Antibakteri
Tita Nofianti
STIKes Bakti Tunas Husada Tasikmalaya
Prodi S1 Farmasi
Definisi
“ Toksisitas Selektif ”
Sejarah
Alexander Fleming 1928
Penicillium chrysogenum syn.
Penicillium notatum
Antibiotik pertama penicillin G (benzil
penisilin)
Antibiotika
Bakterisida Menyebabkan
kematian mikroba pada konsentrasi yang
dapat dicapai secara klinis.
Contoh: gol beta laktam, glikopeptida,
aminoglikosida, kuinolon, metronidazol
Antibiotika
Kombinasi Antibiotika:
1. Aditif: aktivitas kombinasi antibiotika
= jumlah kedua masing2 antibiotika
2. Sinergis: aktivitas kombinasi
antibiotika lebih besar jumlah kedua
masing2 antibiotika
3. Antagonis: aktivitas kombinasi
antibiotika lebih kecil jumlah kedua
masing2 antibiotika
Mekanisme Sinergisme Antibiotika:
1. Peningkatan jumlah obat II oleh obat I
yang masuk ke dalam sel mikroba
2. Penghambatan oleh obat I pada
aktivitas enzim mikroba yang
menginaktavasi obat II
3. Penghambatan pada tahap lanjutan
dari proses metabolisme sel mikroba
Kerugian kombinasi obat antimikroba
1.Meningkatnya risiko toksisitas
2.Seleksi mikroorganisme yang resisten
terhadap banyak obat
3.Eradikasi flora normal inang dengan
superinfeksi selanjutnya
4.Peningkatan biaya
Profilaksis Antibiotik
Pada umumnya, jika suatu obat tunggal,
efektif, nontoksik digunakan untuk mencegah
infeksi oleh suatu mikroorganisme spesifik
maka khemoprofilaksis sering berhasil, tetapi
apabila tujuan profilaksis untuk mencegah
koloni atau infeksi oleh banyak atau semua
organisme yang ada dlm lingkungan pasien
maka profilaksis umumnya gagal.
Antibiotika Untuk Profilaksis:
1. Pencegahan infeksi oleh paparan
bakteri patogen spesifik (kontak dg
pasien meningitis menikokus diberi
rifampin)
2. Pencegahan penyakit oleh bakteri
patogen dorman yang telah
menginfeksi orang tsb (INH untuk
mencegah konversi tuberkolin pada
TB inaktif)
Antibiotika Untuk Profilaksis:
3. Pencegahan infeksi spesifik pada
pasien yang rentan terkena infeksi
(penyakit jantung rematik sebelum
penangan gigi untuk mencegah
endokarditis)
4. Pencegahan infeksi pada pasca
operasi
Lama Terapi dengan Antibiotika:
1. Infeksi akut tidak kompleks: terapi
dilakukan sampai gejala hilang paling
tidak selama 72 jam
2. Infeksi kronis: (endokarditis,
osteomyelitis) memerlukan terapi
yang lebih panjang (4 – 6 minggu)
dengan analisis lanjutan untuk menilai
keberhasilan terapi.
Monitoring efektivitas terapi:
1. Derajat demam: parameter penting
untuk menilai respon terhadap terapi.
2. Jumlah sel darah putih: tahap awal
dari infeksi akan meningkatkan jumlah
SDP (neutrofil).
3. Data radiografi: effusion kecil, abses,
ruang yang muncul menandakan
pusat infeksi.
Monitoring efektivitas terapi:
4. Nyeri dan inflamasi: pembengkakan, eritema,
terdeness/empuk/lunak muncul pada infeksi
permukaan, atau di dalam sendi atau tulang.
5. Laju endap darah (LED): peningkatan LED
berkaitan dengan infeksi akut atau kronik
(endokarditis, osteomyelitis, infeksi
intrabdominal)
6. Konsentrasi komplemen serum: khususnya
komponen C3 turun pada infeksi serius karena
dikonsumsi selama proses pertahanan tubuh.
Efektivitas terapi yang kurang:
1. Salah diagnosa (unsuspected infection): salah
diagnosa mikroba penyebab infeksi.
2. Regimen obat yang tidak tepat: dosis, rute pemberian,
frekuensi, atau durasi.
3. Pemilihan antibiotika yang tidak tepat:
4. Resistensi mikroba: penggunaan antibiotika secara
berlebihan dan tidak memadai.
5. Ekspektasi yang berlebihan: surgical drainage
(pengurasan secara operasi), demam virus, artritis,
neoplasma, reaksi obat.
6. Infeksi oleh 2 atau lebih mikroba
Profilaksis untuk operasi:
1. Pemberian antibiotika jangka pendek yang
diberikan sebelum terdapat bukti klinis
terjadinya suatu infeksi.
2. Pertimbangan umum:
a. Waktu: diberikan untuk menjamin tersedia
jumlah yang memadai pada tempat
kontaminasi sebelum insisi.
b. Durasi: profilaksis dilakukan dalam rentang
operasi. Patokan umum 24 jam.
Profilaksis untuk operasi:
3. Spektrum antibiotika: patokan umum
sefalosporin generasi I (sefazolin, obat
pilihan, efek samping rendah, harga
relatif murah, dll); Vankomisin, cocok
untuk yang alergi penisilin
4. Rute pemberian: IV, IM untuk
menjamin konsentrasi yang memadai
pada waktu insisi.
