BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Kulit adalah organ yang terletak paling luar dan merupakan
organ
yang
dapat
berinteraksi
secara
langsung
dengan
dan asam azeleat (15-20%). Obat lain ialah retinoid, retinoid ialah
sudatu molekul yang secara langsung atau melalui konversi metabolic
mengikat dan mengaktifkan reseptor asam retinoid. Sediannya ada
tiga, krim 0,025%, 0,05%, dan 0,1%; gel 0,01%; dan solusio 0,05%.
Obat yang terbaru ialah gel atau losio adapolin dan gel atau krim
tazarotin 0,1%.
2. Antibiotik topikal yang dapat mengurangi jumlah mikroba dalam
folikel yang berperan dalam eiopatogenesis akne vulgaris, misalnya
oksi tetrasiklin (1%), eritromisin (1%), klindamisin fosfat (1%).
3. Anti-inflamasi topical, salap atau krim dengan kekuatan ringan atau
sedang (hidrokortison 1-2,5%) atau suntikan intralesi kortikosteroid
kuat (triamsinolon asetonid 20 mg/cc) pada lesi nodolo kistik.
b. Pengobatan Sistemik
1. Antibakteri sistemik; tetrasiklin (250 mg-1,0 g/hari), doksisiklin (50
mg/hari), eritromisin (4 x 250 mg/hari), azitromisin 250-500 mg
seminggu 3 kali, dan trimetroprim-sulfanetoksazol untuk akne yang
parah dan tidak responsif dengan obat lain, karena efek sampingnya.
2. Obat hormonal untuk menekan produksi androgen dan secara
kompetitif menduduki reseptor organ target di kelenjar sebasea,
misalnya estrogen (50 mg/hari selama 21 hari dalam sebulan) atau
antiandrogen siproteron asetat (2 mg/hari). Pengobatan ini ditujukan
untuk penderita wanita dewasa akne vulgaris dengan radang yang
gagal dengan terapi yang lain. Kortikosteroid sistemik ini diberkan
untuk menekan peradangan dan menekan produksi kelenjar adrenal
misalnya prednisolon (7,5 mg/hari) atau deksametason (0,25-0,5
mg/hari).
3. Bedah kimia dengan asam triklor asetat atau fenol untuk meratakan
jaringan parut yang berbenjol.
4. Dermabrasi untuk meratakan jaringan parut hipo dan hipertrofi pasca
akne yang luas.
d. Terapi Terbaru
Spironolakton adalah steroid sintetik dan diuretic lemah, dapat menambah
efikasi terapi kombinasi hormonal estrogen dan antiandrogen terhadap akne,
apabila akne disertai gejala sebore dan atau hipertrikosis. Dosis yang diberikan
adalah 50-100 mg/hari selama 6-9 bulan dan dapat diulangi seteah tenggang 3
bulan. Efek samping yang harus dicermati adalah hipotensi, sehingga dosis harus
harus diturunkan menjadi 25 mg/hari.
Metformin dapat digunakan pada akne dan obesitas yang disebabkan oleh
resistensi insulin arau sindrom polistik ovarium. Dosis yang diberikan 2 x 500
mg/hari selama 3 bulan, lalu 2 x 1000 mg/hari. Metformin dapat diberikan
bersama terapi topikal atau bersama terapi sistemik antibiotic. Sama seperti obat
sistemik lain dan beberapa obat topikal, obat sistemik ini tidak aman diberikan
pada pasien akne yang sedang hamil.
e. Terapi Sinar
Terapi Sinar Biru adalah suatu terapi akne dengan menggunakan sinar biru
dengan panjang gelombang 420 nm yang dapat digunakan untuk membasmi P.
acne dengan cara merusak porfirin dalam sel bakteri.
Photodynamic Therapy (PDT) merupakan hal terbaru yang diujicobakan
pada pasien akne yang terdiri atas 2 tahap atau langkah terapi, yaitu pemberian
photosensitizer (asam aminolevulinik, metilaminolevulinat) secara topikal, oral,
atau intravena yang akan ditangkap oleh sel target dalam jaringan hiperproliferatif
(kelenjar sebasea), kemudian diaktifvasi menghasilkan oksigen oleh sumber sinar.
Hingga saat ini terapi ini masih dalam proses penelitian.
2.1.8 Prognosis
Umumnya prognosis dari akne vulgaris terbilang baik. Akne vulgaris pada
umumnya akan sembuh sebelum mencapai usia 30-40 tahun. Jarang terjadi akne
vulgaris yang menetap hingga tua atau mencapai gradaso sangat berat sehingga
harus dirawat di rumah sakit (Sjarif, 2009).
