Anda di halaman 1dari 31

BAB I

PENDAHULUAN

Aktivitas jantung manusia dalam memompa dan mengatur sirkulasi darah


dalam tubuh ternyata merupakan efek dari aliran bioelektrik jantung. Pergerakan
bioelektrik jantung ini mengakibatkan denyutan jantung dalam memompa darah.
Beda potensial bioelektrik jantung mampu dideteksi di permukaan kulit dengan
Elektrokardiograf. Elektrokardiogram (EKG = ECG ) adalah aktivitas listrik yang
dicatat dari permukaan tubuh memberikan penjumlahan vektor potensial aksi yang
direkam dari berbagai arah dari serabut otot jantung. EKG dapat memberikan
informasia tentang denyut jantung, aliran konduksi, eksitabilitas jantung, refraktori
jantung dan sebagian kelainan anatomi.1

Elektrokardiogram (EKG) adalah rekaman perbedaan potensial (dalam mV)


yang dibangkitkan oleh eksitasi di dalam jantung. EKG dapat memberikan informasi
mengenai posisi jantung dan frekwensi serta iramanya, serta asal dan penyebaran
potensial aksinya tetapi tidak dapat diketahui kontraksi dan kerja pemompaan
jantung.1 Elektrokardiagram (EKG) adalah suatu alat pencatat grafis aktivitas listrik
jantung. Pada EKG terlihat bentuk gelombang khas yang disebut sebagai gelombang
P, QRS dan T, sesuai dengan penyebaran eksitasi listrik dan pemulihannya melalui
sistem hantaran dan miokardium.1

Elektrokardiogram (ECG atau EKG) adalah tes non-invasif yang digunakan


untuk mencerminkan kondisi jantung yang mendasarinya dengan mengukur aktivitas
listrik jantung. Dengan posisi lead (listrik sensing perangkat) pada tubuh di lokasi
standar, informasi tentang kondisi jantung yang dapat dipelajari dengan mencari pola
karakteristik pada EKG.2

1
Elektrokardiogram merupakan bagian penting dari evaluasi awal pasien yang
diduga memiliki masalah jantung. Elektrokardiogram tetap merupakan standar emas
dalam mengidentifikasi adanya dan lokasi dari abnormalitas jantung itu sendiri.
Hingga saat ini belum ada pemeriksaan baru yang dapat menggantikan peran
elektrokardiogram (EKG). Meskipun bukan sebuah pemeriksaan dengan sensitifitas
dan spesifisitas tinggi, informasi yang diperoleh bisa menjadi penentu tindakan yang
akan kita ambil. Pada keadaan tertentu, alat diagnostik ini memiliki kekuatan
diagnostik yang sangat penting seperti pada infark miokardium akut maupun bradi-
takiaritmia.1

Secara rutin jantung melakukan aktivitas kontraksi dan relaksasi untuk


memenuhi kebutuhan tubuh akan sirkulasi darah. Hal ini terjadi karena adanya
aktivitas listrik yang dihasilkan secara ritmik dan kontinu oleh sel-sel spesial di
jantung. Sel-sel dengan kemampuan yang sangat unik dan luar biasa. Aktivitas listrik
ini menghasilkan medan listrik jantung (cardiac electrical field) dijantung untuk
kemudian diteruskan ke seluruh tubuh. Medan listrik ini dapat direkam dengan
menaruh beberapa elektroda (sadapan) di permukaan tubuh yang dihubungkan
dengan sebuah mesin. Sebagai hasilnya tampak sebuah grafik sesuai interpretasi
masing-masing sadapan. Dengan kata lain, EKG merupakan sebuah grafik aktivitas
listrik jantung yang direkam di permukaan tubuh.1

2
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Anatomi jantung

gambar 1. Lapisan jantung


Lapisan jantung terdiri dari :1
1. Perikardium adalah lapisan paling atas dari jantung yang terdiri atas :
Lapisan fibrosa, yaitu lapisan paling luar pembungkus jantung yang
melindungi jantung ketika jantung mengalami overdistention. Lapisan
fibrosa bersifat sangat keras dan bersentuhan langsung dengan bagian
dinding dalam sternum rongga thorax, disamping itu lapisan fibrosa ini
termasuk penghubung antara jaringan, khususnya pembuluh darah

3
besar yang menghubungkan dengan lapisan ini (vena cava, aorta,
pulmonal arteri dan vena pulmonal).

Lapisan parietal, yaitu bagian dalam dari dinding lapisan fibrosa

Lapisan Visceral, lapisan perikardium yang bersentuhan dengan


lapisan luar dari otot jantung atau epikardium.

