Anda di halaman 1dari 12

KIMIA FARMASI

Antibiotik Turunan Makrolida

Oleh :

Kelompok

NI MADE SHERLY PRADNYANDARI (151078)


I GEDE BAYU SOMANTARA (161094)
I DESAK PUTU YUSPITA DEWI (161102)
NI KADEK DEWI SATRIANI (161105)
TRISKA (161106)
NI KADEK LAKSITA GANAMUKTI (161117)
KADEK AYU SEKARINI (161125)
NI LUH PUTU ARY ARMAYANTI (161132)

AKADEMI FARMASI SARASWATI DENPASAR

2017/2018
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Rumusan Masalah


a. Apa yang dimaksud dengan antibiotik dan apa saja turunannya?
b. Apa saja karakteristik struktur yang dimiliki antibiotika turunan makrolida?
c. Bagaimana mekanisme kerja antibiotik turunan makrolida?
d. Apa saja contoh obat antibiotik turunan makrolida?
e. Bagaimana fase biofarmasetika, farmakologi, farmakokinetik , dan hubungan struktur
aktivitas antibiotik turunan makrolida ?

1.2 Tujuan
a. Mengetahui definisi antibiotik dan turunannya.
b. Mengetahui karakteristik struktur yang dimiliki antibiotika turunan makrolida.
c. Mengetahui mekanisme kerja antibiotik turunan makrolida.
d. Mengetahui contoh obat antibiotik turunan makrolida.
e. Mengetahui fase biofarmasetika, farmakologi, farmakokinetik , dan hubungan struktur
aktivitas antibiotik turunan makrolida
BAB II

ISI

2.1 Antibiotik dan Turunannya


Antibiotik adalah senyawa kimia yang dihasilkan oleh mikroorganisme (khususnya
dihasilkan oleh fungi) atau dihasilkan secara sintetik yang dapat membunuh atau
menghambat perkembangan bakteri dan organisme lain (Santoso dan Adrianta, 2016).
Turunan Antibiotika, meliputi :
a. Turunan Beta Laktam
b. Turunan Amfenikol
c. Turunan Tetrasiklin
d. Turunan Aminoglikosida
e. Turunan Makrolida
f. Turunan Polipeptida
g. Turunan Linkosamida
h. Turunan Polien
i. Turunan Ansamisin
j. Turunan Antrasiklin
k. Fosfomisin
(Siswandono dan Seokardjo, 2008)

2.2 Karakteristik Struktur Antibiotika Turunan Makrolida


Setiap turunan antibiotika memiliki karakteristik struktur yang berbeda-beda.
Antibiotika turunan makrolida memiliki karakteristik struktur, meliputi :
1. Cincin lakton yang besar, biasanya mengandung 12-17 atom.
2. Gugus keton,
3. Satu atau dua gula amin seperti glikosida yang berhubungan dengan cincin lakton,
4. Gula netral, yang berhubungan dengan gula amino atau pada cincin lakton,
5. Gugus dimetilamino pada residu gula, yang menyebabkan sifat basis dari senyawa
dan memungkinkan untuk dibuat bentuk garamnya.
Gula-gula yang terikat pada antibiotika turunan makrolida antara lain adalah L-
kladinosa, D-desosamin, L-oleandrosa dan D-rodosamin

(Siswandono dan Seokardjo, 2008).

2.3 Mekanisme Kerja Antibiotik Turunan Makrolida

Turunan makrolida, seperti eritromisin, adalah senyawa bakteriostatik dan hanya


efektif pada mikroorganisme yang aktif membelah. Turunan ini mengikat secara tak
terpulihkan subunit ribosom 50-S bakteri atau dekat tempat donor P sehingga memblok
ikatan tRNA dengan tempat tersebut dan mencegah translokasi peptide-peptida dari
tempat aseptor A ke tempat donor P. Pengikatan ini hanya terjadi bila subunit ribosom
50-S bebas dari molekul tRNA yang berhubungan dengan rantai peptide nasen sehingga
yang diblok hanyalah sintesis homopeptida polimer tinggi, sedang peptide-peptida kecil
tetap diproses secara normal. Efek samping relatif rendah antara lain gangguan saluran
cerna yang ringan (sakit kepala, mual, pusing dan diare) dan reaksi alergi (Siswandono
dan Seokardjo, 2008).

