Oleh :
Kelompok
2017/2018
BAB I
PENDAHULUAN
1.2 Tujuan
a. Mengetahui definisi antibiotik dan turunannya.
b. Mengetahui karakteristik struktur yang dimiliki antibiotika turunan makrolida.
c. Mengetahui mekanisme kerja antibiotik turunan makrolida.
d. Mengetahui contoh obat antibiotik turunan makrolida.
e. Mengetahui fase biofarmasetika, farmakologi, farmakokinetik , dan hubungan struktur
aktivitas antibiotik turunan makrolida
BAB II
ISI
b. Roksitromisin
Roksitromisin adalah analog eritromisin yang mempunyai aktivitas lebih tinggi dan
masa kerja yang lebih panjang dibandingkan spiramisin.
Contoh nama dagang : Biostatik
Indikasi : terapi infeksi saluran napas atas dan bawah yanf disebabkan oleh bakteria
yang sensitif, termasuk otitis media, sinusitis, infeksi bronkopulmoner, infeksi genital
(kecuali GO), infeksi struktur kulit dan jaringan lunak.
Dosis : Dewasa 150 mg 2 x sehari atau 300 mg 1 x sehari. Anak 5-8 mg/kgBB/hari
dalam 2 dosis terbagi.
Pemerian Obat : secara per oral dan diberikan sebelum makan.
Efek Samping : gangguan GI, reaksi alergi.
Interaksi Obat : derivat ergot (MIMS, 2015).
c. Azitromisin
Azitromisin mempunyai stabilitas terhadap asam lambung yang lebih baik dibanding
analog eritromisin yang lain, dan memiliki masa kerja yang panjang.
Contoh nama dagang : Mezatrin
Indikasi : infeksi ringan-sedang saluran napas bawah dan atas, kulit dan struktur kulit.
Dosis : Dewasa dan anak >16tahun dengan infeksi saluran napas atas dan
bawah, kulit dan struktur kulit tanpa komplikasi hari pertama : 500 mg/hari, hari
kedua kelima : 250 mg/hari. Servisitis dan uretritis non GO 1 gram.
Pemerian Obat : secara per oral dan diberikan pada saat perut kosong 1 jam sebelum
atau 2 jam sesudah makan.
Efek Samping : mual, nyeri perut, muntah, diare, alergi.
Interaksi Obat : ergot, antasida yang mengandung Al dan Mg. Makrolida lain,
digoksin teofilin, karbamazepin (MIMS, 2015).
2.5 Fase Biofarmasetika, Farmakologi, farmakokinetik , dan Hubungan Struktur
Aktivitas Eritromisin
2.5.1 Biofarmasetika
Fase Biofarmasetika adalah waktu mulai penggunaan sediaan obat hingga
pelepasan zat aktifnya kedalam tubuh dan siap di absorpsi.
Fase ini meliputi cara pembuatan obat, bentuk sediaan obat, dan zat tambahan
yang digunakan oleh obat tersebut. Fase biofarmasetik melibatkan seluruh unsur-
unsur yang terkait mulai saat pemberian obat hingga terjadinya penyerapan zat aktif.
Kerumitan peristiwa tersebut tergantung pada cara pemberian dan bentuk sediaan,
yang secara keseluruhan berperan pada proses predisposisi zat aktif dalam tubuh.
Seperti diketahui fase farmakodinamik dan farmakokinetik mempunyai sifat
individual spesifik dalam interaksi tubuh dan zat aktif. Hal tersebut selanjutnya
mempengaruhi intensitas farmakologik dan kinetik zat aktif suatu obat di dalam
tubuh. Dengan demikian fase biofarmasetik merupakan salah satu kunci penting untuk
memperbaiki aktivitas terapetik. Fase bioarmasetik dapat diuraikan dalam tiga tahap
utama, yaitu L.D.A yang berarti Liberasi (pelepasan), Disolusi (Pelarutan), dan
Absorpsi (penyerapan).
Eritromisin dihasilkan oleh suatu strain Streptomyces erythreus. Zat ini berupa
kristal berwarna kekuningan, larut dalam air sebanyak 2 mg/ml. Eritromisin larut
lebih baik dalam etanol atau pelarut organik. Antibiotik ini tidak stabil dalam suasana
asam, kurang stabil pada suhu kamar tetapi cukup stabil pada suhu rendah. Aktivitas
in vitro paling besar dalam suasana alkalis. Larutan netral eritromisin yang disimpan
pada suhu kamar akan menurun potensinya dalam beberapa hari, tetapi bila disimpan
pada suhu 5 biasanya tahan sampai beberapa minggu.
Eritromisin basa dihancurkan oleh asam lambung dan harus diberikan bersama
salut enterik. Makanan dapat mengganggu penyerapan, bentuk stearat, dan ester
cukup resisten terhadap asam dan sedikit lebih baik diserapnya. Garam lauril dari
ester propionil eritromisin merupakan sediaan oral yang paling baik
penyerapannya. Namun, hanya bentuk basa yang secara mikrobiologis aktif, dan
konsentrasinya cenderung serupa apa pun formulasinya. Eritromisin tidak
memerlukan penyesuaian dosis untuk gagal ginjal. Eritromisin tidak dikeluarkan
dengan dialisis. Sejumlah besar obat yang diberikan diekskresikan dalam empedu
dan keluar melalui tinja, dan hanya 5% yang diekskresikan di urin. Obat yang
terserap didistribusikan secara luas, kecuali ke otak dan cairan serebrospinal.
Eritromisin diserap oleh leukosit polimorfonukleus dan makrofag. Obat ini
menembus plasenta dan mencapai janin (Katzung et al., 2014).