Diantara lapisan pericardium parietal dan lapisan perikardium visceral


terdapat ruang atau space yang berisi pelumas atau cairan serosa atau yang
disebut dengan cairan perikardium. Cairan perikardium berfungsi untuk
melindungi dari gesekan-gesekan yang berlebihan saat jantung berdenyut atau
berkontraksi. Banyaknya cairan perikardium ini antara 15 50 ml.

2. Epikardium adalah bagian terluar dari otot jantung.


3. Miokardium yaitu jaringan utama otot jantung yang bertanggung jawab atas
kemampuan kontraksi jantung.
4. Endokardium lapisan tipis bagian dalam otot jantung atau lapisan tipis endotel
sel yang berhubungan langsung dengan darah dan bersifat sangat licin untuk
aliran darah.

4
Gambar 2. Anatomi jantung

Jantung terdiri dari dua atrium (kanan dan kiri) dan dua ventrikel (kanan dan
kiri). Pada jantung terdapat katup yang mencegah darah mengalami regurgitasi.
Katup yang memisahkan atrium kanan dan ventrikel kanan disebut katup tricuspid.
Katup yang memisahkan antara atrium kanan dan arteri pulmonale disebut dengan
katup semilunar pulmonale. Katup yan memisahkan antara atrium kiri dan ventrikel
kiri disebut dengan katup mitral dan katup yang memisahkan antara ventrikel kiri
dengan aorta disebut katup semilunaris aorta. Atrium kanan menerima darah dari
seluruh tubuh melalui vena kava superior dan inferior kemudian darah dipompa
menuju ke ventrikel kanan melewati katup tricuspid. Darah di ventrikel kanan
kemudian di pompa menuju ke arteri pulmonalis melewati katup semilunaris. Darah
kemudian masuk kedalam paru untuk menjalani proses oksgenasi, darah yang sudah
melewati paru masuk ke dalam atrium kiri kemudian atrium kiri memompa darah
masuk ke dalam ventrikel kiri melalui katup mitral. Darah yang kaya akan oksigen
kemudian dipompa kembali ke seluruh tubuh melalui katup aorta.

5
2.2 Elektrisitas Jantung

dalam mekanismenya jantung terdiri dai tiga jenis sel:

Sel pacu jantung (pacemaker cell) : dalam situasi normal merupakan sumber
tenaga listrik jantung
Sel konduksi lstrik: kabel listrik pada jantung
Sel miokardium: mesin kontraksi jantung

Sel pacu jantung (pacemaker cell)

Berlainan dengan sel-sel jantung biasa, dalam jantung terdapat kumpulan sel-sel
jantung khusus yang mempunyai sifat dapat menimbulkan potensial aksi sendiri tanpa
adanya stimulus dari luar. Sifat-sifat sel ini disebut sifat automatisitas. Sel-sel ini
terkumpul dalam suatu sistem yang disebut sistem konduksi jantung, terdiri atas:3
SA (Sinoatrial) node :merupakan serabut-serabut saraf yang terdapat pada
dinding atrium kanan dekat muara vena cava superior dan vena cava inferior.
Serabut saraf ini merupakan cabang dari sistem syaraf tak sadar dan juga
dipengaruhi saraf vagus (saraf ke- 10).
AV (atrioventricular) node : merupakan serabut serabut saraf yang terletak
di bagian basal dari interatrial dalam atrium kanan.
Impuls listrik jantung dipicu pertama kali oleh SA node yang biasanya
mencetuskan impuls pada frekuensi sebesar 60-100 kali per menit. Impuls listik
kemudian berjalan melalui dinding atrium ke AV node, yang berfungsi
memperlambat kecepatan konduksi menjadi 40-60 kali per menit. Berjalannya impuls
menyebabkan atrium berkontraksi memompa darah masuk ke ventrikel. Perlambatan
ini bertujuan agar atrium dapat mengisi ventrikel sebelum fase sistol ventrikel.
Sekaligus memproteksi ventrikel dari stimulus berlebihan atrium seperti pada fibrilasi
atrial. SA node dan AV node merupakan pacemaker alami jantung normal.3

