktivitas : Spektrum luas golongan antibiotik sefalosporin dengan waktu paruh yang
sangat panjang dan penetrasi yang tinggi untuk meninges, mata dan telinga
bagian dalam. Untuk pengobatan infeksi (pernapasan, kulit, jaringan lunak,
infeksi saluran urine, THT) yang disebabkan oleh S. pneumoniae, H.
influenzae, staphylococci, S. pyogenes (streptokokus grup A beta-hemolitik),
E. coli, P. mirabilis, Klebsiella sp, koagulase-negatif Staph.
4. Sefatoksim
Sifat : Serbuk berwarna putih atau hampir kuning, higroskopik.Larut baik dalam air,
larut sebagian dalam metil alkohol.
Aktivitas : Menghambat sintesis dinding sel bakteri dengan berikatan dengan satu atau
lebih ikatan protein - penisilin (penicillin-binding proteins-PBPs) yang
selanjutnya akan menghambat tahap transpeptidasi sintesis peptidoglikan
dinding sel bakteri sehingga ;menghambat biosintesis dinding sel. Bakteri
akan mengalami lisis karena aktivitas enzim autolitik (autolisin dan murein
hidrolase) saat dinding sel bakteri terhambat.
5. Sefepim
2.2.2Antibiotik Aminoglikosida
1. Streptomidsin
((1R,2R,5R,6R)-3,5-diamino-2-((2R,3S,4R,5S)-3-amino-6-(aminomethyl)-
4,5-dihydroxytetrahydro-2H-pyran-2-yloxy)-6-hydroxycyclohexyloxy)-4-
hydroxy-2-(hydroxymethyl)tetrahydrofuran-3-yloxy)tetrahydro-2H-pyran-
3,4-diol
Sifat : Garam sulfat dari satu jenis neomisin, suatu zat antibakteri hasil
pertumbuhan Streptomyces fradiae (Streptomycetaceae), atau campuran dari
dua atau lebih garam-garam semacam itu. ;Neomisin sulfat mempunyai
potensi setara dengan tidak kurang dari 600 mikrogram neomisin per mg,
dihitung berdasarkan basis kering. ;Serbuk berwarna putih sampai agak
kuning, atau padat cryodessicated, tak berbau atau praktis tak berbau, dan
higroskopis.; Larut 1 bagian dalam 1 bagian air, sangat sukar larut dalam
alkohol, tidak larut dalam aseton, kloroform dan eter. ;Larutan dalam air
yang mengandung neomisin setara dengan 3,3% mempunyai pH antara 5,0
dan 7,5
Struktur :
Aktifitas : Bakterisid spektrum luas (bakteri gram positif dan negatif). Spesies bakteri
gram negatif yang sangat peka: E. coli, Enterobacter aerogenes, Klebsiella
pneumoniae, dan Proteus vulgaris. Bakteri gram positif yang dihambat: S.
Aureus dan E. faecalis, M. Tuberculosis. Resisten: semua anaerob dan
Pseudomonas (seperti P. Aeruginosa). Mekanisme kerjanya dengan
menembus dinding bakteri dan berikatan dengan sub unit 30 S ribosomal,
sehingga sintesis protein bakteri dihambat. Neomisin sulfat aktif terhadap
bakteri gram negatif seperti Haemophillus influenzae, Salmonella sp,
Shigella sp, , Mycobacterium tuberculosis. Desonide merupakan
kortikosteroid, digunakan secara topikal dangan khasiat sebagai anti
inflamasi, anti pruritus dan vasokonstriktor.
3. Gentamisin
Sifat : Serbuk agak keputih-putihan. Larut baik dalam air, tidak larut dalam alkohol,
Struktur :
Aktifitas : Aktivitas antibakteri terutama tertuju pada basil gram Negatif yang aerobik.
Aktivitas terhadap mikroorganisme anaerobik atau bakteri fakultatif dalam
kondisi anaerobik rendah sekali. Hal ini dapat dijelaskan berdasarkan
kenyataan bahwa transpor gentamisin (golongan aminoglikosida)
membutuhkan oksigen (trasnpor aktif). Aktivitas terhadap bakteri Gram-
positif sangat terbatas. Gentamisin aktif terhadap enterokokus dan
streptokokus lain tetapi efektivitas klinis hanya dicapai bila digabung dengan
penisilin. Walaupun in vitro 95% galur S. aureus sensitif terhadap gentamisin
tetapi manfaat klinik belum terbukti sehingga sebaiknya obat ini jangan
digunakan tersendiri untuk indikasi tersebut. Galur resisten gentamisin cepat
timbul selama pajanan tersebut.
