Oleh :
Dr. Slamet Riyanto, M.Kes
Tujuan Pengobatan
Menyembuhkan penderita kusta dan mencegah timbulnya cacat. Pada
penderita tipe Pausebasiler yang berobat lebih dini dan teratur akan
mempercepat sembuh tanpa menimbulkan kecacatan. Akan tetapi pada
penderita yang sudah mengalami kecacatan hanya dapat mencegah cacat yang
lebih lanjut.
Memutuskan mata rantai penularan dari penderita terutama tipe yang
menular kepada orang lain. Pengobatan kusta ditujukan untuk mematikan kuman
kusta sehingga tidak berdaya merusak jaringan tubuh, dan tanda-tanda penyakit
menjadi berkurang dan akhirnya hilang. Dengan hancurnya kuman maka sumber
penularan dari penderita tipe Multibasiler ke orang lain dapat terputus.
3. Rifampizin
Berbentuk kapsul atau kaplet dengan takaran 150 mg, 300 mg, 450 mg
dan 600 mg, sifatnya mematikan kuman Mycobacterium Leprae (bakteriosid).
Rifampizin merupakan obat kombinasi dengan DDS (Duamino Diphenyl Suffone)
dengan dosis 10 mg / Kg BB, diberikan setiap hari atau setiap bulan. Rifampizin
tidak boleh diberikan secara monotheraphy karena dapat memperbesar
terjadinya resistensi, efek sampingnya yaitu kerusakan pada hati dan ginjal.
4. Prednison
Obat ini digunakan untuk penanganan timbulnya reaksi.
5. Sulfas Ferrosus
Obat tambahan untuk penderita kusta yang mengalami anemia berat.
6. Vitamin A
Obat ini digunakan untuk menyehatkan kulit yang bersisik (Ichthiosis)
(Depkes RI, 2006).
2. Minosiklin
Termasuk dalam kelompok tetrasiklin, efek bakteriosidalnya lebih tinggi
daripada klaritomisin tetapi lebih rendah dari rifampisin
3. Klaritomisin
Merupakan kelompok antibiotika mikrolid dan mempunyai aktifitas
bakteriosidalnya terhadap Mycobacterium pada tikus dan manusia
TINGKAT KECACATAN
Tingkat Mata Telapak Tangan / Kaki
0: Tidak ada kelainan pada mata Tidak ada anesthesia, tidak ada cacat
yang kelihatan akibat kusta
1: Ada kelainan pada mata akibat kusta tetapi tidak kelihatan dan visus
sedikit berkurang Ada anesthesia tetapi tidak ada cacat atau kerusakan yang
kelihatan
2: Ada lagophtalmos, visus sangat terganggu akibat kusta Ada cacat atau
kerusakan yangkelihatannya misalnya : ulkus, jari – jari kiting
FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPATUHAN PENGAMBILAN 0BAT
Dukungan keluarga
Dukungan keluarga adalah dukungan antar keluarga yang bersifat suportif
yang dapat berupa bantuan langsung yang berkesenimbungan dan terus
menerus sepanjang kehidupan (Friedman, 1998). Di dalam suatu keluarga harus
saling mendukung diantara seluruh anggota keluarga, orang yang hidup di
lingkungan yang bersifat supportif kondisi kesehatan jiwa lebih baik daripada
mereka yang hidup tidak adanya dukungan dari keluarga sosial dapat berefek
pada adaptasi kesehatan seseorang (Friedman, 1998).
Usia
Usia adalah umur individu yang dihitung mulai saat dilahirkan sampai saat
berulang tahun (Elizabeth, 1995). Semakin cukup umur tingkat kematangan
seseorang akan lebih dipercaya dari pada orang yang belum cukup tinggi
kedewasaannya. Jika kematangan usia seseorang cukup tinggi maka pola pikir
orang tersebut akan lebih dewasa (Amiruddin, 2006)
Pendidikan
Tokoh pendidikan abad 20, Langevelt yang dikutip dari Notoatmojo (1993)
mendefinisikan pendidikan adalah setiap usaha, pengaruh, perlindungan dan
bantuan yang diberikan kepada anak yang tertuju kepada pendewasaan. Jadi
dapat dikatakan bahwa pendidikan tersebut menuntun manusia untuk berbuat
dan mengisi kehidupannya untuk mencapai keselamatan dan kebahagiaan.
Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang, maka pengetahuan seseorang
akan bertambah (Amiruddin, 2006).
Penyakit kusta sampai saat ini masih ditakuti oleh masyarakat, keluarga
termasuk sebagian petugas kesehatan, hal ini disebabkan karena kurangnya
pengetahuan atau pengertian masyarakat tentang kusta. Hal tersebut juga
menjadi hambatan yang serius dalam pelaksanaan program pemberantasan
penyakit kusta termasuk juga peran serta masyarakat (Depkes RI, 1995).
Ekonomi
Sosial ekonomi dapat menggambarkan tingkat kehidupan seseorang
didalam masyarakat. Tingkat ekonomi dapat ditinjau dari kualitas keluarga yaitu
suatu kondisi keluarga yang mencakup aspek pendidikan, kesehatan ekonomi
dan budaya, kemandirian keluarga serta nilai agama merupakan dasar untuk
mencapai keluarga sejahtera. Menurut Hendar dan Kusnaedi (2002) Ekonomi
adalah suatu usaha manusia dalam memenuhi kebutuhan hidup.
Ada 3 (tiga) tingkatan ekonomi yaitu :
1. Ekonomi Rendah: Adalah suatu kebutuhan yang mencakup
kebutuhan primer saja yaitu : sandang, pangan dan papan.
2. Ekonomi Sedang : Adalah suatu kebutuhan yang mencakup
kebutuhan primer dan sekunder.
3. Ekonomi Tinggi : Suatu kebutuhan yang mencakup kebutuhan
primer, sekunder dan tersier.
Penderita kusta bukan menderita karena penyakitnya saja, tetapi juga
karena masyarakatnya. Hal ini disebabkan karena kerusakan pada syaraf besar
yang irreversible di muka dan di ekstremitas, motorik dan sensorik serta dengan
daerah anesthesi yang disertai paralysis dan atropi otot (Juanda, 2000).
REFERENSI
1. Arikunto, Suharsini, (1998) Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan
Praktek, Rineka Cipta, Jakarta
2. Andrianto Petrus, (1989), Dermanto – Venerologi, EGC, Jakarta
3. Djuanda, Adhi (2000), Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin, Jilid III,
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta.
4. Depkes RI, (1995), Buku Pedoman Pemberantasan Penyakit
Kusta, DITJEN PPM & PLP, Jakarta
5. Depkes RI, (1997), Perawatan Kesehatan Masyarakat Petunjuk
Teknis Kesehatan Masyarakat Pada Sasaran Individu dan Keluarga,
Jakarta.
6. Depkes RI, (1999), Buku Pedoman Kusta Nasional Untuk Sentinel
Surveilans, DITJEN PPM & PLP, Jakarta.
7. Depkes RI, (2005), Buku Pedoman Eliminasi Kusta, DITJEN PPM
& PLP, Jakarta.
8. Depkes RI, (2005), Buku Pedoman Nasional Pemberantasan
Penyakit Kusta, Cetakan XVII, DITJEN PPM & PLP, Jakarta
9. Depkes RI, (2006), Model pelatihan Program P2 Kusta Bagi UPK,
DITJEN PPM & PLP, Jakarta.
10. Harahap, Mawardi (2000), Penyakit Kulit, Hipokrates, Jakarta.
11. Friedman (1998), Perawatan Keluarga, Jakarta : EGC
12. Notoatmodjo, S, (1993), Metodologi Penelitian Kesehatan Cetakan
2, Rineka Cipta, Jakarta.
13. Nursalam, (2001), Metodologi Riset Keperawatan, Cetakan 1, Info
Medika, Jakarta
14. Nursalam, (2003), Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian
Ilmu Keperawatan, Salemba Medika, Jakarta
15. Suprayitno, (2004), Asuhan Keperawatan Keluarga Aplikasi Dalam
Praktek , Jakarta : EGC
16. Sutedja Endang dkk, (2003), Kusta, Edisi II Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia, Jakarta.