Pedoman Penggunaan Antibiotik Pada Kelompok
Khusus.
A. Penggunaan Antibiotik Pada Anak
Daftar obat antibiotik yang tidak boleh diberikan pada
anak sbb :
Siprofloksasin, nofloksasin usia <12 th → Merusak tulang
rawan
Tetrasiklin usia < 4th / pd dosis tinggi → diskolorisasi gigi,
gangguan pertumbuhan tulang
Kloramfenikol dan tiamfenikol pada neonatus → grey
baby syndrom
Linkomisin HCl pada neonatus → fatal toxic syndrom
B. Penggunaan Antibiotik Pada Wanita
Hamil dan Menyusui
Indeks keamanan penggunaan obat pada
wanita hamil merujuk pada ketetapan US
-FDA
1) Kategori A: Studi pada wanita
menunjukkan tidak ada nya risiko terhadap
janin ditrimester pertama kehamilan.
Contohnya hanya vitamin
2) Kategori B: Studi pada hewan
percobaan sedang reproduksi tidak
menunjukkan adanya gangguan pada
fetus dalam trimester pertama tidak ada
studi pada wanita hamil. Contohnya
Amphoterisin B, Azitromisin, Astreonam,
Betalaktam, Klindamisin, Karbapenem,
Eritromisin, Fosfomisin.
3) Kategori C : Studi pada hewan
percobaan menunjukkan gangguan
teratogenik /embrio tetap pada wanita
hamil tidak ada penelitian. Hanya
digunakan bila benefit-risk ratio
menguntungkan. Contohnya : Basitrasin,
Kuinolon, Klaritromisin, Kotrimoksazol,
Imipenem, Isoniazid, Linezolid,
Paramomisin, Pirazinamid, Spiramisin,
Sulfa, Rifampisin, Vankomisin
4) Kategori D: Jelas ada gangguan pada
janin manusia. Hanya dapat digunakan
pada keadaan untuk menyelamatkan
nyawa penderita. Contohnya :
Aminoglikosida, Doksisiklin, Minosiklin,
Tetrasiklin, Tigesiklin.
5) Kategori X: Studi pada hewan percobaan
maupun manusia menunjukkan adanya
gangguan pada janin. Obat ini merupakan
kontraindikasi untuk dipakai pada
kehamilan. Contohnya : Metronidazol
(trimester I )
Daftar Antibiotik yang Perlu Dihindari Pada
Wanita Menyusui
Kloramfenikol →Toksisitas sumsum tulang
pada bayi → Hentikan selama menyusui.
Klindamisin →Pendarahan gastrointestinal
→ Hentikan selama menyusui.
Kloksasilin →Diare →Awasi terjadinya
diare
Metronidazol →Data preklinik menunjukkan efek
karsinogenik →Hentikan selama menyusui
Pentoksifilin →Ekskresi dalam ASI→ Hindari
selama menyusui
Siprofloksasin →Ekskresi dalam ASI →Hindari
selama menyusui
Kotrimoksazol →Hiperbilirubinemia/ defisiensi
G6PD→ Hindari pd bayi sakit, stres, prematur,
hiperbilirubinemia, dan defisiensi G6PD
Antibiotik yang Dikontraindikasikan
terhadap Ibu Menyusui.
Kloramfenikol →Berpotensi menyebabkan
supresi sumsum tulang idiosinkratik.
Siprofloksasin,norfloksasin(kinolon) →
Siprofloksasin tidak disetujui secara
langsung untuk anak-anak. Lesi kartilago
dan artropati ditemukan pada binatang
yang belum dewasa.
Klofazimin diekskresi melalui air susu dan dapat
menyebabkan pigmentasi kulit pada bayi
menyusui
Furazolidon Hindari pada bayi berumur <1bulan
karena risiko potensial anemia hemolitik
Metronidazol Risiko mutagenisitas dan
karsinogenisitas. American Academy of
Pediatrics merekomendasikan untuk
menghentikan pemberian air susu ibu selama12-
24jam selama periode eksresi obat
Nitrofurantoin →Sejumlah kecil
nitrofurantoin yang diekskresikan melalui
air susu dapat menyebabkan hemolisis
defisiensi G6PD pada bayi (defisiensi
enzim yang jarang).Obat ini juga dapat
menyebabkan warna air susu menjadi
kuning
Vankomisin →digunakan untuk mengobati
MRSA. Efek samping bisa cukup parah
pada nilai darah, tes fungsi ginjal dan hati
harus dilakukan selama pemberian. Saat
ini informasi tentang efek samping masih
jarang sehingga dianjurkan menggunakan
metode alternatif pemberian asupan pada
bayi
C. Penggunaan Antibiotik pada Usia Lanjut
Hal yang harus diperhatikan pada
pemberian antibiotik pada usia lanjut:
Pada penderita usia lanjut (>65tahun)
sudah dianggap mempunyai mild renal
impairement (gangguan fungsi ginjal
ringan) sehingga penggunaan antibiotik
untuk dosis pemeliharaan perlu diturunkan
atau diperpanjang interval pemberiannya.
Komorbiditas pada usia lanjut yang sering
menggunakan berbagai jenis obat
memerlukan pertimbangan terjadinya
interaksi dengan antibiotik