2.4 Contoh Obat Antibiotik Turunan Makrolida


Beberapa contoh obat antibiotik turunan makrolida, yaitu
a. Eritromisin stearat
Eritromisin didapat dari Streptomyces erythreus. Strukturnya terdiri dari aglikon
eritronolid A, gula amino desosamin dan gula netral kladinosa. Eritromisin adalah
senyawa bakteriostatik yang efektif terhadap bakteri Gram-positif yang telah tahan
terhadap penisilin, seperti Staphylococcus sp., Streptococcus sp., Mycoplasma, H.
Influenzae (Siswandono dan Seokardjo, 2008).
Contoh nama dagang : Erysanbe
Indikasi : infeksi saluran napas, kulit dan jaringan lunak, pneumonia.
Dosis : Dewasa dan anak > 20 kg1 kapsul 4 x sehari, 1 kapsul 2 x sehari, 2 tablet
kunyah atau 10 ml 4 x sehari. Anak 20 kg 30-50 mg/kgBB/hari dalam 4 dosis
terbagi.
Pemerian Obat : secara per oral dengan atau tanpa makanan.
Efek Samping : gangguan GI, reaksi alergi, ototoksisitas.
Interaksi Obat : meningkatkan efek karbamazepin, siklosporin, teofilin, warfarin, dan
digoksin (MIMS, 2015).

b. Roksitromisin
Roksitromisin adalah analog eritromisin yang mempunyai aktivitas lebih tinggi dan
masa kerja yang lebih panjang dibandingkan spiramisin.
Contoh nama dagang : Biostatik

Indikasi : terapi infeksi saluran napas atas dan bawah yanf disebabkan oleh bakteria
yang sensitif, termasuk otitis media, sinusitis, infeksi bronkopulmoner, infeksi genital
(kecuali GO), infeksi struktur kulit dan jaringan lunak.
Dosis : Dewasa 150 mg 2 x sehari atau 300 mg 1 x sehari. Anak 5-8 mg/kgBB/hari
dalam 2 dosis terbagi.
Pemerian Obat : secara per oral dan diberikan sebelum makan.
Efek Samping : gangguan GI, reaksi alergi.
Interaksi Obat : derivat ergot (MIMS, 2015).
c. Azitromisin
Azitromisin mempunyai stabilitas terhadap asam lambung yang lebih baik dibanding
analog eritromisin yang lain, dan memiliki masa kerja yang panjang.
Contoh nama dagang : Mezatrin

Indikasi : infeksi ringan-sedang saluran napas bawah dan atas, kulit dan struktur kulit.
Dosis : Dewasa dan anak >16tahun dengan infeksi saluran napas atas dan
bawah, kulit dan struktur kulit tanpa komplikasi hari pertama : 500 mg/hari, hari
kedua kelima : 250 mg/hari. Servisitis dan uretritis non GO 1 gram.
Pemerian Obat : secara per oral dan diberikan pada saat perut kosong 1 jam sebelum
atau 2 jam sesudah makan.
Efek Samping : mual, nyeri perut, muntah, diare, alergi.
Interaksi Obat : ergot, antasida yang mengandung Al dan Mg. Makrolida lain,
digoksin teofilin, karbamazepin (MIMS, 2015).
2.5 Fase Biofarmasetika, Farmakologi, farmakokinetik , dan Hubungan Struktur
Aktivitas Eritromisin

2.5.1 Biofarmasetika
Fase Biofarmasetika adalah waktu mulai penggunaan sediaan obat hingga
pelepasan zat aktifnya kedalam tubuh dan siap di absorpsi.
Fase ini meliputi cara pembuatan obat, bentuk sediaan obat, dan zat tambahan
yang digunakan oleh obat tersebut. Fase biofarmasetik melibatkan seluruh unsur-
unsur yang terkait mulai saat pemberian obat hingga terjadinya penyerapan zat aktif.
Kerumitan peristiwa tersebut tergantung pada cara pemberian dan bentuk sediaan,
yang secara keseluruhan berperan pada proses predisposisi zat aktif dalam tubuh.
Seperti diketahui fase farmakodinamik dan farmakokinetik mempunyai sifat
individual spesifik dalam interaksi tubuh dan zat aktif. Hal tersebut selanjutnya
mempengaruhi intensitas farmakologik dan kinetik zat aktif suatu obat di dalam
tubuh. Dengan demikian fase biofarmasetik merupakan salah satu kunci penting untuk
memperbaiki aktivitas terapetik. Fase bioarmasetik dapat diuraikan dalam tiga tahap
utama, yaitu L.D.A yang berarti Liberasi (pelepasan), Disolusi (Pelarutan), dan
Absorpsi (penyerapan).
Eritromisin dihasilkan oleh suatu strain Streptomyces erythreus. Zat ini berupa
kristal berwarna kekuningan, larut dalam air sebanyak 2 mg/ml. Eritromisin larut
lebih baik dalam etanol atau pelarut organik. Antibiotik ini tidak stabil dalam suasana
asam, kurang stabil pada suhu kamar tetapi cukup stabil pada suhu rendah. Aktivitas
in vitro paling besar dalam suasana alkalis. Larutan netral eritromisin yang disimpan
pada suhu kamar akan menurun potensinya dalam beberapa hari, tetapi bila disimpan
pada suhu 5 biasanya tahan sampai beberapa minggu.
Eritromisin basa dihancurkan oleh asam lambung dan harus diberikan bersama
salut enterik. Makanan dapat mengganggu penyerapan, bentuk stearat, dan ester
cukup resisten terhadap asam dan sedikit lebih baik diserapnya. Garam lauril dari
ester propionil eritromisin merupakan sediaan oral yang paling baik
penyerapannya. Namun, hanya bentuk basa yang secara mikrobiologis aktif, dan
konsentrasinya cenderung serupa apa pun formulasinya. Eritromisin tidak
memerlukan penyesuaian dosis untuk gagal ginjal. Eritromisin tidak dikeluarkan
dengan dialisis. Sejumlah besar obat yang diberikan diekskresikan dalam empedu
dan keluar melalui tinja, dan hanya 5% yang diekskresikan di urin. Obat yang
terserap didistribusikan secara luas, kecuali ke otak dan cairan serebrospinal.
Eritromisin diserap oleh leukosit polimorfonukleus dan makrofag. Obat ini
menembus plasenta dan mencapai janin (Katzung et al., 2014).

