Anda di halaman 1dari 66

PENYAKIT KAUSAL DAN

SIMPTOMATIS
Dr. Dyah Aryani Perwitasari.Ph.D, Apt
Fakultas Farmasi Universitas Ahmad Dahlan, Yogyakarta
Penyakit Kausal dan Simptomatis
 Penyakit Kausal : penyakit yang disebabkan oleh suatu
faktor tertentu, misal oleh bakteri atau virus.
 Penyakit Simptomatis : kondisi yang menunjukkan gejala
gejala terganggunya kesehatan seseorang.

Penyakit
Penyakit Kausal
Simptomatis

Antibiotik/Antimikroba Obat AINS


Diskusi
 Contoh Penyakit kausal
 Contoh Penyakit simtomatis
 Contoh obat

Hipertensi
Diabetes Melitus
Rheumatoid arthritis
Kanker
Dispepsia
Antibiotik dan Antimikroba
Antibiotik : zat yang dihasilkan oleh suatu mikroba terutama fungi, yang dapat
menghambat atau membasmi mikroba jenis lain.
Termasuk juga :
semisintetik atau sintetik penuh
sintetik yg tidak diturunkan dari produk mikroba (misalnya sulfonamide dan
kuinolon)

Antimikroba : obat pembasmi mikroba, khususnya mikroba yang merugikan


manusia.
Sifat : toksisitas selektif

Aktivitas & Spektrum :


• Bakteriostatik : menghambat pertumbuhan mikroba
• Bakterisid : membunuh mikroba
Aktivitas AM

 bakteriostatik -- kadar hambat minimal (KHM)


 bakterisid -- kadar bunuh minimal (KBM)

Aktivitas bakteriostatik bisa menjadi bakterisid bila kadar


AM ditingkatkan melebihi KHM
Spektrum AM

 berspektrum sempit (mis. benzyl penisilin dan


streptomisin)
 berspektrum luas (mis. tetrasiklin dan kloramfenikol).
 Batas antara kedua jenis spectrum ini terkadang tidak
jelas.
Mekanisme Kerja Antimikroba

1. Mengganggu metabolisme sel mikroba


Contohnya : Sulfonamide, Trimetoprim, Asam p-aminosalisilat (PAS) dan Sulfon 
efek Bakteriostatik
2. Menghambat sintesis dinding sel mikroba
Contoh: penisilin
3. Mengganggu permeabilitas membran sel mikroba
Contohnya : Polimiksin, Golongan Polien, dan berbagai antimikroba
kemoterapeutik (antiseptic surface active agents)
4. Menghambat sintesis protein sel mikroba
Contohnya : Aminoglikosida, Makrolida, Linkomisin, Tetrasiklin dan Kloramfenikol
5. Menghambat sintesis atau merusak asam nukleat sel mikroba
Contohnya : Rifampisin dan Golongan Kuinolon
Antibakteri yang menghambat sintesis
asam nukleat
Antibakteri yang menghambat sintesis
dinding sel
Antibakteri yang menghambat sintesis
protein
Resistensi

 Karena faktor genetik


 Kromosomal dan ekstra kromosomal
Reaksi lain
 Efek samping: dosis lazim
 reaksi alergi –-respon imun berlebih
 reaksi idiosinkrasi – reaksi abnormal (genetis). Primakuin --10%
pria kulit hitam anemia hemolitik berat, karena kekurangan
enzim glukosa-6-fosfat-dehidrogenase (G6PD). Enzim ini
melindungi eritrosit dari reaksi oksidatif.
 reaksi toksik – dosis berlebih. Gol. aminoglikosida toksik pd
Nervus octavus (bag syaraf otak ke 8) --gangguan pendengaran dan
keseimbangan. Juga nefrotoksik. Tetrasiklin membentuk kompleks
dg kalsium ortofosfat – pertumbuhan tulang dan gigi
Super infeksi

perubahan biologic dan metabolik pada hospes : terjadi superinfeksi


(infeksi baru oleh mikroba yg tumbuh dominan krn terapi dg AM).
Penyebab :
 Faktor atau penyakit yg menurunkan daya tahan pasien
 penggunaan antimikroba terlalu lama
 luasnya spectrum aktivitas AM obat, baik baik tunggal ataupun
kombinasi. Frekuensi kejadian superinfeksi paling rendah ialah dengan
penisilin G.
Pengatasan :
 menghentikan terapi dengan AM yang digunakan
 mengidentifikasi mikroba penyebab superinfeksi
 memberikan AM yang efektif terhadap mikroba penyebab
Penggunaan AM di klinik