2.2 Mencuci Wajah
Terdapat beberapa langkah dalam melakukan prosedur mencuci wajah,
langkah-langkah yang biasa digunakan adalah sebagai berikut:
1. Langkah yang pertama dilakukan yaitu membasahi wajah meggunakan air
bersih secara merata.
2. Menuangkan sedikit sabun pembersih wajah pada telapak tangan,
kemudian meratakan pada seluruh telapak tangan.
3. Mengusap bagian permukaan wajah menggunakan jari dan meratakan
pada wajah dengan gerakan melingkar.
4. Membilas wajah menggunakan air bersih hingga seluruh sisa sabun
5.
terangkat.
Mengambil handuk yang lembut atau tisu untuk mengeringkan wajah.
tahun
2006.
Penelitian
tersebut
menyatakan
bahwa
adalah dengan menghambat biosintesis asam lemak pada bakteri dengan cara
menghambat kerja enzim enoyl-acyl carrier protein reductase yang dikode oleh
FabI atau homolognya, InhA pada Mycobacterium smegmatis dan Mycobacterium
tuberculosis, dengan cara menyerupai substratnya (Loho, 2007).
Selain dari beberapa mekanisme tersebut, dijelaskan juga bahwa triklosan
juga memiliki efek membranotropik, yaitu mengganggu stabilitas struktur dari
membran yang akan mengakibatkan penurunan dari integritas fungsional
membrane sel tanpa menginduksi terjadinya lisis sel tersebut. Pada saat mencapai
konsentrasi bakterisidal, triklosan akan menyebabkan kebocoran kalium yang
menandakan bahwa terjadi kerusakan membran (Loho, 2007).
Kelebihan yang dimiliki oleh triklosan dibandingkan dengan sabun biasa
adalah efek kumulatif dan efek persisten pada kulit. Efek kumulatif sendiri berarti
peningkatan efek antimikroba suatu bajan antiseptic pada penggunaan berulang.
Sedangkan efek resisten merupakan perpanjangan efek antimikroba yang dapat
menghambat proliferasi mikroorganisme setelah pemakaian suatu bahan
antiseptik. Sabun yang mengandung bahan antiseptic akan meninggalkan lapisan
tipis bahan antibakteri pada permukaan kulit yang akan menghambat pertumbuhan
bakteri secara berkelanjutan. Sedangkan kelebihan yang dimiliki oleh triklosan
dibandingkan dengan antibiotik lain adalah kemampuannya menghilangkan
MRSA secara efektif dari tangan petugas kesehatan setelah kontak selama 30
detik (Loho, 2007).
10
bakteri gram positif, sehingga triklosan akan dapat mengurangi jumlah dari P.
acne (Loho, 2007).
Dalam penelitian yang dilakukan oleh Menaldi dkk pada tahun 2013
mengenai efektifitas pencuci wajah yang mengandung triklosan sebagai terapi
akne vulgaris ringan dengan inflamasi, dimana terdapat kelompok kontrol yang
menggunakan plasebo dan kelompok yang menggunakan sabun berbahan
triklosan yang kemudian akan dilakukan penilaian klinis terhadap jumlah lesi
pada setiap subyek. Pada penelitian yang melibatkan 37 subyek ini diketahui
bahwa tidak ada perbedaan yang bermakna antara kedua kelompok baik dari
proporsi jenis kelamin, hasil kultus, dan rerata nilai TEWL. Hasil kultur positif P.
acne lebih banyak pada kelompok sabun berbahan triklosan, perbaikan klinis yang
dinilai dari penghitungan jumlah lesi inflamasi berupa papul, pustule, nodul, dan
kista terjadi pada kelompok kontrol yang menggunakan plasebo dan sebaliknya
kelompok sabun dengan bahan triklosan menunjukkan perburukan gambaran
klinis (Menaldi, 2013)
2.6 Phisohex
Phisohex merupakan sabun wajah dengan kandungan sebagai berikut:
Tabel 1. Kandungan bahan dasar dan bahan uji sabun Phisohex (Menaldi dkk,
2013):
Nama Bahan
Bahan dasar :
Fungsi
Deterjen sintetik
11
Sodium Benzoate
Preservative
Macrogol 400
Plasticizer
Diethanol Lauramide
Acidifying agent
Fungisidal
0,21%
Bahan Uji
Triclosan DP 300
Antiseptik
PEG Monostearate
Pelembab
Adapun
kelebihan
dari
Phisohex
adalah
dimana
Phisohex
Triklosan
Efek
antibakteri
11
12
Penghambatan
Penurunan integritas
Kematian
P. acnes
12
13
METODOLOGI
3.1
Rancangan Penelitian
Jenis
penelitian
yang
dilakukan
adalah
penelitian
eksperimental atau uji klinis dengan desain pre dan post test
control group design. Metode ini dipilih karena melibatkan dua
kelompok subjek, yaitu: yaitu kelompok yang tidak diberi
perlakuan
(kelompok
kontrol)
dan
kelompok
yang
diberi
3.2.1 Tempat
Penelitian ini akan dilakukan di SMAN 5 Mataram.