4. Kanamisin Sulfat
Sifat : Serbuk kristal berwarna putih, tidak berbau, larut dalam air, tidak larut dalam
aseton, etil asetat, dan benzena. pH 1 % larutan dalam air antara 6,5 dan 8,5.
Aktifitas : Kanamisin bersifat bakterisidal dengan menghambat sintesis protein
mikroorganisme yang masih peka terhadap kanamisin. Secara in vitro
kanamisin aktif terhadap strain Staphylococcus aureus (termasuk strain yang
memproduksi penicillinase dan non-penicillinase), Staphylococcus
epidermidis, N. gonorrhoeae, H. influenzae, E. coil, Enterobacteraerogenes,
5. Framisetin
(2,6-diamino-2,6-dideoxy--l-idopyranosyl)--d-ribofuranosyl]streptamine
sulphate atau (IUPAC) (2R,3S,4R,5R,6R)-5-amino-2-(aminomethyl)-6-
[(1R,2R,3S,4R,6S)-4,6-diamino-2-[(2S,3R,4S,5R)-4-[(2R,3R,4R,5S,6S)-3-
amino-6-(aminomethyl)-4,5-dihydroxyoxan-2-yl]oxy-3-hydroxy-5-
(hydroxymethyl)oxolan-2-yl]oxy-3-hydroxycyclohexyl]oxyoxane-3,4-dio.
dalam air, agak larut dalam alkohol, praktis tidak larut dalam aseton.
1. Karbomisin A
Sifat : Zat berupa kristal putih atau bubuk kuning dengan kelarutan dalam air 2
g/ml. bersifat asam, kurang stabil pada suh kamar dan stabil pada suhu
rendah. Memiliki sedikit rasa, mikro-higroskopis; larut dalam etanol,
propanol, aseton dan methanol.
Aktifitas : Diperoleh dari bakteri Streptomyces ambofaciens yang merupakan obat
alternatif untuk pasien-pasien yang alergi penisilin. Bekerja dengan
Tilosin
] oxy}-2-ethyl-14-hydroxy-5, 9,13-trimethyl-8,16-dioxo-11-(2-oxoethyl)
oxacyclo hexadeca-4,6-dien-3-yl]methyl 6-deoxy-2,3-di-O- methyl--D-
allopyranoside
Struktur :
Sifat : Putih atau bubuk kuning muda, larut dalam air (600mg/ml). Karena
penyerapan usus, difusi in vivo cepat konsentrasi plasma tinggi dalam praktek
klinis, untuk pengobatan penggunaan narkoba
Aktifitas : Diperoleh dari bakteri Streptomyces fradiae, yang merupakan obat alternatif
untuk pasien-pasien yang alergi penisilin. Bekerja dengan menghambat
sintesis protein kuman. Aktif secara invitro terhadap kuman-kuman Gram
positif, Gram negatif, mikoplasma, klamidia, riketsia dan aktinomisetes.
Berdaya kerja bakterisida dan bakteriostatika tergantung mikroorganisme dan
konsentrasinya.
2.2.4.Antibiotik Tetrasiklin
Tetrasiklin
Sifat : Berupa serbuk hablur,kuning, tidak berbau atau sedikit berbau lemah.
Kelarutan sangat sukar larut dalam air; larut dalam 5 bagian etanol (95%)P;
praktis tidak larut dalam kloroform P dan dalam eter P; larut dalam asam
encer; larut dalam alkali disertai penguraian
Aktivitas : Pada umumnya spektrum golongan tetrasiklin sama (sebab mekanismenya
sama), namun terdapat perbedaan kuantitatif dan aktivitas masing-masing
derivat terhadap kuman tertentu. Hanya mikroba yang cepat membelah yang
dipengaruhi obat ini. Golongan tetrasiklin termasuk antibiotik yang terutama
bersifat bakteriostatik dan bekerja dengan jalan menghambat sintesis protein
kuman.
2.2.5.Antibiotik Kloramfenikol
Kloramfenikol
2.2.6.Antibiotik Sulfonamida
1. Sulfadiazin
Sifat : Putih, putih kekuningan atau putih agak merah jambu; hampir tidak berbau;
tidak berasa. Praktis tidak larut dalam air; agak sukar larut dalam etanol
(95%) P dan dalam aseton P; mudah larut dalam asam mineral encer dan
dalam larutan alkali hidroksida.