Tujuan : membasmi mikroba penyebab infeksi

Pertimbangan :
 gambaran klinik penyakit infeksi, yakni efek yang ditimbulkan
oleh adanya mikroba dalam tubuh hospes,dan bukan
berdasarkan atas kehadiran mikroba tersebut
 efek terapi AM selektif terhadap mikroba, tidak mengena ke
hospes
 AM hanya menyingkatkan waktu yang dibutuhkan hospes untuk
sembuh. Sebagian besar infeksi dapat sembuh dengan sendirnya,
tanpa membutuhkan AM
Perlu tidaknya terapi AM tergantung :
 gejala klinik
 jenis dan patogenesitas mikrobanya
 daya tahan tubuh hospes

Menunda pemberian AM berarti memberi kesempatan sistem


imun bekerja.

Demam -- terapi AM -- tdk bijaksana, krn :


 Bahaya efek samping dan resistensi
 Demam virus – tidak perlu AM
 Demam non infeksi – tidak perlu AM
Pemilihan antimikroba

Prinsip terapi AM :
 memilih AM yang tepat
 serta menentukan dosis
 cara pemberiannya.

Pertimbangan memilih AM :
 faktor sensitivitas mikroba terhadap AM
 keadaan tubuh hospes (mis. Px ginjal jika diperlukan jenis AM
tetrasiklin, sebaiknya dipilih doksisiklin yang paling aman
diantara tetrasiklin lainnya).
 biaya pengobatan
 Idealnya, memilih AM perlu uji kepekaan kuman penyebab
infeksi thd AM
 Prakteknya, sulit diterapkan pada setiap terapi AM
 Perlu perkiraan penyebab berdasarkan gejala klinis.
 Terapi dg bakteriostatik, perlu ditunjang dg sistem imun yg
baik
 Bila tidak, baiknya pakai bakterisid
 AM spektrum sempit lebih baik dari spektrum luas
(sefalosporin generasi III, flourokuinolon, aminoglikoksida
yang baru, dll berspektrum luas)
 Pada infeksi berat, perlu AM sementara, sambil menunggu
hasil identifikasi biakan mikroba penyebab.
Posologi AM

 Efek terapi optimal dipengaruhi oleh tercapainya kadar AM


pada tempat infeksi
 Faktor utk menentukan dosis : umur, berat badan, fungsi
ginjal, fungsi hati, dan lain-lain.
 Kadar AM juga ditentukan oleh penyerapannya. Penyerapan
AM tertentu dapat terhambat oleh zat lain, mis. absorpsi
tetrasiklin dihambat bila diberikan dengan preparat besi
Kotrimoksazol pada ISK

 Sulfonamid : spektrum luas,


bakteriostatik, kadar tinggi
baksterisid
 Kotrimoksazol :
sulfametoksazol +
trimetoprim
 Beberapa strain E.coli
penyebab ISK telah resisten
Trimethoprim