3.2.2 Waktu
Penelitian ini dilakukan pada bulan Maret-April 2015.
3.3 Populasi dan Subjek Penelitian
3.3.1 Populasi
Populasi penelitian adalah siswa SMAN 5 Mataram yang
memenuhi karakteristik yang diinginkan (Sastroasmoro, 2011).
3.3.2 Subjek
Siswa yang akan menjadi subyek pada penelitian ini adalah
yang memenuhi kriteria inklusi.
13
14
14
15
n1 = n2 = 2
(Z +Z ) S 2
}
( x 1x 2)
Keterangan :
Z
( x 1x 2)
S
Dengan demikian,
(Z + Z ) S 2
}
(x 1x 2)
n1 = n2 = 2
n1 = n2 = 2
(Z +Z ) S 2
{
}
(x 1x 2)
n1 = n2 = 2
( 1,96+1,64 ) 0,7 2
{
}
(1)
15
16
16
17
terangkat.
5. Mengambil handuk yang lembut atau tisu untuk mengeringkan wajah.
3.6.4 Sabun antiseptik
Antiseptik merupakan suatu bahan pembasmi kuman yang
merupakan
agen
yang
dapat
membunuh
mikroorganisme,
triklosan.
Triklosan
sendiri
adalah
agen
antimikroba
Fungsi
Deterjen sintetik
17
18
Sodium Benzoate
Preservative
Macrogol 400
Plasticizer
Diethanol Lauramide
Acidifying agent
Fungisidal
0,21%
Bahan Uji
Triclosan DP 300
Antiseptik
PEG Monostearate
Pelembab
Adapun
kelebihan
dari
Phisohex
adalah
dimana
Phisohex
18
19
1. Menentukan
subjek
penelitian,
besar
sampel,
dan
etik
penelitian.
3. Penyusunan surat perizinan yang mendukung jalannya
penelitian.
4. Mempersiapkan bahan yang diperlukan selama penelitian.
3.8.2 Tahap Pelaksanaan Penelitian
Para siswa yang telah memenuhi kriteria inklusi akan
ditetapkan
sebagai
sampel
hingga
sedang
yang
akan
ditegakkan
berdasarkan
akan
akan
melanjutkan
proses
penelitian
setelah
19
20
perlakuan
diminta
untuk
mencuci
wajah
20
21
terangkat.
5. Mengambil handuk yang lembut atau tisu untuk mengeringkan wajah.
3.8.2.2 Prosedur pembasuhan wajah kelompok kontrol
Kelompok kontrol akan diminta untuk melakukan pembasuhan wajah
menggunakan air mengalir dimana pembasuhan dilakukan sebanyak 3 kali dalam
satu waktu. Air harus terusapkan secara merata pada permukaan kulit wajah.
Setelah selesai kemudian dikeringkan menggunakan handuk bersih atau tissue
yang bersih dan kering.
3.8.2.3
22
Populasi
Kriteria
Sampel
Seleksi
Kriteria
Inklusi
Sampel lesi
Perhitungan
Eksklusi
akne pre-test
Kelompok Kontrol
Kelompok Perlakuan
dengan akuades
dengan sabun
antiseptik Phisohex
22
23
Perhitungan lesi
akne post-test
ANALISA DATA
Bagan 3.1 Alur Penelitian
3.12
Jadwal Kegiatan
Janua
Februa
Mar
Apri
Mei
Juni
Juli
Kegiatan
ri
ry
et
(201
(201
(201
(2015
(2015)
(201
(201
5)
5)
5)
5)
5)
)
Penyusu
nan
Proposal
Perizinan
Pelaksan
aan
Peneltiti
an
Pelaksan
aan
23
24
Penelitia
n
Pengolah
an Data
Analisis
Data
Penyusu
nan
Laporan
\\
24