6
Sel konduksi listrik
Sel konduksi listrik adalah sel yang panjang dan tipis. Mirip kabel didalam
suatu jaringan listrik, sel ini berfungsi untuk menghantarkan impuls dengan cepat ke
bagian-bagian jantung yang jauh. Sel-sel konduksi listrik di ventrikel membentuk
jaras-jaras listrik yang khas. Serabut konduksi di ventrikel menyusun system purkinje.
Jaras konduksi di atrium memiliki labih banyak keragaman anatomis, salah
satunya yang penting diketahui adalah serabut diatas saeptum intraatrial pada suatu
area yang disebut berkas bachman.3,4
Fisiology
Kontraksi sel otot jantung untuk menyemprotkan darah dipicu oleh potensial
aksi yang menyapu ke seluruh membran sel otot.Jantung berkontraksi, atau
berdenyut, secara ritmis akibat potensial aksi yang dihasilkannya sendiri, disebut
otoritmitas.2
Terdapat dua jenis khusus sel otot jantung:
Sel kontraktil, yang membentuk 99% dari sel-sel otot jantung, melakukan kerja
mekanis memompa. Sel-sel ini dalam keadaan normal tidak membentuk sendiri
potensial aksinya.
Sel otoritmik, yaitu sel-sel jantung sisanya yang sangat penting, tidak berkontraksi
tetapi khusus memulai dan menghantarkan potensial aksi yang menyebabkan
kontraksi sel-sel jantung kontraktil.2
Sel otoritmik jantung tidak memiliki potensial istirahat.Sel-sel ini malah
memperlihatkan aktivitas pemacu, yaitu potensial membrannya secara perlahan
terdepolarisasi, atau bergeser, antara potensial-potensial aksi sampai ambang tercapai,
saat membran mengalami potensial aksi.Pergeseran lambat potensial membran sel
otoritmik ke ambang disebut potensial pemacu.Potensial pemacu disebabkan oleh
adanya interaksi kompleks beberapa mekanisme ionik yang berbeda. Perubahan
terpenting dalam perpindahan ion menimbulkan potensial pemacu adalah (1)

7
penurunan arus K+ keluar disertai oleh arus Na+ masuk yang konstan dan (2)
peningkatan arus Ca2+ masuk.2
Sel-sel jantung non kontraktil yang mampu melakukan otoritmisitas terletak
di tempat-tempat berikut:
1. Nodus sinuatrialis (nodus SA), suatu daerah kecil khusus di dinding atrium kanan
dekat pintu masuk vena kava superior.
2. Nodus atrioventrikularis (nodus AV), suatu berkas kecil sel-sel otot jantung
khusus yang terletak di dasar atrium kanan, tepat di atas pertemuan atrium dan
ventrikel.
3. Berkas His (berkas atrioventrikular), suatu jaras sel-sel khusus yang berasal dari
nodus AV dan masuk ke septum antar ventrikel.
4. Serat Purkinje, serat-serat halus terminal yang menjulur dari berkas His dan
menyebar ke seluruh miokardium ventrikel seperti ranting kecil dari suatu cabang
pohon.
Sel-sel jantung dengan kecepatan inisisasi potensial aksi tertinggi terletak di
nodus SA. Sekali suatu potensial aksi terbentuk di salah satu sel otot jantung maka
potensial tersebut akan disebarkan ke seluruh miokardium melalui taut celah dan
system hantaran khusus. Karena itu, nodus SA yang dalam keadaan normal memiliki
laju otoritmisitas tertinggi, yaitu 70 sampai 80 potensial aksi per menit,
mengendalikan bagian jantung lainnya pada tingkat kecepatan ini dan karenanya
dikenal sebagai pemacu jantung.2
Setelah dimulai di nodus SA, potensial aksi menyebar ke seluruh jantung.
Agar fungsi jantung efisien maka penyebaran eksitasi harus memenuhi tiga kriteria.2
1. Eksitasi dan kontraksi atrium harus selesai sebelum kontraksi ventrikel dimulai.
2. Eksitasi serat otot jantung harus terkoordinasi untuk menjamin bahwa setiap
rongga jantung berkontraksi sebagai satu kesatuan agar pemompaan efisien.
3. Pasangan atrium dan pasangan ventrikel harus terkoordinasikan secara fungsional
sehingga kedua anggota pasangan tersebut berkontraksi secara simultan.