terhadap sulfonamid ---


bukan obat pilihan
Beta Laktam

Penisilin :
 Alami ----P.chrysogenum
 Semisintetik : sintesis dari inti penisilin yaitu asam 6-
aminopenisilanat (6-APA)
 Benzil penisilin (penilisilin G), penisilin G prokain, ester
penisilin (pivampisilin dan bakampisilin )
 Bakterisid
 penisilin G mempunyai aktivitas terbaik terhadap
kuman gram-positif yang sensitive
:
Penisilin G
 aktivitas terbaik terhadap kuman gram-positif
yang sensitive
 biasanya digunakan secara parental
 Sediaan penisilin G :
 -larut air : bentuk garam Na / K (SK, IM, IV atau intratekal
)
 -repository untuk penisilin G prokain, penisilin G benzatin,
penisilin G prokatin dengan suspense aluminium
monostearat dalam minyak (suntikan IM)
 Sediaan penisilin G secara oral tidak dipasarkan di
Indonesia
Mekanisme penisilin :
(1) obat bergabung dengan penicillin-binding protein (PBPs)
pada kuman;
(2) terjadi hambatan sintesis dinding sel kuman karena
proses transpeptidasi antar rantai peptidoglikan terganggu;
(3) kemudian terjadi aktivasi enzim proteolitik pada dinding
sel.
Obat-obat HIV dan AIDS
AIDS merupakan sindroma cacat pada kekebalan tubuh manusia. Penyebabnya
adalah HIV (Human Immunodeficiency Virus) yang terdapat pada binatang liar,
khususnya binatang mengerat.
Pengobatan Antiretroviral :
Obat obat untuk terapi AIDS terdiri atas dua kelompok yaitu
1. Reverse-transcriptase Inhibitors (RTI) : RT dihambat, pembentukan DNA virus
diblokir dan replikasinya dihentikan
Contohnya : abacavir, didanosin (DDI), lamivudin (3TC), stavudin (D4T), zalcitabine
(DDC) dan zidovudin (AZT).
2. Protease Inhibitors (PI) : mampu menghentikan replikasi dari sel-sel yang sudah
terinfeksi
Contohnya : amprenavir (Agrenase), indinavir, nelvinavir (viracept), ritonavir dan
sequinavir
3. HAART (Highly Active Antiretroviral Therapy) : Kombinasi antara RTI dan PI
Contohnya : Zidovudin + Lamivudin + Indinavir
4. HCG (Human Chorionic Gonadotropin) : merupakan hormon hormon hipofisis
yang dapat memusnahkan sarcoma Kaposi pada penderita AIDS
Obat Antivirus
Vaksin dan Imunoglobulin
Vaksin adalah bahan antigenik yang digunakan untuk menghasilkan kekebalan aktif
terhadap suatu penyakit sehingga dapat mencegah atau mengurangi pengaruh infeksi
oleh organisme alami atau liar. Vaksin dapat berupa galur virus atau bakteri yang
telah dilemahkan sehingga tidak menimbulkan penyakit.
Tujuan pemberian : merangsang imunitas seluler maupun humoral yang timbul
sebagai reaksi terhadap suatu infeksi alamiah.

Imunoglobulin adalah sejenis protein yang membantu tubuh melawan penyakit.


Immunoglobulin, disingkat dengan Ig, juga disebut sebagai antibodi. Zat ini terletak
di berbagai bagian tubuh, tergantung pada jenis immunoglobulin itu dan fungsinya.
Penggolongan Vaksin

Jenis mikroba dalam vaksin menghasilkan :


1. Vaksin Bakterial : terdiri dari bakteri hidup yang dilemahkan
atau diinaktifkan, polisakarida dari kapsul bakteri, atau
fragmennya yang memiliki sifat antigen
2. Vaksin Viral : terdiri dari virus hidup yang dilemahkan atau
diinaktifkan, juga fragmen virus yang memiliki sifat antigen
3. Vaksin Parasiter : terdiri dari suatu protein yang terdapat di
permukaan sporozoit Plasmodium falciparum (Vaksin malaria)
Sediaan vaksin

1. Vaksin BCG Kering (Bacillus Calmette Guerin) : khusus untuk


pencegahan terhadap penyakit TBC . Perlindungan yang diberikan
kurang lebih 10-15 tahun
2. Vaksin Campak Kering : mengandung virus campak hidup suku CAM
70 yang sudah dilemahkan. Jangan diberikan kepada wanita hamil
karena efek terhadap janin belum diketahui. Dosis : > 9 bulan : 0,5 ml
3. Vaksin Polio Oral Trivalen : terdiri dari virus Poliomyelitis hidup dari
tipe 1-3 yang telah dilemahkan dan dibuat dalam biakan jaringan
ginjal kera.
4. Vaksin Jerap Difteri-Tetanus-Pertussis (DTP) : untuk imunisasi aktif
secara simultan thdp difteri, tetanus dan batuk rejan
5. Vaksin Kanker Serviks : mengandung antibodi terhadap Human
Papilomavirus
 Dosis : < 3 inj 0,5 ml sesuai jadwal 0-2-6 bulan
Obat AINS (Anti Inflamasi Non Steroid)

AINS berkhasiat analgetik, antipiretik serta antiradang (antiflogistis) dan


banyak digunakan untuk menghilangkan gejala penyakit rema seperti A.R.,
artrosis dan spondylosis.

