Oleh :
Pembimbing:
dr. I.G.A.A. Ratna Medikawati, M.Biomed, Sp.KK
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
atas berkat dan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan referat ini tepat pada
waktunya.
Referat yang berjudul “Terapi Topikal pada Psoriasis” ini disusun dalam
rangka mengikuti Kepaniteraan Klinik Madya di Bagian/SMF Ilmu Kesehatan
Kulit dan Kelamin RSU Provinsi NTB.
Pada kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah banyak memberikan bimbingan
kepada penulis.
1. dr. I Wayan Hendrawan, M. Biomed, Sp.KK, selaku Ketua SMF Ilmu
Kesehatan Kulit dan Kelamin RSUP NTB
2. dr. Yunita Hapsari, M.Sc, Sp.KK, selaku Koordinator Pendidikan Bagian
Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin
3. dr. Dedianto Hidajat, Sp.KK, selaku supervisor
4. dr. Farida Hartati, M.Sc, Sp.KK, selaku supervisor
5. dr. I.G.A.A. Ratna Medikawati, M.Biomed, Sp.KK, selaku pembimbing
sekaligus supervisor
Penulis
2
BAB I
PENDAHULUAN
1.2 Tujuan
Referat ini bertujuan untuk memberikan gambaran umum tentang psoriasis
dan spesifiknya untuk mengetahui tentang terapi topikal pada penyakit psoriasis.
3
BAB II
ISI
2.1 Definisi
Psoriasis adalah penyakit inflamasi yang mengenai kulit, kuku dan sendi.3
Psoriasis adalah penyakit inflamasi kronik pada kulit yang disebabkan oleh
autoimun, selain bersiat kronik psoriasis juga bersifat residitif yang ditandai
dengan bercak-bercak eritema berbatas tegas dengan squama yang kasar,
berlapis-lapis dan transparan, disertai dengan fenomena tetesan lilin, auspitz dan
kobner.4.5 Psoriasis dibagi kedalam beberapa kategori yaitu ringan, sedang dan
berat. Psoriasis yang ringan sampai berat memiliki komorbiditas yang signifikan
dan sangat berpengaruh terhadap kualitas hidup penderitanya.5
2.2 Epidemiologi
Prevalensi psoriasis bervariasi antara 0,1-11,8% di berbagai populasi dunia.
Insiden di Asia cendrung rendah (0,4%). Insiden pada orang kulit putih lebih
tinggi dari pada penduduk kulit berwarna. Terdapat 3-5 juta orang di USA yang
mengalami psoriasis, dan 1- 3% dari populasi didunia. Insiden pada pria agak
lebih banyak daripada wanita. Penyakit ini terjadi pada segala usia, tersering pada
usia 15-30 tahun. Puncak usia kedua tersering adalah 57-60 tahun. Psoriasis dapat
timbul pada semua usia, tetapi jarang pada usia kurang dari 10 tahun, biasanya
sering terjadi antara usia 15-30 tahun. Penyakit psoriasis ini mempengaruhi 0,5%
sampai 2% pada anak-anak dan remaja.4,5
2.6 Tatalaksana
Terapi topical 7
1. Kortikosteroid
Glukokortikoid dapat menstabilkan dan menyebabkan translokasi reseptor
glukokortikoid. Sediaan topikalnya digunakan sebagai lini pertama pengobatan
psoriasis ringan hingga sedang di area fleksural dan genitalia, karena obat topikal
lain dapat mencetuskan iritasi. Kortikosteroid ini memberikan efek anti inflamasi,
4
vasokonstriksi dan menurunkan sel tumor (sitostatik), sehingga kortikosteroid
potensi sedang dan kuat lebih sesuai untuk psoriasis oleh karena efek
sitostatiknya. Dosisnya dapat dipakai 1-2 kali sehari, dapat dikombinasikan
dengan obat topikal lainnya, fototerapi, dan obat sistemik.
2. Vitamin D3 dan Analog
Setelah berikatan dengan reseptor vitamin D3, vitamin D3 akan meregulasi
pertumbuhan dan diferensiasi sel, mempengaruhi fungsi imun, menghambat
proliferasi keratinosit, memodulasi diferensiasi epidermis, serta menghambat
produksi beberapa sitokin pro-infalamasi seperti interleukin 2 dan interferon
gamma. Analog vitamin D3 yang telah digunakan dalam tatalaksana penyakit
kulit adalah calcipotriol, calcipotriene,maxacalcitrol, dan tacalcitol.
3. Anthralin (Dithranol)
Dithranol dapat digunakan untuk terapi psoriasis plakat kronis, dengan efek
antiproliferasi terhadap keratinosit dan antiinflamasi yang poten, terutama yang
resisten terhadap terapi lain. Dapat dikombinasikan dengan fototerapi UVB
dengan hasil memuaskan.
4. Tar Batubara
Penggunaan tar batubara dan sinar UV untuk pengobatan psoriasis telah
diperkenalkan oleh Goeckerman sejak tahun 1925. Efeknya antara lain
mensupresi sintesis DNA dan mengurangi aktivitas mitosis lapisan basal
epidermis, serta beberapa komponen memiliki efek antiinflamasi. Lebih sering
digunakan sebagai terapi untuk kulit kepala dengan kortikosteroid atau kombinasi
dengan UVB.
5. Tazarotene
Merupakan generasi ketiga retinoid yang dapat digunakan secara topikal
untuk mereduksi skuama dan plak, walaupun efektivitasnya terhadap eritema
sangat minim. Efikasinya dapat ditingkatkan bila dikombinasikan dengan
glukokortikoid potensi tinggi atau fototerapi.
5
Takrolimus merupakan antibiotik golongan makrolid yang bila berikatan
dengan immunophilin membentuk kompleks yang menghambat transduksi sinyal
limfosit T dan transkripsi interleukin 2. Meskipun takrolimus tidak efektif dalam
pengobatan plak kronis psoriasis, namun terbukti efektif untuk psoriasis fasialis
inversa.
Fototerapi5,6,7
Fototerapi biasanya digunakan pada pasien dengan psoriasis generalisata
sedang sampai berat dengan luas permukaan tubuh yang terkena >3%. Fototerapi
ini dapat mendeplesi sel limfosit T secara selektif, terutama di epidermis, melalui
apoptosis dan perubahan respons imun Th1 menjadi Th2.
1. Sinar Ultraviolet B (290-320 nm)
Terapi UVB inisial berkisar antara 50-75% Minimal Erythema
Dose (MED). Tujuan terapi adalah mempertahankan lesi eritema minimal
sebagai indikator tercapainya dosis optimal. Terapi diberikan hingga
remisi total tercapai atau bila perbaikan klinis lebih lanjut tidak tercapai
dengan peningkatan dosis.
2. Psoralen dan Terapi Sinar Ultraviolet A (PUVA)
PUVA merupakan kombinasi psoralen dan longwave ultraviolet A
yang dapat memberikan efek terapeutik, yang tidak tercapai dengan
penggunaan tunggal keduanya.
3. Excimer Laser
Diindikasikan untuk tatalaksana pasien psoriasis dengan plak
rekalsitran, terutama di bahu dan lutut.
4. Terapi Fotodinamik
Terapi fotodinamik telah dilakukan pada beberapa dermatosis
inflamatorik termasuk psoriasis. Meski demikian, terapi ini tidak terbukti
memuaskan.
6
7
Daftar Pustaka