8
Eksitasi atrium yaitu hantaran impuls ke seluruh atrium.Ada juga yang disebut
dengan eksitasi ventrikel. Potensial aksi di sel-sel jantung meskipun dipicu oleh sel-
sel nodus pemacu, bervariasi mencolok dalam mekanisme ionic dan bentuknya
dibanding potensial nodus SA. Potensial aksi di sel kontraktil jantung sangat berbeda
dari potensial aksi di sel otoritmik jantung karena memperlihatkan fase datar yang
khas.2
Seperti jaringan peka rangsang lainnya, otot jantung memiliki periode
refrakter. Selama periode refrakter, tidak dapat terbentuk potensial aksi kedua sampai
membran peka rangsang pulih dari potensial aksi sebelumnya. Otot jantung memiliki
periode refrakter yang lama yang berlangsung sekitar 250 mdet karena
memanjangnya fase datar potensial aksi. Otot jantung tidak dapat dirangsang
kembali sampai kotraksi hampir selesai sehingga tidak terjadi penjumlahan kontraksi
dan tetanus otot jantung.2
Dari AV node impuls berjalan di septum interventrikuler dalam 2 jaras (bundle
of his). Jaras ini mengawali suatu sistem konduksi pada ventrikel jantung. Bundle of
His kanan mengalirkan impuls ke ventrikel kanan sedangkan Bundle of His kiri
mengalirkan impuls ke ventrikel kiri. Jaras ini berakhir pada serabut purkinje yang
mengalirkan impuls hingga ke miokardium, yang dapat menghasilkan impuls 20-40
kali per menit. Berjalannya impuls dari sel konduksi satu ke sel konduksi lain
berhubungan dengan aktifitas ion-ion intraseluler terutama Ca2+. Pergerakan ion ini
dipicu oleh potensial aksi jantung dan sinyal ion diteruskan melalui gap junction.
Pergerakan ion ini terjadi baik di sel konduksi maupun di kontraksi.3

Seperti telah disebutkan di atas bahwa siklus jantung dimulai dengan


depolarisasi SA node, menyebabkan kontraksi atrium (gelombang P pada EKG).
Perlambatan impuls terjadi di nodus AV (interval PR). Pada blok AV, interval PR
akan lebih panjang daripada nilai normal. Ketika ventrikel telah terisi, peran Bundle
His menyebabkan ventikel dapat berkontraksi (kompleks QRS). Setelah kontraksi
ventrikel usai, jantunng mengalami repolarisasi dan kemudian refrakter (gelombang

9
T). Pada masa repolarisasi jantung tidak boleh distimulasi dan pada masa refrakter
jantung tidak dapat distimulasi. Stimulasi pada fase repolarisasi akan menyebabkan
aritmia ventrikuler.3

Gambar 3. sistem konduksi jantung

2.3 Elektrokardiogram (EKG)


Alat ini merekam aktivitas listrik sel di atrium dan ventrikel serta
membentuk gelombang dan kompleks yang spesifik. Aktivitas listrik tersebut
didapat dengan menggunakan elektroda di kulit yang dihubungkan dengan kabel
ke mesin EKG. Jadi EKG merupakan volmeter yang merekan aktivitas listrik
akibat depolarisasi sel otot jantung.4

Kertas EKG adalah kertas grafik yang terdiri dari kotak-kotak kecil dan
besar yang diukur dalam milimeter. Garis rekaman mendatar tanpa ada potensial

10
listrik disebut garis isoelektrik. Deflrksi yang arahnya ke atas disebut deflrksi
positif, dan yang ke bawah disebut defleksi negative. Pada rekaman baku telah
ditetapkan bahwa kecepatan rekaman 25 mm/detik dan kekuatan voltage 1
milivolt setara 10 mm. Garis horisontal merupakan waktu (1 kotak kecil = 1mm
= 0,04 detik) dan garis vertikal merupakan voltase/amplitudo (1 kotak kecil = 1
mm = 0,1 milivolt).4

Gambar 4. kertas EKG

2.4 Sadapan EKG Standar


Rekaman standar EKG 12 sadapan terdiri dari 3 sadapan ekstremitas
standar, 3 sadapan ekstremitas diperkuat (augmented) dan 6 sadapan prekordial.
Masing-masing sadapan elektroda dihubungkan ke alat yang mengukur
perbedaan potensial antara elektroda tertentu dan menghasilkan gambaran
karakteristik tertentu pada EKG.4
a. Sadapan ekstremitas standar (sadapan bipolar)
Terdiri dari sadapan I, II dan III yang mengukur perbedaaan potensial
listrik antra lengan kanan dan lengan kiri (sadapan I), lengan kanan dan
tungkai kiri (sadapan II) serta lengan kiri dan tungkai kiri (sadapan III).

11
Ketiga sadapan ini membentuk segitiga sama sisi dan jantung berada di
tengah yang disebuut segitiga Einthoven. Jika ketiga sadapan dipisah, maka
sadapan I merupakan aksis horisontal dan membentuk sudut 0o, sadapan II
membentuk sudut 60o dan sadapan III membentuk sudut 120o dengan
jantung.4

Gambar 5. Segitiga Einthovens

b. Sadapan ekstremitas diperkuat (augmented)


Sadapan unipolar (VR, VL dan VF) dan sadapan prekordial
diperkenalkan pada EKG klinik tahun 1932. Alat EKG modern dapat
memperbesar amplitudo defleksi VR, VL dan VF sekitar 50%. Sadapan-
sadapan ini dinamakan sadapan ekstremitas unipolar yang diperkuat dan
diberi tanda aVR (augmented Voltage Right arm), aVL (augmented Voltage
Left arm), aVF (augmented Voltage left Foot).4