Obat ini juga efektif terhadap peradangan lain akibat trauma (pukulan,
benturan, kecelakaan), juga misalnya setelah pembedahan, atau pada memar
akibat olahraga . Juga digunakan untuk mencegah pembengkakan bila
diminum sedini mungkin dalam dosis yang cukup tinggi.

AINS juga berdaya terhadap kolik saluran empedu dan kemih, serta keluhan
tulang pinggang dan nyeri haid (dysmenorroe).
AINS berguna pula untuk nyeri kanker akibat metastase tulang. Yang banyak
digunakan untuk kasus ini adalah zat – zat dengan efek samping relatif
sedikit, yakni ibuprofen, naproksen, dan diklofenak.
Penggolongan :
1. Salisilat : Asetosal, Benorilat, dan Diflunisal (Dosis anti radangnya 2-3 x lebih
tinggi daripada dosis analgetisnya  resiko efek samping, jarang digunakan pada
rema
2. Asetat : Diklofenak, Indometasin dan Sulindac. (Indometasin paling kuat anti
radangnya, tapi efek samping pada lambung-usus)
3. Propionat : Ibuprofen, Ketoprofen, Flurbiprofen, Naproksen dan Tiaprofenat
4. Oxicam : Piroxicam, Tenoxicam dan Meloxicam
5. Pirazolon : (oksi) Fenilbutazon dan Azapropazon (proxilan)
6. Lainnya : Mefenaminat, Nabumeton, Benzidamin dan Bufexemac. (Benzidamin
berkhasiat antiradang agak kuat, tetapi kurang efektif untuk rematik)
membran sel mengalami kerusakan oleh suatu rangsangan
kimiawi, fisik atau mekanis

asam endoperoksida

hidrolase

leukotrien prostaglandin

Inflamasi
Prostaglandin

 Hormon jaringan
 dibentuk lokal di seluruh tubuh, misalnya di dinding lambung
dan pembuluh, trombosit, ginjal, rahim, dan paru-paru
 efek fisiologi dan farmakologi luas, antara lain terhadap otot
polos (di dinding pembuluh, rahim, bronchi, dan lambung-usus),
agregasi trombosit, produksi hormon, lipolysis di depot lemak
dan SSP.
Cyclo-oxygenase (COX-1 & COX-2)
COX-1 COX-2
 Ada di jaringan (mis. pelat-pelat  Normalnya, tidak di jaringan
darah, ginjal dan saluran cerna)  dibentuk oleh sel-sel radang
 pemeliharaan perfusi ginjal, selama proses peradangan
homeostasis vaskuler dan  Sasaran NSAID -- selektif COX-2
melindungi lambung dengan jalan
 Contoh obat selektif : gol coxib
membentuk bikarbonat dan lendir,
(celecoxib, rofecoxib, valdecoxib,
serta menghambat produksi asam
parecoxib dan etorixoxib)
 Bila dihambat, sintesis prostasiklin
 Yang kurang selektif : nabumeton
(PGI2) terhambat, shg iritasi
dan meloxicam
lambung dan nefrotoksik
Jenis Prostaglandin