2.5.2 Farmakologi
1. Metabolisme
Erythromicin dan telithromycin dimetabolisme secara ekstensif dan diketahui
menghambat oksidasi sejumlah obat melalui interaksinya dengan sistem sitokrom
P450, sehingga meningkatkan konsentrasi berbagai obat dalam serum, seperti :
teofilin, antikoagulan oral, siklosporin, dan methylprednisolon. Erythromicin
meningkatkan konsentrasi digoksan oral dalam serum dengan meningkatkan
bioavailabilitasnya. Gangguan terhadap metabolisme obat , seperti theophyllin
dan carbamazepine, pernah digunakan dalam penggunaan clarithromycin.
Clarythromycin dioksidasi menjadi derivat 14-hidroksi yang mempertahankan
aktivitas antibiotika.
2. Mekanisme kerja
Eritromisin bersifat bakteristatik atau bakterisid untuk organisme organisme
yang rentan pada konsentrasi tinggi. Aktifitasnya meningkat pada alkali. Cara
kerjanya menghambat sintesis protein melalui ikatan ke RNA ribosom 50S.
Efek antibakteri eritromisin dan makrolid lain yaitu inhibitorik atau
bakterisidal, terutama pada konsentrasi tinggi, bagi organisme yang rentan.
Aktivitas meningkat pada pH basa. Inhibisi sintesis protein terjadi melalui
pengikatan ke RNA ribosom 50S. Tempat pengikatan terletak dekat dengan pusat
peptidiltransferase, dan pemanjanagan rantai peptide (yi. Transpeptidasi) dicegah
dengan menghambat saluran keluar polipeptida. Akibatnya, peptidil tRNA
terlepas dari ribosom. Eritromisin juga menghambat pembetukan subunit ribosom
50S. Eritromisin aktif terhadap galur-galur rentan organism positif-gram,
khususnya pneumokokus, streptokokus, stafilokokus, dan korinebakteri.
Resistensi terhadap eritromisin biasanya disandi oleh plasmid. Telah diketahui
terdapat tiga mekanisme, yakni :
(1) Berkurangnya permeabilitas membran sel atau efluks aktif;
(2) Pembentukan (oleh Enterobacteriaceae) enterase yang menghidrolisis
makrolid; dan
(3) Modifikasi tempat pengikatan di ribosom (yang disebut sebagai proteksi
ribosom) oleh mutasi kromosom atau oleh metilase yang terbentuk secara
konstituitif atau akibat induksi makroli.

2.5.3 Farmakodinamik

Erythromycin bersifat bakteristatik atau bakterisid untukorganism-organism


yang rentan pada konsentrasi tinggi. Aktivitasnya meningkat pada alkali. Cara
kerjanya menghambat sintesis protein melalui ikatan ke RNA ribosm 50S.

Waktu paruh dalam serum normalnya sekitar 1,5 jam dan 5 jam pada penderita
anuria. Penyesuaian dosis tidak diperlukan pada gagal ginjal.