12
Gambar 6. Sadapan tambahan

c. Sadapan prekordial (sadapan unipolar)


Menurut perjanjian, posisi sadapan prekordial adalah :3,4
Lead V1 : ruang interkosta IV, tepi sternum kanan (merah)
Lead V2 : ruang interkosta IV, tepi sternum kiri (kuning)
Lead V3 : pertengahan antara V2 dan V4 (hijau)
Lead V4 : ruang interkosta V, garis midklavikularis kiri. Sadapan
selanjutnya (V5-V9) diambil dalam bidang horisontal seperti V4 (coklat)
Lead V5 : garis aksilaris anterior kiri (hitam)
Lead V6 : garis mid-aksilaris kiri (ungu)
Lead V7 : garis aksilaris posterior kiri
Lead V8 : garis skapularis posterior kiri
Lead V9 : batas kiri kolumna vertebralis
Lead V3R-9R : dada sisi kanan dengan tempat sama seperti sadapan V3-9 sisi
kiri.

13
Oleh karena itu, V2R adalah sama seperti V1.
EKG yang rutin dipakai terdiri dari 12 sadapan : I, II, III; aVR, aVL, aVF; V1,
V2, V3, V4, V5 dan V6.4

Gambar 7. Sadapan prekordial

2.4 Gambaran Rekaman EKG normal

14
Gambar 8. gelombang, segmen dan interval pada EKG5

1. Gelombang P (P Wave)
P wave merupakan suatu gelombang kecil yang terekam sewaktu atrium
mengadakan depolarisasi. Karena SA node terletak pada atrium kanan maka
atrium kanan akan memulai dan mengakhiri repolarisasi lebih dulu daripada
atrium kiri.6

Setengah bagian pertama gelombang P mewakili depolarisasi atrium


kanan dan setengah bagian lainnya mewakili depolarisasi atrium kiri. Setelah
kedua atrium mengalami depolarisasi, pada saat tersebut tidak ada aktivitas
bioelektrik di jantung dan EKG akan mencatat sebuah garis lurus yang disebut
garis isoelektrik.6

Sesuai dengan depolarisasi atrium. Rangsangan normal untuk depolarisasi


atrium berasal dari nodus sinus. Namun, besarnya arus listrik berhubungan
dengan eksitasi nodus sinus terlalu kecil untuk dapat terlihat pada EKG.
Gelombang P dalam keadaan yang normal berbentuk melengkung dan arahnya
ke atas pada kebanyakan hantaran. Pembesaran antrium dapat meningkatkan
amplitudo atau lebar gelombang P, serta mengubah bentuk gelombang P.
Disritmia jantung juga dapat mengubah konfigurasi gelombang P. Misalnya,
irama yang bersal dekat perbatasan AV dapat menimbulkan inversi gelombang
P, karena arah depolarisasi atrium terbalik.6

Gelombang P yang normal dapat berupa :

a. Bentuk kecil, halus, melengkung/tidak tajam, mendahului kompleks QRS


b. Defleksi positif pada sadapan lateral kiri (II, aVL, V5, V6) dan sadapan
inferior (aVF)
c. Defleksi negatif pada sadapan aVR
d. Bervariasi pada sadapan (III, V2-V4)

15
e. Amplitudo < 0,25 mV (tingginya < 2,5 mm/ 2,5 kotak kecil)
f. Durasi < 0,11 detik ( lebarnya < 3 mm/ < 3 kotak kecil )

2. Interval PR

Interval PR menggambarkan waktu dari saat mulainya depolarisasi atrium sampai


permulaan depolarisasi ventrikel. Interval ini juga menggambarkan perlambatan
penjalaran yang terjadi di nodus AV. Interval PR ini normalnya antara 0.12 0.2
detik ( 3 5 kotak kecil ).6

Diukur dari permukaan gelombang P hingga awal kompleks QRS. Dalam interval
ini tercakup juga penghantaran impuls melalui antrium dan hambatan impuls pada
nodus AV. Perpanjangan interval PR yang abnormal menandai adanya gangguan
hantaran impuls, yang disebut blok jantung tingkat pertama.6