1. Prostaglandin A-F (PgA – PgF),


 dibentuk oleh semua jaringan. Yang terpenting adalah PgE2 dan PgF2
 vasodilatasi dan peningkatan permebilitas dinding pembuluh dan membran
sinovial
 tidak mengakibatkan nyeri
 PgE2 menstimulasi pertumbuhan tumor dan kadarnya tinggi di mukosa usus. Bila
sintesa PgE2 dihambat dalam waktu lama dapat berefek anti tumor kuat terhadap
kanker di usus besar dan rectum. Yaitu NSAIDs dengan siklus enterohepatis,
seperti indometasin, sulindac dan piroxicam.
2. Prostasiklin (PgI2) :
 Dibentuk terutama di dinding pembuluh
 Vasodilator, antitrombosis, melindungi mukosa lambung
Tromboxan (TxA2,TxB2)
 dibentuk dalam trombosit.
 vasokonstriksi (mis. di jantung) dan menstimulasi
agregasi pelat darah (trombosis)
Efek prostaglandin pd otak dan rahim
Otak :
 dibentuk sebagai reaksi terhadap zat-zat pirogen berasal dari
bakteri (infeksi)
 menstimulasi pusat regulasi suhu di hipotalamus dan
menimbulkan demam
Rahim :
 kontraksi dengan terjadinya kekurangan darah (ischaemia) dari
otot rahim yang menimbulkan nyeri hebat----pada dismenorea
 Dapat digunakan menginduksi persalinan, mis. Pada janin mati.
Yaitu : dinoprost = PgF2a (Prostin) dan dinoproston = PgE2
(Prostin E2)
 nyeri kepala, nausea, muntah dan diare, yang intensitasnya
berhubungan langsung dengan kadar Pg.
Leukotrien

 Leukotrien LTB4, LTC4, LTD4 dan LTE4 adalah senyawa


sinteinil (sulfidopeptida)

LTB4
 khusus disintesa di makrofag dan neurofil alveoler dan bekerja
chemotaxis (gerakan secara kimiawi), yaitu menstimulir
migrasi leukosit. Tertarik dengan leukotrien, leukosit dalam
jumlah besar menginvasi daerah peradangan dan
mengakibatkan banyak gejala radang pula
 Sintesa LTB4 melalui lipoksigenase dapat secara tak langsung di
tingkatkan oleh penghambatan COX
LTC4, LTD4, dan LTE4

 terutama di bentuk di mastcells dan granulosit eosinofil dan


berkhasiat vasokontriksi di bronchi dan mukosa lambung, juga
meningkatkan hiperreaktivitas bronchi dan permeabilitas
pembuluh paru dengan menimbulkan udema.
 sebagai mediator peradangan pada pathofisiologi asma
 antagonis leukotrien, a.l. montelukast dan anakinra. Zat baru
anakrina adalah LT1-receptorblocker
 Leukotrien juga berperan pada pathogenesis penyakit kulit
psoriasis
Mekanisme kerja Antiinflamasi

AINS :
 Umumnya : Menghambat COX
 Yg agak selektif (efek ke COX-2 > COX-1) : nabumeton,
meloxicam
 Yg selektif : gol coxib
 Antagonis leukotrien : lipoxygenaseblocker zileuton dan LT-
receptorblocker montelukast (Singulair) dan zafirlukast
(Accolate).

Kortikosteroid : menghambat fosfolipase, sehingga


pembentukan prostaglandin maupun leukotrien dihalangi. Bahaya
efek samping.
Obat AINS
Mekanisme Antiinflamasi

Kortikosteroid

Antagonis
leukotrien
Efek samping
 Efek ulcerogen.
 Gangguan fungsi ginjal
 Agregasi trombosit dikurangi shg masa pendarahan
diperpanjang. Efek ini reversibel, kecuali pada asetosal.
 Reaksi kulit: ruam dan urticaria, sering pada diklofenac dan
sulindac.
 Bronchokonstriksi pada penderita asma yang hipersensitif bagi
NSAIDs.
 Efek sentral: nyeri kepala, pusing, tinnitus (telinga berdengung),
termangu-mangu, sukar tidur, depresi dan gangguan penglihatan.
 Lain-lain: gangguan fungsi hati (khususnya diklofenac), gangguan
haid (diklofenac, indometasin), jarang anemia aplastis.
Efek ulcerogen