Aktivitas : Absorbsi diusus terjadi cepat, kadar maksimal dalam darah tercapai dalam
waktu 3-6 jam sesudah pemberian dosis tunggal. Kira kira 15-40% dari obat
yang diberikan diekskresi dalam bentuk asetil yang lebih mudah untk
diekskresikan.Hampir 70 % obat ini mengalami reansorbsi di tubuli ginjal
dan pemberian alkali memperbesar bersihan ginjal dengan mengurangi
reabsorbsi tubuli. Karena beberapa macam sulfa sukar larut dalam urin yang
asam, maka sering timbul kristaluria dan komplikasi ginjal lainnya. Untuk
mencegah ini penderita dianjurkan minum banyak air agar produksi tidak
kurang dari 1200 ml/hari atau diberikan sediaan alkalis seperti Na-
Bikarbonat untuk menaikan pH urin. Dosis permulaan oral pada orang
dewasa 2-4 g, di lanjutkan dengan 2-4g dalam 3-6 kali pemberian, lamanya
pemberian tergantung dari keadaan penyakit. Anak anak berumur lebih dari
dua bulan diberikan dosis awal setengah dosis perhari kemudian dilanjutkan
dengan 60-150 mg/Kg BB dalam 4-6 kali pemberian. Sediaan biasanya
terdapat dalam bentuk tablet 500 mg. Golongan memiliki kerja
bakteriokstatis yang luas terhadap banyak bakteri Gram-positif dan Gram-
negatif, terhadap Pseudomonas, Proteis dan Streptococcus faecalis tidak
aktif. Mekanisme kerjanya berdasarkan pencegahan sintesis (dihidrol) folat
dalam kuman dengan cara antagonism saingan dengan PABA. Secara kimiawi
golongan sulfonamide merupakan analog-analog dari p- aminobenzoat.
Banyak jenis bakteri membutuhkan asam folat untuk membangun asam
intinya DNA dan RNA. Asa, ini dibentuknya sendiri dari bahan pangkal
PABA (para-aminobenzoic acid) yang dapat dimana-mana
dalam tubuh manusia. Bakteri keliru menggunakan sulfa sebagai bahan untuk
mensintesa asam folatnya sehingga DNA/RNA tidak terbentuk lagi dan
pertumbuhan bakteri terhenti.
2. Sulfamerazin
4. Sulfametizol
Sifat Serbuk hablur putih; rasa agak pahit; praktis tidak berbau; sangat sukar larut
dalam air dalam kloroform dan dalam eter; agak sukar larut dalam etanol;
praktis tidak larut dalam benzene.
Aktifitas : Sulfametizol termasuk golongan Sulfonamid yang ekresinya cepat, sehingga
Sifat : Serbuk hablur, putih, tidak berbau, rasa pahit. Mudah larut dalam air, agak
sukar larut dalam etanol, praktis tidak larut dalam klorofom dan eter
Aktifitas : Bakteriostatik. Pertumbuhan asam folat (pteroylglutamat) yang merupakan
komponen dalam vitamin B complex. Banyak bakteri memerlukan asam folat
untuk pertumbuhannya, yang mereka sintesis sendiridengan menggunakan
bahan para amino benzoic acid ( P A B A ). Dengan diganggunya sintesis
asam folat, maka kehidupan bakteri akan terganggu.
2.2.7.Antijamur
Antibiotik
1. Griseofulvin
Struktur :
Sifat : Tiap mg nistatin mengandung tidak kurang dari 4400 unit aktivitas. Obat ini
bersifat higroskopis, serbuk berwarna kuning hingga coklat bercahaya,
dengan bau seperti sereal, sangat sedikit larut dalam air (efektif dalam bentuk
suspensi), sedikit larut dalam alkohol, metanol, n-propil alkohol, dan n-butil
alkohol; tidak larut dalam kloroform, eter dan benzen.
Derivat Imidazol
1. Mikonazol
Sifat : Mikonazol (USP 29) serbuk putih atau hampir berwarna putih. Dapat
menunjukkan terjadinya polimorfisme. Titik leleh78 hingga 88. Tidak larut
dalam air, larut 1 bagian dalam 9,5 bagian dalam alkohol, larut 1 bagian
dengan 2 bagian kloroform, 1 bagian dalam 15 eter, 1 bagian dalam 4 bagian
isopropil alkohol, 1 dalam 5.3 metil alkohol dan 1bagian dalam 9 bagian
propilen glikol, mudah larut dalam aseton dan dimetilformamid.