3. Kompleks QRS
Kompleks ini memiliki arti klinis yang terpenting dari seluruh gambaran
EKG karena kompleks ini mewakili depolarisasi ventrikel atau penyebaran
impuls di seluruh ventrikel.
Ada tiga komponen yang membentuk kompleks ini:6
a. Gelombang Q yaitu bagian defleksi negatif sebelum suatu defleksi positif
Septum interventrikulare, yaitu dinsing otot yang memisahkan ventrikel
kanan dan kiri, berdepolarisasi paling awal dari arah kiri ke kanan. Defleksi
kecil yang berjalan dari daerah kiri ke kanan ini memunculkan defleksi
negative yang sangat kecil pada satu atau beberapa sadapan lateral kiri.
Gelombang Q ini biasanya terlihat pada lead I, aVL, V5 dan V6.
b. Gelombang R yaitu defleksi positif yang pertama muncul, disertai atau
tanpa gelombang Q
c. Gelombang S yaitu defleksi negatif setelah gelombang R

16
Pada keadaan normal gelombang R berdefleksi positif pada semua
sadapan ekstremitas kecuali pada aVR. Pada sadapan prekordial (bidang
horizontal) dikenal istilah R-wave progression yaitu defleksi positif gelombang
R yang semakin membesar dari sadapan V1-V6. Sedangkan gelombang S
mengecil dari V1-V6. Interval QRS normalnya kurang dari 3 kotak kecil atau
kurang dari 0.12 detik.

Gambar 9. kompleks QRS pada bidang horizontal

Irama jantung abnormal dari ventrikel seperti takikardia ventrikel juga


akan memperlebar dan mengubah bentuk kompleks QRS oleh sebab jalur
khusus yang mempercepat penyebaran impuls melaui ventrikel di pintas.
Hipertropi ventrikel akan meningkatkan amplitudo kompleks QRS karena
penambahan massa otot jantung. Repolarisasi atrium terjadi selama ventrikel.
Tetapi besarnya kompleks QRS tersebut akan menutupi gambaran pemulihan
atrium yang tercatatdi elektrokardiografi.6

4. Segmen ST
Segmen ST normalnya pada seluruh sadapan berbentuk horizontal dan
isoelektrik atau sedikit menanjak landai. Segmen ini menggambarkan waktu

17
antara akhir depolarisasi ventrikel sampai pada permulaan repolarisasi ventrikel.
Penurunan abnormal segmen ST 1 mm (depresi segmen ST) dikaitkan dengan
iskemia miokardium sedangkan penigkatan segmen ST 1 mm (elevasi segmen
ST) dikaitkan dengan infark.6

5. Gelombang T
Gelombang T merupakan gambaran fase repolarisasi ventrikel.
Gelombang ini muncul sesaat sesudah berakhirnya segmen ST. Ada dua hal
yang harus diperhatikan pada gelombang T yaitu arah defleksi dan bentuk
gelombang T. Pada keadaan normal gelombang T ditemukan positif pada
sadapan I, II dan sadapan prekordial yang terletak di atas ventrikel kiri (V3
V6), negatif pada sadapan aVR, sedangkan arahnya bervariasi pada sadapan
lain.6

Tinggi gelombang T minimum adalah 1 mm, dan bila kurang dari 1 mm


dianggap gelombang T tidak ada (Flat T). Gelombang T pada sadapan
prekordial tidak boleh melebihi 10 mm (1 mV), sedangkan pada ekstremitas
tidak boleh melebihi 5 mm (0.5 mV). Bentuk gelombang T yang berbentuk
sedikit asimetris, di mana defleksi positif terjadi secara perlahan sampai
mencapai titik puncak dan kemudian menurun secara curam.

6. Gelombang U

Gelombang U masih kontroversi, salah satu teori menyebut gelombang U


terjadi karena repolarisasi serabut purkinje. Bentuk normal bulat, kecil dan
amplitudo kurang dari 1,5 mm.4,6

18
2.5 Interpretasi EKG

Sebelum menginterpretasikan EKG, kalibrasi serta kecepatan rekaman


harus dinilai terlebih dahulu. Identitas da tanggal pemeriksaan harus tercantum
jelas. Selanjutnya secara sepintas, EKG layak baca apabila gelombang P positif
di lead II dan negative di aVR, bila tidak pikirkan kemungkinan kesalahan
pemasangan lead terlebih dahulu sebelum mencari diagnosis banding.6,7

1. Irama
Pertama-tama tentukan irama sinus atau bukan. Apabila setiap
kompleks QRS didahului oleh gelombang P berarti irama sinus, kalau tidak
berarti irama asinus. Bukan irama sinus dapat berupa suatu aritmia yang
mungkin fibrilasi, blok AV derajat dua atau tiga, irama jungsional, takikardia
ventrikular, dan lain-lain. Berikut adalah syarat irama sinus pada jantung yang
normal:3,4,5

a. Frekuensi: 60-100 x/menit


b. Ritme: interval P-P regular, interval R-R regular
c. Gelombang P: positif di lead II negative di aVR, selalu diikuti oleh
kompleks QRS

2. Laju QRS (QRS Rate)


Pada irama sinus laju QRS normal berkisar antara 60 100 kali/menit,
kurang dari 60 kali disebut sinus bradikardi, sedangkan lebih dari 100 kali
disebut sinus takikardi. 3,6,7

Ada 3 metode yaitu :4

1. Tiga ratus (300) dibagi jumlah kotak besar antara R-R.


2. Seribu lima ratus (1500) dibagi jumlah kotak kecil antara R-R
3. Hitung jumlah gelombang QRS dalam 6 detik, kemudian dikalikan 10,
atau dalam 12 detik dikalikan dengan 5.