2.5.4 Farmakokinetik
Fase Farmakokinetik adalah fase atau tahapan yang dilalui obat setelah lepas
dari bentuk sediaan.
Eritromisin basa dihancurkan oleh asam lambung sehingga harus diberikan
dalam bentuk saluran enteric. Makanan menghambat absorpsinya. Stearat dan ester
cukup resisten terhadap asam sehingga diabsorpsi lebih baik. Garam laurel dari ester
propionil eritromisin ( eritromisin estolat ) merupakan sediaan oral yang diabsorpsi
paling baik. Dosis oral sebesar 2gr/hari memberikan konsentrasi basa dan ester
eritromisin dalam serum sebesar 2 mcg/ml. Akan tetapi hanya bentuk basalah yang
aktif secara mikrobiologis dan konsentrasinya cenderung sama apapun formulasinya.
Dosis eritromisin laktobionat intravena sebesar 500 mg menghasilkan kadar dalam
serum sebesar 10 mcg/ml 1 jam setelah pemberian obat.
Eritromisin tidak dibersihkan oleh dialisis. Sejumlah besar eritromisin yang
diberikan diekskresi dalam empedu dan hilang dalam feses, dan hanya 5% yang
diekskresi dalam urine. Obat eritromisin didistribusikan secara luas kecuali ke otak
dan cairan serebrospinal.

2.5.5 Hubungan struktur-aktifitasnya


Eritromisin termasuk antibiotika golongan makrolid yang sama-sama
mempunyai cincin lakton yang besar dalam rumus molekulnya.
Eritromisin terdiri dari :
a) Aglikon eritronolid.
b) Gula amino desosamin dan gula netral kladinosa.
c) Membentuk garam pada gugus dimetilamino ( 3 ) dengan asam, contoh: garam
stearat bersifat sukar larut dalam air dengan rasa yang sedikit pahit.
d) Membentuk ester pada gugus hidroksi ( 2 ) yang tetap aktif secara biologis dan
aktivitasnya tidak tergantung pada proses hidrolisis.contoh: ester-ester etilsuksinat,
estolat, dan propinoat yang tidak berasa.
Struktur umum dari ertromycin ditunjukkan diatas cincin makrolida dan gula-
guladesosamin dan kladinose. Obat ini sulit larut dalam air (0,1%) namun dapat
langsunglarut pada zat-zat pelarut organik. Larutan ini cukup satabil pada suhu 4C,
namun dapat kehilangan aktivitas dengan cepat pada suhu 20C dan pada suhu asam
Ertromycin biasanya tersedia dalam bentuk berbagai ester dan garam.
Aktifitas antimikroba eritromisin efektif terhadap organisme gram-positif,
terutama pneumokokus, streptokokus, stafilokokus dan korinebakteria dalam kadar
plasma sebesar 0,02-2 mcg/mL. Efek antibakterial eritromisin dapat bersifat
inhibitoris atau bakterisidal, khususnya pada konsentrasi tinggi, untuk organisme yang
rentan. Aktifitas meningkat pada Ph basa.
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Makrolida adalah sekelompok senyawa yang terkait erat dan memiliki ciri khas
adanya cincin lakton makrosiklik (biasanya mengandung 14 atau 16 atom) tempat
melekatnya gula deoksi. Obat prototipe golongan ini yaitu eritromisin, yang tersusun atas 2
gugus gula yang melekat pada cincin lakton 14-atom , ditemukan tahun 1952 dari
Streotomyces erythreus. Klaritromisin dan azitromisin merupakan turunan semisintesis
eritromisin .
Mekanisme kerja golongan makrolida adalah menghambat sintesis protein bakteri
pada ribosmnya dengan jalan berikatan secara reversible dengan ribosm subunit 50S. Sintesis
protein terhambat karena reaksi-reaksi translokasi aminoasil dan hambatan pembentuk awal
sehingga pemanjangan rantai peptida tidak berjalan.
DAFTAR PUSTAKA

MIMS. 2015. MIMS Indonesia Petunjuk Konsultasi. Edisi 15. Jakarta : PT Bhuana Ilmu
Populer.

Santoso, P dan Adrianta, A. 2016. Farmakologi Dasar. Denpasar : Akademi Farmasi


Saraswati.

Siswandono dan Seokardjo, Bambang. 2008. Kimia Medisinal. Edisi 2. Cetakan 2. Surabaya :
Airlangga University Press.

Katzung G.Bertram.2010. Farmakologi Dasar dan Klinik. Penerbit Buku Kedokteran . Hal
771-774

Rahardja Kirana dan Hoan Tjay Tan. 2013. Obat-Obat Penting. PT. Gramedia Jakarta. Hal
81-84

Anda mungkin juga menyukai