 Mual, muntah, nyeri lambung, gastritis, tukak lambung-usus dan


pendarahan samar (occult) krn hambatan sintesa prostacylin
 Profilaksis : diberi isoprostol sbg substitusi PgI2 dengan efek
protektif terhadap mukosa. Juga antagonis reseptor-H2 (H2-
blockers; ranitidin, simetidin) dan penghambat pompa proton
(omeprazol, pantoprazol)
 Ibuprofen paling sedikit menimbulkan keluhan lambung
Efek Gangguan Fungsi Ginjal
 Gangguan fungsi ginjal : insufisiensi, nefritis interstisiil dan kelainan
pada regulasi air dan elektrolit (udema, hiperkaliemia).
 Prostaglandin memelihara volume darah yang mengalir melalui ginjal
(perfusi). Zat ini juga menghalangi vasokonstriksi terlampau kuat
dalam ginjal pada misalnya pasien gagal-jantung, cirrosis hati dan
penyakit ginjal kronis.
 Karena terhambatnya sintesa Pg, maka perfusi dan laju filtrasi
glomeruler berkurang, shg muncul efek samping tersebut.
 Pada lansia sangat peka untuk efek ginjal ini dan dapat menderita
nefritis irreversibel, khususnya pada indometasin.
 Efek diuretika dikurangi oleh NSAIDs.
Wanita hamil tidak boleh diberikan NSAIDs selama
triwulan terakhir berhubung menghambat his dan
memperlambat persalinan.

NSAID masuk kedalam air susu, maka sebaiknya jangan


digunakan selama laktasi. Pengecualiannya adalah digunakan
ibuprofen, flurbiprofen, naproksen dan diklofenac, yang pada
dosis biasa hanya sedikit timbul dalam air susu.

Penderita asma dan gangguan lambung juga tidak boleh


diberikan obat-obat ini.
Interaksi Obat
 NSAIDs adalah asam-asam organis yang terikat kuat pada
protein darah, yang mampu menggeser obat-obat lain, shg
memperkuat kerjanya.
 Contohnya: antikoagulansia dan antidiabetika oral. Juga
penisilin, furosemida, HCT dan metotreksat diperlambat,
hingga obat ini lebih lama kerjanya.
Jenis nyeri

• Nyeri ringan : dg obat perifer, seperti parasetamol, asetosal,


mefenaminat, propifenazon atau aminofenazon, begitu pula rasa nyeri
dengan demam.
• Nyeri sedang : dg kofein atau kodein.
• Nyeri dg bengkak atau trauma (jatuh, tendangan, tubrukan) :
aminofenazon dan NSAID (ibuprofen, mefenaminat, dll).
• Nyeri hebat : dg morfin atau opiat lainnya (tramadol).
• Nyeri saraf kronis. Antara lain dikenal nyeri saraf nociceptif krn saraf
terluka atau terjepit, nyeri neuropatis perifer dan nyeri saraf yang berasal
dari SSP.
• Pada polyneuropati yang bertalian dengan HIV lamotrigin
paling efektif, sedangkan kebanyakan obat lainnya yang ampuh pada
polineuropatis diabetes, tidak efektif. Pregabalin sejak 2004 telah
dipasarkan dengan indikasi khusus nyeri neuropatis.
Jenis analgetika

a. Analgetika perifer, yang merintangi terbentuknya rangsangan


pada reseptor nyeri perifer.
b. Anestetika lokal, yang merintangi penyaluran rangsangan di
saraf-saraf sensoris.
c. Analgetika sentral (narkotika), yang memblokir pusat nyeri di
SSP dengan anestesi umum.
d. Antidepresiva trisiklis, yang digunakan pada nyeri kanker dan
saraf, mekanisme kerjanya belum diketahui, mis amitriptilin.
e. Antiepileptika, yang meningkatkan jumlah neurotransmitter di
ruang sinaps pada nyeri, mis. Pergabalin. Juga karbamazepin,
okskarbazepin, fenitoin, valporoat, dll.
ANALGETIKA PERIFER
 meringankan atau menghilangkan nyeri tanpa memengaruhi SSP atau menurunkan
kesadaran, juga tidak menimbulkan ketagihan.
 Kebanyakan juga berdaya antipiretis dan/ atau antiradang

a. Parasetamol
b. Salisilat: asetasol, salisilamida dan benorilat
c. Penghambat prostaglandin (NSAIDs): ibuprofen, dll
d. Derivat antranilat : mefenaminat, glafenin
e. Derivat- pirazolinon : propifenazon, isopropilaminofenazon dan metamizol
f. Lainnya: benzidamin (tantum)