19
3. Aksis
Sumbu jantung (aksis) ditentukan dengan menghitung jumlah resultan
defleksi positif dan negatif kompleks QRS rata-rata di sadapan I sebagai
sumbu X dan sadapan aVF sebagai sumbu Y. Kadang aksis tidak dapat
ditentukan, maka ditulis underterminable, misalnya pada EKG di mana
defleksi porsitif dan negatif pada kompleks QRS di semua sadapan sama
besarnya. Beberapa pedoman yang dapat digunakan untuk menentukan aksis
jantung adalah :4,6,7

a. Bila hasil resultan sadapan I positif dan aVF positif, maka sumbu
jantung (aksis) berada pada posisi normal, berada pada sudut 0
sampai +90.6 menurut sumber lain -30o sampai +110o.7
b. Bila hasil resultan sadapan I positif dan aVF negatif, jika resultan
sadapan II positif: aksis normal, tetapi jika sadapan II negatif maka
deviasi aksis ke kiri (LAD=Left axis deviation), berada pada sudut
0 sampai -90.6 menurut sumber lain -30o sampai -90o.7
c. Bila hasil resultan sadapan I negatif dan aVF positif, maka deviasi
aksis ke kanan (RAD=right axis deviation) berada pada sudut +90
sampai +180.6 menurut sumber lain +110o sampai +180o.7
d. Bila hasil resultan sadapan I negatif dan aVF negatif, maka deviasi
aksis kanan atas, berada pada sudut -90o sampai +180o.

20
Gambar 10. aksis jantung berdasar system heksasial7

4. Gelombang P
Perhatikan apakah kontur gelombang P normal atau tidak. Normalnya
amplitudo < 0,25 mV (tingginya < 2,5 mm/ 2,5 kotak kecil), durasi < 0,11
detik ( lebarnya < 3 mm/ < 3 kotak kecil). Perhatikan apakah kontur
gelombang P normal atau tidak. Apakah ada P pulmonale atau P mitral.
Gelombang P mitrale yang ditandai dengan gelombang P yang lebar dengan
durasi melebihi 2,5 mm pada sandapan I dan II, gelombang P lebar dan
bifasik pada VI dan V2. Gelombang P mitral menandakan adanya hipertrofi
atrium kiri terutama pada stenosis mitral. Sedangkan P pulmonale ditandai
dengan adanya gelombang P yang tinggi amplitudonya melebihi 2,5 mm,
runcing pada sandapan II dan III, dan mungkin disertai gelombang P tinggi
dan bifasik pada sandapan VI dan V2. Gelombang P pulmonale merupakan
gambaran klasik pembesaran atrium kanan.6,7

5. Interval PR
Interval PR normal adalah kurang dari 0.2 detik. Interval P-R panjang
menunjukkan adanya keterlambatan atau blok konduksi AV. Lebih dari 0.2 detik

21
disebut AV blok derajat satu. Interval P-R memendek yaitu kurang dari 0,1 detik
dengan atau tanpa kelainan bentuk QRS. Ditemukan pada PJK intoksikasi
digitalis, Wolf-Parkinson-White Syndrome. 6,7

6. Kompleks QRS
Adanya gelombang Q patologis menandakan old myocardial
infarction. Ciri dari gelombang Q patologis adalah lebar 0,04 detik (1 mm)
dan dalamnya 25% amplitude gelombang R. Gelombang R yang tinggi di
sadapan V1 dan V2 menunjukkan hipertrofi ventrikel kanan atau infrak
dinding posterior. Gelombang R yang tinggi di sadapan V5 dan V6 dengan
gelombang S yang dalam di sadapan V1 dan V2 menunjukkan hipertrofi
ventrikel kiri. Interval QRS yang lebih dari 0.1 detik harus dicari apakah
adalah right branch bundle block, left bundle branch block atau ekstrasistol
ventrikel. 3,6,7

7. Segmen ST
Elevasi segmen ST menandakan infark miokard akut sedangkan depresi
segmen ST menandakan iskemia. Suatu kelainan berupa elevasi atau depresi
segmen S-T yang ragu-ragu, sebaiknya dianggap normal sampai terbukti
benar-benar ada kelainan pada suatu seri perekaman. Bukanlah suatu kelainan,
apabila elevasi segmen S-T tidak melebihi 1 mm atau depresi tidak melebihi
0,5 mm, paling kurang pada sandapan standar. Secara klinik elevasi atau
depresi segmen S-T pada 3 sandapan standar, biasanya disertai deviasi yang
sama pada sandapan yang sesuai, menunjukkan adanya insufisiensi koroner.