2.5.2 Farmakologi
1. Metabolisme
Erythromicin dan telithromycin dimetabolisme secara ekstensif dan diketahui
menghambat oksidasi sejumlah obat melalui interaksinya dengan sistem sitokrom
P450, sehingga meningkatkan konsentrasi berbagai obat dalam serum, seperti :
teofilin, antikoagulan oral, siklosporin, dan methylprednisolon. Erythromicin
meningkatkan konsentrasi digoksan oral dalam serum dengan meningkatkan
bioavailabilitasnya. Gangguan terhadap metabolisme obat , seperti theophyllin
dan carbamazepine, pernah digunakan dalam penggunaan clarithromycin.
Clarythromycin dioksidasi menjadi derivat 14-hidroksi yang mempertahankan
aktivitas antibiotika.
2. Mekanisme kerja
Eritromisin bersifat bakteristatik atau bakterisid untuk organisme organisme
yang rentan pada konsentrasi tinggi. Aktifitasnya meningkat pada alkali. Cara
kerjanya menghambat sintesis protein melalui ikatan ke RNA ribosom 50S.
Efek antibakteri eritromisin dan makrolid lain yaitu inhibitorik atau
bakterisidal, terutama pada konsentrasi tinggi, bagi organisme yang rentan.
Aktivitas meningkat pada pH basa. Inhibisi sintesis protein terjadi melalui
pengikatan ke RNA ribosom 50S. Tempat pengikatan terletak dekat dengan pusat
peptidiltransferase, dan pemanjanagan rantai peptide (yi. Transpeptidasi) dicegah
dengan menghambat saluran keluar polipeptida. Akibatnya, peptidil tRNA
terlepas dari ribosom. Eritromisin juga menghambat pembetukan subunit ribosom
50S. Eritromisin aktif terhadap galur-galur rentan organism positif-gram,
khususnya pneumokokus, streptokokus, stafilokokus, dan korinebakteri.
Resistensi terhadap eritromisin biasanya disandi oleh plasmid. Telah diketahui
terdapat tiga mekanisme, yakni :
(1) Berkurangnya permeabilitas membran sel atau efluks aktif;
(2) Pembentukan (oleh Enterobacteriaceae) enterase yang menghidrolisis
makrolid; dan
(3) Modifikasi tempat pengikatan di ribosom (yang disebut sebagai proteksi
ribosom) oleh mutasi kromosom atau oleh metilase yang terbentuk secara
konstituitif atau akibat induksi makroli.
2.5.3 Farmakodinamik
Waktu paruh dalam serum normalnya sekitar 1,5 jam dan 5 jam pada penderita
anuria. Penyesuaian dosis tidak diperlukan pada gagal ginjal.
2.5.4 Farmakokinetik
Fase Farmakokinetik adalah fase atau tahapan yang dilalui obat setelah lepas
dari bentuk sediaan.
Eritromisin basa dihancurkan oleh asam lambung sehingga harus diberikan
dalam bentuk saluran enteric. Makanan menghambat absorpsinya. Stearat dan ester
cukup resisten terhadap asam sehingga diabsorpsi lebih baik. Garam laurel dari ester
propionil eritromisin ( eritromisin estolat ) merupakan sediaan oral yang diabsorpsi
paling baik. Dosis oral sebesar 2gr/hari memberikan konsentrasi basa dan ester
eritromisin dalam serum sebesar 2 mcg/ml. Akan tetapi hanya bentuk basalah yang
aktif secara mikrobiologis dan konsentrasinya cenderung sama apapun formulasinya.
Dosis eritromisin laktobionat intravena sebesar 500 mg menghasilkan kadar dalam
serum sebesar 10 mcg/ml 1 jam setelah pemberian obat.
Eritromisin tidak dibersihkan oleh dialisis. Sejumlah besar eritromisin yang
diberikan diekskresi dalam empedu dan hilang dalam feses, dan hanya 5% yang
diekskresi dalam urine. Obat eritromisin didistribusikan secara luas kecuali ke otak
dan cairan serebrospinal.
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Makrolida adalah sekelompok senyawa yang terkait erat dan memiliki ciri khas
adanya cincin lakton makrosiklik (biasanya mengandung 14 atau 16 atom) tempat
melekatnya gula deoksi. Obat prototipe golongan ini yaitu eritromisin, yang tersusun atas 2
gugus gula yang melekat pada cincin lakton 14-atom , ditemukan tahun 1952 dari
Streotomyces erythreus. Klaritromisin dan azitromisin merupakan turunan semisintesis
eritromisin .
Mekanisme kerja golongan makrolida adalah menghambat sintesis protein bakteri
pada ribosmnya dengan jalan berikatan secara reversible dengan ribosm subunit 50S. Sintesis
protein terhambat karena reaksi-reaksi translokasi aminoasil dan hambatan pembentuk awal
sehingga pemanjangan rantai peptida tidak berjalan.
DAFTAR PUSTAKA
MIMS. 2015. MIMS Indonesia Petunjuk Konsultasi. Edisi 15. Jakarta : PT Bhuana Ilmu
Populer.
Siswandono dan Seokardjo, Bambang. 2008. Kimia Medisinal. Edisi 2. Cetakan 2. Surabaya :
Airlangga University Press.
Katzung G.Bertram.2010. Farmakologi Dasar dan Klinik. Penerbit Buku Kedokteran . Hal
771-774
Rahardja Kirana dan Hoan Tjay Tan. 2013. Obat-Obat Penting. PT. Gramedia Jakarta. Hal
81-84