 Daya antipiretisnya berdasarkan rangsangan terhadap pusat pengatur kalor di


hipothalamus, yang mengakibatkan vasodilatasi perifer ( di kulit) dengan
bertambahnya pengeluaran kalor yang disertai keluarnya banyak keringat

 Daya antiradang (antiflogisitis). Kebanyakan analgetika memiliki daya antiradang,


khususnya kelompok besar dari zat-zat penghambat prostagladin (NSAIDs, termasuk
asetosal), begitu pula benzidamin. Zat-zat ini banyak digunakan untuk rasa nyeri yang
disertai peradangan

 nyeri kepala, gigi, otot dan sendi (rema, encok), perut, nyeri haid (dysmenorroe)
 Co analgetik

Co-analgetika adalah obat yang khasiat dan indikasi


utamanya bukan anti nyeri, mis. Antidepresiva trisiklis
(amitriptilin) dan antiepileptika (karbamazepin, pregabalin,
fenytoin, valproit).
 Efek samping : gangguan lambung-usus (b,c,e) , kerusakan
darah (a,b,d,e), kerusakan hati dan ginjal (a,c) dan reaksi
alergi kulit
 Interaksi : memperkuat efek antikoagulansia, kecuali
parasetamol dan glafenin
 Asetosal dan salisilat, NSAIDs dan metamizol dapat
menganggu perkembangan janin. Paling aman parasetamol.
Aminofenazon : aminopyrin (F.I), amidopyrin,
pyramidon.

 analgetis, antipiretis dan antiradang


 efek sampingnya terhadap darah ( agranulositosis, leukopenia)
sering fatal, dilarang peredarannya di banyak negara.
 Bila timbul borok-borok kecil di mulut, nyeri tenggorok atau
demam (tanda-tanda agranulositosis), pengobatan harus segera
dihentikan!

 Isopropilaminofenazon (isopirin *peliazon, *migran)
 Propifenazon (propilantipirin, *Saridon,)
 Metamizol (antalgin, dipiron, novaminsulfon, metampiron,
*Dolo Neurobion, Novalgin, *Unagen)
Asam asetilsalisilat (F.I.): Asetosal, Aspirin, Cafenol,
Naspro

 anti-demam kuat dan pada dosis rendah sekali (80mg) berdaya


menghambat agregasi trombosit
 dapat sbg alternatif dari antikoagulansia untuk obat pencegah infark
kedua setelah terjadi serangan
 Anak kecil yang menderita cacar air atau flu/selesma sebaiknya
jangan diberikan asetosal (melainkan parasetamol), karena berisiko
terkena Sindroma Rye (gejala : muntah hebat, termangu-mangu,
gangguan pernapasan, konvulsi dan adakalanya koma
 Asetosal bentuk larut : Karbasalatkalsium (Ascal) adalah garam
kalsium dari asetosal; Lysin-asetosal.
 Diflunisal (Diflonid, Dolocid) :analgetis, antiradang dan urikosuris
 Salisilamida (F.I.) (salamid, *Neozep, *Refagan)
 Metilsalisilat (Wintergreen oil, *Sloan’s liniment) adalah dari daun
dan akar tumbuhan akar wangi (Gaultheria procumbens).
Asam Mefenaminat (Ponstan)

 analgetis, antipiretis dan antiradang yang cukup baik

 Efek samping yang paling sering terjadi adalah gangguan


lambung-usus
Parasetamol : asetaminofen, Panadol, Tylenol,
Tempra, *Nipe.

 analgetis dan antipiretis, tetapi tidak antiradang


 dianggap sebagai zat antinyeri yang paling aman, juga untuk
swamedikasi (pengobatan mandiri).
 Dosis untuk nyeri dan demam
 oral 2-3 dd 0.5-1 g, maks 4 g/hari, pada penggunaan kronis
maks. 2.5 g/hari.
 Anak-anak: 4-6 dd 10 mg/kg, yakni rata-rata usia 3-12
bulan 60 mg, 1-4 thn 120-180 mg, 4-6 thn 180 mg, 7-12
thn 240-360 mg, 4-6 x sehari.
 Rektal 20 mg/kg setiap kali, dewasa 4 dd 0.5-1 g, anak-
anak usia 3-12 bulan 2-3 dd 120 mg, 1-4 thn 2-3 dd 240
mg, 4-6 thn 4 dd 240 mg dan 7-12 thn 2-3 dd 0.5g.
Tramadol : Tramal, Theradol