Adanya elevasi segmen S-T merupakan petunjuk adanya infark


miokard akut atau perikarditis. Elevasi segmen S-T pada sandapan prekordial
menunjukkan adanya infark dinding anterior, sedangkan infark dinding inferior
dapat diketahui dengan adanya elevasi segmen S-T pada sandapan II, III, dan
aVF. Untuk perikarditis biasanya tidak dapat dipastikan tempatnya dan akan

22
tampak elevasi di hampir semua sandapan. Elevasi segmen S-T pada V4R
ditemukan pada infark ventrikel kanan. 6,7

Gambar 11. Segmen ST

8. Gelombang T
Adanya gelombang T terbalik, simetris, runcing, disertai segmen S-T
konveks keatas, menandakan adanya iskemi miokard. Kadang-kadang
gelombang T sangat tinggi pada insufisiensi koroner. Pada keadaan dimana
defleksi QRS positif pada sandapan I, sedangkan gelombang T pada sandapan
I terbalik atau lebih rendah dari gelombang T di sandapan III menunjukkan
adanya insufisiensi koroner. Gelombang T yang tinggi dan tajam pada semua
sandapan kecuali aVR dan aVL menunjukkan adanya hiperkalemi.
Gelombang T yang tinggi dan simentris dengan depresi segmen S-T
menunjukkan adanya infark dinding posterior. 6,7

23
Gambaran 12. gelombang T pada hiperkalemi

2.6. Contoh- contoh gambaran EKG

1. gambaran EKG normal

24
2. sinus takikardi

3. sinus bradikardi

4. Fibrilasi atrium

25
5. flutter atrium

6. Supraventrikular Takikardi

26
7. VT monomorfik

8. VT Polimorfik

9. ventrikel fibrilasi

27
10. Asistol

28
BAB III

PENUTUP

EKG merupakan alat diagnosis yang paling sederhana,murah, mudah


dikerjakan dan tersedia sampai ketingkat puskesmas.Diagnosis ditegakkan
berdasarkan riwayat penyakit(berdebar irama jantung tidak teratur, hampir pingsan,
sesak nafas), pemeriksaan fisis (nadi atau bunyi jantung tidak teratur) dan dipastikan
dengan pemeriksaan EKG.
Elektrokardiogram merupakan bagian penting dari evaluasi awal pasien yang
diduga memiliki masalah jantung. Elektrokardiogram tetap merupakan standar emas
dalam mengidentifikasi adanya dan lokasi dari abnormalitas jantung itu sendiri.
Hingga saat ini belum ada pemeriksaan baru yang dapat menggantikan peran

29
elektrokardiogram (EKG). Meskipun bukan sebuah pemeriksaan dengan sensitifitas
dan spesifisitas tinggi, informasi yang diperoleh bisa menjadi penentu tindakan yang
akan kita ambil. Pada keadaan tertentu, alat diagnostik ini memiliki kekuatan
diagnostik yang sangat penting seperti pada infark miokardium akut maupun bradi-
takiaritmia.

DAFTAR PUSTAKA

1. Pakpahan HA. Elektrokardiografi ilustratif. Jakarta : Balai Penerbit Fakultas


kedokteran Universitas Indonesia; 2012.
2. Surya D. Sistematika Interpretasi EKG. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran
EGC.
3. Pratamu S, Yamin M,Harun, S. Buku ajarilmu penyakit dalam edisi 5.
Elektrokardiografi. Jakarta: Interna Publishing. 2009.
4. Dharma S. Pedoman praktis sistematika interpretasi EKG. Jakarta : EGC; 2009.
5. Silbernalg S, Lang F. Teks & Atlas Berwarna Patofisiologi. Elektrokardiogram
(EKG) & Gangguan Irama Jantung. Jakarta : EGC; 2006.
6. Thaler MS. Satu-satunya buku EKG yang anda perlukan. Jakarta : Hipokrates;
2000.

30
7. Tanto, C. et al. Kapita selekta kedokteran. Edisi IV. Jakarta. Media
Aesculapius. 2014.

31

Anda mungkin juga menyukai