Aktifitas : Mikonazol nitrat memberikan aktivitas antifungi dan antibakteri melalui
Struktur :
mekanisme merusak permeabilitas sel membran namun sasaran aksi pada sel
membran belum diketahui. Namun gangguan ini menyebabkan membran sel
tidak dapat berfungsi sebagai barier selektif, sehingga kalium dan konstituen
sel lainnya dapat keluar dan hilang.
2. Klotrimazol
Struktur :
Sifat : Serbuk hablur, putih sampai kuning pucat. Melebur pada suhu lebih kurang
142o, disertai peruraian. Tidak larut dalam air, mudah larut dalam etanol,
dalam aseton, kloroform dan etanol
Aktifitas : Agen antijamur berspektrum luas yang menghambat pertumbuhan ragi
dengan mengubah permeabilitas membrane sel, yang menyebabkan kematian
sel. Mekanisme kerjanya dengan menghambat biosintesis ergosterol dan
sterol lain yang menyebabkan rusaknya membrane sel jamur, merubah
permeabilitasnya sehingga terjadi kehilangan elemen intraseluler penting.
Selain itu, terjadi penghambatan aktivitas enzim oksidatif dan peroksidatif
yang menyebabkan tingginya kadar hydrogen peroksida intraseluler yang
berkontribusi pada kematian sel
3. Ketokonazol
Sifat : Ketokonazol berupa serbuk putih hingga sedikit abu-abu dan praktis tidak
larut dalam air. Ketokonazol mempunyai pKas 2.9 hingga 6.5;Larut dalam
Derivat Triazol
1. Flukonazol
Struktur :
Sifat : Flukonazol merupakan serbuk kristal putih, dan sedikit larut dalam air
dengan kelarutan 8 mg/ml pada suhu 37C. Obat mempunyai kelarutan 25
mg/ml dalam alkohol pada temperatur kamar. Obat ini larut dalam metanol
dan kloroform. Flukonazol mempunyai pKa 1.76 pada suhu 24C dalam 0.1
M NaCl.
Aktifitas : Mempengaruhi aktivitas cytochrom P450, menurunkan synthesis ergosterol
(sterol penting pada sel membran jamur) dan menghambat formasi sel
membrane. Flukonazol merupakan inhibitor cytochrome P-450 sterol C-14
alpha-demethylation (biosintesis ergosterol) jamur yang sangat selektif.
Pengurangan ergosterol, yang merupakan sterol utama yang terdapat di
dalam membran sel-sel jamur, dan akumulasi sterol-sterol yang mengalami
metilase menyebabkan terjadinya perubahan sejumlah fungsi sel yang
berhubungan dengan membran. Secara in vitro flukonazol memperlihatkan
aktivitas fungistatik terhadap Cryptococcus neoformans dan Candida spp.
2. Itrakonazol
Aktifitas : Itraconazole mengikat enzim p450 jamur dan menghentikan sel-sel membuat
ergosterol , komponen utama dari dinding sel .
Spektrum aktivitas antijamurnya sama dengan Ketokonazol. Yaitu aktif
sebagai antijamur baik sistemik maupun nonsistemik efektif terhadap
Candida, Coccidioides immitis, Cryptococcus neoformans, H. capsulatum,
B. dermatitidis, Aspergillusdan Sporothrix spp.Tetapi Aktivitas
antijamurnya lebih lebar sedangkan efek samping yang ditimbulkan lebih
kecil dibandingkan dengan ketokonazol. Itrakonazol diserap lebih sempuma
melalui saluran cerna bila diberikan bersama makanan. Itrakonazol, seperti
golongan azol lainnya, juga berinteraksi dengan enzim mikrosom hati, tetapi
tidak sebanyak ketokonazol.
Asam Salisilat
Asam Salisilat
Gilman, A. 2000, Informatorium Obat Nasional Indonesia 2000, Dirjend POM, Departemen
Kesehatan, Jakarta.
Huga, W.B.,dan Russel, A.D., 2000, Pharmaceutical Microbilogy., Blackwell Scientific
Piblication, London.
Quick, J.D. (1997), Managing Drug Supply, 2nd Ed., bab III D.28. 422437, Kumarian Press,
West Hartford.
Roger,A. (1993), How to Investigate Drug Use in Health Facilities, World Health
Organization, Genev