 Analgetik opiat
 Tidak adiktif
 Efek analgetis dari 120 mg tramadol oral setaraf dengan
30-60 mg morfin
Dosis :
 Anak-anak 1-14 tahun : 3-4 dd 1-2 mg/kg.
 Di atas 14 tahun 3-4 dd 50-100 mg, maks 400 mg sehari
Celecoxib (Celebrex)

 NSAID pertama dengan khasiat menghambat selektif


COX-2
 Aman utk lambung-usus
 Efek tidak baik ke jantung
 Rofecoxib (Vioxx.), valdecoxib (Bextra) : dilarang krn ada
kasus infark jantung fatal
 Etoricoxib (Arcoxia) : meningkatkan tekanan darah
Diklofenac :Voltaren, Cataflam, *Arthrotec

 untuk segala macam nyeri, juga pada migrain dan encok


 secara parental sangat efektif untuk menanggulangi nyeri
kolik hebat (kandung kemih dan kandung empedu).
Fenilbutazon : Butazolidin, Irgapan,
*Pehazon, *New Skelan

 berkhasiat antiradang yang lebih kuat daripada kerja


analgetisnya
 keluhan lambung, pusing, reaksi alergi pada kulit dan
udema akibat resorpsi kembali dari natrium dan air
sehingga volume plasma meningkat
Ibuprofen : Brufen, Arthrofen.

 NSAID yang paling banyak digunakan, berkat efek


sampingnya yang relatif ringan
 Daya analgetis dan antiradangnya cukup baik
 Ibuprofen 400 mg oral sama efeknya dengan 500 mg
rektal.
 Ketoprofen (Profenid, Orudis, Oscore)
 Flurbiprofen (Ansaid, Froben)
 Asam tiaprofenat (Surgam)
Indometasin : Confortid, Indocid.

 berkhasiat amat kuat, dapat disamakan dengan diklofenac,


tetapi lebih sering menimbulkan efek samping, khususnya
efek ulcerogen dan perdarahan

 Sulindac (Clinoril) : prodrug; daya antiradang lebih lemah,


kurang bersifat nefrotoksis.
Naproksen : Naxen, Naprosyn.

 analgetis dn antiradang baik

 Nabumeton (Goflex, Mebutan) : Prodrug ; antiradang


lemah yang agak selektif, artinya lebih kuat menghambat
COX-2 daripada COX-1
Piroxicam : Feldene, *Brexine.

 analgetis, antiradang kuat dan bekerja lama (plasma


t1/2nya rata-rata 50 jam).

 Meloxicam (Movi-Cox) :agak selektif menghambat COX-2


lebih kuat daripada COX-1, sehingga kurang merangsang
mukoksa lambung.
Kasus 1 (kelompok 1 dan 2)
 Ny X mengalami nyeri pasca operasi caesar. Ny X juga
mempunyai riwayat dispepsia. Tekanan darahnya pasca
operasi mencapai 140/100 mmHg
 Apakah pilihan analgetika yang sesuai dengan kondisi Ny
X?
 Bagaimana mekanisme kerja obat analgetika tesebut?
Kasus 2 (Kelompok 3 dan 4)
 Tn Hr mempunyai penyakit gagal jantung. Saat ini dia
mengkonsumsi Aspirin 80 mg. Tn Hr juga mempunyai
penyakit rematik yang sering kambuh nyerinya.
 Apa pilihan obat analgetik yang tepat untuk Tn Hr?
 Bagaimana mekanisme kerja obat untuk Tn Hr?
Kasus 3 (kelompok 5 dan 6)
 Ny X pasca operasi caesar. meghalami Infeksi Luka
Operasi (ILO). Dokter meresepkan amoksisilin, namun
nanah masih ada pada luka tersebut. Ny X juga
mempunyai riwayat dispepsia.
 Apa pilihan antibiotika yang tepat untuk Ny X?
 Bagaimana mekanisme kerja antibiotika tersebut?

Anda mungkin juga menyukai